Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN MASALAH KEPERAWATAN KECEMASAN

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa

Yang dibina oleh: Ibu Dr. Dyah Widodo, S.Kp., M.Kes.

Disusun oleh:
Rahul Nurcholik (P17210223144) 38/2C

POLTEKKES KEMENKES MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI D-III KEPERAWATAN MALANG

TAHUN 2023
BAB I

TINJAUAN TEORI

A. Definisi Kecemasan
Kecemasan (ansietas/anxiety) adalah gangguan alam perasaan (affective) yang
ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan,
tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (Reality Testing Ability/RTA, masih
baik), kepribadian masih tetap utuh (tidak mengalami keretakan kepribadian/splitting of
personality), perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal. Ansietas
adalah suatu keadaan emosioanal yang tidak menyenangkan yang ditandai oleh rasa
ketakutan serta gejala fisik yang menegangkan serta tidak diinginkan (Dwi, 2015).
Pengertian lain dari cemas adalah suatu keadaan yang membuat sesorang tidak
nyaman dan terbagi dalam beberapa tingkatan. Jadi, cemas berkaitan dengan perasaan yang
tidak pasti dan tidak berdaya. Kecemasan, ketakutan, ketegangan dari kegelisahan dari
antisipasi bahaya, sumber yang sebagian besar tidak diketahui atau tidak dikenal.
Kecemasan dapat dianggap sebagai patologis ketika mengganggu fungsi sosial dan
pekerjaan, pencapaian tujuan yang diinginkan, atau kenyamanan emosional (Rudiyanti &
Raidartiwi, 2018).

B. Manifestasi Klinis Kecemasan


Menurut (Pardede, 2020) tanda dan gejala seseorang dengan ansietas dapat dilihat dari
berbagai respon, baik secara subjektif maupun objektif. Berikut ini tanda dan gejalanya:
1) Subyektif :
a. Tidak nafsu makan
b. Diare/konstipasi
c. Gelisah
d. Berkeringat
e. Tangan gemetar
f. Sakit kepala dan sulit tidur
g. Lelah
h. Sulit berfikir
i. Mudah lupa
j. Merasa tidak berharga
k. Perasaan tidak aman
l. Merasa tidak bahagia
m. Sedih dan sering menangis
n. Sulit menikmati kegiatan harian
o. Kehilangan minat gairah 2) Obyektif :
a. Nadi dan tekanan darah naik
b. Tidak mampu menerima informasi dari luar
c. Berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya
d. Ketakutan atas sesuatu yang tidak spesifik/jelas
e. Pekerjaan sehati-hari terganggu
f. Tidak mampu melakukan kegiatan harian
g. Gerakan meremas tangan
h. Bicara berlebihan dan cepat.

C. Rentang Respon Ansietas


Rentang respon kecemasan merupakan suatu keadaan atau kondisi yang tidak tetap atau
variabel, antara respon adaptif yang dapat diprediksi dan respon maladaptif yaitu panik
(Phika Lepith, P., & Saudah, 2023).

Adaptif Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik


1) Antisipasi
Keadaan di mana citra bidang perseptual menyatu dengan lingkungan

2) Ansietas Ringan
Kecemasan berkurang, penginderaan menjadi lebih tajam dan menyiapkan diri untuk
bertindak
3) Ansietas Sedang
Keadaan menjadi lebih waspada dan ketegangan meningkat. Lapangan persepsi
menyempit dan tidak mampu menjadikan faktor atau peristiwa yang penting sebagai
fokus perhatiannya
4) Ansietas Berat
Lapangan persepsi menjadi sangat sempit, menjadikan hal yang kecil menjadi pusat
perhatian mereka sehingga membuat mereka tidak dapat berpikir luas, tidak mampu
membuat kaitan juga tidak mampu menyelesaikan masalah
5) Panik
Pada rentang respon panik, persepsi sudah menyimpang, sangat kacau dan tidak
terkendali, pikiran tidak teratur, dan perilaku menjadi tidak tepat dan agitasi.

D. Tingkatan Kecemasan
Tingkatan kecemasan menurut (Ibnu Chaldum Damanik, 2020) ada empat, yaitu:
1) Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan kehidupan sehari-hari.
Ketegangan dalam kehidupan sehari-hari akan menyebabkan seseorang menjadi
waspada dan meningkatkan lahan persepsinya.
2) Kecemasan Sedang
Kecemasan pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu
lebih memfokuskan pada hal-hal yang dianggap penting saat itu dan
mengesampingkan hal-hal lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang
selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.
3) Kecemasan Berat
Kecemasan ini sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung
untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir
tentang hal lain.

4) Kecemasan Berat Sekali/Panik


Tingkat panik ditandai dengan lahan persepsi yang sudah terganggu sehingga
individu sudah tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan
apaapa walaupun sudah diberikan pengarahan atau tuntunan, serta terjadinya
peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan
dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang
rasional.

E. Etiologi Kecemasan 1. Faktor Predisposisi


1) Faktor Psikoanalitik
Ansietas merupakan konflik emosional antara dua unsur kepribadian dari
seseorang yaitu pikiran, ego, dan super ego. Konsep melambangkan dorongan
insting atau perasaan naluriah primitive, sedangkan super ego mencerminkan hati
Nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego
atau fungsi dari berfungsi memediasi kebutuhan dari dua unsur yang bertentangan
tersebut.
2) Faktor Interpersonal
Ansietas terjadi karena adanya perasaan takut dari individu tersebut akibat ditolak
oleh hubungan interpersonal. Ini juga sengan trauma masa perkembangan seperti
kehilangan dan perpisahan. Individu dengan harga diri rendah lebih mudah
mengalami kecemasan yang parah.
3) Faktor Perilaku
Ansietas merupakan produk depresi yaitu segala sesuatu yang mengganggu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
4) Kajian Biologis
Penelitian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor spesifik untuk
obat yang memiliki efek penenang, obat ini dapat meningkatkan efek
penghambatan terhadap neuroregulatory inhibisi asam gama-aminobutirat
(GABA), yang berperan penting dalam mekanisme biologis yang berhubungan
dengan ansietas. (Maros & Juniar, 2021).

2. Faktor Presifitasi
1) Ancaman Terhadap Integritas Seseorang
Terjadi penurunan atau ketidakmampuan fungsi fisiologis yang mengganggu dan
menghambat aktifitas sehari-hari.
a) Sumber internal, seperti kegagalan mekanisme sistem imun, regulasi suhu
tubuh, dan perubahan biologis normal misalnya kehamilan.
b) Sumber ekternal, seperti terpapar infeksi bakteri dan virus dari lingkungan
sekitar, kecelakaan dan kekurangan nutrisi.
2) Ancaman Terhadap Harga Diri Seseorang
Menimbulkan gangguan identitas diri seseorang dan fungsi sosial individu.
a) Sumber internal, seperti kesulitan dalam hubungan interpersonal dan
penyesuaian terhadap peran baru.
b) Sumber ekternal, seperti kehilangan orang yang dicintai, perubahan status
pekerjaan, perceraian dan sosial budaya (Rahayuningtyas, 2018).

F. Sumber Koping
Koping adalah sebuah proses pengaturan yang tetap untuk mengatur permintaan
pada pikiran seseorang. Individu dapat mengatasi stress dan ansietas dengan menggerakan
sumber koping di penyelesaian masalah, dukungan sosial dan keyakinan dapat membantu
seseorng mengintegritaskan pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi koping
yang berhasil (Pratiwi, 2019).
Dalam menghadapi kecemasan, individu akan menggunakan berbagai sumber
koping yang ada di lingkungannya. Sumber yang dapat membantu individu untuk
mengurangi atau bisa juga mengatasi masalah yang dapat menimbulkan stress, sumber
koping dapat berupa kemampuan menyelesaikan masalah, keyakinan atau budaya, keadaan
ekonomi keluarga, dan dukungan keluarga atau sosial (Randhika Alfhan Al Fattaah, 2022).

G. Mekanisme Koping
Ketika seseorang mengalami ansietas, orang tersebut menggunakan
bermacammacam mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya. Dalam bentuk
ansietas ringan dapat diatasi dengan menangis, tertawa, tidur, dan olahraga. Bila terjadi
ansietas berat sampai panik akan terjadi ketidak mampuan mengatasi ansietas secara
konstruktif merupakan penyebab utama perilaku yang patologis, seseorang akan
menggunakan energi yang lebih besar untuk dapat mengatasi ancaman tersebut.
Mekanisme koping untuk mengatasi ansietas yaitu sebagai berikut:
1) Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping yaitu
reaksi yang berorientasi pada tugas merupakan upaya yang disadari dan berorientasi
pada tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan situasi stres, misalnya perilaku
menyerang untuk mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan. Menarik
diri untuk memindahkan dari sumber stres. Kompromi untuk mengganti tujuan atau
mengorbankan kebutuhan personal.
2) Sedangkan pertahana ego membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang, tetapi
berlangsung tidak sadar, melibatkan penipuan diri, distorsi realitas, dan bersifat
maladaptive (Mustaziroh et al., 2022).

H. Mekanisme Pertahanan Ego


Mekanisme pertahanan ego memiliki tujuan yaitu untuk membantu mengatasi
kecemasan ringan dan sedang. Mekanisme ini berlangsung secara tidak sadar, melibatkan
distorsi realitas, penipuan diri dan bersifat maladaptif. Mekanisme pertahanan ego yang
digunakan adalah:
a) Kompensasi
Kompensasi merupakan proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra
diri dengan cara menonjolkan kelebihan yang dimiliki.
b) Penyangkalan
Penyangkalan yaitu dengan klien menyatakan tidak setuju terhadap realita.
c) Pemindahan
Pemindahan yaitu pengalihan emosi yang semula ditujukan pada benda atau
seseorang tertentu yang biasanya kurang mengancam terhadap dirinya. d) Disosiasi
Disosiasi yaitu pemisahan dari setiap proses mental atau perilaku dari kesadaran
atau identitasnya.

e) Identifikasi
Proses seseorang mencoba menjadi orang yang ia kagumi dengan menirukan
pikiran, selera, dan perilaku orang yang dikaguminya.
f) Intelektualisasi
Intelektualisasi yaitu menggunakan logika atau alasan untuk menghindari
pengalaman yang mengganggu perasaannya.
g) Introjeksi
Introjeksi yaitu klien mengikuti norma-norma dari luar sehingga ego tidak lagi
terganggu oleh ancaman dari luar.
h) Fiksasi
Klien berhenti pada tingkat perkembangan di bagian emosi atau tingkah laku
atau pikiran, sehingga menyebabkan perkembangan selanjutnya terhalang.
i) Proyeksi
Pengalihan pikiran atau rangsangan pada diri sendiri kepada orang lain terutama
keinginan.
j) Rasionalisasi
Rasionalisasi yaitu klien memberikan keterangan bahwa sikapnya berdasarkan
alasan yang rasional, sehingga tidak menjatuhkan harga diri.
k) Reaksi formasi
Reaksi formasi yaitu klien bertingkah laku berlebihan yang bertentangan dengan
keinginan yang sebenarnya.
l) Regresi
Regresi yaitu klien kembali ketingkat perkembangan terdahulu (tingkah laku
primitif), contoh: bila keinginan klien terlambat menjadi marah, merusak, dan
melempar barang.
m) Represi
Klien secara tidak sadar mengesampingkan pikiran yang menyakitkan. Hal
tersebut cenderung diperkuat oleh mekanisme ego yang lainnya.
n) Acting Out
Klien langsung mengemukakan perasaan bila keinginanya terhalang.

o) Sublimasi
Sublimasi merupakan penerimaan suatu sasaran pengganti suatu hal yang lama
yang menjadikan dirinya cemas.
p) Supresi
Supresi yaitu suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan,
tetapi sebetulnya merupakan analog represi yang disadari.
q) Undoing
Undoing merupakan tindakan, perilaku, atau komunikasi yang menghapuskan
sebagian dari tindakan, perilaku, atau komunikasi sebelumnya yang merupakan
mekanisme pertahanan primitive (Randhika Alfhan Al Fattaah, 2022).

I. Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan menurut (Ray, 2020) yaitu sebagai
berikut :
1) Ekonomi
Status ekonomi memiliki pengaruh terhadap tingkat kecemasan, dikarenakan
penghasilan dibawah UMR mengalami kecemasan lebih banyak dibandingkan dengan
penghasilan diatas UMR.
2) Jenis Kelamin
Perempuan lebih cenderung mengalami kecemasan dibandingkan dengan laki-laki,
dikarenakan perempuan lebih sensitif terhadap permasalahan, sehingga mekanisme
logika perempuan lebih kurang baik dibandingkan laki-laki.
3) Pendidikan
Tingkat pendidikan yang rendah pada seseorang akan mengakibatkan seseorang
mengalami kecemasan. Status pendidikan yang kurang pada seseorang akan
mengakibatkan orang tersebut lebih mudah mengalami kecemasan dibanding dengan
merekayang status pendidikan yang lebih tinggi atau baik.
4) Pekerjaan
Pekerjaan dapat menyebabkan kecemasan karena memiliki beberapa faktor yaitu : tidak
memiliki pekerjaan, tingkat upah yanyg rendah, tekanan dari atasan, keamanan
pekerjaan dan fasilitas yang tidak mendukung.

J. Pathway Kecemasan
II. Konsep Asuhan Keperawatan A. Pengkajian

Pengkajian merupakan proses awal sebagai dasar utama dari proses pengkajian awal
dari pengumpulan data dan merumuskan masalah. Pengkajian ansietas dilihat dari keadaan
umum klien meliputi faktor predisposisi, faktor presipitasi, mekanisme koping, respons
ansietas, dan tingkat ansietas. Berikut ini penjelasannya:

1) Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi merupakan faktor yang sudah ada sebelum perkembangan
ansietas. Faktor ini melibatkan mulai dari sejarah keluarga dengan masaalah
kecemasan, faktor genetik, faktor perilaku, dan karakteristik keperibadian individu
yang menyebabkan meraka lebih rentan terhadap gangguan ansietas
2) Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan. Faktor ini meliputi dari stress, peristiwa
traumatik, gangguan somatic (fisik), dan peristiwa lain yang menyebabkan individu
menjadi ansietas.
3) Mekanisme Koping
Ketika mengalami ansietas individu menggunakan berbagai mekanisme koping
untuk mencoba mengatasinya dan ketidakmampuan mengatasi ansietas secara
konstruktif merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Misalnya saja
melakukan penghindaran, teknik relaksasi, atau bisa saja dukungan sosial.
4) Respons Ansietas
Respons ansietas merupakan respon fisik, kognitif, dan emosional yang terjadi
Ketika individu sedang menghadapi situasi yang menyebabkan terjadinya ansietas.
Contohnya saja pada perilaku (tremor, menghindar, gelisah, bicara cepat), perasaan
( tidak sabar, gelisah, tegang), dan pemikiran (perasaan cemas, khawatir, bingung)
5) Tingkat Ansietas
Pada tingkat ansietas menjadi tingkat keparahan yang dialami oleh individu.
Ansietas dikelompokkan menjadi ansietas ringan, sendang, dan berat berdasarkan
dari gejalanya, dampaknya dalam kehidupan individu tersebut.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan atau masalah keperawatan yang muncul berhubungan


dengan kecemasan berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia adalah
Ansietas (D.0080) (PPNI, 2017).

C. Intervensi Keperawatan
a) Luaran Keperawatan (PPNI, 2019)
Tingkat Ansietas Menurun (L.09093) kriteria hasil :

1. Verbalisasi kebingungan menurun

2. Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun

3. Perilaku gelisah menurun

4. Perilaku tegang menurun

5. Konsentrasi membaik
6. Pola tidur membaik

b) Tindakan Keperawatan (PPNI, 2018)


1) Reduksi Ansietas (I.09314) Observasi
1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis: kondisi, waktu,
stresor)
2. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
3. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal) Terapeutik
4. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
5. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
6. Pahami situasi yang membuat ansietas
7. Dengarkan dengan penuh perhatian
8. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
9. Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
10. Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
11. Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang
Edukasi
12. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
13. Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan
prognosis
14. Anjurkan keluarga untuk tetap Bersama pasien, jika perlu
15. Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai
kebutuhan
16. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
17. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
18. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
19. Latih Teknik relaksasi Kolaborasi
20. Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu

2) Terapi Relaksasi (I.09326) Observasi


1. Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan berkonsentrasi, atau
gejala lain yang mengganggu kemampuan kognitif
2. Identifikasi Teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
3. Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan teknik sebelumnya
4. Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu sebelum
dan sesudah Latihan
5. Monitor respons terhadap terapi relaksasi Terapeutik
6. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan dan
suhu ruang nyaman, jika memungkinkan
7. Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik relaksasi
8. Gunakan pakaian longgar
9. Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama
10. Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik atau
tindakan medis lain, jika sesuai

Edukasi
11. Jelaskan tujuan, manfaat, Batasan, dan jenis relaksasi yang tersedia (mis.
musik, meditasi, napas dalam, relaksasi otot progresif)
12. Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
13. Anjurkan mengambil posisi nyaman
14. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
15. Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang dipilih
16. Demonstrasikan dan latih Teknik relaksasi (mis: napas dalam peregangan,
atau imajinasi terbimbing)

D. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan bagian dari proses keperawatan. Tujuan


implementasi adalah mengatasi masalah yang terjadi pada manusia. Setelah rencana
keperawatan disusun, maka rencana tersebut diharapkan dalam tindakan nyata untuk
mencapai tujuan yang diharapkan, tindakan tersebut harus terperinci sehingga dapat
diharapkan tenaga pelaksanaan keperawatan dengan baik dan sesuai dengan waktu yang
ditentukan. Tindakan keperawatan yang perlu dilakukan, yaitu:

1) Membina hubungan saling percaya


2) Membantu klien dalam mengenal ansietas
3) Mengajarkan teknik pengalihan situasi (gelisah) dengan melakukan kegiatan
diwaktu senggang.

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan tahap akhir dari asuhan keperawatan, pada tahap ini akan
dilakukan evaluasi apakah tindakan keperawatan yang telah dilakukan sudah efektif atau
belum untuk mengatasi masalah keperawatan klien atau dengan kata lain tujuan asuhan
keperawatan tercapai atau tidak tercapai. Evaluasi menyediakan nilai informasi
mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan dan merupakan perbandingan
dari hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan.
Hal-hal yang perlu dievalusi dalam masalah kecemasan meliputi dari:
1) Klien mampu mengidentifikasi pemicu ansietas.
2) Klien mampu mendeskripsikan perilaku yang terkait dengan ansietas.
3) Keluarga klien dan klien mampu memberikan pelatihan melakukan praktik teknik
pengalihan situasi, pernapasan dalam, relaksasi otot, dan teknik lima jari.
DAFTAR PUSTAKA

Dwi, R. (2015). Teknik Relaksasi Otot Progressif Untuk Menurunkan Kecemasan. Skripsi.
Semarang: Universitas Islam Sultan Agung.

Ibnu Chaldum Damanik. (2020). LITERATUR REVIEW : Gambaran Tingkat Kecemasan Ibu
Pada Balita Yang Menderita Penyakit Diare (Vol. 2507, Issue February).

Kusniawati, N., & Ari Wibowo, T. (2019). Analisis Praktik Klinik Keperawatan Intervensi Inovasi
Pemberian Chamomile Essential Oil Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada
Pasien Asma Di Ruang IGD RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA. Duke
Law Journal, 1(1).

Maros, H., & Juniar, S. (2021). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny.N Dengan Masalah Ansietas
Di Desa Batu Rt 03 Rw 01 Karang Tengah Demak’, Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny.N
Dengan Masalah Ansietas Di Desa Batu Rt 03 Rw 01 Karang Tengah Demak. Asuhan
Keperawatan Jiwa Pada Ny.N Dengan Masalah Ansietas Di Desa Batu Rt 03 Rw 01 Karang
Tengah Demak, 1–23.

Mustaziroh, F. M., Zainuri, I., & Kotijah, S. (2022). Asuhan Keperawatan Dengan Masalah
Keperawatan Ansietas Terhadap Klien Pre Vaksinasi Booster Di Wilayah Kerja Puskesmas
Tanggulangin. (Doctoral Dissertation, Perpustakaan Universitas Bina Sehat)., July, 1–23.

Pardede, J. A. (2020). Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Kecemasan : Studi Kasus.
November. https://doi.org/10.31219/osf.io/whjpv

Phika Lepith, P., & Saudah, N. (2023). Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan Masalah
Ansietas Menggunakan Penerapan Terapi Hipnotis 5 Jari Di Rsud Ra Basoeni. (Doctoral
Dissertation, Perpustakaan Universita Bina Sehat PPNI Mojokerto)., 1(1).

PPNI, T. (2018). Standar intervensi keperawatan indonesia. Dewan Pengurus Pusat PPNI.

PPNI, T. P. S. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Dpp Ppni.

PPNI, T. P. S. D. P. P. (2017). Standar diagnosis keperawatan indonesia.

Pratiwi, M. D. (2019). Penerapanterapi Progressive Muscle Relaxation Terhadap Tingat


Kecemasan Pada Pasien Hipertensi. Medical Bedah.

Rahayuningtyas, E. (2018). Aplikasi Teknik Relaksasi Otot Progresif Untuk Mengurangi


Kecemasan Pada Remaja. Naskah Publikasi, Universitas Muhammadiyah Magelang, 4–35.

Randhika Alfhan Al Fattaah. (2022). Penerapan Relaksasi Autogenik Terhadap Tingkat


Kecemasan Dan Perubahan Tekanan Darah Pada Pasien Riwayat Hipertensi. Magelang,
Universitas Muhammadiyah.
Ray, R. A. (2020). Literature Review: Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Lansia Dengan
Hipertensi Tahun 2020. http://180.250.18.58/jspui/handle/123456789/4381

Rudiyanti, N., & Raidartiwi, E. (2018). Tingkat Kecemasan pada Ibu Hamil dengan Kejadian
Preeklampsia di Sebuah RS Provinsi Lampung. Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, 13(2),
173. https://doi.org/10.26630/jkep.v13i2.926

Anda mungkin juga menyukai