Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

KONSEP KEPERAWATAN PERIOPERATIF


Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal
Bedah II pada Semester Genap (4)
Dosen Pengampu : Kartiwa,S.Kep.,Ners

Disusun oleh Kelompok 1 :


1. Mellenda Rahmawati /NIM E1914401009
2. Cica Nur Komalasari /NIM E1914401017
3. Rifkie Malik Fhadiera /NIM E1914401018
4. Novy Nurul Azizah /NIM E1914401022
5. Safrizal Taufikur Rohman /NIM E1914401026
6. Chandra Ramadhan /NIM E1914401029

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Konsep Keperawatan Perioperatif” ini tepat pada waktunya.

Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan


khususnya bagi kami umumnya bagi semua yang membacaKami
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Kartiwa,S.Kep.,Ners selaku Dosen
Keperawatan Medikal Bedah II, yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
kami tekuni. Kami menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Tasikmalaya, 7 Maret 2021

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................3
BAB II KONSEP DASAR KEPERAWATAN PERIOPERATIF.....................4
2.1 Definisi Keperawatan Perioperatif.............................................................4
2.2 Tahap dalam Keperawatan Perioperatif.....................................................4
2.3 Tujuan/Indikasi...........................................................................................6
2.4 Klasifikasi Perawatan Perioperatif..............................................................8
2.5 Tindakan Kerawatan Perioperatif...............................................................9
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA PERIOPERATIF....................16
3.1 Pengkajian.................................................................................................16
3.2 Diagnosa Keperawatan..............................................................................18
3.3 Intervensi...................................................................................................18
BAB IV PEMBAHASAN KASUS......................................................................16
4.1 Pengkajian.................................................................................................16
4.2 Diagnosa Keperawatan..............................................................................18
4.3 Intervensi Keperawatan.............................................................................18
4.4 Implementasi Keperawatan.......................................................................18
4.5 Evaluasi Keperawatan...............................................................................18
BAB V PENUTUP................................................................................................16
5.1 Kesimpulan...............................................................................................16
5.2 Saran..........................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Keperawatan preoperatif merupakan sebuah tahapan awal dari
keperawatan perioperatif. Preoperatif dimulai ketika keputusan untuk
melakukan intervensi pembedahan. Kecemasan adalah salah satu respon
adaptif yang normal terhadap stress karena akan dilakukannya pembedahan.
Kecemasan biasanya akan mulai timbul pada tahap preoperatif ketika pasien
mengantisipasi pembedahannya, perubahan pada citra tubuh dan fungsi
tubuh, menggantungkan diri pada orang lain, kehilangan kendali, perubahan
pada pola hidup, dan masalah finansial (Baradero, Dayrit & Siswadi, 2009).
Tindakan operasi menggunakan 2 macam anestesi, yaitu general
anestesi dan spinal anestesi. Jumlah tindakan anestesi diseluruh dunia setiap
tahunnya dapat mencapai 240 juta tindakan, 10% tindakan tersebut dilakukan
pada pasien dengan risiko tinggi dengan angka mortalitas mencapai 80%.
Jumlah pasien dengan risiko moderat mencapai 40%, dan jumlah komplikasi
minor mencapai 40% dimana komplikasi minor ini akan meningkatkan biaya
dari suatu pembedahan. Sebagian besar komplikasi ini berhubungan dengan
tindakan resusitasi yang tidak adekuat dan adanya hipoperfusi jaringan
(Redjeki, 2013).
Spinal anestesi merupakan suatu metode anestesi dengan cara
menyuntikkan obat analgetik lokal kedalam ruang subarachnoid di daerah
lumbal. Spinal anestesi berfungsi menekan transmisi impuls nyeri dan
menekan saraf otonom eferen ke adrenal. Anastesi spinal mempunyai
beberapa efek samping diantaranya yaitu hipotensi, hipotermia dan
brakikardi yang merupakan proses fisiologis yang banyak terjadi. Angka
kejadian hipotensi danbradikardia dilaporkan (secara retrospektif)sebesar
33% terjadi pada pasien obstetrik,serta 13% pada pasien non obstetrik

3
(Ismandiya, Tinni & Ruli, 2015). Sedangkan menurut penelitian oleh Syam
dkk (2013) didapatkan sekitar 70% pasien pasca pembedahan akan
mengalami keadaan hipotermia.
Dengan adanya efek samping yang akan muncul pada pasien dengan
spinal anestesi serta adanya ancaman gangguan fisik dapat menjadi stressor
sehingga timbul stress dan kecemasan. Kecemasan dapat menyebabkan
perubahan fisik maupun psikologis yang ditandai dengan bertambahnya detak
jantung, naiknya tekanan darah, frekuensi nafas cepat dan secara umum dapat
mengurangi tingkat energi pada klien, sehingga akan merugikan individu itu
sendiri (Purwaningsih, 2012). Prevalensi gangguan kecemasan berkisar pada
6-7% dari populasi umum. Penelitian dengan menggunakan HARS,
menunjukkan prevalensi gangguan kecemasan sebesar 8-12%
(Ibrahim,2002). Sedangkan menurut penelitian dari Merdikawati, Titin dan
Laily (2012), pengukuran menggunakan HARS menunjukkan bahwa 87,5%
dari subyek yang diteliti mengalami 2 ketegangan sebelum operasi, seperti
merasa tegang, muda terkejut, mudah menangis dan mudah lelah. Hasil lain
dari penelitian yang dilakukan oleh Amaliyah (2009) di RSUD Panembahan
Senopati Bantul ada 65,71% pasien yang mengalami kecemasan sebelum
pembedahan. Beberapa faktor yang dapat digunakan untuk mengurangi
kecemasan antara lain dengan teknik distraksi dan relaksasi, komunikasi
terapeutik, psikofarmaka, psikoterapi dan psikoreligius.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik relaksasi sebagai
metode untuk mengurangi kecemasan. Teknik relaksasi merupakan teknik
dengan metode pemberian kegiatan yang dapat membuat rileks. Misalnya
meditasi, napas dalam, relaksasi imajinasi, pemberian aromaterapi dan
relaksasi progresif. Teknik relaksasi yang dapat digunakan untuk
menurunkan kecemasan yaitu dengan relaksasi otot progresif dan pemberian
aromaterapi. Relaksasi progresif merupakan relaksasi dengan teknik
mengencangkan dan melemaskan otot-otot bagian tubuh tertentu sehingga

4
timbul perasaan rileks secara fisik. Teknik mengencangkan dan melemaskan
otot dilakukan secara berturut-turut, diawali dari tubuh bagian atas sampai
tubuh bagian bawah. Relaksasi otot progresif dapat menekan saraf-saraf
simpatis sehingga dapat menekan rasa tegang yang dialami oleh individu
secara timbal balik, sehingga timbul counter conditioning (penghilangan)
(Lestari & Yuswiyanti, 2014).
Selain menggunakan teknik relaksasi otot progresif, pengurangan
kecemasan dapat dilakukan dengan pemberian aromaterapi. Aromaterapi 3
merupakan salah satu teknik pengobatan dengan menggunakan bau-bauan
minyak esensial aromaterapi. Aromaterapi yang digunakan pada individu
yang mengalami kecemasan yaitu berupa aromaterapi lavender. Minyak
lavender mempunyai banyak potensi karena memiliki beberapa kandungan
seperti monoterpenehidrokarbon, camphene, limonene, geraniol lavandulol,
nerol dan sebagian besar mengandung linalool dan linalool asetat dengan
jumlah sekitar 30-60% dari total berat minyak, dimana linalool adalah
kandungan aktif utama sebagai rileksasi untuk mengurangi kecemasan
(Nuraini, 2014).
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep keperawatan perioperative ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan perioperative ?
3. Bagaimana tindakan keperawatan perioperative ?
1.3. Tujuan Penulisan
Mengetahui Konsep Dasar Keperawatan Perioperatif, Asuhan Keperawatan
pada Perioperatif, dan Tindakan Keperawatan Preoperatif.

5
BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN PERIOPERATIF

2.1. Definisi Keperawatan Perioperatif


Keperawatan Perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan
pengalaman pembedahan pasien .Kata perioperatif adalah gabungan dari
tiga fase pengalaman pembedahan yaitu : pre operatif, intra operatif dan
post operatif.
2.2. Tahap Dalam Keperawatan Perioperatif
1) Fase Pra operatif
Fase pra operatif merupakan tahap pertama dari perawatan
perioperatif yang dimulai ketika pasien diterima masuk di ruang terima
pasien dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi untuk
dilakukan tindakan pembedahan. Pada fase ini lingkup aktivitas
keperawatan selama waktu tersebut dapat mencakup penetapan
pengkajian dasar pasien di tatanan klinik ataupun rumah, wawancara
pre operatif dan menyiapkan pasien untuk anestesi yang diberikan
pada saat pembedahan.Persiapan pembedahan dapat dibagi menjadi 2
bagian, yang meliputi persiapan psikologi baik pasien maupun keluarga
dan persiapan fisiologi (khusus pasien).
a) Persiapan Psikologi
Terkadang pasien dan keluarga yang akan menjalani operasi
emosinya tidak stabil. Hal ini dapat disebabkan karena takut akan
perasaan sakit, narcosa atau hasilnya dan keeadaan sosial ekonomi dari
keluarga. Maka hal ini dapat diatasi dengan memberikan

6
penyuluhan untuk mengurangi kecemasan pasien. Meliputi
penjelasan tentang peristiwa operasi, pemeriksaan sebelum operasi
(alasan persiapan), alat khusus yang diperlukan, pengiriman ke
ruang bedah, ruang pemulihan, kemungkinan pengobatan-
pengobatan setelah operasi, bernafas dalam dan latihan batuk,
latihan kaki, mobilitas dan membantu kenyamanan.
b) Persiapan Fisiologi, meliputi:
 Diet (puasa)  pada operasi dengan anaesthesi umum, 8 jam
menjelang operasi pasien tidak diperbolehkan makan, 4 jam
sebelum operasi pasien tidak diperbolehkan minum. Pada operasai
dengan anaesthesi lokal /spinal anaesthesi makanan ringan
diperbolehkan. Tujuannya supaya tidak aspirasi pada saat
pembedahan, mengotori meja operasi dan mengganggu jalannya
operasi.
 Persiapan Perut  Pemberian leuknol/lavement sebelum operasi
dilakukan pada bedah saluran pencernaan atau pelvis daerah
periferal. Tujuannya mencegah cidera kolon, mencegah konstipasi
dan mencegah infeksi.
 Persiapan Kulit  Daerah yang akan dioperasi harus bebas dari
rambuy.
 Hasil Pemeriksaan  hasil laboratorium, foto roentgen, ECG,
USG dan lain-lain.
 Persetujuan Operasi / Informed Consent  Izin tertulis dari
pasien / keluarga harus tersedia.
2) Fase Intra operatif
Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk atau
dipindahkan ke instalasi bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke
ruang pemulihan. Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan

7
mencakup pemasangan IV cath, pemberian medikasi intaravena,
melakukan pemantauan kondisi fisiologis menyeluruh sepanjang
prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien. Contoh :
memberikan dukungan psikologis selama induksi anestesi, bertindak
sebagai perawat scrub, atau membantu mengatur posisi pasien di atas
meja operasi dengan menggunakan prinsip -prinsip dasar kesimetrisan
tubuh. Prinsip tindakan keperawatan selama pelaksanaan operasi yaitu
pengaturan posisi karena posisi yang diberikan perawat akan
mempengaruhi rasa nyaman pasien dan keadaan psikologis pasien.
a) Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam pengaturan
posisi pasien adalah:
- Letak bagian tubuh yang akan dioperasi.
- Umur dan ukuran tubuh pasien.
- Tipe anaesthesia yang digunakan.
- Sakit yang mungkin dirasakan oleh pasien bila ada pergerakan
(arthritis).
b) Prinsip-prinsip didalam pengaturan posisi pasien : Atur posisi
pasien dalam posisi yang nyaman dan sedapat mungkin jaga privasi
pasien, buka area yang akan dibedah dan kakinya ditutup dengan duk.
c) Anggota tim asuhan pasien intra operatif biasanya di bagi dalam
dua bagian. Berdasarkan kategori kecil terdiri dari anggota steril dan
tidak steril:
d) Anggota steril, terdiri dari : ahli bedah utama / operator, asisten
ahli bedah, Scrub Nurse / Perawat Instrumen.
e) Anggota tim yang tidak steril, terdiri dari : ahli atau pelaksana
anaesthesi, perawat sirkulasi dan anggota lain (teknisi yang
mengoperasikan alat-alat pemantau yang rumit).
3) Fase Post operatif

8
Fase Post operatif merupakan tahap lanjutan dari perawatan pre
operatif dan intra operatif yang dimulai ketika klien diterima di
ruang pemulihan (recovery room)/ pasca anaestesi dan berakhir sampai
evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau di rumah.Pada fase ini
lingkup aktivitas keperawatan mencakuprentang aktivitas yang luas
selama periode ini. Pada fase ini fokus pengkajian meliputi efek agen
anestesi dan memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi.
Aktivitas keperawatan kemudian berfokus padapeningkatan
penyembuhan pasien dan melakukan penyuluhan,perawatan tindak
lanjut dan rujukan yang penting untuk penyembuhan dan
rehabilitasi serta pemulangan ke rumah.Fase post operatif meliputi
beberapa tahapan, diantaranya adalah :
a) Pemindahan pasien dari kamar operasi ke unit perawatan pasca
anastesi (recovery room)Pemindahan ini memerlukan
pertimbangan khusus diantaranya adalah letak insisi bedah,
perubahan vaskuler dan pemajanan. Pasien diposisikan sehingga ia
tidak berbaring pada posisi yang menyumbat drain dan selang
drainase. Selama perjalanan transportasi dari kamar operasi ke
ruang pemulihan pasien diselimuti, jaga keamanan dan
kenyamanan pasien dengan diberikan pengikatan diatas lutut
dan siku serta side rail harus dipasang untuk mencegah terjadi
resiko injury. Proses transportasi ini merupakan tanggung
jawab perawat sirkuler dan perawat anastesi dengan koordinasi
dari dokter anastesi yang bertanggung jawab.
b) Perawatan post anastesi di ruang pemulihan atau unit perawatan
pasca anastesiSetelah selesai tindakan pembedahan, pasien harus
dirawat sementara di ruang pulih sadar (recovery room : RR) atau
unit perawatan pasca anastesi (PACU: post anasthesia care unit)
sampai kondisi pasien stabil, tidak mengalami komplikasi

9
operasi dan memenuhi syarat untuk dipindahkan ke ruang
perawatan (bangsal perawatan).PACU atau RR biasanya terletak
berdekatan dengan ruang operasi. Hal ini disebabkan untuk
mempermudah akses bagi pasien untuk:
- Perawat yang disiapkan dalam merawat pasca operatif (perawat
anastesi).
- Ahli anastesi dan ahli bedah.
- Alat monitoring dan peralatan khusus penunjang lainnya.
2.3. Tujuan/Indikasi
Tujuan pembedahan dilakukan dengan berbagai indikasi ,
diantaranya adalah :
a. Diagnostik, seperti dilakukan biopsi atau laparatomi eksplorasi.
b. Kuratif, seperti ketika mengeksisi masa tumor atau mengangkat
apendiks yang inflamasi.
c. Reparatif, seperti memperbaiki luka yang multipek.
d. Rekonstruktif atau Kosmetik, seperti perbaikan wajah.
e. Paliatif, seperti ketika harus menghilangkan nyeri atau memperbaiki
masalah, contoh ketika selang gastrostomi dipasang untuk
mengkompensasi terhadap kemampuan untuk menelan makanan.
2.4. Klasifikasi Perawatan Perioperatif
Pembedahan juga dapat diklasifikasikan sesuai dengan tingkat
urgensinya, yaitu :
a. Kedaruratan/Emergency, Pasien membutuhkan perhatian segera,
gangguan mungkin mengancam jiwa. Indikasi dilakukan
pembedahan tanpa di tunda. Contoh : perdarahan hebat, obstruksi
kandung kemih atau usus, fraktur tulang tengkorak, luka tembak atau
tusuk, luka bakar sanagat luas.

10
b. Urgen, pasien membutuhkan perhatian segera. Pembedahan dapat
dilakukan dalam 24-30 jam. Contoh : infeksi kandung kemih akut, batu
ginjal atau batu pada uretra.
c. Diperlukan, asien harus menjalani pembedahan. Pembedahan
dapat direncanakan dalam beberapa minggu atau bulan. Contoh :
Hiperplasiaprostat tanpa obstruksi kandung kemih. Gangguan tyroid,
katarak.
d. Elektif, pasien harus dioperasi ketika diperlukan. Indikasi
pembedahan, bila tidak dilakukan pembedahan maka tidak terlalu
membahayakan. Contoh : perbaikan Scar, hernia sederhana,
perbaikanvaginal.
e. Pilihan, keputusan tentang dilakukan pembedahan diserahkan
sepenuhnya pada pasien. Indikasi pembedahan merupakan pilihan
pribadi dan biasanya terkait dengan estetika. Contoh : bedah kosmetik.
Sedangkan menurut faktor resikonya, tindakan pembedahan di bagi
menjadi:
a) Minor  Menimbulkan trauma fisik yang minimal dengan resiko
kerusakan yang minim. Contoh : incisi dan drainage kandung kemih,
sirkumsisi
b) Mayor  Menimbulkan trauma fisik yang luas, resiko kematian
sangat serius. Contoh : Total abdominal histerektomi, reseksi colon,
dan lain-lain.
2.5. Tindakan Keperawatan Perioperatif
1. Persiapan Fisik
Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi dalam 2
tahapan, yaitu Persiapan di unit perawatan dan Persiapan di ruang operasi.
Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum
operasi antara lain :
1) Status kesehatan fisik secara umum

11
Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan
pemeriksaan status kesehatan secara umum, meliputi identitas klien,
riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan
keluarga, pemeriksaan fisik lengkap, antara lain status
hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi ginjal
dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain-lain. Selain
itu pasien harus istirahat yang cukup, karena dengan istirahat dan
tidur yang cukup pasien tidak akan mengalami stres fisik, tubuh lebih
rileks sehingga bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan
darahnya dapat stabil dan bagi pasien wanita tidak akan memicu
terjadinya haid lebih awal.
2) Status nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan
dan berat badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein
darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala
bentuk defisiensi nutrisi harus di koreksi sebelum pembedahan untuk
memberikan protein yang cukup untuk perbaikan jaringan. Kondisi
gizi buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami berbagai
komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih
lama dirawat di rumah sakit. Komplikasi yang paling sering terjadi
adalah infeksi pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga
luka tidak bisa menyatu), demam dan penyembuhan luka yang lama.
Pada kondisi yang serius pasien dapat mengalami sepsis yang bisa
mengakibatkan kematian.
3) Keseimbanganacairanadanaelektrolit
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan
input dan output cairan. Demikaian juga kadar elektrolit serum harus
berada dalam rentang normal. Kadar elektrolit yang biasanya
dilakuakan pemeriksaan diantaranya dalah kadar natrium serum

12
(normal : 135 -145 mmol/l), kadar kalium serum (normal : 3,5 - 5
mmol/l) dan kadar kreatinin serum (0,70 - 1,50 mg/dl).
Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan fungsi ginjal.
Dimana ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa dan
ekskresi metabolit obat-obatan anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka
operasi dapat dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal mengalami
gangguan seperti oliguri/anuria, insufisiensi renal akut, nefritis akut
maka operasi harus ditunda menunggu perbaikan fungsi ginjal.
Kecuali pada kasus-kasus yang mengancamajiwa.
4) Kebersihanalambungadanakolon
Lambung dan kolon harus di bersihkan terlebih dahulu.
Intervensi keperawatan yang bisa diberikan diantaranya adalah
pasien dipuasakan dan dilakukan tindakan pengosongan lambung dan
kolon dengan tindakan enema/lavement. Lamanya puasa berkisar
antara 7 sampai 8 jam (biasanya puasa dilakukan mulai pukul 24.00
WIB). Tujuan dari pengosongan lambung dan kolon adalah untuk
menghindari aspirasi (masuknya cairan lambung ke paru-paru) dan
menghindari kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga
menghindarkan terjadinya infeksi pasca pembedahan. Khusus pada
pasien yang menbutuhkan operasi CITO (segera), seperti pada pasien
kecelakaan lalu lintas. Maka pengosongan lambung dapat dilakukan
dengan cara pemasangan NGT (naso gastric tube).
5) Pencukuranadaerahaoperasi
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari
terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan karena
rambut yang tidak dicukur dapat menjadi tempat bersembunyi kuman
dan juga mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan
perawatan luka. Meskipun demikian ada beberapa kondisi tertentu
yang tidak memerlukan pencukuran sebelum operasi, misalnya pada

13
pasien luka incisi pada lengan. Tindakan pencukuran (scheren) harus
dilakukan dengan hati-hati jangan sampai menimbulkan luka pada
daerah yang dicukur. Sering kali pasien di berikan kesempatan untuk
mencukur sendiri agar pasien merasa lebih nyaman.
Daerah yang dilakukan pencukuran tergantung pada jenis operasi dan
daerah yang akan dioperasi. Biasanya daerah sekitar alat kelamin
(pubis) dilakukan pencukuran jika yang dilakukan operasi pada
daerah sekitar perut dan paha. Misalnya : apendiktomi, herniotomi,
uretrolithiasis, operasi pemasangan plate pada fraktur femur,
hemmoroidektomi. Selain terkait daerah pembedahan, pencukuran
pada lengan juga dilakukan pada pemasangan infus sebelum
pembedahan.
6) PersonalaHygine
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan
operasi karena tubuh yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan
dapat mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi. Pada pasien
yang kondisi fisiknya kuat diajurkan untuk mandi sendiri dan
membersihkan daerah operasi dengan lebih seksama. Sebaliknya jika
pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan personal hygiene secara
mandiri maka perawat akan memeberikan bantuan pemenuhan
kebutuhanapersonalahygiene.
7) Pengosonganakandungakemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan
pemasangan kateter. Selain untuk pengongan isi bladder tindakan
kateterisasi juga diperluka untuk mengobservasi balance cairan.
8) LatihanaPraaOperasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal
ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi
kondisi pasca operasi, seperti : nyeri daerah operasi, batuk dan

14
banyak lendir padaatenggorokan. Latihan yang diberikan pada pasien
sebelum operasi antara lain :
a. Latihan nafas dalam
b. Latihan batuk efektif
c. Latihan gerak sendi
2. Persiapan Psikologis
Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun
aktual pada integeritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stres
fisiologis maupun psikologis. Menurut Long B.C (2001), pasien
preoperasi akan mengalami reaksi emosional berupa kecemasan. Berbagai
alasan yang dapat menyebabkan ketakutan/kecemasan pasien dalam
menghadapi pembedahan antara lain:
a. Takut nyeri setelah pembedahan
b. Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi
normal (body image)
c. Takut keganasan (bila diagnosa yang ditegakkan belum pasti)
d. Takut/cemas mengalami kondisi yang sama dengan orang lain yang
mempunyai penyakit yang sama.
e. Takut/ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan
petugas.
f. Takut mati saat dibius/tidak sadar lagi.
g. Takut operasi gagal.
Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam
proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil
dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya. Masalah mental yang biasa
muncul pada pasien preoperasi adalah kecemasan. Untuk
mengurangi/mengatasi kecemasan pasien, perawat dapat menanyakan hal-
hal yang terkait dengan persiapan operasi.

15
Persiapan mental yang kurang memadai dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan pasien dan keluarganya. Sehingga tidak jarang
pasien menolak operasi yang sebelumnya telah disetujui dan biasanya
pasien pulang tanpa operasi dan beberapa hari kemudian datang lagi ke
rumah sakit setalah merasa sudah siap dan hal ini berarti telah menunda
operasi yang mestinya sudah dilakukan beberapa hari/minggu yang lalu.
Oleh karena itu persiapan mental pasien menjadi hal yang penting untuk
diperhatikan dan didukung oleh keluarga/orang terdekat pasien.
3. Persiapan Dokumen dan Inform Concent
a) Dokumen
Dokumentasi perawatan preoperatif merupakan dokumentasi
yang dilaksanakan pada catatan proses keperawatan sebelum
operasi. Hal-hal yang didokumentasikan antara lain : pengkajian
fisiologis, pengkajian psikososial, pendidikan kesehatan
preoperative, lokasi operasi, tingkat respons, efek medikasi, dan tes
diagnostic. Selain itu di dokumentasikan pula tanda vital,
pengkajian dan persiapan kulit, alat yang digunakan, pernyataan
atau perilaku pasien, dan obat-obatan yang diberikan.
b) Inform Concent
Informed Consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit
menjunjung tinggi aspek etik hukum, maka pasien atau orang yang
bertanggung jawab terhadap pasien wajib untuk menandatangani
surat pernyataan persetujuan operasi. Artinya apapun tindakan yang
dilakukan pada pasien terkait dengan pembedahan, keluarga
mengetahui manfaat dan tujuan serta segala resiko dan
konsekuensinya.
4. Persiapan Obat-obatan pre medikasi
Sebelum operasi dilakukan pada esok harinya. Pasien akan
diberikan obat-obatan premedikasi untuk memberikan kesempatan

16
pasien mendapatkan waktu istirahat yang cukup. Obat-obatan
premedikasi yang diberikan biasanya adalah valium atau diazepam.
Antibiotik profilaksis biasanya di berikan sebelum pasien di operasi.
Antibiotik profilaksis yang diberikan dengan tujuan untuk mencegah
terjadinya infeksi selama tindakan operasi, antibiotika profilaksis
biasanya di berikan 1-2 jam sebelum operasi dimulai dan dilanjutkan
pasca bedah 2- 3 kali. Antibiotik yang dapat diberikan adalah
ceftriakson 1gram dan lain-lain sesuai indikasi pasien.

17
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PERIOPERATIF

3.1 Pengkajian
a) Pengkajian fase Pre Operatif
- Pengkajian Psikologis  meliputi perasaan takut / cemas dan keadaan
emosi pasien
- Pengkajian Fisik  pengkajian tanda-tanda vital : tekanan darah,
nadi, pernafasan dan suhu.
- Sistem integument  apakah pasien pucat, sianosis dan adakah
penyakit kulit di area badan.
- Sistem Kardiovaskuler  apakah ada gangguan pada sisitem cardio,
validasi apakah pasien menderita penyakit jantung ?, kebiasaan
minum obat jantung sebelum operasi., Kebiasaan merokok, minum
alcohol, Oedema, Irama dan frekuensi jantung.
- Sistem pernafasan  Apakah pasien bernafas teratur dan batuk
secara tiba-tiba di kamar operasi.
- Sistem gastrointestinal  apakah pasien diare ?
- Sistem reproduksi  pakah pasien wanita mengalami menstruasi ?
- Sistem saraf  bagaimana kesadaran ?
- Validasi persiapan fisik pasien  apakah pasien puasa, lavement,
kapter, perhiasan, Make up, Scheren, pakaian pasien /

18
perlengkapan operasi dan validasi apakah pasien alaergi terhadap
obat ?
b) Pengkajian fase IntraOperatif
Hal-hal yang dikaji selama dilaksanakannya operasi bagi
pasien yang diberi anaesthesi total adalah yang bersifat fisik saja,
sedangkan pada pasien yang diberi anaesthesi lokal ditambah dengan
pengkajian psikososial. Secara garis besar yang perlu dikaji adalah:
- Pengkajian mental  Bila pasien diberi anaesthesi lokal dan
pasien masih sadar / terjaga maka sebaiknya perawat
menjelaskan prosedur yang sedang dilakukan terhadapnya dan
memberi dukungan agar pasien tidak cemas/takut
menghadapiprosedur tersebut.
- Pengkajian fisik  Tanda-tanda vital (bila terjadi
ketidaknormalan maka perawat harus memberitahukan
ketidaknormalan tersebut kepada ahli bedah).
- Transfusi dan infuse  Monitor flabot sudah habis apa belum.
- Pengeluaran urin  Normalnya pasien akan mengeluarkan urin
sebanyak 1 cc/kg BB/jam.
c) Pengkajian fase Post Operatif
- Status respirasi  Meliputi : kebersihan jalan nafas, kedalaman
pernafasaan, kecepatan dan sifat pernafasan dan bunyi nafas.
- Status sirkulatori  Meliputi : nadi, tekanan darah, suhu dan warna
kulit.
- Status neurologis  Meliputi tingkat kesadaran.
- Balutan  Meliputi : keadaan drain dan terdapat pipa yang harus
disambung dengan sistem drainage.
- Kenyamanan  Meliputi : terdapat nyeri, mual dan muntah

19
- Keselamatan  Meliputi : diperlukan penghalang samping tempat
tidur, kabel panggil yang mudah dijangkau dan alat pemantau
dipasang dan dapat berfungsi.
- Perawatan  Meliputi : cairan infus, kecepatan, jumlah cairan,
kelancaran cairan. Sistem drainage : bentuk kelancaran pipa,
hubungan dengan alat penampung, sifat dan jumlah drainage.
- Nyeri  Meliputi : waktu, tempat, frekuensi, kualitas dan faktor
yang memperberat / memperingan.

3.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien
yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan
(Boedihartono, 1994 : 17). Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien
Perioperatif (Wilkinson, M. Judith, 2006) meliputi :
1. Cemas b.d krisis situasional operasi (Pre operatif)
2. Kurang Pengetahuan b.d keterbatasan informasi tentang penyakit dan
proses operasi (Pre operatif)
3. Gangguan pertukaran gas b.d efek samping dari anaesthesi (Post
operatif)
4. Kerusakan integritas kulit b.d luka post operasi (Post operatif)
5. Nyeri akut b.d proses pembedahan (Post operatif)
3.3 Intervensi Keperawatan

N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi (Nic)


o Keperawatan Hasil (Noc)
1 Pre Operatif Tujuan : cemas Penurunan kecemasan
Cemas b.d dapat terkontrol.
- Bina hubungan saling
krisis Kriteria hasil : percaya dengan klien /
situasional
- Secara verbal dapat keluarga
Operasi
- Kaji tingkat kecemasan

20
mendemonstrasikan klien.
teknik menurunkan - Tenangkan klien dan
cemas mencari dengarkan keluhan klien
informasi yang dengan atensi
apat menurunkan - Jelaskan semua prosedur
cemas tindakan kepada setiap
- Menggunakan teknik akan melakukan tindakan
relaksasi untuk - Dampingi klien dan
menurunkan cemas ajak berkomunikasi yang
- Menerima status terapeutik
kesehatan - Berikan kesempatan pada
klien untuk
mengungkapkan
perasaannya.
- Ajarkan teknik relaksasi
- Bantu klien untuk
mengungkapkan hal-hal
yang membuat cemas.
- Kolaborasi dengan tim
kesehatan lain untuk
pemberian obat penenan
2. Pre Operatif Tujuan : bertambahnya Pendidikan kesehatan : proses
Kurang pengetahuan pasien penyakit
Pengetahuan tentang penyakitnya. - Kaji tingkat pengetahuan
b.d Pengetahuan: Proses klien.
keterbatasan Penyakit - Jelaskan proses terjadinya
informasi Kriteria hasil : penyakit, tanda gejala
tentang - Pasien mampu men serta komplikasi yang
penyakit jelaskan penyebab, mungkin terjadi
dan komplikasi dan - Berikan informasi
proses operas cara pencegahannya pada keluarga tentang
- Klien dan keluarga perkembangan klien.
kooperatif saat - Berikan informasi pada
dilakukan tindakan klien dan keluarga
tentang tindakan yang akan
dilakukan
- Diskusikan pilihan terapi
- Berikan penjelasan
tentang pentingnya
ambulasi dini
- Jelaskan komplikasi
kronik yang mungkin
akan muncu

21
3. Post Operatif Tujuan : kerusakan Pengelolaan jalan napas
Gangguan pertukaran gas tidak - Kaji bunyi paru,
pertukaran gas terjadi frekuensi nafas
b.d Status Pernapasan: kedalaman dan usaha
efek samping ventilasi nafas
dari Kriteria hasil : - Auskultasi bunyi napas,
anaesthesi. - Status neurologis tandai area penurunan
DBN atau hilangnya ventilasi
- Dispnea tidak ada dan adanya bunyi
- PaO2, PaCO2, Tambahan
pH arteri dan - Pantau hasil gas darah
SaO2 dalam batas dan kadar elektrolit
normal - Pantau status mental
- Tidak ada - Observasi terhadap
gelisah, sianosis, sianosis, terutama
dan keletihan membran mukosa mulut
- Pantau status pernapasan
dan oksigenasi
- Jelaskan penggunaan
alat bantu yang
diperlukan (oksigen,
pengisap,spirometer)
- Ajarkan teknik bernapas
dan relaksasi
- Laporkan perubahan
sehubungan dengan
pengkajian data (misal:
bunyi napas, pola
napas, sputum,efek dari
pengobatan)
- Berikan oksigen atau
udara yang
dilembabkan sesuai
dengan keperluan

4. Post Operatif Tujuan : kerusakan Perawatan luka


Kerusakan integritas - Ganti balutan plester dan
integritas kulit kulit tidak terjadi. debris
b.d Penyembuhan Luka: - Cukur rambut sekeliling
luka post Tahap daerah yang terluka, jika
operas Pertama perlu
Kriteria hasil : - Catat karakteristik luka
- Kerusakan kulit bekas operasi
tidak ada - Catat katakteristik dari
- Eritema kulit tidak beberapa drainase

22
ada - Bersihkan luka bekas
- Luka tidak ada pus operasi dengan sabun
- Suhu kulit DBN antibakteri yang cocok
- Rendam dalam larutan
saline yang sesuai
- Berikan pemeliharaan
lokasi IV
- Sediakan pemeliharaan
luka bekas operasi
sesuai kebutuhan
- Berikan pemeliharaan
kulit luka bernanah
sesuai kebutuhan
- Gunakan unit TENS
(Transcutaneous
Elektrikal Nerve
Stimulation)untuk
peningkatan penyembuhan
luka bekas operasi yang
sesuai
- Gunakan salep yang
cocok pada kulit/ lesi,
yang sesuai
- Balut dengan perban yang
cocok
- Pertahankan teknik
pensterilan perban
ketika merawat luka bekas
operasi
- Periksa luka setiap
mengganti perban
- Bandingkan dan mencatat
secara teratur perubahan
- perubahan pada luka
- Jauhkan tekanan pada luka
- Ajarkan pasien dan
anggota keluarga
prosedur perawatan luka
5 Post Operatif Tujuan : Manajemen Nyeri :
Nyeri Nyeri dapat teratasi. - Kaji nyeri secara
akut Kontrol Resiko komprehensif ( lokasi,
b.d Kriteria hasil : karakteristik, durasi,
proses - Klien melaporkan frekuensi, kualitas dan
pembedahan nyeri berkurang dg faktor presipitasi ).
scala 2-3 - Observasi reaksi NV dr

23
- Ekspresi wajah ketidak nyamanan.
tenang - Gunakan teknik
- klien dapat istirahat komunikasi terapeutik
dan tidur untuk
- v/s dbn - mengetahui pengalaman
nyeri klien
- Kontrol faktor
lingkungan yang
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan.
- Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologis/non
farmakologis).
- Ajarkan teknik non
farmakologis (relaksasi,
distraksi dll) untuk
mengetasi nyeri.
- Kolaborasi pemberian
analgetik untuk
mengurangi nyeri
- Evaluasi tindakan
pengurang nyeri
- Monitor TTV

24
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

Seorang laki-laki berusia 63 tahun dibawa ke rumah sakit umum oleh keluarganya
pukul 17.00 wib, dengan keluhan terdapat benjolan pada lipatan paha sebelah kiri,
dan terasa nyeri bila bekerja mengangkat barang yang berat. Hasil pengkajian pasien
tampak lemas, nyeri seperti ditusuk-tusuk, pasien mengatakan nyeri terasa dibagian
abdomen bawah (inguinalis). Pasien mengatakan nyeri terasa saat bergerak dan batuk,
pasien mengatakan nyeri berkurang saat tidur / istirahat, Skala nyeri 6, TD:
110/90mmHg, Nadi : 90x/menit, RR : 22x/m, S: 36,2C. Saat di UGD pasien
terpasang infus RL 20tpm, keterolac 30mg Drip cairan infus dan pasien terpasang
kateter. perawat akan melakukan tindakan keperawatan operasi pada pasien tersebut,
sebelum melakukan tindakan perawat sebelumnya menjelaskan prosedur tindakan
dan meminta persetujuan tindakan kepada pasien dan keluarganya.

4.1 Pengkajian
A. Identitas Klien
Nama : Tn.A
Usia : 63 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki

25
Diagnosa medis : Post op hernia inguinalis sinistra
B. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien dibawa ke rumah sakit pada tanggal 1 februari 2018 pukul 17.00 wib,
dengan keluhan terdapat benjolan pada lipatan paha sebelah kiri, dan terasa
nyeri. Nyeri dirasakan pasien saat bekerja mengangkat barang yang berat.
Pasien mengatakan nyeri berkurang saat tidur / istirahat. Nyeri dirasakan
seperti ditusuk-tusuk. Pasien mengatakan nyeri terasa dibagian abdomen
bawah (inguinalis). Skala nyeri 6, nyeri dirasakan hilang timbul.
C. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan tidak memiliki alergi obat / makanan, klien mengatakan
tidak pernah mengalami kecelakaan, klien mengatakan tidak pernah dirawat
dirumah sakit, klien baru kali ini menjalani operasi dan dirawat dirumah sakit.
D. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan keluarganya tidak memiliki penyakit turunan seperti
diabetes milletus, keluarga klien juga tidak mempunyai penyakit menular
seperti hepatitis, HIV/AIDS dan TBC.
E. Pola Kebiasaan
Pola Kebiasaan Sebelum sakit Saat sakit
Pola Nutrisi Pasien makan 3Xsehari, Pasien makan 3x
pagi,siang,sore/malam hari sehari pagi,siang,sore
jenis makanan klien yaitu nasi hari nafsu makan klien
dan sayur mayur, lauk pauk, tidak baik, keluhan
pasien mengatakan tidak ada saat makan klien
keluhan saat makan, tidak ada mengatakan tidak
kebiasaan saat makan, pasien nafsu makan, pasien
tidak mempunyai pantangan hanya menghabiskan
makanan atau alergi terhadap setengah porsi
makanan. makanan yang
disediakan. Pasien
makan dibantu oleh
anaknya. Pasien tidak
mengalami penurunan
BB.

26
Pola Cairan dan Pasien mengatakan minum 7- pasien minum 5-6gelas
8gelas sehari, pasien tidak /hari (±1500cc/hr),
Elektrolit
mengkonsumsi minuman klien terpasang IVFD
keras. cairan RL 20
tetes/menit (1500cc).

Pola Eliminasi Pasien mengatakan Bak 3-4kali Pasien terpasang


sehari, waktunya tidak
kateter
menentu, warna kuning pucat,
berbau khas, dan tidak ada
keluhan saat bak, tidak ada
keluhan saat BAB.

Pola Istirahat Pasien mengatakan saat sehat Pasien mengatakan


pasien tidur 5-6jam/hari, dan selama sakit tidur
dan Tidur
tidur siang 1-2jam/hari tidak hanya 5-6 jam/hari
ada keluhan saat tidur. namun sering
terbangun karna
gelisah merasakan
nyeri pada bagian luka
pasca operasi.

Pola Hygiene Pasien mengatakan biasa Pasien mengatakan


mandi 2xsehari pada pagi dan hanya dilap ditempat
sore hari dengan menggunakan tidur 2kali sehari, pagi
sabun mandi dan pasien dan sore hari. Rambut
mencuci rambut 2hari sekali. klien tampak bersih.
Pasien menggosok gigi 2kali
sehari.

Pola Aktivitas Pasien mengatakan saat pagi Pasien mengatakan


hari pasien beraktivitas bekerja saat sakit aktivitas
ke ladang (Sawah) dan berjalan pasien menjadi
kaki. terbatas,pasien hanya
tidur di tempat tidur
saja.

F. Pemeriksaan Fisik
1) Kesadaran umum

27
 Tingkat kesadaran : Compostmetis (GCS : E: 4 M:5 V:6)
 Tekanan Darah : 110/90mmHg
 Nadi : 90x/menit
 Pernafasan : 22x/m
 Suhu : 36,2 C

2) Pemeriksaan Fisik Persystem


a. Sistem Penglihatan
Keadaan kedua mata simetris kanan dan kiri, tidak ada peradangan
pada kelopak mata, pergerakan bola mata dapat mengikuti arah benda
yang bergerak didepan mata pasien. Konjungtiva ananemis, sklera
anikterik, keadaan pupil mengecil saat terkena cahaya dan tidak ada
tanda-tanda peradangan pada mata. Tidak ada keluhan pada mata
pasien.
b. Sistem Pendengaran
Keadaan telinga simetris antara kanan dan kiri, keadaan daun telinga
bersih, tidak ada cairan serumen yang keluar dari telinga dan tidak
ada tanda-tanda peradangan pada telinga pasien. Pendengaran pasien
baik.
c. Sistem Wicara
Pasien tidak mengalami kesulitaan dan gangguan saat berbicara.
Pasien berbicara menggunakan bahasa sunda dan bahasa indonesia.
d. Sistem Pernafasan
Pasien tidak terlihat sesak, frekuensi nafas pasien 22x/menit, irama
nafas pasien teratur, dada simetris, tidak ada tambahan suara nafas,
tidak ada nyeri dada, suara nafas normal. Pasien tidak memakai alat
bantu pernafasan.

28
e. Sistem Kardiovaskuler
- Sirkulasi perifer
Nadi 84x/menit dengan irama teratur, denyut nadi normal, akral
hangat tidak ada odema CTR <3 detik.
- Sirkulasi jantung
Kecepatan denyut apikal 80x/menit, irama teratur, suara jantung
lub-dup tidak ada kelainan bunyi jantung dan tidak ada nyeri
dada.

f. Sistem Pencernaan
Membran mukosa kering, terdapat karies gigi, tidak ada radang, tidak
mengalami kesulitan menelan, klien tidak mual, lidah pasien bersih,
bising usus 16x/menit. Tidak ada nyeri tekan pada abdomen. Pasien
tidak nafsu makan.
g. Sistem Urogenital
Pasien terpasang kateter, tidak ada nyeri tekan.
h. Sistem Integumen
Keadaan rambut pasien bersih, rambut pasien berwarna kelabu, kuku
pasien pendek dan bersih. Turgor kulit elastis, warna kulit sawo
matang,. Terdapat luka pasca operasi hernia inguinalis pada bagian
abdomen bawah (unguinalis) sebelah kiri Ukuran luka ±7cm, luka
jahit pasca operasi tampak basah dan merah, luka tertutup kassa
streil. Tidak ada dekubitus.
i. Sistem Musculoskeletal
Pasien mengalami kesulitan dalam pergerakan karna merasa nyeri
pasca operasi, pasien tidak ada kelainan pada tulang dan sendi.
Pasien tidak terdapat tanda-tanda fraktur.
G. Pemeriksaan Penunjang

29
1. Sinar X abdomen
2. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit
H. Analisa Data
Data Fokus Etiologi Problem
DS : Hernia Nyeri akut
- Pasien mengatakan nyeri
terasa dibagian paha Hernia inguinalis
sebelah kiri
- Pasien mengatakan nyeri
Kantung hernia memasuki
pada luka pasca operasi
celah inguinal
hernia inguinalis
- Pasien mengatakan nyeri
seperti di tusuk-tusuk
Dinding posterior canalis

- Pasien mengatakan nyeri inginal yang lemah


terasa hilang timbul
- Pasien mengatakan nyeri Benjolan pada region
saat bergerak dan batuk inguinal
DO :
- Skala nyeri 6 Diatas ligamentum inguinal
- TD : 110/90mmHg mengecil bila berbaring
- N : 90x/menit
- RR : 22x/m
Pembedahan
- S : 36,2 C

Insisi bedah

Terputusnya jaringan syaraf

Nyeri

4.2 Diagnosa Keperawatan

30
 Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (tindakan operasi), ditandai dengan :
DS :
- Pasien mengatakan nyeri terasa dibagian paha sebelah kiri
- Pasien mengatakan nyeri pada luka pasca operasi hernia inguinalis
- Pasien mengatakan nyeri seperti di tusuk-tusuk
- Pasien mengatakan nyeri terasa hilang timbul
- Pasien mengatakan nyeri saat bergerak dan batuk

DO :
- Skala nyeri 6
- TD : 110/90mmHg
- N : 90x/menit
- RR : 22x/m
- S : 36,2 C
4.3 Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil (SIKI)
(SLKI)
Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I.08238)
pencedera fisik tindakan Observasi
(tindakan operasi) keperawatan selama 1. Identifikasi lokasi,
3 x 24 jam, karakterisrik, durasi,
diharapkan tingkat frekuensi, kualitas,
nyeri pada pasien intensitas nyeri
menurun dengan 2. Indentifikasi skala nyeri
kriteria hasil : 3. Identifikasi faktor yang
1. Keluhan nyeri memperberat dan
menurun (5) memperingan nyeri
2. Meringis Terapeutik
menurun (4) 4. Berikan teknik non

31
3. Sikap protektif farmakologis untuk
menurun (4) mengurangi rasa nyeri
4. Gelisah menurun 5. Fasilitasi istirahat dan tidur
(5) Edukasi
5. Kesulitan tidur 6. Jelaskan penyebab,
menurun (4) periode, dan pemicu nyeri
7. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

4.4 Implementasi
Diagnosa Tanggal Jam Implementasi Respon
keperawatan
Nyeri akut b.d 02 – 02 - 09.00 Mengidentifikasi Pasien
agen pencedera 2018 lokasi, karakterisrik, mengatakan
fisik (tindakan durasi, frekuensi, nyeri terasa
dibagian paha
operasi) kualitas, intensitas
sebelah kiri
nyeri

09.15 Mengidentifikasi Pasien bersedia


skala nyeri untuk dikaji
skala nyeri.
Skala nyeri 6.
09.30 Mengidentifikasi Pasien
faktor yang mengatakan
memperberat dan nyeri terasa
memperingan nyeri saat bergerak

32
dan batuk,
pasien
mengatakan
nyeri berkurang
saat tidur /
istirahat.
09.40 Memberikan teknik Pasien bersedia
non farmakologis diberikan terapi
untuk mengurangi murottal.
rasa nyeri Pasien tampak
tenang saat
mendengarkan
terapi murottal

10.15 Memfasilitasi istirahat Pasien merasa


dan tidur lebiih nyaman
10.25 Menjelaskan Pasien mengerti
penyebab, periode, terhadap yang
dan pemicu nyeri dijelaskan oleh
perawat
10.40 Mengajarkan teknik Pasien bersedia
nonfarmakologis dilatih terapi
untuk mengurangi murottal untuk
rasa nyeri mengurangi
rasa nyeri
10.50 Mengkolaborasi Pasien
pemberian analgetik meminum obat,
dan merasa
lebih baik.

33
4.5 Evaluasi Keperawatan
Diagnosa Evaluasi
Keperawatan
Nyeri akut b.d agen S :
pencedera fisik - Klien mengatakan nyeri sedikit berkurang
(tindakan operasi) - Pasien mengatakan setelah mendengar murottal merasa
nyaman dan tenang
- Skala nyeri menjadi 5
O:
- Pasien tampak rileks
- Pasien tampak lebih tenang setalah mendengarkan terapi
murottal
- Skala nyeri 5
- Luka operasi pasien tampak mulai mengering.
A : Masalah keperawatan nyeri akut teratasi sebagian
P:
- lanjutkan intervensi
- mengkaji karakteristik nyeri
- tehnik distraksi murottal
- tehnik relaksasi nafas dalam
- koaborasi dengan tim medis pemberian analgetik

34
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Keperawatan perioperative adalah periode sebelum, selama dan
sesudah operasi berlangsung, yang mana tugas perawatan yaitu memberikan
kenyamanan terhadap pasien supaya saat dilaksanakannya operasi hingga
pasca operasi sampai pemulihan pasien, hingga pasien sembuh, pasien merasa
nyaman dan tercukupi kebutuhan – kebutuhannya. Dalam fase penyembuhan
apabila pasien sudah diperbolehkan pulang tugas perawat yaitu memberikan
penyuluhan tindakan perawatan diri pasien, terhadap keluarga dan pasien itu
sendiri, supaya terjaga kesehatan pasien dan terawatt dengan baik, sehingga
pasien sehat seperti sediakala.
5.2 Saran
Dengan adanya makalah ini yang berisikan tentang Konsep Dasar
Keperawatan Perioperatif diharapkan mahasiswa mengetahui, mengerti, dan
memahami akan arti, manfaat serta akibat/dampak dari apa yang telah dibahas
pada makalah tersebut.

35
DAFTAR PUSTAKA

https://studylibid.com/doc/4280001/konsep-dasar-keperawatan-perioperatif
https://id.scribd.com/document/389641109/Konsep-Dasar-Keperawatan-Perioperatif
http://perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1301460038/3-Maya-
BAB_II-Tinjauan_Pustaka.pdf
https://id.scribd.com/doc/241676564/Konsep-Dasar-Keperawatan-Perioperatif

36

Anda mungkin juga menyukai