Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

ANSIETAS

Disusun Oleh :
Dewi Siska
2211040147

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
TAHUN AKADEMIK 2022
I. MASALAH UTAMA
Ansietas
II. PROSES TERJADINYA MASALAH
A. Definisi
Ansietas merupakan respon tubuh terhadap peristiwa yang terjadi, dimana
respon tubuh tersebut lebih bersifat negatif sehingga menimbulkan ketidaknyamanan
bagi klien (Zaini, 2019).
Kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dan kekhawatiran yang timbul
karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi sumbernya
sebagian besar tidak diketahui dan berasal dari dalam (Wahyuni, 2018).
Kecemasan merupakan suatu respon psikologis maupun fisiologis individu
terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan, atau reaksi atas situasi yang
dianggap mengancam (Hulu & Pardede, 2016).
Ansietas atau kecemasan merupakan keadaan psikiatri yang paling sering
ditemukan di seluruh dunia. Kecemasan masih di dianggap hal wajar yang pernah
dialami oleh setiap manusia dan sudah dianggap sebagai bagian dari kehidupan
sehari-hari. Namun saat kecemasan berlanjut dan tidak ditangani dengan tepat akan
menyebabkan guncangan mental dan memiliki efek yang tidak menguntungkan pada
tubuh yang dapat berkembang menjadi kondisi kronis (Maulana., dkk., 2019).
Menurut Zakariah (2015) kecemasan adalah suatu perasaan yang tidak
menyenangkan yang digambarkan dengan kegelisahan atau ketegangan dan tanda –
tanda hemodinamik yang abnormal sebagai konsekuensi dari stimulasi simpatik,
parasimpatik dan endokrin).
B. Faktor prediposisi
Menurut Prabowo (2014) ada faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan,
yaitu :
1. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress akan
mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena
pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga. Menurut
Stuart dan sudden (2016) individu dapat mengatasi kecemasan dengan
menggerakkan sumber koping di lingkungan. Sumber koping tersebut yang
berupa dukungan sosial, modal ekonomi, kemampuan penyelesaian masalah dan
keyakinan budaya. Sarafino & Smith (2011) dukungan sosial bisa datang dari
banyak sumber, yaitu : keluarga, pasangan, teman atau organisasi komunitas.
2. Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan dengan
krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.
3. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir
secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
4. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan
yang berdampak terhadap ego.
5. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman
terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.
6. Konflik emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik.
7. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan dapat
menimbulkan kecemasan pada individu.
8. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respon
individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.
9. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang
mengandung benzodizepin, karena benzodiazepin dapat menekan neurotransmiter
gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak
yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.
C. Faktor presipitasi
Pengalaman cemas setiap individu bervariasi bergantung pada situasi dan
hubungan interpersonal. Ada dua faktor presipitasi yang mempengaruhi
kecemasan, yaitu :
1) Faktor Eksternal :
a. Ancaman Integritas Diri
Meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan terhadap kebutuhan
dasar (penyakit, trauma fisik,pembedahan yangakan dilakukan).
b. Ancaman Sistem Diri
Antara lain: ancaman terhadap identitas diri, harga diri, hubungan
interpersonal, kehilangan, dan perubahan status dan peran.
2) Faktor Internal
a) Potensial Stresor
Stresor psikososial merupakan keadaan yang menyebabkan perubahan
dalam kehidupan sehingga individu dituntut untuk beradaptasi.
b) Maturitas
Kematangan kepribadian inidividu akan mempengaruhi kecemasan yang
dihadapinya. Kepribadian individu yang lebih matur maka lebih sukar
mengalami gangguan akibat kecemasan, karena individu mempunyai
daya adaptasi yang lebih besar terhadap kecemasan.
c) Pendidikan
Tingkat pendidikan individu berpengaruh terhadap kemampuan berpikir.
Semakin tinggi tingkat pendidikan maka individu semakin mudah
berpikir rasional dan menangkap informasi baru. Kemampuan analisis
akan mempermudah individu dalam menguraikan masalah baru.
d) Respon Koping
Mekanisme koping digunakan seseorang saat mengalami kecemasan.
Ketidakmampuan mengatasi kecemasan secara konstruktif merupakan
penyebab terjadinya perilaku patologis.
e) Status Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi yang rendah pada seseorang akan menyebabkan
individu mudah mengalami kecemasan.
f) Keadaan Fisik Individu yang mengalami gangguan fisik akan mudah
mengalami kelelahan fisik. Kelelahan fisik yang dialami akan
mempermudah individu mengalami kecemasan.
g) Lingkungan dan Situasi
Seseorang yang berada di lingkungan asing lebihmudahmengalami
kecemasan dibandingkan di lingkungan yang sudah dikenalnya.
h) Dukungan Sosial
Dukungan sosial dan lingkungan merupakan sumber koping individu.
Dukungan sosial dari kehadiran orang lainmembantu seseorang
mengurangi kecemasan sedangkan lingkungan mempengaruhi area
berfikir individu.
i) Usia
Usia muda lebih mudah cemas dibandingkan individu dengan usia yang
lebih tua.
j) Jenis Kelamin
Gangguan kecemasan tingkat panik lebih sering dialami wanita daripada
pria.

III. Tanda dan Gejala Ansietas


Tanda & gejala ansietas menurut Rohmawati, dkk tahun 2019 :
1) Respon Fisik
a) Pernafasan cepat dan singkat.
b) Tekanan darah meninggi/menurun.
c) Jantung berdebar rasa mau pingsan.
d) Terengah-engah.
e) Kehilangan nafsu makan.
f) Mual/muntah.
g) Diare.
h) Konstipasi.
i) Insomnia.
j) Sering berkemih.
k) Gelisah
l) Wajah pucat.
m)Gatal.
2) Respons kognitif
a. Fokus pada satu hal saja biasanya yang diperhatikan saja.
b. Sulit menerima informasi selain dari dirinya (dari luar).
c. Persepsi semakin sempit.
d. Gangguan perhatian.
e. Konsentrasi hilang.
f. Pelupa.
g. Salah tafsir.
h. Menurutnya lapangan persepsi.
i. Kreatifitas dan produktifitas menurun.
j. Bingung.
k. Rasa khwatir yang berlebihan.
l. Kehilangan penilaian objektifitas.
m.Takut berlebih.
3) Respons perilaku kognitif dan emosi
a) Kurang koordinasi dan bicara cepat.
b) Keenggangan fisik, misal gerakan meremas tangan.
c) Menghindar dan menarik diri.

IV. DASAR PENETAPAN MASALAH KLIEN


1. Data Objektif dan Subjektif
Data subjektif
- Mengungkapkan mendengar atau melihat obyek yang mengancam
- Mengungkapkan perasaan takut, cemas dan khawatir
Data objektif
- Klien terlihat menyendiri
- Klien tampak melamun
- Konsentrasi buruk
- Curiga
- Melihat ke satu arah
- Mondar-mandir
- Bicara sendiri
2. Analisa Data
Data Masalah
Ds :  Ansietas
1. Merasa bingung.
2. Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi
yang dihadapi.
3. Sulit berkonsentrasi.
4. Mengeluh pusing.
5. Anoreksia.
6. Palpitasi.
7. Merasa tidak berdaya
Do : 
1. Tampak gelisah.
2. Tampak tegang.
3. Sulit tidur.
4. Frekuensi napas meningkat.
5. Frekuensi nadi meningkat.
6. Tekanan darah meningkat.
7. Diaphoresis.
8. Tremor.
9. Muka tampak pucat.
10. Suara bergetar.
11. Kontak mata buruk.
12. Sering berkemih.
13. Berorientasi pada masa lalu

3. Pohon Masalah Halusinasi


Effect Harga Diri Rendah

Problem
Ansietas

Causa Koping Individu Tidak Efektif

4. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji


Data yang perlu dikaji lebih lanjut
1) Perilaku
Produktivitas menurun, mengamati dan waspada, kontak mata, jelek,
gelisah, melihat sekilas sesuatu , pergerakan berlebihan (seperti; foot
shuffling, pergerakan lengan/tangan), ungkapan perhatian berkaitan
dengan merubah peristiwa dalam hidup, insomnia, perasaan gelisah.
2) Afektif
Menyesal, iritabel, kesedihan mendalam, takut, gugup, suka cita
berlebihan, nyeri dan ketidak berdayaan meningkat secara menetap,
gemertak, ketidak pastian, kekhawatiran meningkat, fokus pada diri
sendiri, perasaan tidak adekuat, ketakutan, distressed, khawatir, prihatin
dan mencemaskan.
3) Fisiologis
Suara bergetar, gemetar/tremor tangan, bergoyang-goyang, respirasi
meningkat, kesegeraan berkemih ( parasimpatis), nadi meningkat, dilasi
pupil, refleks-refleks meningkat, nyeri abdomen, gangguan tidur,
perasaan geli pada ekstrimitas, eksitasi kardiovaskuler, peluh meningkat,
wajah tegang, anoreksia, jantung berdebar-debar , diarhea, keragu-raguan
berkemih kelelahan, mulut kering, kelemahan, nadi berkurang, wajah
bergejolak, vasokontriksi supervisial, berkedutan, tekanan darah menurun
mual, keseringan berkemih, pingsan, sukar bernafas, tekanan darah
meningkat .
4) Kognitif
Hambatan berfikir, bingung, preokupasi, pelupa, perenungan, perhatian,
lemah, lapang persepsi menurun, takut akibat yang tidak khas, cenderung
menyalahkan orang lain, sukar berkonsentrasi, kemampuan berkurang
terhadap: (memecahkan masalah dan belajar) , kewaspadaan terhadap
gejala fisiologis .
5) Faktor yang berhubungan
Terpapar toksin, konflik tidak disadari tentang pentingnya nilai-nilai/
tujuan hidup, hubungan kekeluargaan / keturunan, kebutuhan yang tidak
terpenuhi, interpersonal-transmisi/penularan, krisis situasional, maturasi,
ancaman terhadap konsep diri, stress, penyalah gunaan zat,ancaman
terhadap atau perubahan dalam : status peran, status kesehatan , pola
interaksi, fungsi peran, lingkungan , status ekonomi
V. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Ansietas
2) Harga Diri Rendah
3) Koping Individu Tidak Efektif
VI. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Tujuan Umum : Cemas berkurang/hilang
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat menjalin dan membina hubungan saing percaya.
2. Klien dapat mengenali ansietasnya.
3. Klien dapat memperluas kesadarannya terhadap perkembangan ansietas.
4. Klien dapat menggunakan mekanisme koping yang adaptif.
5. Klien dapat menggunakan teknik relaksasi.
DAFTAR PUSTAKA
Eko Prabowo. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Erita,dkk. 2019. Buku Pedoman Praktik Klinik Keperawatan Jiwa. Universitas Kristen
Indonesia:Jakarta.
Halter, M. J. (2014). Varcarolis’ Foundation of Psychiatric Mental Health Nursing. Diakses pada
laman http://evolve.elsevier.com/Varcarolis
Hulu, E. K., & Pardede, J. A. (2016). Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre
Operatif Di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan. Jurnal Keperawatan, 2(1). Kemenkes. 2015.
Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat. Jakarta : Badan PPSDM
Kesehatan.
Stuart,G.W.,Sundden, S. J. (2016). Buku Saku Keperawatan Jiwa(5th ed.). jakarta: EGC.
Wahyuni, Sri Teguh Indah. 2018. Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Masalah Psikososial: Ansietas
Pada penderita PPOK. D3 Thesis. Universitas Airlangga. Surabaya.
Zaini, Mad. 2019. Asuhan Keperawatan Jiwa Masalah Psikososial di Pelayanan Klinis dan
Komunitas. Deepublish: Yogyakarta.
Zakariah, M. F. (2015). Validation of the Malay Version of the Amsterdam Preoperative Anxiety
and Information Scale / APAIS. Department of Anaesthesiology and Intensive Care, Faculty
of Medicine University of Malay, Vol. 70.

Anda mungkin juga menyukai