Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN

KECEMASAN/ANSIETAS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikososial
Program Studi S1 Keperawatan

O l e h Kelompok 1 :

1. Arvini Rizki Febriyani ( 2217009 )


2. Heni Sekar Arum ( 2217016 )
3. Lulu Nur Dhahaini ( 2217021 )
4. Rafika ( 22170 )

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS


KEPERAWATAN BISNIS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS
WIDYA HUSADA SEMARANG TAHUN 2022/2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kecemasan adalah rasa bingung atau khawatir yang terjadi dalam


suatu hal, serta dapat dikaitkan oleh prasangka yang belum pasti dan
ketidakberdayaan sebagai hasil penilaian terhadap suatu obyek (Hastuti &
Mulyani, 2019). Ansietas adalah perasaan ketakutan yang tidak memiliki
penyebab yang jelas dan tidak didukung oleh situasi,kecemasan dapat
dirasakan oleh setiap orang jika mengalami tekanan dan perasaan yang
mendalam menyebabkan masalah kejiwaan dan berkembangan dalam
jangka panjang (Pardede, Simanjuntak & Manulu, 2020). Kecemasan
merupakan suatu keadaan perasaan gelisah, ketidaktentuan, ada rasa takut
dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber aktual yang tidak diketahui
masalahnya (Pardede & Simangunsong, 2020)

Kecemasan merupakan suatu keadaan patologis yang ditandai oleh


perasaan ketakutan disertai tanda somatik pertanda sistem saraf otonom yang
hiperaktif (Setiyani, 2018). Kecemasan merupakan bagian dari kehidupan
manusia sehari-hari Kecemasan timbul akibat adanya respon terhadap
kondisi stres, jika kecemasan tidak di tangani dengan baik dapat
menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor (Hardiyati,
2020). Kecemasan bisa menyerang siapa saja terutama seorang yang biasa
menghadapi tantangan serta tuntutan pada kehidupan.

Pada usia dewasa muda di Amerika serikat tercatat 18,1% atau


kurang lebih 42 juta orang yang memiliki gangguan kecemasan, seperti
gangguan panik, gangguan obsesif-kompulsif, gangguan stres pasca trauma,
gangguan kecemasan umum serta fobia. sementara kecemasan yang
berhubungan degan jenis kelamin menunjukkan prevalensi perempuan lebih
tinggi 60% dibandingkan dengan laki-laki (Ariga, 2019). Berdasarkan data
World Health Organization (WHO) pada tahun 2015 menunjukkan bahwa

2
prevalensi gangguan kecemasan di dunia diperkirakan sebanyak 3,6% (WHO,
2017).

Di Indonesia, prevalensi terkait gangguan kecemasan menurut hasil


Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018 menunjukkan sebanyak
6% untuk usia 15 tahun keatas atau kurang lebih 14 juta penduduk di
Indonesia mengalami gangguan mental emosional yg ditunjukkan dengan
tanda-tanda-gejala kecemasan serta depresi (WHO, 2017).

Respon fisik yang dirasakan ketika cemas seperti sering menarik


nafas panjang dan bernafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gelisah,
berkeringat, tremor, tidak mampu menerima informasi serta sulit
berkonsentrasi (Hardiyati, 2020). Kecemasan dapat mengurangi
kemampuan untuk fokus dan konsentrasi belajar sehingga berdampak pada
nilai akademis mahasiswa. salah satu tindakan yang bisa diberikan untuk
mengurangi kecemasan adalah teknik relaksasi pernapasan. Berdasarkan
uraian di atas maka kelompok tertarik melakukan penyusunan makalah dengan
judul asuhan keperawatan kecemasan pada ny. N dengan stroke.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum

Mampu melaksanakan asuhan keperawatan kecemasan pada pasien


yang mengalami stroke.

2. TujuanKhusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien yang mengalami


kecemasan.
b. Mampu menegakkan diasnosa keperawatan pada pasien yang
mengalami kecemasan.
c. Menyuusun perencanaan keperawatan pada pasien yang
mengalami kecemasan.
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien yang mengalami
kecemasan.

3
e. Melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan pada pasien yang
mengalami kecemasan.

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Medis
1. Pengertian

Ansietas atau kecemasan adalah respon fisiologis maupun


psikologis terhadap peristiwa yang terjadi dan tidak diketahui
penyebabnya. Respon tersebut lebih bersifat negatif, menanggapi
ancaman yang tidak diketahui sumbernya dan samar samar,
sehingga membuat pasien merasa tidak nyaman.( Zaini, 2019 ).

Ansietas adalah kondisi dimana seseorang merasa emosi dan


diikuti dengan respon otonom atau ( individu tidak mengetahui dan
asalnya tidak jelas ) dan adanya antisipasi terhadap bahaya yang
dapat menimbulkan rasa takut dan khawatir dan memungkinkan
individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman ( PPNI,
2016 ).

Stuart ( 2012 ) mendefinisikan ansietas sebagai suatu gejala


yang tidak menyenangkan, perasaan tidak tenang, samar samar
karena ketidaknyamanan atau ketakutan dan perasaan yang tidak
pasti dan tidak berdaya. Rasa takut dan cemas dapat menjadi isyarat
kewaspadaan terhadap peringatan tentang peristiwa yang akan
terjadi. Sehingga, individu dapat mengambil tindakan menghadapi
ancaman. Adanya peristiwa yang terjadi dalam kehidupan dapat
membawa dampak terhadapat kesehatan fisiologis maupun
psikologis individu itu sendiri. Salah satu dampak psikologis yaitu
kecemasan ( Sutejo, 2019 ).

4
2. Tingkat kecemasan

Tingkat kecemasan menurut Donsu ( 2017 ) adalah :

- Antisipasi suatu keadaan yang digambarkan lapangan persepsi


menyatu dengan lingkungan.
- Ansietas ringan ( Mild Anxiety )adalah gejala yang sering di
temukan pada setiap individu dalam kehidupan sehari harinya.
Ansietas tersebut menjadikan individu menjadi lebih waspada
dan meningkatkan lahan persepsinya. Perasaan Individu relatif
nyaman dan aman, rileks dan suara tenang. Individu akan
terdorong untuk belajar dan akan menghasilkan pertumbuhan
dan kreatifitas.
- Ansietas sedang ( Moderate Anxiety ) pada tingkat kecemasan
ini lapangan persepsi terhadap lingkungan menurun,pada
individu akan muncul ketegangan dan ketidaknyamanan.
Inidividu lebih memusatkan pada hal-hal yang penting dan
mengesampingkan hal yang lain.
- Ansietas berat ( severe Anxiety ) pada tingkat kecemasan ini
ditandai dengan lapangan persepsi individu yang semakin
menyempit, individu lebih memikirkan hal-hal yang spesifik,
individu tidak mampu lagi berfikir realistis dan mengabaikan
hal lain. Individu akan merasa terancam dan aktivitas bisa
meningkat atau menurun.
- Panik , pada tingkat kecemasan ini inidividu memiliki
kepanikan dan lapangan persepsi sudah sangat menyempit.
Kepanikan muncul disebabkan karena kehilangan kendali diri
dan kurang perhatian. Individu tidak dapat melakukan apapun
walaupun telah diberi arahan dan akan menambah akan
kepanikan individu tersebut. Individu bisa agresif dan
menyendiri.

5
2. Etiologi
Stuart & Suddent ( 2014 ) menyatakan bahwa ansietas dapat
diekspresikan secara langsung melalui timbulnya

mekanisme koping dan dikembangkan untuk menjelaskan ansietas


yaitu :

1) Faktor predisposisi
a. Faktor psikoanalitik

Ansietas merupakan konflik emosional antara dua


unsur kepribadian dari seseorang yaitu pikiran ,ego dan
super ego. Konsep melambangkan dorongan insting atau
perasaan naluriah primitif, sedangkan super ego
mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh
norma norma budaya seseorang. Ego atau fungsi diri
berfungsi memediasi kebutuhan dari dua unsur yang
bertentangan tersebut.
b. Faktor interpersonal

Ansietas terjadi karena adanya perasaan takut dari


individu tersebut akibat ditolak oleh hubungan
interpersonal. Ini juga dengan trauma masa perkembangan
seperti kehilangan, perpisahan. Individu dengan harga diri
rendah lebih mudah mengalami kecemasan yang parah.
c. Faktor Perilaku
Ansietas merupakan produk depresi yaitu segala
sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.

d. Kajian Biologis
Penelitian biologis menunjukkan bahwa otak
mengandung reseptor spesifik untuk obat yang memiliki efek
penenang , obat ini dapat meningkatkan efek penghambatan
terhadap neuroregulatory inhibisi asam gama-aminobutirat

6
( GABA ), yang berperan penting dalam mekanisme biologis
yang berhubungan dengan ansietas. Ansietas dapat menyertai
ketidaknyamanan fisik dan dapat mengurangi kemampuan
individu untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi

2) Faktor Presipitasi

Stessor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau


eksternal. Stressor pemicu dapat dibagi menjadi dua kategori :
a. Ancaman terhadap integritas fisik termasuk cacat fisik atau
menurunnya kemampuan menjalankan fungsi kehidupan
sehari hari.
b. Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan
identitas, harga diri dan integritas fungsi sosial.
3. Proses Terjadinya Masalah

Back, Amey & Greenberg ( Freeman& Di Tamasso dalam wolman


& sticker, 1994) dalam ( canishi, 2013 )) mengatakan bahwa dari
sudut pandang kognitif ( cognitive model ) terdapat 5 kemungkinan
faktor predisposisi atau faktor secara potensial dapat menyebabkan
individu mengalami kecemasan diantaranya :
a. Generative Inheribility ( pewarisan genetik )

Faktor genetik mempengaruhi apakah saraf otonom dirangsang


atau tidak dengan kata lain, seseorang dengan riwayat
kesehatan keluarga atau keturunan yang mengalami kecemasan
saat menghadapi situasi yang mengejutkan.
b. Physical Disease States ( penyakit fisik )

Pandangan kognitif mengatakan bahwa faktor penyebab penyakit


fisik dapat membuat seseorang mengalami cemas.
c. Phychological trauma/ mental trauma ( trauma mental ) Seseorang
akan lebih mudah cemas jika dihadapkan pada situasi yang mirip
dengan pengalaman yang sebelumnya yang menyebabkan trauma.
Situasinya seperti skema yang dipelajari.

7
d. Absence of coping mechanisme ( tidak adanya mekanisme
penyesuaian diri ) Individu yang mengalami kecemasan biasanya
menunjukkan respon adaptif yang tidak memadai terhadap
gangguan kecemasan itu sendiri.Mereka merasa tidak berdaya
untuk mengatasi kecemasannya. Akibatnya, individu tersebut
membiarkan diri mereka ke lingkungan yang dapat membuat
mereka cemas.
e. Irational thought, assumptions and cognitive procesing eror (
pikiran, pikiran irasional, asumsi dan proses kognitif ) Pada
individu dengan gangguan kecemasan, keyakinan yang tidak
realistis atau keyakinan salah tentang ancaman atau bahaya
dianggap dipicu oleh kondisi tertentu yang serupa dengan
mempelajari keyakinan yang salah.
4. Manifestasi Klinis

Menurut PPNI ( 2016 ) adalah :

Tanda gejala mayor

Subyektif
1) Bingung

2) Merasa khawatir dengan akibat dari situasi saat ini

3) Sulit berkonsentrasi

Obyektif
1) Tampak gelisah

2) Tampak gugup

3) Sulit tidur

Tanda gejala minor


Subyektif
1) Mengeluh pusing

2) Anoreksia

3) Palpitasi

8
4) Merasa tidak berdaya

Obyektif

1) Meningkatnya laju pernafasan

2) Peningkatan frekuensi nadi

3) Meningkatnya tekanan darah

4) Gemetar

5) Kontak mata buruk

5. Pohon masalah

Harga diri rendah

Ansietas ( core problem)

Koping individu tidak efektif

Kurang pengetahuan

Perubahan fisik (kelemahan


anggota tubuh/ stroke) /stresor
fisik

B. Konsep Dasar Keperawatan Jiwa

1. Proses keperawatan

a. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan

9
merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi
status kesehatan pasien menurut Lyer et al ( 1996, dalam setiadi,
2012) isi pengkajian meliputi :
a) Identitas klien
Nama : Ny. E
Umur : 50 thn
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Pendidikan : SD
Masuk rs tanggal : 25 September 2021

b) Keluhan utama atau alasan masuk

Pasien mengeluh pusing, kaki dan tangan kanan tidak bisa


digerakan, pada saat pengkajian ny. E mengatakan sangat cemas
dan takut dengan kondisinya , klien mengatakan perasaannya
gelisah, tidak bisa tidur, pasien juga mengatakan nyeri dibagian
kepala. Ny. E

c) Faktor predisposisi pasien mempunyai riwayat hipertensi 5


tahun lalu

d) Aspek fisik atau biologis

Diagnosa medis mengalami stroke

e) Aspek psikososial

Pasien mengalami cemas sedang dikaji dengan HARS skor 25


artinya ceas sedang

f) Mekanisme koping

Koping indifidu tidak adaptif

g) Pengetahuan

Pasien kurang pengetahuan

h) Aspek medic

10
Riwayat hipertensi 5 tahun yang lalu

Stroke

Kemudian data yang diperoleh dapat


dikelompokkan menjadi dua macam yaitu :

a. Data obyektif yaitu skor HARS 25, TD : 150/100, klien


tampak gelisah, pucat, mondar mandir,

b. Data subyektif Pasien mengeluh pusing, kaki dan tangan


kanan tidak bisa digerakan, pada saat pengkajian ny. E
mengatakan sangat cemas dan takut dengan kondisinya , klien
mengatakan perasaannya gelisah, tidak bisa tidur, pasien juga
mengatakan nyeri dibagian kepala. Ny. E memiliki riwayat
hipertensi diketahui 5 tahun dapat memicu terjadinya penyakit
stroke yang dialami, ny. E pernah dirawat 1 tahun yang lalu,
saat dikaji pasien mengatakan sangan cemas dengan
kondisinya, saat ini berdebar debar, tidak bisa tidur, tidak
nafsu makan, memiliki firasat buruk, kurang fokus, melamun,
perasaan gelisah, dan sering berkemih dan sering
bertanyakepada perawat mengenai kondisinya.

1. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang kemungkinan muncul pada penyakit
dermatitis diantaranya :
a. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi

2. Rencana Tindakan Keperawatan

11
Diagnosa Standar Luaran Standar Intervensi
Keperawatan Keperawatan Keperawatan
Indonesia (SLKI) Indonesia
(SIKI)
1 2 3
SDKI : SLKI : SIKI:
Ansietas Tujuan : Intervensi Utama :
berhubungan Setelah dilakukan Dukungan Nyeri Akut :
dengan kurang tindakan keperawatan Pemberian Analgesik
terpapar informasi selama 3x24 jam
Intervensi utama
diharapkan nyeri bisa
teratasi. Reduksi ansietas
Kriteria Hasil:
-observasi
Tingkat ansietas
-Validasi kebingungan Identifikasi saat ansietas
- verbalisasi khatir akinat berubah
kondisi yang dihadapi
Monitor tanda-tanda ansietas
- perilaku gelisah
- perilaku tegang Terapeutik
-keluhan pusing
Ciptakan suasana terapeutik
- anoreksia
yang menimbulkan
-frekuensi pernafasan
kepercayaan
- frekuensi nadi
-pola tidur Temani pasien untuk
-Pola berkemih mengurangi kecemasan, jika
Dukungan sosial memungkinkan
Kesadaran diri
Pahami situasi yang membuat
Kontrol diri
ansietas
Proses informasi
Status kognitif Dengarkan dengan penuh
Tingkat pengetahuan perhatian

Gunakan pendekatan yang


tenang dan meyakinkan
12
Sumber : SDKI PPNI, SLKI dan SIKI 2018

3. Implementasi

Implementasi keperawatan merupakan komponen keempat


dari proses keperawatan setelah merumuskan rencana asuhan
keperawatan. Implementasi keperawatan merupakan bagian dari
proses keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dalam asuhan
keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Potter & Perry, 2010).
Intervensi keperawatan yang sudah direncanakan berdasarkan Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dilaksanakan pada tahap
implementasi keperawatan.

1. mengidentifikasi saat ansietas berubah

2. Memonitor tanda-tanda ansietas

Terapeutik

1. Menciptakan suasana terapeutik yang menimbulkan kepercayaan

2. Menemani pasien untuk mengurangi kecemasan

3. Memahami situasi yang membuat ansietas

4. Mendengarkan dengan penuh perhatian

5. Menggunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan

6. Memotivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan

Edukasi

1. Menganjarkan Terapi relaksasi

2. Membaantu kontrol marah

3. Dukungan emosi

13
4. Dukungan hipnosis diri

5. Dukungan kelompok

6. Dukungan keyakinan

7. Dukungan memaafkan

8. Mendukung pelaksanaan ibadah

9. Tekik distraksi terapi hipnosis

4. Evaluasi
Hasil akhir setelah proses keperawatan dilaksanakn
a. Tingkat ansietas
- Verbalisasi kebingungan skala 1
- Verbalisasi akibat kondisi yang dihadapi skala 1
- Perilaku gelisah skala 1
- Perilaku tegang skala 1
- Keluhan pusing skala 1
- Anoreksia skala 1
- Palpitasi skala 1
- Frekuensi bernafas skala 1
- Frekuensi nadi skala 5
- Tekanan darah skala 5
- Tremor skala 5
- Pola tidur skala 1
- Kontak mata skala 1
- Pola berkemih skala 5
- Orientasi skala 1
b. Dukungan sosial meningkat
c. Kesadaran diri meningkat
d. Kontrol diri meningkat
e. Status kognitif meningkat

14
f. Tingkat pengetahuan meningkat
S:
- Pasien merasalebih tenang setelah bertemu dengan perawat dan
menceritakan semua perasaannya saat ini
- Pasien sudah bisa mengasi rasa cemasnya
- Keluarga mengatakan sering menemani pasien dan member
nasehat serta selalu member motivasi ke pasien
O:
- Pasien tampak tenang, kotak mata meningkat, pola tidur
meningkat, tidak berdebar debar
A : ansietas ( - )
P : member edukasi kepada keluarga dan pasien, jika pasien merasa
cemas lagi bisa melakukan yang sudah diajarkan oleh perawat.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
a. Definisi
Kecemasan adalah rasa bingung atau khawatir yang terjadi dalam
suatu hal, serta dapat dikaitkan oleh prasangka yang belum pasti
dan ketidakberdayaan sebagai hasil penilaian terhadap suatu
obyek (Hastuti & Mulyani, 2019).
b. Pengkajian

Dari kasus ini didapatkan data bahwa klien mengalami


pola tidur terganggu, khawatir, detak jantung berdebar sangat
cepat.. Pengkajian yang dilakukan pada klien telah sesuai
dengan data mayor dan data minor yang telah ada didalam teori.
c. Diagnosa

Dari data yang didapatkan dari hasil pengkajian bahwa


klien mengalami dingin, pola tidur terganggu, khawatir, detak
jantung berdebar sangat cepat dapat ditegakkan diagnosa yakni
kecemasan, sesuai dengan Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia nomor D.0080.
d. Intervensi

16
Rencana tindakan yang disusun sesuai standar intervensi
keperawatan indonesia

e. Implementasi

Dari tindakan yang dilakukan yaitu melaksanakan


intervensi keperawatan indonesia.

f. Evaluasi

Evaluasi yang dilakukan telah sesuai dengan standar


SOAP (Subyektif, Obyektif, Assesment, Planning). Namun,
didalam SOAP (Subyektif, Obyektif, Assesment, Planning)

B. Saran

Diharapkan penulis selanjutnya dapat menggunakan atau


memanfaatkan, makalah ini, mengembangkan ilmu serta pengolahan data
yang menyeluruh dengan tepat dan akurat sehingga dapat memberikan
asuhan keperawatan pada pasien secara maksim

17
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi Dan Indikator Diagnostik. Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia Jl. Raya Lenteng Agung No. 64 Jagakarsa,
Jakarta Selatan 12610

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Jl. Raya Lenteng Agung No. 64 Jagakarsa, Jakarta Selatan 12610

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Jl. Raya Lenteng Agung No. 64 Jagakarsa, Jakarta Selatan 12610

Azzahra, F., Oktarlina, R. Z., & Hutasoit, H. B. K. (2020). Farmakoterapi


Gangguan Ansietas Dan Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Efikasi
Antiansietas. In JIMKI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia.

Hastuti, Y. D., & Mulyani, E. D. (2019). Kecemasan Pasien dengan Penyakit


Jantung Koroner Paska Percutaneous Coronary Intervention. Jurnal
Perawat Indonesia. https://doi.org/10.32584/jpi.v3i3.427

Herdman, T. H. (2017). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-


2017. In
NANDA-I Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.

18
Iskandar, I., Hadi, A., & Alfridsyah, A. (2017). Faktor Risiko Terjadinya
Penyakit Jantung Koroner pada Pasien Rumah Sakit Umum Meuraxa Banda
Aceh. AcTion: Aceh Nutrition Journal.
https://doi.org/10.30867/action.v2i1.34

Joksan, A. (2019). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Kebutuhan Dasar


Gangguan Aman Nyaman Tn. G.F Dengan Sindrom Koroner Akut. 39.

Kemeskes RI, 2017. (2017). Penyakit Jantung Penyebab Kematian Tertinggi,


Kemenkes Ingatkan Cerdik. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Of, J., Mental, C., & Policy, H. (2012). e-ISSN 2622-2655 (Journal Of
Community Mental Health And Public Policy). 2655, 1–7.

19

Anda mungkin juga menyukai