Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA

PADA KLIEN DENGAN ANSIETAS

Disusun Oleh:

Melfin Al Fatih

2211040194

PROGRAM STUDI PENDIDKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2023
LAPORAN PENDAHULUAN

I. MASALAH UTAMA
Ansietas
II. PROSES TERJADINYA MASALAH (PSIKOPATOLOGI)
A. Pengertian
Ansietas merupakan respon tubuh terhadap peristiwa yang terjadi,
dimana respon tubuh tersebut lebih bersifat negatif sehingga
menimbulkan ketidaknyamanan bagi klien (Zaini, 2019).
Kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dan kekhawatiran
yang timbul karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan
tetapi sumbernya sebagian besar tidak diketahui dan berasal dari dalam
(Wahyuni, 2018).
Kecemasan merupakan suatu respon psikologis maupun fisiologis
individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan, atau reaksi
atas situasi yang dianggap mengancam (Hulu & Pardede, 2016).
Ansietas atau kecemasan merupakan keadaan psikiatri yang paling
sering ditemukan di seluruh dunia. Kecemasan masih di dianggap hal
wajar yang pernah dialami oleh setiap manusia dan sudah dianggap
sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Namun saat kecemasan
berlanjut dan tidak ditangani dengan tepat akan menyebabkan guncangan
mental dan memiliki efek yang tidak menguntungkan pada tubuh yang
dapat berkembang menjadi kondisi kronis (Maulana., dkk., 2019).
Menurut Zakariah (2015) kecemasan adalah suatu perasaan yang
tidak menyenangkan yang digambarkan dengan kegelisahan atau
ketegangan dan tanda –tanda hemodinamik yang abnormal sebagai
konsekuensi dari stimulasi simpatik, parasimpatik dan endokrin).
B. Faktor Predisposisi
Menurut Prabowo (2014) ada faktor-faktor yang mempengaruhi
kecemasan, yaitu :
1. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress
akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang
dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari
dalam keluarga. Menurut Stuart dan sudden (2016) individu dapat
mengatasi kecemasan dengan menggerakkan sumber koping di
lingkungan. Sumber koping tersebut yang berupa dukungan sosial,
modal ekonomi, kemampuan penyelesaian masalah dan keyakinan
budaya. Sarafino & Smith (2011) dukungan sosial bisa datang dari
banyak sumber, yaitu : keluarga, pasangan, teman atau organisasi
komunitas.
2. Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan
berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis
perkembangan atau situasional.
3. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu
berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
4. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
5. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan
ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep
diri individu.
6. Konflik emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan
dengan baik.
7. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan
dapat menimbulkan kecemasan pada individu.
8. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi
respon individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi
kecemasannya.
9. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah
pengobatan yang mengandung benzodizepin, karena benzodiazepin
dapat menekan neurotransmiter gamma amino butyric acid (GABA)
yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab
menghasilkan kecemasan.
C. Faktor Presipitasi
Pengalaman cemas setiap individu bervariasi bergantung pada situasi
dan hubungan interpersonal. Ada dua faktor presipitasi yang
mempengaruhi kecemasan, yaitu :
1. Faktor Eksternal
a. Ancaman Integritas Diri
Meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan terhadap
kebutuhan dasar (penyakit, trauma fisik,pembedahan yangakan
dilakukan).
b. Ancaman Sistem Diri
Antara lain: ancaman terhadap identitas diri, harga diri, hubungan
interpersonal, kehilangan, dan perubahan status dan peran.
2. Faktor Internal
a. Potensial Stresor
Stresor psikososial merupakan keadaan yang menyebabkan
perubahan dalam kehidupan sehingga individu dituntut untuk
beradaptasi.
b. Maturitas
Kematangan kepribadian inidividu akan mempengaruhi
kecemasan yang dihadapinya. Kepribadian individu yang lebih
matur maka lebih sukar mengalami gangguan akibat kecemasan,
karena individu mempunyai daya adaptasi yang lebih besar
terhadap kecemasan.
c. Pendidikan
Tingkat pendidikan individu berpengaruh terhadap kemampuan
berpikir. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka individu
semakin mudah berpikir rasional dan menangkap informasi baru.
Kemampuan analisis akan mempermudah individu dalam
menguraikan masalah baru.
d. Respon Koping
Mekanisme koping digunakan seseorang saat mengalami
kecemasan. Ketidakmampuan mengatasi kecemasan secara
konstruktif merupakan penyebab terjadinya perilaku patologis.
e. Status Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi yang rendah pada seseorang akan
menyebabkan individu mudah mengalami kecemasan.
f. Keadaan Fisik Individu yang mengalami gangguan fisik akan
mudah mengalami kelelahan fisik. Kelelahan fisik yang dialami
akan mempermudah individu mengalami kecemasan.
g. Lingkungan dan Situasi
Seseorang yang berada di lingkungan asing lebihmudahmengalami
kecemasan dibandingkan di lingkungan yang sudah dikenalnya.
h. Dukungan Sosial
Dukungan sosial dan lingkungan merupakan sumber koping
individu. Dukungan sosial dari kehadiran orang lainmembantu
seseorang mengurangi kecemasan sedangkan lingkungan
mempengaruhi area berfikir individu.
i. Usia
Usia muda lebih mudah cemas dibandingkan individu dengan usia
yang lebih tua.
j. Jenis Kelamin
Gangguan kecemasan tingkat panik lebih sering dialami wanita
daripada pria.
D. Tanda dan Gejala
Tanda & gejala ansietas menurut Rohmawati, dkk tahun 2019 :
1. Respon Fisik
a. Pernafasan cepat dan singkat.
b. Tekanan darah meninggi/menurun.
c. Jantung berdebar rasa mau pingsan.
d. Terengah-engah.
e. Kehilangan nafsu makan.
f. Mual/muntah.
g. Diare.
h. Konstipasi.
i. Insomnia.
j. Sering berkemih.
k. Gelisah
l. Wajah pucat.
m. Gatal.
2. Respons kognitif
a. Fokus pada satu hal saja biasanya yang diperhatikan saja.
b. Sulit menerima informasi selain dari dirinya (dari luar).
c. Persepsi semakin sempit.
d. Gangguan perhatian.
e. Konsentrasi hilang.
f. Pelupa.
g. Salah tafsir.
h. Menurutnya lapangan persepsi.
i. Kreatifitas dan produktifitas menurun.
j. Bingung.
k. Rasa khwatir yang berlebihan.
l. Kehilangan penilaian objektifitas.
m. Takut berlebih.
3. Respons perilaku kognitif dan emosi
a. Kurang koordinasi dan bicara cepat.
b. Keenggangan fisik, misal gerakan meremas tangan.
c. Menghindar dan menarik diri.
E. Tingkat kecemasan
Menurut Halter (2014) ada 4 klasifikasi tingkat ansietas yaitu
ansietas ringan, ansietas sedang, ansietas berat, dan panik.
1. Kecemasan ringan
Penyebab dari ansietas ringan biasanya karena pengalaman
kehidupan sehari-hari dan memungkinkan individu menjadi lebih
fokus pada realitas. Individu akan mengalami ketidaknyamanan,
mudah marah, gelisah, atau adanya kebiasaan untuk mengurangi
ketegangan (seperti menggigit kuku, menekan jari-jari kaki atau
tangan).
Menurut Asmadi, respons fisiologis yang terjadi pada ansietas
ringan yaitu nadi dan tekanan darah sedikit meningkat, adanya
gangguan pada lambung, muka berkerut, dan bibir bergetar.Respons
kognitif dan afektif yang terjadi yaitu gangguan konsentrasi, tidak
dapat duduk tenang, dan suara kadang-kadang meningkat.
2. Kecemasan sedang
Pada ansietas sedang, lapang pandang individu menyemit. Selain
itu individu mengalami penurunan pendengaran, penglihatan, kurang
menangkap informasi dan menunjukkan kurangnya perhatian pada
lingkungan. Terhambatnya kemampuan untuk berpikir jernih, tapi
masih ada kemampuan untuk belajar dan memecahkan masalah
meskipun tidak optimal.
Respons fisiologis yang dialami yaitu jantung berdebar,
meningkatnya nadi dan respiratory rate, keringat dingin, dan gejala
somatik ringan (seperti gangguan lambung, sakit kepala, sering
berkemih). Terdengar suara sedikit bergetar. Ansietas ringan atau
ansietas sedang dapat menjadi sesuatu yang membangun karena
kecemasan yang terjadi merupakan sinyal bahwa individu tersebut
membutuhkan perhatian atau kehidupan individu tersebut dalam
keadan bahaya.
3. Kecemasan berat
Semakin tinggi level ansietas, maka lapang pandang seseorang
akan semakin menurun atau menyempit. Seseorang yang mengalami
ansietas berat hanya mampu fokus pada satu hal dan mengalami
kesulitan untuk memahami apa yang terjadi. Pada level ini individu
tidak memungkinkan untuk belajar dan memecahkan masalah, bahkan
bisa jadi individu tersebut linglung dan bingung. Gejala somatik
meningkat, gemetar, mengalami hiperventilasi, dan mengalami
ketakutan yang besar.
4. Panik (kecemasan sangat berat)
Individu yang mengalami panik sulit untuk memahami kejadian
di lingkungan sekitar dan kehilangan rangsangan pada kenyataan.
Kebiasaan yang muncul yaitu mondar-mandir, mengamuk, teriak, atau
adanya penarikan dari lingkungan sekitar. Adanya halusinasi dan
persepsi sensorik yang palsu (melihat seseorang atau objek yang tidak
nyata). Tidak terkoordinasinya fisiologis dan adanya gerakan impulsif.
Pada tahap panik ini individu dapat mengalami kelelahan. Kecemasan
yang dialami akan memberikan berbagai respon yang dapat
dimanifestasikan pada respon fisiologis, respon kognitif dan respon
perilaku yang tergambar pada tabel di bawah ini:

F. Rentang Respon Kecemasan


1. Respons Adaptif
Hasil yang positif akan didapatkan jika individu dapat menerima dan
mengatur kecemasan. Kecemasandapat menjadi suatu tantangan,
motivasi yang kuat untuk menyelesaikan masalah dan merupakan
sarana untuk mendapatkan penghargaan yang tinggi. Strategi adaptif
biasanya digunakan seseorang untuk mengatur kecemasan antara lain
dengan berbicara kepada orang lain, menangis, tidur, latihan, dan
menggunakan teknik relaksasi.
2. Respons Maladaptif
Ketika kecemasan tidak dapat diatur, individu menggunakan
mekanisme koping yang disfungsi dan tidak berkesinambungan
dengan yang lainnya. Koping maladaptif mempunyai banyak jenis
termasuk perilaku agresif, bicara tidak jelas isolasi diri, banyak
makan, konsumsi alkohol, berjudi, dan penyalahgunaan obat terlarang.
G. Pohon Masalah
III. DATA dan MASALAH KEPERAWATAN
A. DATA (SUBJEKTIF DAN OBJEKTIF) dan Masalah Keperawatan
Menurut PPNI (2016), data subjektif dan data objektif sebagai
berikut :

Data Subyektif dan Obyektif Masalah Keperawatan


DS : Ansietas
1. Merasa bingung.
2. Merasa khawatir dengan akibat dari
kondisi yang dihadapi.
3. Sulit berkonsentrasi.
4. Mengeluh pusing.
5. Anoreksia.
6. Palpitasi.
7. Merasa tidak berdaya
DO :
1. Tampak gelisah.
2. Tampak tegang.
3. Sulit tidur.
4. Frekuensi napas meningkat.
5. Frekuensi nadi meningkat.
6. Tekanan darah meningkat.
7. Diaphoresis.
8. Tremor.
9. Muka tampak pucat.
10. Suara bergetar.
11. Kontak mata buruk.
12. Sering berkemih.
13. Berorientasi pada masa lalu
B. Data yang Perlu Dikaji Lebih Lanjut
1. Perilaku
Produktivitas menurun, mengamati dan waspada, kontak mata, jelek,
gelisah, melihat sekilas sesuatu , pergerakan berlebihan (seperti; foot
shuffling, pergerakan lengan/tangan), ungkapan perhatian berkaitan
dengan merubah peristiwa dalam hidup, insomnia, perasaan gelisah.
2. Afektif
Menyesal, iritabel, kesedihan mendalam, takut, gugup, suka cita
berlebihan, nyeri dan ketidak berdayaan meningkat secara menetap,
gemertak, ketidak pastian, kekhawatiran meningkat, fokus pada diri
sendiri, perasaan tidak adekuat, ketakutan, distressed, khawatir,
prihatin dan mencemaskan.
3. Fisiologis
Suara bergetar, gemetar/tremor tangan, bergoyang-goyang, respirasi
meningkat, kesegeraan berkemih ( parasimpatis), nadi meningkat,
dilasi pupil, refleks-refleks meningkat, nyeri abdomen, gangguan
tidur, perasaan geli pada ekstrimitas, eksitasi kardiovaskuler, peluh
meningkat, wajah tegang, anoreksia, jantung berdebar-debar , diarhea,
keragu-raguan berkemih kelelahan, mulut kering, kelemahan, nadi
berkurang, wajah bergejolak, vasokontriksi supervisial, berkedutan,
tekanan darah menurun mual, keseringan berkemih, pingsan, sukar
bernafas, tekanan darah meningkat .
4. Kognitif
Hambatan berfikir, bingung, preokupasi, pelupa, perenungan,
perhatian, lemah, lapang persepsi menurun, takut akibat yang tidak
khas, cenderung menyalahkan orang lain, sukar berkonsentrasi,
kemampuan berkurang terhadap: (memecahkan masalah dan belajar) ,
kewaspadaan terhadap gejala fisiologis .
5. Faktor yang berhubungan
Terpapar toksin, konflik tidak disadari tentang pentingnya nilai-nilai/
tujuan hidup, hubungan kekeluargaan / keturunan, kebutuhan yang
tidak terpenuhi, interpersonal-transmisi/penularan, krisis situasional,
maturasi, ancaman terhadap konsep diri, stress, penyalah gunaan
zat,ancaman terhadap atau perubahan dalam : status peran, status
kesehatan , pola interaksi, fungsi peran, lingkungan , status ekonomi
C. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan stressor.
2. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan riwayat kegagalan.
3. Ketidakefektifan koping berhubungan dengan kurang percaya diri
dalam kemampuan mengatasi masalah.
IV. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN (untuk diagnosa keperawatan
utama saja)
Diagnosa Keperawatan : Ansietas
Tujuan Umum : Cemas berkurang/hilang
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat menjalin dan membina hubungan saing percaya.
2. Klien dapat mengenali ansietasnya.
3. Klien dapat memperluas kesadarannya terhadap perkembangan ansietas.
4. Klien dapat menggunakan mekanisme koping yang adaptif.
5. Klien dapat menggunakan teknik relaksasi.

TINDAKAN :

SP1 Pasien : Kajian Tentang Ansietas dan Mengajarkan Cara


Merelaksasi

1. TUK 1 : Klien dapat menjalin dan membina hubungan saing percaya.


a. Sapa klien dengan ramah, baik verbal maupun nonverbal.
b. Perkenalkan diri dengan sopan.
c. Tanya nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.
d. Jelaskan tujuan pertemuan, jujur, dan menepati janji.
e. Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
f. Beri perhatian pada klien.
g. Jadilah pendengar yang hangat dan responsif.
h. Beri dukungan pada pasien untuk mengekspresikan perasaannya.
i. Identifikasi pola perilaku pasien atau pendekatan yang dapat
menimbulkan perasaan negatif.
2. TUK 2 : klien dapat mengenali ansietasnya
a. Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya.
b. Hubungkan perilaku dan perasaannya.
c. Validasi kesimpulan dan asumsi terhadapa pasien.
d. Gunakan pertanyaan terbuka untuk mengalihkan dari topik yang
mengancam ke hal yang berkaitan dengan konflik.
3. TUK 3 : Klien dapat memperluas kesadarannya terhadap perkembangan
ansietas.
a. Bantu klien menjelaskan situasi dan interaksi yag dapat segera
menimbulkan ansietas.
b. Bersama pasien meninjau kembali penilaian pasien terhadap stressor
yang dirasakan mengacam dan menimbulkan konflik.
c. Kaitkan pengalaman yang baru terjadi dengan pengalaman masa lalu
yang relevan.
d. Gunakan konsultasi untuk membantu pasien mengungkapkan
perasaannya.
4. TUK 4 : klien dapat menggunakan mekanisme koping yang adaptif
a. Gali cara pasien mengurangi ansietas di masa lalu.
b. Tunjukkan akibat mal adaptif dan destruktif dari respon koping yang
digunakan.
c. Dorong pasien utnuk menggunakan respon koping adaptfi yang
dimilikinya.
d. Bantu pasien untuk menyusun kembali tujuan hidup, memodifikasi
tujuan menggunakan sumber dan koping yang baru.
e. Latih pasien dengan menggunakan ansietas sedang.
f. Beri aktivitas fisik untuk menyalurkan energinya.
g. Libatkan pihak yang berkepentingan sebagai suber dan dukungan
sosial dalam membantu pasien menggunakan loping adaptif yang
baru.
5. TUK 5 : klien dapat menggunakan teknik relaksasi
a. Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan rasa
percaya diri.
b. Dorong pasien untuk menggunakan relaksasi dalam menurunkan
tingkat ansietas.

SP2 : Evaluasi Asesmen Ansietas yang Sebelumnya, Kegunaan Relaksasi


dan Latihan Lima Jari (Hypnosis) Dan Aktivitas Pemenuhan Jiwa Atau
Spiritual

1. Turut menguatkan rasa percaya diri yang dimiliki klien.


2. Memberi sapaan serta memotivasinya.
3. Kembali mengkaji ansietas dan kesanggupan mengontrol relaksasi.
4. Membuat kontrak: latihan mengontrol ansietas Hypnosis atau bentuk
latihan mengontrol kelima jarinya serta melakukan aktivitas pemenuhan
jiwa spiritual.
DAFTAR PUSTAKA

Eko Prabowo. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Erita,dkk. 2019. Buku Pedoman Praktik Klinik Keperawatan Jiwa. Universitas
Kristen Indonesia:Jakarta.
Halter, M. J. (2014). Varcarolis’ Foundation of Psychiatric Mental Health
Nursing. Diakses pada laman http://evolve.elsevier.com/Varcarolis
Hulu, E. K., & Pardede, J. A. (2016). Dukungan Keluarga Dengan Tingkat
Kecemasan Pasien Pre Operatif Di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan. Jurnal
Keperawatan, 2(1). Kemenkes. 2015. Modul Pelatihan Keperawatan
Kesehatan Jiwa Masyarakat. Jakarta : Badan PPSDM Kesehatan.
Stuart,G.W.,Sundden, S. J. (2016). Buku Saku Keperawatan Jiwa(5th ed.).
jakarta: EGC.
Wahyuni, Sri Teguh Indah. 2018. Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Masalah
Psikososial: Ansietas Pada penderita PPOK. D3 Thesis. Universitas
Airlangga. Surabaya.
Zaini, Mad. 2019. Asuhan Keperawatan Jiwa Masalah Psikososial di Pelayanan
Klinis dan Komunitas. Deepublish: Yogyakarta.
Zakariah, M. F. (2015). Validation of the Malay Version of the Amsterdam
Preoperative Anxiety and Information Scale / APAIS. Department of
Anaesthesiology and Intensive Care, Faculty of Medicine University of
Malay, Vol. 70.

Anda mungkin juga menyukai