Anda di halaman 1dari 19

PERSALINAN BERESIKO PREMATUR

Mata Kuliah : Keperawatan Kesehatan Reproduksi


Dosen Pengampu : Ns. Heny Prasetyorini M.Kep

NAMA KELOMPOK :
1. M. NUROKHIM ( 2217023 )
2. MURWANI ASTUTI ( 2217027 )
3. RAFIKA NOVA NDARI ( 2217030 )
4. WAHYU HIDAYAT ( 2217040 )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN, BISNIS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG
2023
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persalinan prematur merupakan persalinan terlalu dini yang mana terjadi pada usia
kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum 37 minggu (American College of
Obstetrians and Gynecologist, 2016). Secara Global angka kelahiran prematur pada
tahun 2000 hingga tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar 8,5% (Chawanpaiboon et al.,
2019). Selain itu berdasarkan Data global, sebesar 16% kematian balita disebabkan oleh
kelahiran prematur dan menyebabkan kematian bayi baru lahir sebesar 35%
(Chawanpaiboon et al., 2019).

Pada tahun 2010 Indonesia masuk ke dalam peringkat 9 di dunia dengan


persalinan prematur sejumlah 15,5 kasus per 100 kelahiran hidup (Blencowe et al., 2013).
Pada Tahun 2014 Indonesia masuk peringkat 5 dari 10 negara dengan angka kelahiran
premature tertinggi dengan estimasi jumlah sebanyak 527.672 atau sebesar 10,4% dari
jumlah kelahiran hidup (Chawanpaiboon et al., 2019). Pada tahun 2016, Indonesia berada
di peringkat 7 dengan angka kematian balita tertinggi yang diakibatkan oleh komplikasi
dari kelahiran premature (Chawanpaiboon et al., 2019).
Sejumlah faktor risiko yang dikaitkan dengan terjadinya kelahiran premature yaitu
riwayat kelahiran prematur, berat badan kurang, obseitas, diabetes, hipertensi, merokok,
infeksi, usia ibu, genetika, kehamilan multi- janin, jarak kehamilan yang terlalu
berdekatan, gangguan plasenta, dan KPD premature (Butali et al., 2016). Sebuah
penelitian yang dilakukan di Ardabil, Iran menyatakan bahwa riwayat kelahiran prematur,
hipertensi, preeklamsia, ketuban pecah dini, oligohidramnion, bercak/perdarahan, infeksi
saluran kemih, hipermesis gravidarum, status sosial yang rendah, dan tekanan darah
diastolik yang rendah diidentifikasikan sebagai faktor risiko terjadinya kelahiran
premature (Alijahan et al., 2014).
Pada umumnya, 50% persalinan prematur terjadi secara spontan, 70% diakibatkan
oleh ketuban pecah dini, sementara 20% persalinan prematur dilahirkan karena adanya
indikasi pada ibu dan janin. Ibu hamil berpotensi mengalami kelahiran prematur karena
beberapa faktor seperti pernah melahirkan secara prematur, keguguran, atau aborsi,
memiliki gangguan kesehatan seperti diabetes dan darah tinggi, sering merokok dan
minum alkohol, kekurangan nutrisi atau persiapan kehamilan yang kurang baik. Biasanya
gejala-gejala bayi yang lahir secara prematur dapat dirasakan oleh sang ibu (Anabanu,
2020).
Gejalnya seperti ketuban pecah dini, terjadi pembukaan serviks lebih awal,
pendarahan di vagina, dan lain-lain. Jika gejala-gejala tersebut sudah dirasakan sang ibu,
maka persalinan prematur atau persalinan pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu
berpotensi untuk terjadi. Seorang bayi yang lahir secara prematur akan memiliki berat
kurang dari 2500 gram. Bayi yang dilahirkan secara prematur memiliki komplikasi
penyakit yang lebih besar dibadingkan dengan bayi yang dilahirkan secara normal.
Komplikasi tersebut diantaranya lumpuh otak, gangguan kognitif, penglihatan, psikologis,
hingga dapat menyebabkan sindrom kematian bayi mendadak (Anabanu, 2020).
Kelahiran prematur adalah sebuah kelainan proses yang multifaktorial. Intervensi
keperawatan yang dapat diprioritaskan adalah melakukan pencegehan. Pencegahan
kelahiran prematur harus ditegakkan untuk mengurangi faktor resiko yang berhubungan
dengan kelahiran prematur (Mose, 2009). Dengan banyaknya kasus kelahiran prematur
yang memiliki resiko tinggi selama persalinan, oleh karena itu kami akan membahas lebih
dalam mengenai persalinan beresiko tinggi seperti prematur ini beserta asuhan
keperawatan yang sesuai dengan kasus tersebut.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami persalinan
prematur
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien yang mengalami persalinan
prematur
b. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien yang mengalami persalinan
prematur
c. Menyuusun perencanaan keperawatan pada pasien yang mengalami persalinan
prematur
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien yang mengalami persalinan
prematur
e. Melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan pada pasien yang mengalami
persalinan premature
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Kelahiran prematur merupakan suatu kelahiran yang terjadi sebelum usia keha
milan 37 minggu atau kurang dari 259 hari dari tanggal pertama periode menstruasi te
rakhir seorang perempuan (Ariana dan Wathan, 2020). Bayi yang dilahirkan secara pr
emature kerap kali memiliki berat badan kurang dari 2500 gram. World Health Organi
zation (WHO) membagi persalinan premature menjadi 3 kategori yaitu:
1) Persalinan prematur (preterm), yaitu usia kehamilan 32-36 minggu
2) Persalinan sangat prematur (very preterm), yaitu usia kehamilan 28-32 minggu.
3) Persalinan ekstrem prematur (extremely preterm), yaitu usia kehamilan 20- 27 min
ggu.
Kelahiran premature diklasifikasikan menjadi 2, diantaranya
1) Prematur Spontan
Prematur spontan adalah kejadian kelahiran prematur dimana faktor penyebab kel
ahirannya tidak dapat diketahui serta tidak dapat dijelaskan.
2) Prematur Elektif
Prematur elektif adalah suatu kejadian kelahiran prematur dimana hal tersebut tela
h diindikasikan oleh dokter dengan tujuan untuk menyelamatkan nyawa sang ibu d
an janinnya
Resiko persalinan prematur adalah tingginya angka kematian, selain dapat terjadi p
ertumbuhan mental-intelektual dan fisik yang kurang menguntungkan sehingga dapat
menjadi beban kelahiran “prematur” yang resiko tinggi diupayakan dapat dikurangi se
hingga angka kematian perinatal dapat diturunkan. Bayi prematur mempunyai risiko k
ematian lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang lahir cukup bulan. Hal ini diseba
bkan mereka mempunyai kesulitan untuk beradaptasi dengan kehidupan di luar rahim
akibatketidakmatangan sistem organ tubuhnya. Masalah lain yang dapat timbul akibat
kelahiran prematur adalah masalah perkembangan neurologi yang bervariasi dari gang
guan neurologis berat, seperti kebutaan, gangguan penglihatan, dan tuli.
Makin pendek usia kehamilan ibu, kemungkinan terjadinya komplikasi pada bayi
makin besar. Selain penggolongan berdasarkan usia kehamilan, ahli lain menggolongk
an bayi prematur berdasarkan berat badan saat lahir.
B. Etiologi
Penyebab kelahiran prematur sebenarnya tidak diketahui secara pasti. Namun,
ketuban pecah di awal merupakan salah satu penyebab utama kelahiran prematur.  Sel
ain itu, sejumlah faktor lainnya yang juga bisa meningkatkan risiko penyebab persalin
an prematur adalah :
1. Preeklampsia
Preeklampsia adalah kondisi yang ditandai dengan tekanan darah tinggi dan adanya
protein dalam urine selama kehamilan. Jika tidak segera ditangani, preeklamsia
dapat menyebabkan kelahiran prematur
2. Serviks dan rahim abnormal
Bentuk rahim yang abnormal atau serviks yang terbuka sebelum waktu persalinan d
apat menyebabkan kontraksi dini. Mengalami kontraksi dini menyebabkan bayi har
us lahir lebih awal atau lahir secara prematur.
3. Riwayat bayi prematur dalam keluarga
Riwayat dan gen keluarga memiliki pengaruh dalam kelahiran prematur. Jika ada a
nggota keluarga, termasuk Anda, yang mempunyai riwayat kelahiran prematur dala
m keluarga, maka hal tersebut nantinya dapat memengaruhi metode persalinan yan
g akan dijalani. 
4. Umur
Seorang ibu remaja yang sudah hamil di bawah usia 17 tahun akan memiliki kemun
gkinan lebih besar untuk melahirkan bayi prematur. Bukan hanya hamil di usia mu
da, kehamilan tua atau hamil di usia 35 tahun ke atas juga dapat meningkatkan risik
o persalinan prematur. Risiko pun semakin meningkat jika Anda berusia 40 tahun k
e atas.
5. Infeksi tertentu
Penyebab bayi lahir prematur lainnya adalah karena infeksi vagina. Infeksi pada va
gina, seperti vaginosis bakteri ataupun infeksi lainnya, dapat meningkatkan kemun
gkinan bayi lahir prematur.
6. Hipertensi
Jika tekanan darah lebih tinggi dari 140/90 mmHg, maka Anda mengalami hiperten
si. Kondisi tekanan darah tinggi ini memberi efek pada pertumbuhan bayi, yang da
pat menyebabkan kelahiran prematur.
7. Diabetes
Sekitar 5-10% wanita hamil mengalami diabetes gestasional. Ibu yang mengalami
diabetes gestasional umumnya akan mengalami risiko komplikasi persalinan, yakni
salah satunya adalah melahirkan prematur.
8. Kehamilan kembar
Jika mengandung bayi kembar, maka peluang Anda untuk melahirkan bayi prematu
r meningkat. Sekitar 60% bayi kembar, dan 90% bayi kembar tiga, biasanya lahir d
alam kondisi prematur.
9. Aborsi
Jika pernah menjalani aborsi pada kehamilan sebelumnya, maka Anda berisiko mel
ahirkan bayi prematur pada kehamilan selanjutnya. Risiko semakin meningkat jika
Anda hamil dalam waktu lebih cepat, seperti enam bulan setelah aborsi.
10. Keguguran
Jika pernah mengalami keguguran pada kehamilan sebelumnya, maka ada kemung
kinan Anda akan menjalani persalinan prematur. Risiko pun meningkat jika kegugu
ran terjadi di akhir kehamilan.
11. Konsumsi alkohol dan merokok
Mengonsumsi alkohol dan kebiasaan merokok dapat menyebabkan kelahiran prem
atur. Tak hanya perokok aktif, perokok pasif juga berbahaya bagi kehamilan. Selai
n itu, kebiasaan ini dapat pula menyebabkan berbagai komplikasi lain, seperti masa
lah plasenta, bahkan kematian bayi.
Selain yang telah disebutkan, risiko persalinan prematur akan semakin tinggi jika i
bu hamil terlalu gemuk atau terlalu kurus, janin menderita cacat lahir tertentu selama
di dalam kandungan hingga mengandung bayi tabung (IVF).
Menurut (Rukiyah, Yulianti, 2012), bayi dengan kelahiran prematur dapat disebabka
n oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut:
1) Faktor ibu
Faktor ibu merupakan hal dominan dalam mempengaruhi kejadian prematur, fakto
r-faktor tersebut di antaranya adalah:
a) Toksemia gravidarum (preeklampsia dan eklampsia).
b) Riwayat kelahiran prematur sebelumnya perdarahan antepartum, malnutrisi da
n anemia sel sabit.
c) Kelainan bentuk uterus (misal: uterus bikurnis, inkompeten serviks).
d) Tumor (misal: mioma uteri, eistoma).
e) Ibu yang menderita penyakit seperti penyakit akut (misal: thypus abdominalis,
dan malaria) dan penyakit kronis (misal: TBC, penyakit jantung, hipertensi, pe
nyakit ginjal).
f) Trauma pada masa kehamilan, antara lain jatuh.
g) Kebiasaan ibu (ketergantungan obat narkotik, rokok dan alkohol).
h) Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
i) Bekerja yang terlalu berat.
j) Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat.
2) Faktor Janin
Beberapa faktor janin yang mempengaruhi kejadian prematur antara lain kehamila
n ganda, hidramnion, ketuban pecah dini, cacat bawaan, kelainan kromosom, infek
si TORCH (Toxoplasma, Other Disease, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpe Si
mplexs Virus) merupakan beberapa jenis infeksi yang bisa dialami oleh wanita ya
ng akan ataupun sedang hamil. Infeksi ini dapat menyebabkan cacat bayi akibat ad
anya penularan dari ibu ke bayi pada saat hamil.
3) Faktor Lain
Selain faktor ibu dan janin ada faktor lain yaitu faktor plasenta (plasenta previa da
n solusio plasenta), faktor lingkungan, keadaan sosial ekonomi yang rendah, peker
jaan yang melelahkan.
Menurut (Proverawati, A & Sulistyorini, 2010), berdasarkan klasifikasinya penyeb
ab kelahiran bayi prematur dapat dibedakan menjadi sebagai berikut:
1. Bayi prematur tipe SMK disebabkan oleh:
a. Berat badan ibu yang rendah, ibu hamil yang masih remaja, kehamilan kem
bar.
b. Pernah melahirkan bayi prematur sebelumnya.
c. Cervical incompetence (mulut rahim yang lemah hingga tak mampu menaha
n berat bayi dalam rahim).
d. Perdarahan sebelum atau saat persalinan (antepartum hemorrhage).
e. Ibu hamil yang sedang sakit.
2. Bayi prematur tipe KMK disebabkan oleh:
a. Ibu hamil yang kekurangan nutrisi.
b. Ibu memiliki riwayat hipertensi, pre eklampsia dan anemia.
c. Kehamilan kembar.
d. Malaria kronik dan penyakit kronik lainnya.
e. Ibu hamil merokok

C. Manifestasi Klinis
Untuk mengantisipasi kelahiran bayi prematur, Anda perlu mencermati berbagai ta
nda-tanda persalinan prematur, seperti:
a. Tanda awal persalinan prematur adalah ketuban pecah dini
b. Terjadi pada usia kehamilan 22-37 minggu.
c. Sakit punggung. Titik sakit yang mengindikasikan kelahiran dini umumnya berada
di bagian punggung bawah. Biasanya terjadi secara konstan
d. Kontraksi setiap 10 menit atau lebih sering
e. Kram diperut bagian bawah seperti menstruasi atau diare
f. Adanya perasaan menekan di daerah serviks (perubahan serviks yang progresif)
g. Pemeriksaan serviks menunjukkan telah terjadi pembukaan >2 cm serta adanya
penipisan 50–80%.
h. Adanya distres berat pada anternal serta janin
i. Adanya kram perut seperti saat menstruasi
j. Adanya perubahan pada karakter vagina.
k. Keluarnya cairan atau pendarahan ringan pada vagina
l. Gejala seperti flu seperti mual, muntah, atau diare
m. Peningkatan tekanan pada panggul atau vagina
n. Peningkatan keputihan

D. Patofisiologi
Secara umum, penyebab persalinan premature dapat dikelompokkan dalam 4
golongan, yaitu :
1) Aktivasi premature dari pencetus terjadinya persalinan
Mekanisme pertama ditandai dengan stress dan ansietas yang biasa terjadi pada pri
mipara muda yang mempunyai predisposisi genetic. Adanya stress fisik maupun p
sikologi menyebabkan aktivasi premature dari aksis hypothalamus-pituitary-Adren
al (HPA) ibu dan menyebabkan terjadinya persalinan premature. Aksis HPA ini m
enyebabkan timbulnya insufisiensi uteroplasenta dan mengakibatkan kondisi stres
s pada janin.
2) Inflamasi/infeksi
Mekanisme kedua adalah decidua-chorio-amnionitis, yaitu infeksi bakteri yang m
enyebar ke uterus dan cairan amnion. Keadaan ini merupakan penyebab potensial t
erjadinya persalinan premature.
3) Perdarahan plasenta
Mekanisme ketiga yaitu mekanisme yang berhubungan dengan perdarahan plasent
a dengan ditemukannya peningkatan hemosistein yang akan mengakibatkan kontra
ksi miometrium.
4) Peregangan yang berlebihan pada uterus
Mekanisme keempat adalah peregangan berlebihan dari uterus yang bisa disebabk
an oleh kehamilan kembar, polyhydramnion atau distensi berlebih yang disebabka
n oleh kelainan uterus atau proses operasi pada serviks

E. Pathway
F. Penatalaksanaan
1) Pengobatan Farmakologi
Pada persalinan ibu hamil dengan resiko premature dapat diatasi dengan pemberia
n tokolitik. Berikut merupakan pemberian tokolitik yang digunakan pada ibu hami
l dengan resiko persalinan premature :
a) Nifedipine
Pemberian Nifedipine sebagai agen tokolitik yaitu obat menghambat kontraksi pa
da kehamilan prematur. Pemberian nifedipine dapat dilakukan secara oral dan sub
lingual dengan dosis 10-20 mg, pemberian secara sublingual diberikan melalui 3
dosis selama 15-20 menit dan oral selama 4-6 jam bersamaan dengan pemberian k
ortikosteroid. Nifedipine memiliki efek samping seperti pusing, mual, flushing, hi
potensi, edema paru dan gagal jantung yang merupakan akibat dari vasolidatasi.
Nifedipine bekerja dengan menghambat kontraksi pada kehamilan dan nyeri pada
uterus kontraktil. Nifedipine diberikan secara bertahap, yaitu pada 20 mg lalu dila
njutkan dengan dosis 10-20 mg. Pemberian nifedipine secara bertahap disebabkan
karena waktu paruh obat yang pendek yaitu 2-3 jam dan dosis tidak melebihi 60
mg.
b) COX (cyclo-oxygenase)-2-inhibitors atau Indomethacine
Pada pemberian dosis awal diberikan 100 mg lalu dilanjutkan 50 mg peroral setia
p 6 jam untuk 8 kali pemberian. Jika pemberian lebih dari 2 hari maka dapat meni
mbulkan oligohidramnion yaitu kondisi dimana cairan ketuban pada kadar yang t
erlalu rendah akibat penurunan renal blood flow janin. Indomethacine ini direko
mendasikan pada kehamilan ibu > 32 minggu karena dapat mempercepat penutup
an duktus arteriosus
c) Magnesium Sulfat
Magnesium sulfat dipakai sebagai tokolitik yang diberikan secara parenteral atau
secara suntikan sehingga langsung masuk melalui pembuluh darah. Dosis awal y
aitu 4-6 gr dan diberikan dalam 20 menit lalu selanjutnya diikuti 1-4 gram per ja
m tergantung dari produksi urine dan kontraksi uterus. Namun, bila terjadi efek to
ksik berikan kalsium glukonas 1 gram secara perlahan-lahan.
d) Beta2-sympathomimetics
Pemberian ini dilakukan dengan dosis 50 mg dalam 500 ml larutan glukosa 5%. D
imulai dengan 10 tetes per menit dan dinaikkan 5 tetes setiap 10 menit sampai ko
ntraksi hilang. Infus harus dilanjutkan selama 12-48 jam setelah kontraksi hilang.
Selanjutnya akan diberikan dosis pemeliharaan 1 tablet yaitu sebanyak 10 mg seti
ap 8 jam setelah makan. Kontraindikasi dari pemberian ini adalah penyakit jantun
g pada ibu, hipertensi atau hipotensi, hipertiroid, DM gestasional dan perdarahan
antepartum. Efek samping yang dapat terjadi setelah diberikannya dosis ini pada i
bu adalah palpitasi, rasa panas pada muka (flushing), mual, sakit kepala, nyeri dad
a, hipotensi, aritmia kordis, edema paru, hiperglikemia dan hipoglikemia. Selain it
u, adapun efek samping pada janin antara lain fetal takikardi, hipoglikemia, hipok
alemia, ileus dan hipotensi.
e) Progesterone
Progesterone juga dapat mencegah persalinan premature dengan memberikan Inje
ksi 1-alphahydroxprogesterone caproate yang dapat menurunkan persalinan prem
atur berulang. Dengan diberikannya dosis 250 mg atau sebanyak 1 mL dengan su
ntikan melalui IM tiap minggu sampai 37 minggu atau sampai persalinan. Pember
ian dimulai pada 16-21 minggu kemudian. (Cunningham, 2013).
f) Pemberian Kortikosteroid
Pemberian terapi kortikosteroid dimaksudkan adalah untuk pematangan surfaktan
pada paru janin, menurunkan insiden RDS, mencegah perdarahan intra ventricular.
Kortikosteroid ini perlu diberikan apabila usia kehamilan kurang dari 3 minggu.
Pemberian steroid ini tidak dapat diulang karena risiko yang terjadi yaitu pertum
buhan janin terhambat. Pemberian siklus tunggal kortikosteroid adalah batametas
on 2 x12 mg/IM dengan jarak pemberian selama 24 jam. Sedangkan dexametason
4x6 mg/IM dengan jarak pemberian selama 12 jam.
g) Pemberian Antibiotik
Antibiotik hanya diberikan apabila kehamilan mengandung risiko terjadinya infek
si. Obat yang diberikan yaitu eritromisin 3 x 500 mg selama 3 hari. Obat pilihan l
ain adalah ampisilin 3 x 500 mg selama 3 hari, atau dapat menggunakan antibioti
ka lain seperti klindamisin.

2) Pengobatan Non-farmakologi
Perubahan yang dialami seorang perempuan sebelum hamil menjadi hamil dan pa
da saat kehamilan menjadi seorang ibu merupakan salah satu stressor bagi seoran
g perempuan terutama pada kehamilannya yang pertama. Hal ini dikarenakan per
ubahan yang dirasakan adalah perubahan psikologi, social, dan juga emosi ibu terl
ebih lagi jika menghadapi persalinan dengan resiko prematur. Salah satu inovasi t
erapi non farmakologi adalah dengan adanya terapi musik. Terapi musik merupak
an metode distraksi yang digunakan untuk dapat mengalihkan perhatian terhadap
rasa sakit dan kecemasan yang dialami oleh ibu. Hal ini dikarenakan karena musi
k dapat memberikan respon stimulus terhadap rasa rileks di dalam tubuh sehingga
kecemasan dan juga rasa sakit yang dirasakan dapat teralihkan. Beberapa peneliti
an menyebutkan bahwa aromatherapy juga dapat menurunkan tingkat stress dan k
ecemasan dengan menstimulasi produksi hormon endorphin serta menurunkan ho
rmon kortisol penyebab stress dan kecemasan. Selain itu, terapi tersebut juga dap
at meningkatkan kualitas tidur pasien dengan gangguan sistem kardiovaskuler (M
irbastegan et al., 2016).

G. Pemeriksaan Penunjang
Seorang ibu hamil harus rutin memeriksakan kandungannya agar keadaan ibu dan
bayi tetap sehat serta tidak ada resiko. Pencegahan terjadinya risiko kesehatan pada ib
u hamil, bersalin, dan nifas perlu dilakukannya deteksi dini yaitu mulai dari pemeriksa
an fisik sampai dengan pemeriksaan laboratorium. Dengan adanya pemeriksaan yang
baik dan benar, maka akan menurunkan angka resiko pada ibu dan bayi.
Pada kasus persalinan premature dapat dikurangi dengan memprediksi dini yang a
kurat dan intervensi untuk menghilangkan faktor resiko serta dapat menunda terjadiny
a persalinan dengan cara pemberian tokolitik, kortikosteroid untuk pematangan paru j
anin, dan pemberian antibiotik profilaksis (HTA Indonesia, 2010). Pada saat ini terdap
at cara untuk mendeteksi dini risiko persalinan prematur dengan memiliki prediksi ya
ng sangat tinggi yaitu dengan pemeriksaan fetal fibronectin (fFN), cervical length (C
L), dan uterocervical angel (UCA) (Berghella, 2017). Namun, cara tersebut terbilang c
ukup mahal. Adapun cara lain untuk memprediksi adanya resiko persalinan premature,
yaitu :
1) Skrining
Skrining adalah suatu tindakan yang sistematis dan dirancang untuk dapat mengid
entifikasi adanya suatu penyakit pada individu yang diketahui atau terlihat sehat
dengan cara menggunakan suatu tes pemeriksaan yang cepat dan mudah pada suat
u target tersebut (WHO, 2019). Skrining sendiri mengacu pada tindakan pada satu
titik waktu (pendekatan cross-sectional), sedangkan pengawasan yang dilakukan t
erus-menerus melalui proses jangka panjang dan memungkinkan untuk melaku
kan skrining berulang (pendekatan prospektif) (Kudasz dan Hudak, 2019).
2) Sistem Skoring
Sistem skoring adalah suatu metode yang dapat dipakai untuk mengidentifikasi ib
u hamil yang terdapat resiko mengalami persalinan premature. Sistem ini bekerja
dengan cara menghitung skor aditif berdasarkan data yang ditentukan, seperti data
epidemiologi, riwayat obstetrik, dan faktor risiko klinis (Robinson dan Norwitz, 2
019). Meskipun systematic review menyatakan bahwa masih belum ada sistem yan
g sangat efektif untuk memprediksi terjadinya persalinan premature pada ibu hami
l namun, sistem skoring ini masih digunakan sebagai acuan adanya resiko persalin
an premature pada ibu hamil. Creasy Score juga mengelompokkan suatu kehamila
n kedalam risiko rendah, risiko sedang dan juga risiko tinggi.
3) Pemeriksaan Biomarkers (Penanda)
Cervicovaginal fetal fibronectin (fFN) dapat dipakai sebagai petanda yang sangat
berguna untuk memprediksi adanya resiko persalinan prematur dalam 7 - 14 hari
pada ibu hamil dengan kontraksi dan pembukaan serta penipisan awal. Pemeriksaa
n ini juga dikombinasikan dengan pemeriksaan USG untuk menilai panjang dari s
erviks sendiri. Kombinasi antara fFN, panjang serviks, informasi demografis, dan
riwayat obstetrik untuk memprediksi adanya resiko persalinan premature spontan t
elah tersedia di Eropa dalam bentuk aplikasi yang dapat dikenal dengan nama App
(QUiPP).
Di Indonesia sendiri, deteksi dini baik dalam mengurangi maupun mencegah
terjadinya risiko persalinan premature telah dikembangkan. Deteksi adanya resiko
persalinan pertama dikenal dengan Kartu Skor Poedji Rochyati (KSPR) yang mem
akai pendekatan risiko ibu hamil dan dituangkan dalam bentuk angka atau skor Ke
dua yaitu Kartu Prediksi Disproporsi Kepala Panggul Soedarto (KPPS) yang dig
unakan untuk kehamilan aterm yang berguna untuk meramalkan terganggu atau ti
daknya suatu persalinan akibat disproporsi kepala panggul. Penggunaan kartu KS
PR sangat efektif dalam mendeteksi dini resiko persalinan karena diperuntukkan p
ada semua pola faktor risiko ibu hamil sampai pada perencanaan persalinan, sedan
gkan penggunaan kartu KPPS hanya diperuntukkan pada kehamilan aterm saja ser
ta hanya bisa dilakukan oleh tenaga medis.

H. Komplikasi
Komplikasi kelahiran preterm dapat terjadi pada ibu, dan juga pada bayi. Komplik
asi maternal seperti risiko kardiovaskular, sedangkan komplikasi neonatal adalah sem
ua morbiditas yang bisa dialami bayi kelahiran prematur.
1) Komplikasi Maternal
Persalinan preterm berhubungan dengan peningkatan risiko mortalitas dan morbidi
tas kardiovaskular, yang biasanya mulai muncul beberapa tahun kemudian setelah
persalinan dengan alasan yang belum diketahui. Selain itu kejadian peningkatan ri
siko perdarahan dan infeksi pasca kelahiran.
2) Komplikasi Neonatal
Kelahiran prematur berhubungan dengan outcome yang buruk terhadap perkemba
ngan sistem saraf neonatus. Masalah yang dihadapi antara lain gangguan kemamp
uan kognitif, defisit motorik, cerebral palsy, dan kemungkinan untuk mengalami k
ehilangan penglihatan dan pendengaran. Risiko tersebut meningkat seiring dengan
semakin dininya usia kehamilan saat persalinan. Permasalahan tingkah laku sepert
i ansietas, depresi, autism spectrum disorders, dan ADHD juga berhubungan deng
an persalinan preterm.
Komplikasi neonatal yang mungkin dialami dapat dibagi menjadi jangka pendek d
an jangka panjang. Komplikasi jangka pendek antara lain; distress napas, necrotizi
ng enterocolitis dan imaturitas otak.  Komplikasi jangka panjang; cerebral palsy, r
etardasi mental, perdarahan intraventrikular, bronchopulmonary dysplasia, retino
pathy of immaturity dan tumbuh kembang yang lemah.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Meliputi nama pasien, tempat tanggal lahir, usia, status perkawinan, pekerjaan, jumlah
anak, agama, alamat, jenis kelamin, pendidikan terakhir, asal suku bangsa, tanggal ma
suk rumah sakit, nomor rekam medik, nama orangtua dan pekerjaan orangtua.
2. Identitas Penanggungjawab
Meliputi nama, umur, alamat, pekerjaan, hubungan dengan pasien
3. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
b) Riwayat Kesehatan sekarang
c) Riwayat Kesehatan dahulu
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
4. Keadaan Psikososial
Biasanya tentang penerimaan pasien terhadap penyakitnya serta harapan terhadap pen
gobatan yang akan dijalani, hubungan dengan suami/keluarga terhadap pasien dari su
mber keuangan. Konsep diri pasien meliputi gambaran diri peran dan identitas. Kaji ju
ga ekspresi wajah pasien yang murung atau sedih serta keluhan pasien yang merasa tid
ak berguna atau menyusahkan orang lain
5. Pemeriksaan fisik
a) Pemeriksaan head to toe
b) Pemeriksaan gynekologi dan obstetric
- Keluhan haid
- Riwayat Kehamilan
- Riwayat Persalinan
6. Pola aktivitas dan Istirahat
7. Integritas ego
8. Eliminasi
9. Makan dan minum
10. Seksualitas
11. Pemeriksaan penunjang
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. D.0142 Resiko infeksi b.d ketuban pecah dini
2. D.0080 Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
3. D.0111 Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
4. D.0012 Resiko perdarahan berhubungan dengan komplikasi kehamilan (ketuban pecah
sebelum waktunya)
C. INTERVENSI
No Diagnosa SLKI SIKI
.
1. D.0142 Resiko Setelah dilakukan tindakan Perawatan Kehamilan Resiko Tinggi
infeksi b.d ketuban keperawatan diharapkan I.14560
pecah dini resiko infeksi menurun. 1. Identifikasi factor resiko kehamilan
Dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi Riwayat obstetric
(Kontrol resiko L.14128) 3. Diskusikan persiapan persalinan
1. Kemampuan dan melahirkan
mengidentifikasi factor 4. Jelaskan resiko janin mengalami
resiko meningkat kelahiran premature
2. Kemampuan mengenali 5. Ajarkan mengenai tanda bahaya
perubahan status (perubahan cairan ketuban)
Kesehatan meningkat 6. Kolaborasi dengan spesialis jika
3. Kemampuan ditemukan tanda bahaya kehamilan
berpartisipasi dalam
skrining resiko meningkat

2. D.0080 Ansietas Setelah dilakukan tindakan Terapi Relaksasi I.09326


berhubungan dengan keperawatan diharapkan 1. Identifikasi penurunan tingkat
krisis situasional resiko infeksi menurun. energi, ketidakmampuan
Dengan kriteria hasil : berkonsentrasi, atau gejala lain
(Tingkat ansietas L.09093) yang mengganggu kemampuan
1. Verbalisasi kebingungan kognitif
menurun 2. Identifikasi Teknik relaksasi yang
2. Verbalisasi khawatir pernah efektif digunakan
akibat kondisi yang 3. Monitor respon terhadap terapi
dihadapi menurun relaksasi
3. Perilaku gelisah menurun 4. Gunakan relaksasi sebagai strategi
penunjang dengan analgetic atau
Tindakan medis lain, jika sesuai
5. Jelaskan tujuan, manfaat, Batasan,
dan jenis relaksasi yang tersedia
6. Anjurkan sering mengulang atau
melatih Teknik yang dipilih
7. Demonstrasikan dan latih Teknik
relaksasi
3. D.0111 Defisit Setelah dilakukan tindakan Edukasi Persalinan I.12437
pengetahuan keperawatan diharapkan 1. Identifikasi tingkat pengetahuan
berhubungan dengan defisit pengetahuan menurun. 2. Identifikasi pemahaman ibu
kurang terpapar Dengan kriteria hasil : tentang persalinan
informasi (Tingkat pengetahuan 3. Sediakan materi dan media
L.12111) Pendidikan Kesehatan
1. Pertanyaan tentang 4. Jadwalkan Pendidikan Kesehatan
masalah yang dihadapi sesuai kesepakatan
menurun 5. Berikan kesempatan untuk
2. Persepsi yang keleru bertanya
terhadap masalah menurun 6. Jelaskan metode persalinan yang
3. Menjalani pemeriksaan ibu inginkan
yang tidak tepat menurun 7. Jelaskan persiapan dan tempat
persalinan
8. Anjurkan ibu cukup nutrisi
9. Ajarkan Teknik relaksasi untuk
meredakan kecemasan dan
ketidaknyamanan persalinan
10. Ajarkan ibu mengenali tanda-
tanda persalinan
11. Ajarkan ibu mengenali tanda
bahaya persalinan

4. D.0012 Resiko Setelah dilakukan tindakan Pencegahan perdarahan I.02067


perdarahan keperawatan diharapkan 1. Monitor tanda dan gejala
berhubungan dengan resiko infeksi menurun. perdarahan
komplikasi Dengan kriteria hasil : 2. Pertahankan bed rest selama
kehamilan (ketuban (Tingkat perdarahan L.02017) perdarahan
pecah sebelum 1. Membran mukosa 3. Jelaskan tanda dan gejala
waktunya) meningkat perdarahan
2. Kemampuan mencari 4. Anjurkan melapor jika terjadi
informasi tentang factor perdarahan
resiko meningkat 5. Kolaborasi pemberian produk
3. Kemampuan darah jika perlu
mengidentifikasi factor
resiko meningkat
D. Implementasi
Implementasi adalah tindakan dari rencana keperawatan yang telah disusun dengan
menggunakan pengetahuan perawat, perawat melakukan dua intervensi yaitu
mandiri/independen dan kolaborasi/interdisipliner (NANDA, 2015). Tujuan dari
implementasi antara lain adalah: melakukan, membantu dan mengarahkan kinerja
aktivitas kehidupan sehari-hari, memberikan asuhan keperawatan untuk mecapai tujuan
yang berpusat pada klien, mencatat serta melakukan pertukaran informasi yang relevan
dengan perawatan kesehatan yang berkelanjutan dari klien

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan sebagai penialian status pasien dari efektivitas tindakan dan
pencapaian hasil yang diidentifikasi terus pada setiap langkah dalam proses keperawatan,
serta rencana perawatan yang telah dilaksanakan (NANDA, 2015). Tujuan dari evaluasi
adalah untuk melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan, menentukan
apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum, serta mengkaji penyebab jika
tujuan asuhan keperawatan belum tercapai
KESIMPULAN

Usia kehamilan sangat penting dan menjadi salah satu faktor Kesehatan bayi dan
ibunya karena jika hitungan usia kehamilan tidak dalam angka normal akan menjadi
resiko bagi ibu dan janin terutama dalam menjalani persalinannya, salah satunya yaitu
ibu mengalami persalinan resiko premature. Kelahiran prematur rmerupakan suatu
kelahiran yang terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu atau kurang dari 259 hari dari
tanggal pertama periode menstruasi terakhir seorang perempuan. Persalinan premature
sendiri juga terjadi karena beberapa faktor dan persalinan dengan resiko premature juga
terdapat tanda dan gejala yang dialami.
Berdasarkan hasil yang telah diuraikan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Usia
ibu, Anemia, dan KPD meningkatkan risiko lebih tinggi menyebabkan terjadinya
persalinan premature. Saran bagi tenaga kesehatan untuk melakukan skrining/deteksi
dini sebelum kehamilan memperhatikan faktor risiko persalinan premature sebagai
bentuk preventif dalam menekan angka kejadian persalinan premature.
DAFTAR PUSTAKA

Drastita, P. S., Hardianto, G., Fitriana, F., & Utomo, M. T. (2022). Faktor Risiko Terjadinya Pe
rsalinan Prematur. Oksitosin: Jurnal Ilmiah Kebidanan, 9(1), 40-50.
Ningsih, N. S. (2022). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Persalinan Premat
ur Di RSUD Cibinong. Indonesian Journal of Midwifery Scientific, 1(1).
Suharti, C., Supatmi, S. K., Festy, P., & KM, S. (2015). ASUHAN KEPERAWATANMATERNI
TAS PADA “Ny. S” DENGAN PERSALINAN PREMATUR DI RUMAH SAKIT MUHAMMA
DIYAH SURABAYA (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surabaya).
Yulistianti, O. Dyta, F. (2022). ASUHAN KEPERAWATAN PADA PERSALINAN BERESIKO
PREMATUR. Universitas Jember
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Cetakan III Rev, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Cetakan II, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2019), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Cetakan II, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai