Oleh:
Asma Yudhi Efendi, S.Kep.
NIM 222311101074
1. Kasus
Premature
2. Proses terjadinya masalah
a. Pengertian
Menurut WHO (2018) premature merupakan persalinan yang terjadi
pada kehamilan yang usia kehamilannya kurang dari 37 minggu
disertai dengan berat janin kurang dari 2.500 gram Kelahiran
premature merupakan keadaan dimana bayi dilahirkan dengan usia
kehamilan kurang dari 37 minggu atau 259 hari terhitung mulai dari
hari pertama mensturasi terakhir (KEMENKES RI, 2018).
Premature merupakan keadaan dimana bayi dilahirkan dalam usia
kehamilan kurang dari 37 minggu. Bayi yang lahir premature
meimiliki risiko tinggi terhadap penyakit yang berhubungan dengan
prematuritas, seperti gangguan aspirasi pneumonia diakibatkan
reflek batuk dan menelan belum sempurna, gangguan pernapasan
idiopatik, hiperbilirubinia akibat fungsi hati belum sempurna dan
hipotermia.
Kelahiran premature diklasifikasikan menjadi 3 macam, berdasarkan
usia kehamilan, berdasarkan berat badan bayi yang dilahirkan dan
berdasarkan mekanisme kelahirannya.
1) Berdasarkan usia kehamilan
a. Kurang Bulan (Preterm), dimana usia kehamilan berkisar
antara 32 minggu hingga kurang dari 37 minggu.
b. Sangat kurang bulan (Very Preterm), dimana usia
kehamilan berkisar antara 28 minggu hingga kurang dari 32
minggu.
c. Kurang bulan ekstreim (Extremely Preterem), dimana
usia kehamilan kurang dari 28 minggu.
c. Patofisiologi
Patofisiologi penyebab kelahiran premature belum dapat
dikeahui secara pasti dan kelahiran premature sering
mempresentasikan idiopatik awal dari persalinan normal atau
merupakan akibat respon
dari mekanisme patologis. Persalinan premature dipicu oleh berbagai
permasalahan seperti inflamasi, infeksim uteroplasenta, stress dan
berbagai faktor lain juga dihubungkan dengan persalinan premature,
namun jalur mekanisme penyebab pasti dari kelahiran premature
masih dalam penelitian (Matthew dan Allen, 2015). Beberapa ahli
mengelompokkan patofisiologi persalinan premature seperti berikut:
1. Akibat stress dan HPA Axis
Aksis HPA dapat menyebabkan terjadinya insufiesnsi
uteroplasenta kemudian menyebabkan stress pada ibu ataupun
janin. Stres yang terjadi pada ibu atau janin dapat meningkatkan
pelepasan hormone corticotropin hormone (ACTH),
prostaglandin, estrogen, pembesaran kelenjar adrenal, matrix
metaloproteinase (MMP), cyclooksigenase-2,
dehydroepiandrosteron sulfate (DHEAS), interleukin-8 dan
reseptor oksitosin yang dapat merangsag kontraksi pada rahim
(Gayatri dkk, 2013).
2. Akibat infeksi
Infeksi bakteri pada rongga koridesedua berfungsi untuk
melepaskan endotoksin dan eksotoksin kemudian akan
mengaktivasi desidua dan membran janin untuk menghasilkan
sitokin, interleukin 1β, interkulin-1, interkulin-6, interkulin-8 dan
granulocyte colonystimulating faktor. Kemudian eksotoksin,
endotoksin dan sitokin merangsang pelepasan prostaglandain dan
pelepasan metalloprotease. Sehingga menyebabkan prostaglandin
merangsang kontraksi pada uterus dan metalloprotase
menyerang membran korioamnion dan menyebabkan ketuban
pecah dini serta membuat persalinan premature (Pathiban dkk,
2015).
3. Perdarahan plasenta
Perdarahan pada plasenta akan menyebabkan peningkatan aktifitas
Xa (protombinase), kemudian prombiniase akan mengubah
menjadi thrombin yang dapat menstimulasi kontraksi
myometrium (Gayatrri, 2013).
4. Peregangan uterus
Peregangan uterus secara berlebihan dapat disebabkan oleh
kehamilan gemeli, atau distensi uterus berlebih diakibatkan oleh
kelainan uterus dan polyhydarmnion yang dapat merangsang
mebran, servik dan uterus untuk berkontraksi sehingga terjadi
persalinan premature (Gayatri, 2013).
d. Tanda & gejala
Tanda dan gejala terjadinya persalinan premature pada seseorang yakni
sebagai berikut (Medise, 2021):
1) Usia kehamilan kurang dari 37 minggu
2) Berat badan bayi lahir kurang dari atau sama dengan berat 2500
gram
3) Panjang badan bayi baru lahir kurang dari atau sama dengan
panjang 46 cm
4) Panjang kuku belum melewati ujung jari
5) Batas dahi dan rambut belum terlihat secara jelas
6) Lingkar kepala sama atau kurang dari 33 cm sedangkan lingkar
dada sama atau kurang dari 30 cm
7) Rambut lanugo pada bayi masih banyak
8) Tulang rawan daun telinga belum tumbuh dengan sempurna
sehingga seolah tidak teraba adanya tulang rawan pada taun telinga
9) Tumit bayi mengkilap dan telapak kakinya
10) Pergerakan bayi lemah, refleks menelan dan reflek batuk juga
masih lemah dikarenakan tonus otot yang belum sempurna dan
fungsi saraf yang belum matang
11) Alat kelamin pada bayi perempuan terjadi penonjolan pada klitoris
dan labia minora belum tertutup dengan labia mayora sedangkan
pada bayi laki-laki pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang dan
testis bayi belum turun ke skrotum
e. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada bayi premature yakni sebagai berikut
(Mayo Clinic, 2022):
1) Monitor pernapasan dan detak jantung (Breathing and heart rate
monitor)
Pernapasan dan detak jantung pada bayi premature akan dipantau
terus. Tekanan darah juga akan terus di pantau, berikut merupakan
tekanan darah pada bayi prematur berdasarkan berat badan
(Surasmi dkk, 2003):
f. Penanganan
1) Inkubator
Bayi prematur belum bisa melakukan transisi dengan dunia luar
sehingga inkubator akan menolong bayi sehingga berada dalam
lingkungan dengan suhu serta kelembapan yang sesuai seperti saat
berada di dalam rahim ibu. Atur suhu inkubator sesuai dengan
umur dan berat badan bayi, yakni sebagai berikut (Askar, 2018):
a. BB kurang dari 1.500 gram
Umur 1-10 hari: 350C, umur 11 hari – 3 minggu: 340C, umur 3-
5 minggu: 330C, umur lebih dari 5 minggu 320C.
b. BB 1.500 – 2.000 gram
Umur 1-10 hari: 340C, umur 11 hari – 4 minggu: 330C, umur
lebih dari 4 minggu: 320C.
c. BB 2.100 – 2.500 gram
Umur 1-2 hari: 340C, umur 3 hari – 3 minggu: 330C, umur
lebih dari 3 minggu: 320C
d. BB lebih dari 2.500 gram
Umur 1-2 hari: 330C, umur lebih dari 2 hari: 320C.
Apabila jenis inkubator berdinding tebal maka setiap perbedaan
suhu antara suhu ruang dan suhu inkubator 7 0C maka naikkan suhu
inkubator 10C. Perawatan di dalam inkubator terdapat 2 cara yakni
cara tertutup dan cara terbuka. Inkubator bayi sistem tertutup
adalah inkubator bayi yang selalu tertutup hanya dibuka dalam
keadaan darurat untuk keperluan pernapasan sedangkan inkubator
terbuka adalah inkubator yang memerlukan pembukaan ruangan
jika akan melakukan perawatan bayi (perawatan tidak dilakukan
secara otomatis dari dalam ruangan inkubator). Bayi yang terlahir
dengan berat badan sangat kecil yakni dibawah 1.500 gram bisa
memerlukan selimut dengan kantong plastik bening untuk
melindungi tubuh bayi dari kehilangan panas (Yusna, 2020).
2) Kangaroo Mother Care (KMC)
Metode KMC merupakan metode untuk menjaga suhu tubuh bayi
prematur atau bayi dengan berat badan rendah dengan cara bayi
diposisikan tengkurang di dada ibu atau ayah sehingga terjadi
kontak langsung kulit orangtua dengan kulit bayi (skin-to-skin
contact). Metode KMC dapat dilakukan jika bayi ketika
penyapihan dari inkubator akan dilakukan secara bertahap dan
perlahan atau jika inkubator tidak tersedia atau sangat terbatasa di
pelayanan kesehatan maka metode KMC merupakan solusinya
(Yusna, 2020).
3) Pemberian surfaktan
Pada umunya bayi prematur tidak akan mampu bernapas dengan
baik karena kekurangan surfaktan di paru-parunya. Surfaktan
merupakan sebuah zat yang diperlukan untuk pengembangan paru
(Yusna, 2020).
4) CPAP (Continuous Positive Airway Pressure)
Kondisi bayi prematur yang mengalami sesak dan masih mampu
bernapas maka dapat menggunakan mesin bantu napas CPAP
(Yusna, 2020).
5) Pencegahan infeksi pada tali pusat
Upaya ini dilakukan dengan cara merawat talipusat yang berarti
menjaga agar luka tersebut tetap bersih, tidak terkena air kencing,
kotoran bayi atau tanah. Pemakaian popok bayi diletakkan di
sebelah bawah talipusat. Apabila talipusat kotor, cuci luka talipusat
dengan air bersih yang mengalir dan sabun, segera dikeringkan
dengan kain kasa kering dan dibungkus dengan kasa tipis yang
steril dan kering. Dilarang membubuhkan atau mengoles ramuan,
abu dapur dan sebagainya pada luka talipusat, karena akan
menyebabkan infeksi dan tetanus yang dapat berakhir dengan
kematian neonatal. Tanda-tanda infeksi talipusat yang harus
diwaspadai, antara lain kulit sekitar talipusat berwarna kemerahan,
ada pus/nanah dan berbau busuk. Mengawasi dan segera
melaporkan kedokter jika pada tali pusat ditemukan perdarahan,
pembengkakan, keluar cairan, tampak merah atau berbau busuk.
Persalinan Prematur
Pengkajian
Berikut merupakan pengkajian secara sitematis pada kelahiran premature
meliputi:
A. Identitas klien
Identitas klien berisiikan mengenai data diri klien meliputi, nama lengkap
klien, tanggal lahir, alamat, umur, jenis kelamin, dan nomor identitas rumah
sakit
B. Riwayat kesehatan
2. Diagnosa medis
Persalinan Premature
3. Keluhan utama
Keluhan utama pada bayi yang terlahir secaa premature yakni, hipotermi,
terdapat ikterik neonatus, reflek hisap dan reflek menelan lemah dan
kondisi bayi lemah.
4. Riwayat kesehatan sekarang
Bayi premature terlahir baik secara spontan atau SC pada rentang usia
kehamilan kurang dari 28 hingga 37 minggu dan memiliki berat badan
kurang dari 2500 gram. Kemudian diikuti dengen permasalahan penyerta
seperti bayi dalam kondisi ikterik atau menangis lemah
5. Riwayat kesehatan terdahulu
Riwayat yang dimiliki oleh ibu klien yang pernah mengalami, abortus,
jarak kehamilan yang dekat, usia saat hamil, hidroamnion, riwayat
kehamilah gemeli dll.
C. Riwayat perinatal
1. Antenatal : berisikan riwayat kesehatan ibu saat hamil
2. Intranatal : berisikan proses persalinan ibu dan keadaan bayi saat lahir
3. Postnatal : berisikan kondisi kesehatan ibu setelah melahirkan
D. Riwayat kesehatan keluarga
1. Riwayat kesehatan keluarga
Terdapat riwayat penyakit genetic misalnya permasalahan jantung,
Diabetes Melitus, Hipertensi serta HIV/AIDS atau permasalahan lain
yang dapat di turunkan.
2. Genogram
Berisikan mengenai garis keturunan untuk menjelaskan hubungan dengan
saudara dan mengetahui runtutan keturnan.
E. Pemeriksaan tingkat perkembangan (Menggunakan KPSP)
1. Perkembangan
a. Adaptasi sosial
Berisikan terkait perkembangan sosial anak di lingkungan baik
sebelum sakit dan sesudah sakit.
b. Motorik kasar
Berisikan terkait kondisi perkembangan motoric kasar anak
c. Motorik halus
Berisikan terkait perkembangan motorik halus anak
d. Bahasa
Berisikan terkait perkembangan bahsa anak pada fase usianya
F. Keadaan lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit
Berisikan paparan lingkungan yang dapat membahayakan atau memegharuhi
kondisi kehamilannya yang dapat menyebabkan kelahiran premature, seperti
beban kerja atau paparan zat toksik.
G. Pemeriksaan fisik
1. Pola nutrisi & metabolisme
a. Antopometri
Panjang Badan : panjang badan kurang dari 46 cm
Berat Badan : berat badan kurang dari 2500 gram
Lingkar Dada : lingkar dada kurang dari 30 cm
Lingkar Kepala : lingkar kepala kurang dari 33 cm
Usia : usia kehamilan kurang dari 37 minggu
b. Biomedical sign
Merupakan kondisi klinis bayi dengan kelahiran premature salah
satunya ditandai dengan hasil pemeriksaan lab kadar bilirubin yang
tinggi.
c. Clinical sign
Tanda klinis pada bayi lahir prematur diantaranya yakni, rambut
lanugo yang masih banyak, batas dahi dan rambut kepala belum jelas,
tonus otot lemah dan fungsi saraf belum maksimal ditandai dengan
reflek batuk yang lemah dan reflek menelan serta menghisap yang
lemah.
d. Pola aktivitas
Mengkaji aktifitas yang dilakukan oleh bayi premature. Pada
umumnya bayi dengan premature memilki aktifitas yang lemah
dikarenakan tonus otot yang masih lemah sehingga membuat
pergerakan bayi kurang aktif
e. Pola istirahat
Pola istirahat bayi dengan kelahiran premature akan terganggu yang
diakibatkan kondisi penyerta saat lahir
f. Pola eliminasi
Pola eliminasi pada bayi dengan persalinan premature yakni pada saat
bab akan keluar pertama kali meconium dan produksi urin akan sangat
rendah.
H. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Keadaan umum bayi yang terlahir premature akan lemas dan berat
badannya rendah.
2. Pemeriksaan tanda-tanda vital
Kesadaran : pada umumnya kesadaran bayi premature bergantung
dengan kondisi penyertanya
Nadi : pertama kali 180 x/menit kemudian menurun pada rentang
120-140 xmenit
RR : pertamakali 80 x/menit kemudian menurun pada rentang
40 xmenit
Suhu : suhu tubuh bayi premature umumnya < 36,5o C
2) Mata
Inspeksi : simestris, konjungtiva tidak anemis, skelera iketerik (-/-), lesi
(-), persebaran bulu mata normal, pupil isokor +/+, 2mm/2mm
Palpasi : massa (-) dan benjolan (-)
3) Telinga
Inspeksi : tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
Palpasi : tidak terapa adanya massa, tetapi seolah-olah tidak teraba
adanya tulang rawan pada telinga
4) Hidung
Inspeksi : simestris, pada beberapa kasus terdapat secret
Palpasi : massa (-), benjolan (-)
5) Mulut
Inspeksi : simestris, lidah merah, mukosa lembab
Palpasi : massa (-), benjolan (-)
6) Leher
Inspeksi : simestris, jejas (-)warna kulit leher sama dengan sekitarnya
Palpasi : pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar thyroid (-)
dan benjolan (-)
7) Dada
Jantung
Inspeksi : jejas (-) , ictus cordis (+) dan simestris
Palpasi : nyeri tekan (-), massa (-)
Perkusi : pekak
Auskultasi: S1 S2 tunggal, reguler
Paru
Inpeksi : bentuk dada barel (cembung)
Palpasi : pergerakan dada simetris, fremitus simetris, massa (-)
Perkusi : napas stridor, wheezing, atau ronkhi
Auskultasi : vesikuler
8) Abdomen
Pada pemeriksaan abdomen dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui
peristaltic usus, terdapat mual, mutah, konstipasi, perubahan berat
badan, asites, hepatomegaly dan pembesaran limfe
Pada abdomen bayi premature terdapat distensi abdomen, dan
teerkadang disertai muntah.
9) Genetalia dan anus
Pada genetalia bayi lahir dengan premature akan mengalami:
a. Pada bayi laki-laki: pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang. Testis
belum turun ke dalam skrotum
b. Pada bayi perempuan : klitoris menonjol, labia minora belum tertutup
labio mayora.
10) Ekstremitas
Ekstremitas bayi dengan persalinan premature akan mengalami
kelemahan pada ekstremitasmya diakibatkan fungsi saraf yang belum
matang dan tonus otot yang masih lemah
11) Kulit
Pada pemeriksaan fisik bayi lahir premature akan mengalami jaringan
subkutan pada kulit yang tipis dan kurang, kemudian pada area tumit
akan mengkilap dan telapak kaki halus
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Shah Rashed, dkk. 2014, Incidence and risk factors of preterm birth in a rural
Bangladeshi cohort." BMC Pediatrics, 14:112.
Sriyana H, 2019, Model Deteksi Dini Ibu Hamil Risiko Persalinan Kurang Bulan
(28-<37 Minggu) Spontan Dengan Menggunakan Kartu Skor Prediksi
Persalinan Kurang Bulan (KP2KB), Universitas Airlangga Press,
Surabaya.
Yusna, D. 2020. Arti Hadirmu, Nak - Jelajah Hidup Bersama Bayi Prematur.
Yogyakarta: Stiletto Indie Book.
oleh:
Asma Yudhi Efendi, S.Kep.
NIM 222311101074
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2022
PROGRAM PENDIDIKIAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS
JEMBER
A. IDENTITAS KLIEN
1. Nama : By Ny M
Nama panggilan : By M
Umur/tgl lahir : 5 hari/ 21 Oktober 2022
Jenis kelamin : Perempuan
2. Identitas orang tua :
Nama Ayah : Tn. R Nama Ibu : Ny. M
Umur : 30 tahun tahun Umur : 27 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Madura Suku : Madura
Bahasa : Madura Bahasa : Madura
Pendidikan : Tidak sekolah Pendidikan : Tidak sekolah
Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : -
Penghasilan : - Penghasilan : -
Alamat : Sumberwaru, Situbondo Alamat : Sumberwaru, Situbondo
B. KELUHAN UTAMA
Retraksi dada(+)
2. Riwayat Operasi
Keluarga mengatakan Ny M tidak pernah melakukan operasi apapun
3. Riwayat Alergi
Ny M tidak mempunyai alergi apapun
4. Riwayat Imunisasi
Keluarga mengatakan Ny M tidak ingat pernah atau tidak melakukan imunisasi
E. RIWAYAT PERINATAL
1. Antenatal
Suami Ny M mengatakan tidak terdapat gangguan atau kesulitan selama kehamilan. Ny M
sering memeriksakan kehamilannya di fasilitas kesehatanterdekat.
2. Intranatal
Suami Ny. M mengatakan istrinya melahirkan di RS Elizabeth Sitbondo. By Ny. M lahir
secara Spontan
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Menikah
: Cerai
: Anak kandung
: Anak angkat
: Anak kembar
: Pasien
: Meninggal
: Tinggal serumah
G. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN
a. Adpatasi Sosial
Klien saat ini berusia 5 hari pada saat dilakukan pengkajian sehingga respon adaptasi sosial
yang tampak adalah klien akan menangis apabila merasakan lapar, haus dan BAK/BAB, dan
CPAP klien tidak simetris sehingga klien tidak nyaman dan menangis
b. Motorik Kasar
Klien berusia 5 hari belum terkaji
c. Motorik Halus
Klien berusia 5 hari belum terkaji
d. Bahasa
Klien belum dapat berbicara sebab masih berusia 5 hari, klien akan menangis apa bila merasa
tidak nyaman atau merasakan lapar, haus, BAK/BAB
Clinical Sign
Komponen Hasil Pemeriksaan
Panampilan umum Lemah
Rambut Rambut hitam, tipis tidak rontok
Konjungtiva Non-anemis
Sclera Putih
Mukosa bibir Kering
Turgor kulit Baik
Pupil Isokor
Dada Retaksi(+)
Diet Pattern
Jenis Intake Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
Makanan Seleran makan - -
Frekuensi - -
Cairan Jenis - -
Frekuensi - -
Interpretasi:
Bayi Ny M tidak mendapatkan asupan makanan, diet ditunda
3. Pola Eliminasi
BAK BAB
Frekuensi ±3-4 kali dalam 24 jam ±1 kali/ hari
Jumlah ±50 cc dalam 24 jam ±15 cc/hari
Warna Kuning khas urine Hitam
Bau Amoniak khas urine -
Karakter Cair khas urine -
Berat Jenis Tidak terkaji -
Alat Bantu Pampers Pampers
Kemandirian Dibantu perawat+alat Dibantu perawat+alat
Lainnya Tidak ada tambahan -
Lainnya
Interpretasi:
Bayi Ny M dapat BAK dan BAB secara mandiri dengan menggunakan pampers yang
dipasang oleh perawat. Pada saat bayi BAK & BAB merasa tidak nyaman bayi Ny M akan
menangis dan dibantu membersihkan oleh perawat pada pampernya yang kotor
9. Pola Seksual
Bayi Ny M masih berusia 5 hari pada saat melakukan pengkajian keperawatan dan berjenis
kelamin perempuan
2. Kepala
I : kepala tampak normal, tidak ada lesi, tidak ada benjolan, distribusi rambut
merata, rambut berwarna hitam, ubun-ubun tidak cekung, sutura melebar
Pa : tidak terdapat nyeri tekan dan benjolan
Mata
I : bentuk kelopak mata bagian alam berwarna merah muda, konjugtiva non-
anemis, sklera berwarna putih, terdapat iritasi pada mata sebelah kiri
Telinga
I : kedua telinga simetris, tidak tampak serumen keluar dari kedua telinga, tidak ada
pendarahan yang keluar dari kedua telinga, tidak ada jejas, tidak ada benjolan
Pa: tidak ada masa dan nyeri tekan
Hidung
I : bersih, tidak ada pendarahan di hidung, tidak ada lendir keluar dari hidung, hidung
simetris, dan tidak ada kotoran di hidung
Pa: Tidak teraba benjolan dan nyeri tekan
Mulut
I = Tidak ada lesi, benjolan pada gusi, gusi tampak bersih, bibir tidak sianosis
3. Leher
I : Tidak tampak jejas dan benjolan, tidak ada pembesaran tiroid
Pa: tidak ada nyeri tekan pada leher
4. Dada
Paru
I : tampak retraksi dinding dada
Pa : tidak ada masa, tidak ada nyeri tekan
Pe: bunyi sonor pada kedua lapang paru
A: ronchi (-), whezing (-), bunyi vesicular
Jantung
I : ictus cordis tidak tampak
Pa : ictus cordis teraba di ICS 3 – ICS 5 di midclavikulas
kiri
Pe: bunyi pekak
A : terdengar suara detak jantung normal lup-dup
5. Abdomen
I : bentuk perut cembung, tidak ada lesi, luka, memar, ataupun benjolan,
ada kemerahan dibagian abdomen atas kiri, dan kulit abdomen icterus
Pa: tidak ada masa, terdapat nyeri tekan pada regio
abdomen epigastric dengan palpasi ringan
Pe : bunyi peak kuadran 1 dan bunyi timpani pada kuadran 2,3,4
A : bising usus terdengar 15x/menit
Tali pusar
I: bentuk pusar cekung, kondisi kering kecoklatan, belum lepas
6. Keadaan Punggung
I : Tulang belakang, dada belakang tidak tampak adanya deformitas, tampak
lapisan lemak pada punggung belakang tipis, tidak nampak adanya luka
lesi maupun memar
Pa : Tidak teraba benjolan pada punggung belakang, teraba tulang belakang
dan rusuk dada karena tipisnya lemak dak ada nyeri tekan
7. Ekstermitas
Ekstermitas atas
I Jari tangan lengkap, tidak tampak jejas, tidak ada kemerahan pada kedua tangan,
terpasang infus pada tangan sebelah kiri
Pa : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan
Ekstermitas bawah
I : Jari kaki lengkap, tidak tampak kemerahan di kaki kiri dan kanan
Pa : Tidak terdapat nyeri tekan pada area kemerahan, teraba hangat pada area kemerahan
I (pr): labia mayora tidak menutup labia minora, lubang uretra yang terdapatpada bagian klitoris,
dan tidak terdapat cairan/pendarahan
Anus
I: Posisi di tengah dan paten
9. Kulit
I : tanpak ikterus, terdapat kemerahan pada bagian bekas infus, kulit kering dan
keriput.
P: Akral teraba hangat, turgor kulit CRT <3
1. Pemeriksaan NeourologisReflek
primitive
Untuk mengetahui kemungkinan palsi serebral
K. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Laboratorium
I. Terapi
24 Oktober 2022
- Nasal O2 1 lpm
- Dextrose 10 %
- Nacl 3 % 2 cc/ hari
- Inj. Clanexi 2x50 mg
- Inj. Genta 6 mg /48 jam ke 3
- Inj. Aminopylin 2x2 mg
- Salep mata
Pengambil Data,
Napas cepat/takipnea
Hipoglikrmia
Defisit Nutrisi
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
24 2 Ikterus Neonatus b.d usia kurang dari 7 hari (usia 5 hari) d.d
Oktober kulit kuning, membrane mukosa kuning, nilai Bilirubin total
2022 12,23 mg/dL (High)
Asma
24 3 Defisit Nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan d.d
Oktober tampak kurus, Berat Badan (BB): 1300 gr
2022
Asma
INTERVENSI KEPERAWATAN
NAMA
TGL JAM TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI FORMATIF PERAWAT/
MHS
16.00 1.Memonitor tanda-tanda hiperventilasi - RR = 61x/ menit, irama napas irreguler. SPO2
2.Mempertahankan kepatenan jalan napas 98%
WIB
3.Melakukan kolaborasi penentuan dosis oksigen - Diberikan terapi O2 1 rpm selang nasal kanul
bayi Ny. M
18.00 1.Memonitor berat badan harian - BB= 1340 gram
2.Memonitor asupan makan - Bayi Ny. M diet ditunda
WIB
3.Melakukan oral hygiene - Bibir Bayi Ny. M terdapat hipersaliva yang
mengering menghitam, obat oral tetes yang
kering, digunakan kassa steril dan air hangat
untuk membersihkan mulut bayi
19.00 1.Memonitor ikterik pada kulit - Kulit Bayi Ny. M terlihat ikterik
25/10/2022 2.Memonitor suhu dan tanda-tanda vital setiap 4 jam sekali - N=149x/menit, S= 36,3oC
WIB
3.Meyiapkan lampu fototerapi dan incubator - Lampu fototerapi di atur dalam 1x24 jam
4.Memberikan penutup mata pada bayi - Bayi Ny. M reflek bergerak
5.Membiarkan tubuh terpapar sinar fototerapi - Fototerapi berlangsung selama 1x24 jam
16.00 1.Memonitor tanda-tanda hiperventilasi - RR = 58x/ menit, irama napas irreguler. SPO2
98%
WIB
-
2.Mempertahankan kepatenan jalan napas - Melakukan Head lift dan Chin lift
2 S:
O:
- Tidak terdapat ikterik dan kuning pada sclera
25/10/22 - Kramer derajat 3 & 4
- Bilirubin total 12,23 mg/dL
- Bilirubin indirek 11,63 mg/dL
- Bilirubin direk 0,60 mg/dL
A: masalah masih ada
P: lanjutkan intervensi
3
S:
O:
- BB :1340 gram
- PB : 39 cm
- Otot menelan masih lemah, pasien
terpasangOGT dekompresi kecoklatan, tidak
terdapat muntah
- Diet ditunda
A: masalah masih ada
P: lanjutkan intervensi 1,2,3
S:
O:
- Klien terpasang O2 nasal 1 rpm
- Retraksi dada berkurang (<)
- RR: 58x/ menit,
- SP02: 98%
- Temp: 36,5oC
- HR:149x/menit
A: Masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi 2
26/10/22 S:
O:
- BB :1320 gram
- Otot menelan masih lemah, pasien
terpasangOGT dekompresi kecoklatan, tidak
terdapat muntah
- Diet ditunda
A: masalah masih ada
P: lanjutkan intervensi 1,2,3