Anda di halaman 1dari 80

PEMELIHARAAN KESEHATAN ANAK

(Anticipatory Guidance,Sex
Education,Toilet training,Konsep
FCC dan Konsep Atraumatic
Care)
Konsep Petunjuk Antisipasi
(Anticipatory Guidance)

Ns.Wahyuningsih,M.Kep
Pengertian Anticipatory Guidance

• Anticipatory guidance merupakan petunjuk-petunjuk


yang perlu diketahui terlebih dahulu agar orang tua
dapat mengarahkan dan anaknya secara bijaksana,
sehingga anak dapat bertumbuh dan berkembang
secara normal.
• Memberikan bimbingan dan arahan pada masalah-
masalah yang kemungkinan timbul pada setiap fase
pertumbuhan dan perkembangan anak, ada petunjuk
yang perlu dipahami oleh orang tua.
• Orang tua dapat membantu untuk mengatasi masalah
anak pada setiap fase pertumbuhan dan
perkembangannya dengan cara yang benar dan wajar
• Anticipatory guidance adalah petunjuk yang perlu
diketahui terlebih dahulu agar orang tua dapat
mengarahkan dan membimbing anaknya secara
bijaksana sehingga anak dapat tumbuh dan
berkembang secara normal
• Bimbingan antisipasi atau anticipatory guidance
merupakan sebuah petunjuk bimbingan yang
penting dan perlu diberikan kepada orang tua
untuk membantu dalam mengatasi masalah-
masalah yang mungkin terjadi pada setiap fase
pertumbuhan dan perkembangan anak.
Konsep Anticipatory Guidance
• Usia anak-anak dapat mengalami trauma disetiap
tahap perkembangan mereka, misalnya ketakutan
yang tidak jelas pada anak- anak usia prasekolah yang
dapat menimbulkan dampak negatif bagi
perkembangan anak.
• Dalam upaya untuk memberikan bimbingan dan
arahan pada masalah-masalah yang kemungkinan
timbul pada setiap fase pertumbuhan dan
perkembangan anak, ada petunjuk-petunjuk yang
perlu dipahami oleh orang tua.
• Orang tua dapat membantu untuk mengatasi
masalah anak pada setiap fase pertumbuhan dan
perkembangannya dengan cara yang benar dan wajar
Pendampingan Anticipatory Guidance oleh Perawat
• Peran orang tua sangat penting karena pengasuhan
mempunyai peranan yang sangat besar dalam
menentukan perkembangan anak nanti kedepannya.
• Orang tua perlu memahami prinsip-prinsip
pengasuhan yang baik agar anak menjadi pribadi
yang memiliki perkembangan yang baik sesuai
dengan harapan orang tua.
• Disini peran perawat sangat penting untuk
mendampingi orang tua dalam menentukan pola
pengasuhan yang baik.
• Perawat perlu memperhatikan karakteristik keluarga
dan tipe keluarga karena hal itu akan banyak
mempengaruhi keberhasilan dalam pemberian
anticipatory guidance oleh perawat.
• Anak sebagai objek asuhan orang tua dan
indikator yang utama dalam menilai keberhasilan
perawat memberikan anticipatory guidance dalam
keluarga merupakan fokus utama karena
keberhasilan dalam pendampingan akan di
tunjukkan melalui perubahan perkembangan
menjadi ke arah yang lebih baik
• Perawat perlu memperhatikan karakteristik anak
dan kemampuan anak saat ini karena hal ini juga
dapat menentukan perkembangan anak
kedepannya nanti.
• Selain keluarga dan anak yang menjadi dasar dalam
pemberian anticipatory guidance, lingkungan juga
memiliki pengaruh yang besar dalam keberhasilan
perawat memberikan anticipatory guidance dalam
suatu keluarga.
• Lingkungan yang kondusif dan mendukung anak
menuju perkembangan yang optimal akan sangat baik
bagi perkembangan anak untuk kedepannya nanti.
• Sebaliknya lingkungan yang cenderung kurang
memberikan pengasuhan atau role model yang baik
akan sangat berbahaya dalam perkembangan anak
nanti terutama bagi anak-anak usia prasekolah.
• Lingkungan sosial dari luar keluarga dapat
mempengaruhi perkembangan anak seperti
televisi, day care centre, perwakilan pemerintah,
perubahan sekolah, dan institusi agama.
• Orang tua kebingungan menentukan kapan
memberi semangat atau mengendalikan
partisipasi mereka.
• Perawat mengatur rencana bertemu orang tua
untuk mempercepat mempelajari dan
memperbesar harga diri orang tua melalui
bimbingan antisipasi
• Bimbingan antisipasi bagi orang tua akan
berbeda untuk setiap tahap usia anak karena
disesuaikan karakteristiknya
a. Usia Bayi (Enam Bulan Pertama )
1. Ajarkan perawatan bayi dan bantu orang tua
untuk memahami kebutuhan dan respon bayi
2. Bantu orang tua untuk memenuhi
kebutuhan stimulasi bayi
3. Tekankan kebutuhan imunisasi
4. Persiapkan untuk makanan padat
• Enam bulan kedua
1. Siapkan orang tua akan respon takut pada
orang asing dari anak
2. Bimbing orang tua mengenai disiplin karena
peningkatan mobilitas bayi
3. Ajarkan pencegahan cidera karena
peningkatan keterampilan motorik anak dan
rasa keingintahuannya
b. Usia Toddler (1 – 3 tahun)
Usia 12 – 18 bulan
1. Menyiapkan orang tua untuk mengantisipasi adanya
perubahan perubahan tingkah laku dari toddler
khususnya negativisme
2. Dorong orang tua untuk melakukan penyapihan secara
bertahap dan peningkatkan pemberian makanan padat
3. Adanya jadwal makan yang rutin
4. Pencegahan bahaya kecelakaan yang potensial terjadi
terutama di rumah,kendaraan bermotor,keracunan,jatuh
5. Perluya mianan baru untuk mengembangkan
motorik,bahasa,pengetahuan dan keterampilan sosial
6. Perlunya ketentuan /peraturan/aturan disiplin dengan
lembut dan cara untuk mengatasi negatifisik dan temper
tantrum yang sering terjadi pada toddler
Usia 18 – 24 bulan
1. Menekankan pentingnya persahabatan sebaya
dalam bermain
2. Menekankan persiapan anak untuk kehadiran
bayi baru dan kemungkinan terjadinya
persaingan dengan saudara kandung (sibling
rivalry),Libatkan anak dalam perawatan adik
barunya dalam melakukan kegiatan.
3. Mendiskusikan kesiapan fisik dan psikologis
anak untuk toilet training
Toilet training adalah suatu usaha untuk melatih
anak agar mampu mengontrol dalam melakukan
buang air kecil atau buang air besar.
• Toilet training secara umum dapat dilaksanakan pada
setiap anak yang sudah mulai memasuki fase
kemandirian ,fase ini biasanya terjadi di usia 18 – 24
bulan
4. Dalam melakukan toilet training,anak membutuhkan
persiapan fisik,psikologis maupun intelektualnya,dari
persiapan tersebuat anak dapat mengontrol buang air
kecil dan buang air besar secara mandiri.
5. Perawat bertanggungjawab dalam membantu orang
tua mengidentifikasi kesiapan anak untuk toilet training.
Latihan miksi biasanya dicapai sebelum defekasi karena
merupakan aktifitas reguler yang dapat diduga,
sedangkan defekasi merupakan sensasi yang lebih besar
dari pada miksi yang dapat menimbulkan perhatian dari
anak
6. Mendiskusikan berkembangnya rasa takut
seperti pada kegelapan atau suara keras.
7. Menyiapkan orang tua akan adanya tanda –
tanda regresi pada waktu anak mengalami
stress,misalnya : anak yang tadinya sudah tidak
mengompol, tiba = tiba menjadi sering
mengompol
• Usia 24 – 36 bulan
1. Mendiskusikan kebutuhan anak untuk dilibatkan
dalam kegiatan dengan cara meniru
2. Mendiskusikan pendekatan yang dilakukan
dalam toilet training dan sikap menghadapi
keadaan – keadaan, seperti buang air besar atau
buang air kecil dicelana
3. Menekankan disiplin harus tetap berstruktur
dengan benar dan nyata
4. Ajukan alasan yang rasional,hindari kebingungan
dan salah pengertian
c. Usia Pra sekolah
Usia 3 tahun
1. Menganjurkan orang tua untuk
meningkatkan minat anak dalam hubungan
yang luas
2. Menekankan pentingnya batas – batas
atau peraturan – peraturan
3. Mengantisipasi perubahan perilaku
yang agresif(menurunkan ketegangan)
4. Menganjurkan orang tua untuk
menawarkan kepada anaknya alternatif
pada saat anak bimbang
5. Perlunya perhatian ekstra
• Usia 4 tahun
1. Perilaku lebih agresif termasuk aktifitas
motorik dan bahasa
2. Menyiapkan meningkatkan rasa ingin
tahu tentang seksual
3. Menekankan pentingnya batasan – batasan
yang realistik dari tingkah lakunya
Usia 5 tahun
1. Menyiapkan anak memasuki lingkungan sekolah
2. Menyakinkan bahwa usia tersebut
merupakan periode tentang pada anak
d. Usia Sekolah
Usia 6 tahun
1. Bantu orang tua untuk memahami kebutuhan
sosialisasi dengan cara mendorong anak
berinteraksi dengan temannya
2. Ajarkan pencegahan kecelakaan terutama naik
sepeda
3. Siapkan orang tua akan peningkatan
ketertarikan anak keluar rumah
4. Dorong orang tua untuk menghargai kebutuhan
anak akan privacy dan menyiapkan kamar tidur
yang berbeda.
Usia 7 – 10 tahun
1. Menekankan untuk mendorong kebutuhan akan
kemandirian
2. Tertarik untuk beraktivitas di luar rumah
3. Siapkan orang tua untuk menghadapi anak
terutama anak perempuan memasuki pubertas

Usia 11 – 12 Tahun
1. Bantu orang tua untuk menyiapkan anak tentang
perubahan tubuh saat pubertas
2. Anak wanita mengalami pertumbuhan cepat
3.Pendidikan seks yang adekuat dan informasi yang
akurat
e. Remaja
1. Terima remaja sebagai manusia biasa
2. Hargai ide – ide, kesukaan dan ketidaksukaan
serta harapannya.
3. Biarkan remaja mempelajari dan melakukan hal
– hal yang disukainya.
4. Berikan batasan yang jelas dan masuk akal
5. Orang tua harus menyadari bahwa mereka ingin
mandiri,sensitif terhadap perasaan dan perilaku
yang mempengaruhinya,teman – temannya
merupakan hal yang snagat penting.
Pencegahan kecelakaan pada anak
a. Masa bayi
Jenis kecelakaan yang biasa
terjadi diantaranya
1. Aspirasi benda asing (terutama benda kecil
: kancing,kacang – kacangan, biji,buah,dll
2. Jatuh,luka bakar(tersiram air panas
atau minyak panas)
3. Keracunan dan kekurangan oksigen
• Pencegahan
1. Menghndari aspirasi
Simpan pada tempat yang aman dan tidak
terjangkau atau buang benda yang berpotensi
yang membahayakan aspirasi.
2. Kekurangan oksigen
Jauhkan dan jangan biarkan anak bermain
plastik,sarung bantal atau benda – benda yang
berpotensi membuat anak kekurangan oksigen
Jangan pernah meninggalkan bayi sendirian di
kamar bayi atau kamar mandi
3. Jatuh
Beri pengaman tempat tidur saat bayi/anak
sedang tidur, usahan anak duduk di kurri khusus
atau tidak memakai kursi tinggi.
4. Luka bakar
Cek air mandi sebelum dipakai, simpan air
panas ditempat yang aman,jangan merokon di
dalam rumah atau didekat bayi
5.Tempatkan peralatan listrik jauh
dari jangkauan bayi dan gunakan pengaman.
b. Masa toddler
Jenis kecelakaan
1. Jatuh/luka akibat mengendarai sepeda
2. Tenggelam
3. Keracunan atau terbakar
4. Tertabrak karena lari mengejar layangan/bola
5. Aspirasi dan asfiksia
• Pencegahan
1. Awasi anak jika bermain dekat sumber air
2. Ajarkan anak berenang
3. Simpan korek api, hati – hati terhadap
kompor masak dan setrika
4. Tempatkan bahan kimia/toxic di lemari
5. Jangan biarkan anak bermain tanpa pengawasan
6. Awasi anak pada saat memanjat,lari,melompat
• Pra Sekolah
Jenis
Kecelakaan
1. Obyek panas,benda tajam,akibat naik sepeda
seperti main di jalan, lari mengamil
bola/layangan,menyeberang jalan
Pencegahan
1. Mengontrol Lingkungan
2. Mendidik anak terhadap keamanan
potensial bahaya( mendidik anak cara
menyeberang jalan, serta arti rambu –
rambu lalu lintas)
• Usia Sekolah
1. Anak biasanya sudah berfikir
sebelum bertindak
2. Aktif dalam kegiatan: mengendari
sepeda,mendaki gunung,berenang
3. Berikan pendidikan tentang aturan lalu
lintas pada anak
4. Ajarkan anak untuk tidak menggunakan
alat yang bisa meledak/terbakar
5. Apabila anak suka berenang, ajarkan
aturan yang aman dalam berenang.
• Remaja
1. Kecelakaan lalu lintas terutaa
kendaraan bermotor yang dapat
mengakibatkan fraktur,cidera kepala
2. Kecelakaan karena olah raga
Perlu diberikan pemahaman kepada remaja tentang
1. Petunjuk dalam kendaraan bermotor,
ada negosiasi antara orangtua dengan
remaja.
2. Penggunaan alat pengaman yang sesuai
seperti helm sesuai standar dan sabuk
pengaman
3. Melakukan latihan fisik yang sesuai
sebelum melakukan olag raga.
Pengertian Pendidikan Seks

• Pendidikan seks adalah upaya pengajaran,


penyadaran, dan pemberian informasi tentang
masalah seksual.
• Para ahli psikologi menganjurkan agar anak- anak
sejak dini hendaknya mulai dikenalkan dengan
pendidikan seks.
SEK
Adalah segala sesuatu yg menyangkut
alat kelamin dan hubungan kelamin.

SEKSUALITAS
Segala sesuatu yg menyangkut cara berpikir,
merasa , berpakaian, mengutarakan
pendapat dan bersikap
PENDIDIKAN SEKS MULAI DIBERIKAN

• Dimualai dari kandungan saat penentuan


jenis kelamin
• Saat anak sadar mulai seks
• Saat anak bertanya tentang bagaimana
bayi dilahirkan
PENDIDIKAN SEKSUAL SESUAI
TAHAPAN USIA
1. 0- 18 BULAN
• Bayi harus mendapat siraman kasih
sayang yang melimpah dari orang
tua
• Kasih sayang ini akan menjadi dasar
perkembangan emosinya
• Anak juga diajari untuk tentang kebersihan
tubuhnya
2. 18 bulan – 3 tahun
• Rasa ingin tahu dan kemandirian anak sudah mulai
tumbuh dan berkembang
• Anak harus dijelaskan tentang alat kelaminnya
• Anak sudah menemukan kenikmatan dengan
memainkan alat kelaminnya
3. Usia 3 – 6 tahun
• Anak senang bereksperimen atau menyentuh bagian-
bagian tubuhnya.
• Rasa ingin tahunya luar biasa dan bahkan ia mulai
mencoba-coba misal ; main dokter-dokteran
atau pengantin-pengantinan
• Anak melihat dan membandingkan dan mulai punya
interpretasi apa yang ditampilkan orang tua
4. Usia 7-9 tahun
• Usia yang patut diwaspadai karena ancaman mulai
muncul pada anak
• pada usia ini tubuh anak sudah mulai berkembang (
tumbuh jakun,tumbuh payudara dan menstruasi)
• Anak mulai mengekpresikan prilaku diri melalui alat
permainan
• Perilaku berkeluarga juga mulai dikenal dengan istilah
ayang-ayangan atau meniru-niru
5. Usia Remaja

• Remaja banyak menghadapi


permasalahan yang terkait dengan seks (
penyakit menular, kehamilan, pernikahan dan
perceraian )

• Peran orang tua sangat dibutuhkan


Pendekatan yg digunakan di dalam
memberikan penjelasan sek pd anak
1. Gunakan segala sesuatu yang telah tersedia di
alam ini untuk menjelaskan nya
misal : ketika anak melihat ayam yang
bertindihan di tanah, jelaskan pada anak
tentang kejadian tersebut jangan mengalihkan
perhatiannya
2. Bersikap proaktif menjelaskan tanpa menunggu
anak bertanya terlebih dahulu
misal:
Ketika sedang menyisir rambut, jelaskan
padanya, kalau ia besar nanti rambut juga akan
tumbuh dibagian-bagian tubuh yangg tidak
berambut
TOILET TRAINING
Toilet training
• Toilet training pada anak merupakan suatu usaha
untuk agar mampu mengontrol dalam melakukan
buang air kecil dan buang air besar
• Toilet training dapat berlangsung pada kehidupan
anak, usia 18 bulan – 2 tahun.
• Dalam melakukan latihan buang air kecil dan buang
air besar anak membutuhkan persiapan baik secara
fisik,psikologis maupun intelektual
• Dengan melalui persiapan anak mampu mengontrol
buang air kecil dan buang air besar secara sendiri.
• Toilet training bermanfaat dalam pendidikan
seks sebab saat anak melakukan kegiatan
tersebut, maka anak akan mempelajari anatomi
tubuhnya sendiri serta fungsinya
• Dalam proses toilet training diharapakan terjadi
pengaturan impuls atau rangsangan dan instink
anak dalam melalukan buang air kecil dan besar
• Buang air besar merupakan suatu alat pemuasan
untuk melepaskan ketegangan
• Dengan latihan ini anak diharapkan dapat
melakukan usaha penundaan pemuasan
• Toilet training secara umum dapat dilaksanakan
pada setiap anak yang sudah mulai memasuki fase
kemandirian pada anak
• Suksesnya toilet training tergantung pada kesiapan
yang ada pada diri anak dan keluarga.
• Kesiapan fisik, kemampuan anak secara fisik sudah
kuat dan mampu (anak mampu duduk atau berdiri
sehingga memudahkan anak untuk di latih buang air
kecil dan buang air besar
• Kesiapan psikologis, anak membutuhkan suasana
yang nyaman agar mampu mengontrol dalam
merangsang untuk buang air kecil dan buang air
besar
• Kesiapan Intektual, anak memahami arti buang
air kecil atau besar sangat memudahkan proses
dalam pengontrolan, anak dapat mengetahui
kapan saatnya harus buang air kecil atau besar.
• Kesiapan akan menjadikan diri anak selalu
mempunyai kemandirian dalam mengontrol
khususnya buang air keci atau besar
• Pelaksanaan toilet training dapat dimulai sejak
dini untuk melatih respon terhadap kemampuan
untuk buang air kecil dan besar
Cara toilet training pada anak
• Latihan buang air kecil dan besar pada anak
merupakan suatu yang harus dilakukan pada orang tua
anak,
• Dengan latihan anak diharapkan mempunyai
kemampuan sendiri dalam melaksanakan buang air
kecil dan besar tanpa merasa ketakutan atau
kecemasan.
• sehingga anak akan mengalami pertumbuhan dan
perkembangan sesuai usia tumbuh kembang, adapun
cara yang dapat dilakukan orang tua dalam melatih
anak untuk buang air kecil dan besar yaitu :
1. Tehnik Lisan
• Memberikan instruksi pada anak dengan kata – kata
sebelum dan sesudah buang air kecil dan besar.
• Orang tua sering mengunakannya, tehnik lisan ini
mempunyai nilai yang cukup besar dalam memberikan
rangsangan buang air kecil dan besar
• Dengan lisan,persiapan psikologis pada anak akan
semakin matang dan akhirnya anak mampu dengan
baik dalam melaksanakan buang air kecil dan besar
2. Tehnik Modelling
• Melalukan buang air besar dan kecil dengan cara meniru
atau mencontoh
• Dampak yang jelek dengan cara ini adalah apabila contoh
yang diberikan salah, sehingga akan dapat diperlihatkan
pada anak, akhirnya anak juga mempunyai kebiasaan yang
salah
• Melakukan observasi saat anak buang air kecil dan
besar,tempatkan anak diatas pispot atau ajak ke kamar
mandi
• Dudukkan anak diatas pispot atau orang tua duduk atau
jongkok dihadapannya sambil mengajak bicara atau
bercerita.
• Berikan pujian jika anak berhasil, jangan disalahkan dan
dimarahi,ajak anak ke kamar mandi pada jam – jam
tertentu
• Beri celana yang mudah dilepas dan kembalikkan
Pengkajian Masalah Toilet Training

• Pengkajian kebutuhan toilet training merupakan


suatu yang harus diperhatikan sebelum anak
melakukan buang air kecil dan besar.
• Buang air kecil dan besar akan mengalami proses
keberhasilan dan kegagalan akan dialami oleh setiap
anak
• Untuk mencegah terjadinya kegagalan maka
dilakukan suatu pengkajian sebelum melakukan
latihan toilet yang meliputi : pengkajian
fisik,psikologis dan intelektual
1. Pengkajian fisik
a.kemampuan motorik kasar : berjalan,
duduk,meloncat
b. motorik halus : mampu melepas celana
sendiri
c. pola buang air besar yang sudah teratur
d. sudah tidak ngompol setelah tidur
2. Pengkajian psikologis
a. Gambaran psikologis pada anak ketika akan
melakukan buang air besar dan kecil anak tidak rewel
atau menangis
b. Ekspresi wajah menunjukkan kegembiraan dan ingin
melakukan secara sendiri
c. Anak tetap sabar dan sudah mau tetap tinggal di toilet
selama 5 – 10 menit tanpa rewel atau meninggalkannya
d. Adanya keingintauan kebiasaan toilet training pada
orang dewasa atau saudaranya
3. Pengkajian Intelektual
a. Kemampuan anak untuk mengerti buang air kecil dan
besar
b. kemampuan mengkomunikasikan buang air kecil dan
besar
c. Anak menyadari timbulnya buang air kecil dan besar
d. Kemampuan kognitif untuk meniru perilaku yang
tepat(buang air kecil pada tempatnya )
Hal – hal yang perlu diperhatikan selama toilet training

1. Hindari pemakaian popok sekali pakai atau diaper di


mana anak akan merasa aman
2. Ajari anak mengucapkan kata – kata yang khas yang
berhubungan dengan buang air besar
3. Mendorong anak melakukan rutinitas ke kamar mandi
seperti cuci muka saat bangun tidur,cuci tangan,cuci
kaki dll
4. Jangan marah bila anak gagal dalam melalukan toilet
training
Dampak Toilet Training

• Dampak yang paling umum dalam kegagalan toilet


training seperti adanya perlakuan atau aturan yang
ketat bagi orang tua kepada anaknya yang dapat
mengganggu kepribadian anak atau cenderung
bersifat retentif dimana anak cenderung bersikap
keras kepala bahkan kikir.
• Bila orang tua santai dalam memberikan aturan
dalam toilet training maka anak akan dapat
mengalami kepribadian ekspresif dimana anak lebih
lega,cenderung ceroboh,suka membuat gara –
gara,emosional dan seenaknya dalam melakukan
kegiatan sehari – hari.
Family Centered Care
Family centered care (FCC )
Perawat berpusat pada keluarga adalah
• Filososfi perawat perpusat pada keluarga,
mengakui keluarga konstanta dalam kehidupan
anak
• Adanya dukungan keluarga, menghormati,
mendorong dan meningkatkan kekuatan dan
kompetensi keluarga
Intervensi : menekankan bahwa pembuatan
kebijakan,perencanaan program perawatan
Ada 2 konsep dasar pada
proses filosofi family center
care
1. Enabling (memperdayakan )
menciptakan kesempatan keluarga untuk
menunjukkan kemampuan dan kompetensinya yang
berguna dalam memenuhi kebutuhan anak dan
keluarga
2. Empowering ( memperkokoh )
interaksi profesional dengan keluarga memerlukan
perasaan aman terhadap kehidupan keluarganya dan
mendukung perubahan yang positif sebagai dampak
dari perilaku saling tolong - menolong, memperkokoh
kemampuan dan tindakan yang diberikan.
• Jadi dalam pemberian asuhan keperawatan anak
diperlukan keterlibatan keluarga, mengingat anak
selalu membutuhkan orang tua ketika berada dirumah
sakit
• Keterlibatan dengan tenaga kesehatan selama anak
dirumah sakit sangat diperlukan, menjadi dasar dalam
memberikan asuhan keperawatan yang berfokus pada
keluarga
• Perawat dengan memfasilitasi keluarga dapat
membantu proses penyembuhan pada anak yang sakit
selama dirumah sakit
Manfaat penerapan family centered care
1. Hubungan tenaga kesehatan dengan
keluarga semakin menguat dalam
meningkatkan kesehatan dan perkembangan
setiap anak
2. Meningkatkan pengambilan keputusan
klinid berdasarkan informasi yang lebih baik
dan proses kolaborasi
3. Membuat dan mengembangkan tindak lanjut
rencana keperawatan berkolaborasi dengan
keluarga
4. Meningkatkan pemahaman tentang kekuatan yang
dimiliki keluarga dan kapasitas pemberi pelayanan
5. Penggunaan sumber – sumber pelayanan kesehatan
dan waktu tenaga profesional lebih efisien dan efektif
6. Mengembangkan komunikasi antara anggota tim
kesehatan
7. Meningkatkan lingkungan pembelajaran untuk
spesialis anak dan tenaga profesi lainnya dalam
pelatihan - pelatihan
Elemen –elemen family cantered care
1. Memasukkan pemahaman ke dalam kebijakan dan
praktik bahwa keluarga bersifatkonstan dalam
kehidupan anak,sementara sistem pelayanan dari
personal pendukung di dalam sistem tersebut
berubah – berubah
2. Memfasilitasi kolaborasi kelurga/profesional pada
semua tingkat pelayanan keperawatan di rumah
sakit,rumah dan di masyarakat
3. Perawatan anak secara individual,pengembangan
implementasi dan evaluasi program serta
pembentukan kebijakan
4. Saling bertukar informasi yang lengkap dan jelas
antara anggota keluarga dan profesional dalam
hal dukungan cara yang suportif disetiap saat
5. Menggabungkan pemahaman dan penghormatan
terhadap keanekaragaman budaya, kekuatan dan
individualitas di dalam dan diantara seluruh
keluarga termasuk keanekaragaman
suku,ras,spiritual,sosial,ekonomi
6. Mengenali dan menghormati metode koping yang
berbeda dan menerapkan program dan kebijakan
menyeluruh yang menyediakan pelayanan
perkembangan,pendidikan,emosi,lingkungan
7. Mendorong dan memfasilitasi dukungan dan
jaringan kerjasama keluarga dengan keluarga
8. Menerapkan bahwa rumah, rumah sakit dan
pelayanan masyarakat dan sistem pendukung untuk
anak – anak yang memerlukan pelayanan kesehatan
khusus dan keluarganya bersifat fleksibel
9. Menghargai keluarga sebagai keluarga dan anak –
anak sebagai anak – anak, mengakui bahwa mereka
mempunyai beragam kekuatan,perhatian,emosi dan
cita – cita yang melebihi kebutuhan mereka untuk
mendapatkan layanan dan dukungan kesehatan
Prinsip family centered care
1. Menghormati anak dan keluarganya
2. Perawat dalam melaksanakan asuhan
keperawatan pada anak menghormati anak dan
keluarga sebagai subjek perawatan
3. Menghargai perbedaan
suku,budaya,sosial,ekonomi,agama dan
pengalaman tentang sehat sakit yang ada pada
anak dan keluarga, pelayanan yang diberikan
mengacu kepada standar asuhan keperawatan dan
diperlakukan sama pada semua pasien dan
keluarga
6. Mengenali dan memperkuat kelebihan yang ada
pada anak dan keluarga.
5. Mendukung dan memfasilitasi pilihan anak dan
keluarga dalam memilih pelayanan kesehatannya
6. Menjamin pelayanan yang diperoleh anak dan
keluarga sesuai
dengan kebutuhan,keyakinan,nilai dan budaya
mereka
7. Berbagai informasi secara jujur dan tidak bias
dengan anak dan kelurga sebagai cara untuk
memperkuat dan mendayagunakan anak dan
keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan
8. Memberikan dan menjamin dukungan formal
dan informal untuk anak dan keluarga
9. Berkolaborasi dengan anak dan keluarga dalam
penyususnan dan pengembangan program
perawatan anak di berbagai tingkat pelayanan
kesehatan
10. Mendorong anak dan keluarga untuk
menemukan kelebihan dan kekuatan yang
dimiliki,membangun rasa percaya diri dan
membuat pilihan dalam menentukan pelayanan
kesehatan anak.
Atraumatik care
Pengertian
• Atraumatic Care adalah perawatan yang tidak
menimbulkan adanya trauma pada anak dan
keluarga.
• Bentuk perawatan terapeutik dapat diberikan
kepada anak dan kelurga dengan mengurangi
dampak psikologis dari tindakan keperawatan yang
diberikan
Beberapa prinsip yang dilakukan oleh perawat
antara lain :

1. Menurunkan atau mencegah dampak


perpisahan dari keluarga
Dampak perpisahan dari keluarga maka anak
mengalami gangguan psikologis seperti :
kecemasan,ketakutan,kurang kasih sayang
sehingga gangguan ini akan menghambat
proses penyembuhan anak dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan.
2. Meningkatkan kemampuan orang tua dalam
mengontrol perawatan pada anak
• Melalui peningkatan kontrol orang tua pada diri
anak, diharapkan anak mandiri dalam kehidupannya,
anak selalu berhati – hati dalam melakukan aktivitas
sehari – hari.
• Selalu bersikap waspada dalam segala hal.
• Serta pendidikan terhadap kemampuan dan
keterampilan orang tua dalam mengawasi
perawatan anak
3. Mencegah dan mengurangi cedera dan
nyeri (dampak psikologis )
• Mengurangi nyeri merupakan tindakan yang
harus dilakukan dalam keperawatan anak
• Proses pengurangan rasa nyeri sering kali tidak
bisa dihilangkan secara cepat akan tetapi dapat
dikurangi melalui berbagai cara antara lain :
distraksi,relaksasi,imaginari
• Apabila tindakan pencegahan tidak dilakukan
maka cedera dan nyeri akan berlangsung lama
pada anak sehingga dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan anak
4. Tidak melakukan kekerasan pada anak
• Kekerasan pada anak akan menimbulkan gangguan
psikologis yang sangat berarti pada kehidupan anak
• Apabila ini terjadi pada saat anak dalam proses
tumbuh kembang maka kemungkinan pencapaian
kematangan akan terhambat
• Dengan demikian tindakan kekerasan pada anak sangat
tidak dianjurkan karena akan memperberat kondisi
anak
5. Modifikasi Lingkungan
Melalui modifikasi lingkungan fisik yang bernuansa
anak dapat meningkatkan keceriaan, perasaan aman
dan nyaman bagi lingkungan anak sehingga selalu
berkembang dan merasa nyaman di lingkungannya.
TERIMA KASIH SEMOGA
BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai