ANSIETAS / KECEMASAN
Disusun Oleh :
RIZAL GUNAWAN
113221002
B. Etiologi
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kecemasan, antara lain faktor
organ biologi, faktor psikoedukatif. Faktor organ biologi adalah
ketidakseimbangan zat kimia pada otak yang disebut neurotransmitter yang
disebabkan karena kurangnya oksigen. Faktor psikoedukatif adalah faktor
faktor psikologi yang berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian
seseorang, baik hal yang menentramkan, menyenangkan dan menyedihkan.
1. Faktor Predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang
dapat menyebabkan timbulnya kecemasan. Ketegangan dalam
kehidupan tersebut dapat berupa :
a) Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan
berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis
perkembangan atau situasional.
b) Konflik emosional, yang dialami individu dan tidak
terselesaikan dengan baik. Konflik antara id dan superego atau
antara keinginan dan kenyataan dapat menimbulkan
kecemasan pada individu.
c) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan
individu berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan
kecemasan.
d) Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk
mengambil keputusan yang berdampak terhadap ego.
e) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena
merupakan ancaman terhadap integritas fisik yang dapat
mempengaruhi konsep diri individu.
f) Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga
menangani stress akan mempengaruhi individu dalam
berespon terhadap konflik yang dialami karena pola
mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.
g) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan
mempengaruhi respons individu dalam berespons terhadap
konflik dan mengatasi kecemasannya.
h) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah
pengobatan yang mengandung benzodizepin, karena
benzodiazepine dapat menekan neurotransmiter gamma amino
butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di
otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.
2. Faktor presipitasi
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang
dapat mencetuskan timbulnya kecemasan. Stressor presipitasi
kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
a) Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang
mengancam integritas fisik yang meliputi :
1) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme
fisiologis sistem imun, regulasi suhu tubuh, perubahan
biologis normal (misalnya : hamil).
2) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus
dan bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan
nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.
b) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan
eksternal.
1) Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan
interpersonal di rumah dan tempat kerja, penyesuaian
terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap
integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
2) Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai,
perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan
kelompok, sosial budaya.
(Elvira, 2008)
C. Pohon Masalah
Insomnia Akibat
Ansietas
Penyebab
Stressor (Kondisi sekarang)
D. Klasifikasi Ansietas
Ansietas memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek
membahayakan, yang bergantung pada tingkat ansietas, lama ansietas
yang dialami, dan seberapa baik individu melakukan koping terhadap
ansietas. Menurut Videbeck (2008) ada empat tingkat kecemasan yang
dialami oleh individu yaitu ringan, sedang, berat dan panik.
a. Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan
membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan
membantu individu memfokuskan perhatian untuk belajar,
menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, merasakan, dan
melindungi diri sendiri.
1) Respons fisik
a) Ketegangan otot ringan
b) Sadar akan lingkungan
c) Rileks atau sedikit gelisah
d) Penuh perhatian
e) Rajin
2) Respon kognitif
a) Lapang persepsi luas
b) Terlihat tenang, percaya diri
c) Perasaan gagal sedikit
d) Waspada dan memperhatikan banyak hal
e) Mempertimbangkan informasi
f) Tingkat pembelajaran optimal
3) Respons emosional
a) Perilaku otomatis
b) Sedikit tidak sadar
c) Aktivitas menyendiri
d) Terstimulasi
e) Tenang
c. Ansietas berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman,
memperlihatkan respons takut dan distress. Menurut Videbeck (2008),
respons dari ansietas berat adalah sebagai berikut :
1) Respons fisik
a) Ketegangan otot berat
b) Hiperventilasi
c) Kontak mata buruk
d) Pengeluaran keringat meningkat
e) Bicara cepat, nada suara tinggi
f) Tindakan tanpa tujuan dan serampangan
g) Rahang menegang, mengertakan gigi
h) Mondar-mandir, berteriak
i) Meremas tangan, gemetar
2) Respons kognitif
a) Lapang persepsi terbatas
b) Proses berpikir terpecah-pecah
c) Sulit berpikir
d) Penyelesaian masalah buruk
e) Tidak mampu mempertimbangkan informasi
f) Hanya memerhatikan ancaman
g) Preokupasi dengan pikiran sendiri
h) Egosentris
3) Respons emosional
a) Sangat cemas
b) Agitasi
c) Takut
d) Bingung
e) Merasa tidak adekuat
f) Menarik diri
g) Penyangkalan
h) Ingin bebas
H. Penatalaksanaan
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap
pencegahaan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang
bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik), psikologik atau
psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkpanya seperti pada uraian
berikut :
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a. Makan makanan yang berigizi dan seimbang
b. Tidur yang cukup
c. Olahraga yang teratur
d. Tidak merokok dan tidak minum minuman keras
2. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas
(anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam,
lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.
3. Terapi somatic
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala
ikutan atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk
menghilangkan keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan
obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara
lain:
a. Psikoterapi suportif
b. Psikoterapi re-edukatif
c. Psikoterapi re-konstruktif
d. Psikoterapi kognitif
e. Psikoterapi psikodinamik
f. Psikoterapi keluarga
5. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya
dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai
problem kehidupan yang merupakan stressor psikososial.
I. Komplikasi
a. Depresi
b. Somatoform
c. Skizofrenia Hibefrenik
d. Skizofrenia Simplek
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Faktor Predisposisi.
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas :
a) Teori Psikoanalitik
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua
elemen kepribadian, ID dan superego. ID mewakili dorongan
insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego
mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh
norma- norma budaya seseorang. Ego atau Aku, berfungsi
menengahi hambatan dari dua elemen yang bertentangan dan
fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b) Teori Interpersonal.
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya
penerimaan dari hubungan interpersonal. Ansietas juga
berhubungan dengan perkembangan, trauma seperti perpisahan
dan kehilangan sehingga menimbulkan kelemahan spesifik.
Orang dengan harga diri rendah mudah mengalami
perkembangan ansietas yang berat.
c) Teori Perilaku.
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan
yang diinginkan. Daftar tentang pembelajaran meyakini bahwa
individu yang terbiasa dalam kehidupan dininya dihadapkan
pada ketakutan yng berlebihan lebih sering menunjukkan
ansietas pada kehidupan selanjutnya.
d) Kajian Keluarga.
Menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang
biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam
gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan
depresi.
e) Kajian Biologis.
Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus
benzodiazepine. Reseptor ini mungkin membantu mengatur
ansietas penghambat dalam aminobutirik. Gamma
neuroregulator (GABA) juga mungkin memainkan peran utama
dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas
sebagaimana halnya endorfin. Selain itu telah dibuktikan
kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai
predisposisi terhadap ansietas. Ansietas mungkin disertai
dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas
seseorang untuk mengatasi stressor.
2. Faktor Presipitasi.
Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal.
Stressor pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori :
a) Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi
ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau
menurunnya kapasitas untuk melakukan aktifitas hidup
sehari- hari.
b) Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat
membahayakan identitas, harga diri dan fungsi sosial yang
terintegrasi seseorang.
3. Perilaku.
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan
fisiologi dan perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya
gejala atau mekanisme koping dalam upaya melawan kecemasan.
Intensietas perilaku akan meningkat sejalan dengan peningkatan tingkat
kecemasan.
4. Sumber Koping.
Individu dapat mengalami stress dan ansietas dengan
menggerakkan sumber koping tersebut di lingkungan. Sumber
koping tersebut sebagai modal ekonomok, kemampuan
penyelesaian masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya
dapat membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang
menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang berhasil.
5. Mekanisme Koping.
Ketika mengalami ansietas individu menggunakan berbagai
mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya dan
ketidakmampuan mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan
penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Ansietas tingkat
ringan sering ditanggulangi tanpa yang serius.
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan 2 jenis mekanisme
koping:
a) Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang
disadari dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi
secara realitis tuntutan situasi stress.
b) Mekanisme pertahanan ego, membantu mengatasi ansietas
ringan dan sedang, tetapi jika berlangsung pada tingkat
sadar dan melibatkan penipuan diri dan distorsi realitas,
maka mekanisme ini dapat merupakan respon maladaptif
terhadap stress. Sebuah sumber menjelaskan bahwa ada dua
mekanisme koping yang dikategorikan untuk mengatasi
ansietas :
c) Reaksi yang berorientasi pada tugas (Task Oriented
Reaction).
Merupakan pemecahan masalah secara sadar digunakan
untuk menanggulangi ancaman stressor yang ada secara
realistis, yaitu :
1) Perilaku menyerang (agresif).
Biasanya digunakan individu untuk mengatasi
rintangan agar memenuhi kebutuhan.
2) Perilaku menarik diri.
Digunakan untuk menghilangkan sumber ancaman
baik secara fisik maupun secara psikologis.
3) Perilaku kompromi.
Digunakan untuk mengubah tujuan-tujuan yang
akan dilakukan atau mmengorbankan kebutuhan
personal untuk mencapai tujuan.
d) Mekanisme pertahanan ego (Ego Oriented Reaction).
Mekanisme pertahanan Ego membantu mengatasi ansietas
ringan maupun sedang yang digunakan untuk melindungi
diri dan dilakukan secara tidak sadar untuk
mempertahankan ketidakseimbangan.
Adapun mekanisme pertahanan Ego adalah :
1) Kompensasi.
Adalah proses dimana seseorang memperbaiki
penurunan citra diri dengan secara tegas menonjolkan
keistimewaan/kelebihan yang dimilikinya.
2) Penyangkalan (Denial).
Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan
mengingkari realitas tersebut. Mekanisme pertahanan
ini paling sederhana dan primitif.
3) Pemindahan (Displacemen).
Pengalihan emosi yag semula ditujukan pada
seseorang/benda tertentu yang biasanya netral atau
kurang mengancam terhadap dirinya.
4) Disosiasi
Pemisahan dari setiap proses mental atau prilaku dari
kesadaran atau identitasnya.
5) Identifikasi (Identification).
Proses dimana seseorang mencoba menjadi orang yang
ia kagumi dengan mengambil/menirukan pikiran-
pikiran,prilaku dan selera orang tersebut.
6) Intelektualisasi (Intelektualization).
Penggunaan logika dan alasan yang berlebihan untuk
memghindari pengalaman yang mengganggu
perasaannya.
7) Introjeksi (Intrijection).
Mengikuti norma-norma dari luar sehingga ego tidak
lagi terganggu oleh ancaman dari luar (pembentukan
superego)
8) Fiksasi.
Berhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek
tertentu (emosi atau tingkah laku atau pikiran)s ehingga
perkembangan selanjutnya terhalang.
9) Proyeksi.
Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri
kepada orang lain terutama keinginan. Perasaan
emosional dan motivasi tidak dapat ditoleransi.
10) Rasionalisasi.
Memberi keterangan bahwa sikap/tingkah lakunya
menurut alasan yang seolah-olah rasional, sehingga
tidak menjatuhkan harga diri.
11) Reaksi formasi.
Bertingkah laku yang berlebihan yang langsung
bertentangan dengan keinginan-keinginan,perasaan
yang sebenarnya.
12) Regressi.
Kembali ketingkat perkembangan terdahulu (tingkah
laku yang primitif), contoh; bila keinginan terhambat
menjadi marah, merusak, melempar barang, meraung,
dsb.
13) Represi.
Secara tidak sadar mengesampingkan pikiran, impuls,
atau ingatan yang menyakitkan atau bertentangan,
merupakan pertahanan ego yang primer yang cenderung
diperkuat oleh mekanisme ego yang lainnya.
14) Acting Out.
Langsung mencetuskan perasaan bila keinginannya
terhalang.
15) Sublimasi.
Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya
dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang
mengalami halangan dalam penyalurannya secara
normal.
16) Supresi.
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme
pertahanan tetapi sebetulnya merupakan analog represi
yang disadari;pengesampingan yang disengaja tentang
suatu bahan dari kesadaran seseorang;kadang-kadang
dapat mengarah pada represif berikutnya.
17) Undoing.
Tindakan/perilaku atau komunikasi yang
menghapuskan sebagian dari tindakan/perilaku atau
komunikasi sebelumnya merupakan mekanisme
pertahanan primitif.
(Kusumawati & Hartono, 2012)
B. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa yang biasanya muncul pada kecemasan adalah :
1. Penyelesaian kerusakan.
2. Kecemasan.
3. Pola napas tidak efektif.
4. Koping individu tidak efektif.
5. Diam.
6. Gangguan pembagian bidang energi.
7. Ketakutan.
8. Inkontinensial.
9. Stres.
10. Cedera resiko terhadap......
11. Perubahan nutrisi.
12. Respon pasca trauma.
13. Ketidakberdayaan.
14. Gangguan harga diri.
15. Gangguan pola tidur.
16. Isolasi sosial.
17. Perubahan proses berfikir.
18. Gangguan eliminasi urine.
C. Intervensi Keperawatan
Dx Kep Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Ansietas TUM : Setelah 1 X 15 menit 1. Bina hubungan saling percaya
(Kecemasan) Pasien tidak merasa interaksi, pasien dengan menerapkan prinsip
cemas lagi . menunjukkan tanda- komunikasi terapeutik.
tanda percaya kepada 2. Sapa pasien dengan ramah baik
TUK 1 : perawat: verbal maupun nonverbal
Pasien dapat 1) Wajah cerah, 3. Perkenalkan diri secara sopan
membina hubungan tersenyum 4. Tanyakan nama lengkap pasien
saling percaya 2) Mau berkenalan dan nama panggilan yang di sukai
3) Ada kontak mata pasien
5. Jelaskan tujuan pertemuan
6. Jujur dan menepati janji
7. Tunjukkan sikap empati dan
menerima pasien apa adanya
E. EVALUASI
Merupakan proses berkelanjutan untuk menilai aspek dari tindakan
yang dilakukan secara terus menerus terhadap respon pasien evaluasi
adalah hasil yang dilihat dan perkembangan persepsi pasien pertumbuhan
perbandingan perilakunya dengan kepribadian yang sehat.
Evaluasi dilakukan dengan pendekatan SOAP:
S: respon subyektif pasien terhadap keperawatan yang telah dilaksanakan
O: respon objektif pasien terhadapa keperawatan yang dilaksanakan
A: analisa ulang atas data subyektif dan objektif untuk menyimpulkan
apakah masih tetap atau masuk giliran baru.
P: Perencanaan untuk tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respom
pasien.
Hasil yang diharapkan setelah melakukan intervensi pada pasien
dengan ansietas/cemas yaitu :
a. Pasien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
b. Pasien mengetahui atau mengenal ansietasnya
c. Pasien dapat mengontrol cemas dengan relaksasi nafas dalam.
DAFTAR PUSTAKA
Bickley, Lynn S. 2009. Buku Ajar Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan
Bates. Jakarta: EGC
Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika
Hawari, D. 2008. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI
Kusumawati & Hartono. 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika
Maramis, Willy F & Maramis Albert A. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa.
Surabaya: Airlangga UniversityPress.
Stuart & Sundeen. 2014. Buku Saku Keperawatan Jiwa ( Edisi 3). Jakarta : EGC