Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA

BAYI PREMATUR DI RUANG PERINATOLOGI


RSUD ABDOER RAHEM SITUBONDO

Oleh:
Asma Yudhi Efendi, S.Kep.
NIM 222311101074

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP DASAR PENYAKIT DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA
BAYI PREMATUR
Oleh Asma Yudhi Efendi, S.Kep. NIM 222311101074

1. Kasus
Premature
2. Proses terjadinya masalah
a. Pengertian
Menurut WHO (2018) premature merupakan persalinan yang terjadi
pada kehamilan yang usia kehamilannya kurang dari 37 minggu
disertai dengan berat janin kurang dari 2.500 gram Kelahiran
premature merupakan keadaan dimana bayi dilahirkan dengan usia
kehamilan kurang dari 37 minggu atau 259 hari terhitung mulai dari
hari pertama mensturasi terakhir (KEMENKES RI, 2018).
Premature merupakan keadaan dimana bayi dilahirkan dalam usia
kehamilan kurang dari 37 minggu. Bayi yang lahir premature
meimiliki risiko tinggi terhadap penyakit yang berhubungan dengan
prematuritas, seperti gangguan aspirasi pneumonia diakibatkan
reflek batuk dan menelan belum sempurna, gangguan pernapasan
idiopatik, hiperbilirubinia akibat fungsi hati belum sempurna dan
hipotermia.
Kelahiran premature diklasifikasikan menjadi 3 macam, berdasarkan
usia kehamilan, berdasarkan berat badan bayi yang dilahirkan dan
berdasarkan mekanisme kelahirannya.
1) Berdasarkan usia kehamilan
a. Kurang Bulan (Preterm), dimana usia kehamilan berkisar
antara 32 minggu hingga kurang dari 37 minggu.
b. Sangat kurang bulan (Very Preterm), dimana usia
kehamilan berkisar antara 28 minggu hingga kurang dari 32
minggu.
c. Kurang bulan ekstreim (Extremely Preterem), dimana
usia kehamilan kurang dari 28 minggu.

2) Berdasarkan berat badan lahir


a. Berat badan bayi lahir rendah, dimana berat badan bayi baru
lahir berkisar antara 1500-2500 gram
b. Berat badan bayi lahir sangat rendah, dimana berat badan bayi
baru lahir berkisar antara 1000-1500 gram
c. Berat badan bayi lahir ekstrim, dimana berat badan bayi lahir
kurang dari 1000 gram
3) Beradasarkan mekanisme kelahiran
a. Idiopatik atau spontan
Sekitar 50% penyebab persalinan premature tidak diketahui
secara pasti, sehingga dikelompokkan kedalam persalinan
idiopatik. Selanjutnya persalinan spontan diakibatkan oleh
ketuban pecah dini yang diakibatkan oleh koriamnionitis atau
infeksi dan diderita sekitar 12,5% (Herman dan Hermanto,
2020).
b. Iatrogenik atau elektif
Elektif merupakan keadaan dimana kehamilan yang berisiko
yang dilanjutkan, sedangkan keadaan tersebut membahayakan
janinnya. Sehingga dilakukan pemindahan janin diluar rahim
ibu. Penyebab dari kelahiran premature elektif yakni,
preeklamsi berat, koriamnionitis, penyakit jantung berat,
perdarahan antepartum, penyakit jantung berat, gangguan janin
(hipoksia pada janin/gangguan pada jantung janin),
terhambatnya perumbuhan janin dan intrauterine (Herman dan
Hermanto,2020).
b. Penyebab
Penyebab dari permasalahan kelahiran premature sampai saat ini
belum diketahui secara pasti (Idiopatik) akan tetapi terdapat beberapa
kondisi medis yang dapat menjadi faktor penyebab terjadinya
kelahiran premature bersifat iatrogenic yakni preeklamsia,
koriamnionitis, infeksi uterine, infeksi genitalia, infeksi ekstra uterine
dan adanya idnikasi pada janin seperti rhesus insoimunisasion dan
IUGR (Herman, S dan Hermanto, T.J, 2020).
Sedangkan solama (2019) menyatakan bahwa penyebab premature
yakni kombinasi keadaan sosiodemografi, permasalahan medis dan
obstetric berpengaruh pada kondisi premature, selanjutnya faktor risiko
tunggal juga berpengaruh pada kelahiran premature salah satunya
ketuban pecah dini, distensi uterus berlebih dan adanya trauma.
Kemudian faktor lain seperti patogen dan biokimia juga daat menjadi
penyebab persalinan premature yakni sebagai berikut:
1) Peregangan uterus yang patologik
2) Perdarahan desidua
3) Inflamasi desidua koriamion yang dapat menyebabkan infeksi
asenden dari raktus genitorunaria
4) Aktivitas aksis hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA) yang di
sebabkan karena stress baik pada ibu ataupun janin

Kelahiran prematur dapat terjadi karena berbagai alasan. Sebagian


besar kelahiran prematur terjadi secara spontan, tetapi ada juga yang
disebabkan oleh induksi dini persalinan atau kelahiran caesar, baik karena
alasan medis maupun non-medis. Penyebab umum infeksi dan kondisi
kronis
seperti diabetes dan tekanan darah tinggi, namun seringkali tidak ada
penyebab yang teridentifikasi. Atau kemungkinan yang lain adalah karena
ada pengaruh genetic (WHO, 2018).
Beberapa faktor penyebab terjadinya kelahiran prematur diantaranya
adalah:
- Gaya hidup
Seperti keterlambatan atau tidak pernah periksa kehamilan, merokok,
minum alkohol, pemakaian obat terlarang, kekerasan rumah tangga
(termasuk kekerasan fisik, seksual, atau emosional), kurangnya
dukungan sosial, stres tinggi, dan pekerjaan yang membutuhkan
waktu berdiri lama.
- Kondisi medis
Kondisi seperti penyakit radang panggul, penyakit menular seksual,
infeksi saluran kemih, tekanan darah tinggi, diabetes, gangguan
pembekuan darah, kondisi underweight atau overweight sebelum
hamil, jarak antara kehamilan terlalu dekat, kelainan pada bayi,
perdarahan per vagina, serviks lemah, ruptur kantung amnion, riwayat
persalinan prematur sebelumnya, abnormalitas uterus, malnutrisi.
- Kehamilan pada usia >35 tahun atau <19 tahun, riwayat persalinan
prematur sebelumnya, kehamilan kembar, triplet atau lebih,
abnormalitas uterus atau serviks juga dapat meningkatkan risiko
terjadinya kelahiran prematur.
Beberapa penyebab kelahiran prematur adalah sebagai berikut:
- Peningkatan skor BMI Ibu
Ibu yang kelebihan berat badan dan obesitas memiliki risiko lebih
tinggi melahirkan bayi prematur karena memiliki risiko lebih tinggi
terkena penyakit kronis tertentu seperti diabetes gestasional,
hipertensi, dan preeklamsia selama kehamilan yang mengakibatkan
meningkatnya kemungkinan inisiasi persalinan dini.
- Ibu dengan riwayat keturunan keluarga kelahiran prematur
memiliki risiko untuk melahirkan bayi prematur. Factor
predisposisi genetik ibu berperan dalam mengontrol pertumbuhan
plasenta dan membran janin yang berkontribusi pada inisiasi
persalinan dengan mengendalikan kontraksi miometrium.
- Infeksi selama kehamilan memiliki risiko yang lebih tinggi
melahirkan prematur.
- Interval antar kehamilan kurang dari satu tahun memiliki risiko
lebih tinggi melahirkan prematur dibandingkan dengan ibu dengan
atau interval antar kehamilan yang panjang.
- Status gizi ibu selama kehamilan
Gizi berperan peran penting dalam memperburuk hasil persalinan,
menentukan panjang kehamilan, bayi berat badan lahir, kelahiran
prematur dan kondisi buruk tertentu lainnya. Selama kehamilan tubuh
ibu membutuhkan lebih banyak makanan, diet yang bervariasi, dan
suplementasi makronutrien tambahan untuk memenuhi kebutuhan
tubuh.
- Kondisi social ekonomi kurang
Ibu pada kelas sosial ekonomi yang lebih tinggi memiliki lingkungan
yang sehat dan memiliki pola makan yang sehat untuk menghasilkan
bayi yang lebih berat sedangkan Ibu dengan tingkat sosial ekonomi
kurang memiliki lingkungan yang tidak higienis dan diet yang tidak
tepat sehingga berisiko yang lebih tinggi untuk melahirkan prematur.
- Kekerasan selama kehamilan meningkatkan risiko persalinan
prematur. Kekerasan dalam hal ini dapat berupa tekanan fisiologis,
perubahan hormonal karena perilaku atau hidup dalam kondisi
stres, kekerasan fisik atau seksual.
- Kunjungan perawatan prenatal
Dengan melakukan antenatal care, kelahiran secara prematur
menurun.

c. Patofisiologi
Patofisiologi penyebab kelahiran premature belum dapat
dikeahui secara pasti dan kelahiran premature sering
mempresentasikan idiopatik awal dari persalinan normal atau
merupakan akibat respon
dari mekanisme patologis. Persalinan premature dipicu oleh berbagai
permasalahan seperti inflamasi, infeksim uteroplasenta, stress dan
berbagai faktor lain juga dihubungkan dengan persalinan premature,
namun jalur mekanisme penyebab pasti dari kelahiran premature
masih dalam penelitian (Matthew dan Allen, 2015). Beberapa ahli
mengelompokkan patofisiologi persalinan premature seperti berikut:
1. Akibat stress dan HPA Axis
Aksis HPA dapat menyebabkan terjadinya insufiesnsi
uteroplasenta kemudian menyebabkan stress pada ibu ataupun
janin. Stres yang terjadi pada ibu atau janin dapat meningkatkan
pelepasan hormone corticotropin hormone (ACTH),
prostaglandin, estrogen, pembesaran kelenjar adrenal, matrix
metaloproteinase (MMP), cyclooksigenase-2,
dehydroepiandrosteron sulfate (DHEAS), interleukin-8 dan
reseptor oksitosin yang dapat merangsag kontraksi pada rahim
(Gayatri dkk, 2013).
2. Akibat infeksi
Infeksi bakteri pada rongga koridesedua berfungsi untuk
melepaskan endotoksin dan eksotoksin kemudian akan
mengaktivasi desidua dan membran janin untuk menghasilkan
sitokin, interleukin 1β, interkulin-1, interkulin-6, interkulin-8 dan
granulocyte colonystimulating faktor. Kemudian eksotoksin,
endotoksin dan sitokin merangsang pelepasan prostaglandain dan
pelepasan metalloprotease. Sehingga menyebabkan prostaglandin
merangsang kontraksi pada uterus dan metalloprotase
menyerang membran korioamnion dan menyebabkan ketuban
pecah dini serta membuat persalinan premature (Pathiban dkk,
2015).
3. Perdarahan plasenta
Perdarahan pada plasenta akan menyebabkan peningkatan aktifitas
Xa (protombinase), kemudian prombiniase akan mengubah
menjadi thrombin yang dapat menstimulasi kontraksi
myometrium (Gayatrri, 2013).
4. Peregangan uterus
Peregangan uterus secara berlebihan dapat disebabkan oleh
kehamilan gemeli, atau distensi uterus berlebih diakibatkan oleh
kelainan uterus dan polyhydarmnion yang dapat merangsang
mebran, servik dan uterus untuk berkontraksi sehingga terjadi
persalinan premature (Gayatri, 2013).
d. Tanda & gejala
Tanda dan gejala terjadinya persalinan premature pada seseorang yakni
sebagai berikut (Medise, 2021):
1) Usia kehamilan kurang dari 37 minggu
2) Berat badan bayi lahir kurang dari atau sama dengan berat 2500
gram
3) Panjang badan bayi baru lahir kurang dari atau sama dengan
panjang 46 cm
4) Panjang kuku belum melewati ujung jari
5) Batas dahi dan rambut belum terlihat secara jelas
6) Lingkar kepala sama atau kurang dari 33 cm sedangkan lingkar
dada sama atau kurang dari 30 cm
7) Rambut lanugo pada bayi masih banyak
8) Tulang rawan daun telinga belum tumbuh dengan sempurna
sehingga seolah tidak teraba adanya tulang rawan pada taun telinga
9) Tumit bayi mengkilap dan telapak kakinya
10) Pergerakan bayi lemah, refleks menelan dan reflek batuk juga
masih lemah dikarenakan tonus otot yang belum sempurna dan
fungsi saraf yang belum matang
11) Alat kelamin pada bayi perempuan terjadi penonjolan pada klitoris
dan labia minora belum tertutup dengan labia mayora sedangkan
pada bayi laki-laki pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang dan
testis bayi belum turun ke skrotum
e. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada bayi premature yakni sebagai berikut
(Mayo Clinic, 2022):
1) Monitor pernapasan dan detak jantung (Breathing and heart rate
monitor)
Pernapasan dan detak jantung pada bayi premature akan dipantau
terus. Tekanan darah juga akan terus di pantau, berikut merupakan
tekanan darah pada bayi prematur berdasarkan berat badan
(Surasmi dkk, 2003):

Gambar 1.1 Tekanan Darah Bayi Prematur


2) Input dan output cairan
Pemberian makanan dan cairan infus dapat dilihat dari usia bayi,
lama perawatan bayi dan banyaknya cairan yang keluar dari
pampers bayi.
3) Tes darah
Pegambilan sampel darah dilakukan untuk mengetahui kadar
kalsium, glukosa, sel darah merah, sel darah putih dan bilirubin di
dalam darah bayi prematur. Untuk memeriksa kondisi bayi
prematur mengalami anemia, infeksi dan hiperbilirubin atau tidak.
4) Ekokardiogram
Merupakan USG jantung untuk melakukan pemeriksaan masalah
pada fungsi jantung pada bayi prematur menggunakan gelombang
suara untuk menghasilkan gambar bergerak pada layar monitor.
5) Ultrasound scan
Pemindaian ultrasound dapat dilakukan untuk mengetahui kondisi
otak adanya perdarahan atau penumpukan cairan. Serta, juga dapat
melakukan pemeriksaan pada organ perut untuk mengetahui
masalah pada saluran pencernaan, hati atau ginjal.
6) Eye exam (tes mata)
Pemeriksaan mata pada bayi prematur dilakukan untuk
mengetahui keadaan retina (retinopati prematuritas).

f. Penanganan
1) Inkubator
Bayi prematur belum bisa melakukan transisi dengan dunia luar
sehingga inkubator akan menolong bayi sehingga berada dalam
lingkungan dengan suhu serta kelembapan yang sesuai seperti saat
berada di dalam rahim ibu. Atur suhu inkubator sesuai dengan
umur dan berat badan bayi, yakni sebagai berikut (Askar, 2018):
a. BB kurang dari 1.500 gram
Umur 1-10 hari: 350C, umur 11 hari – 3 minggu: 340C, umur 3-
5 minggu: 330C, umur lebih dari 5 minggu 320C.
b. BB 1.500 – 2.000 gram
Umur 1-10 hari: 340C, umur 11 hari – 4 minggu: 330C, umur
lebih dari 4 minggu: 320C.
c. BB 2.100 – 2.500 gram
Umur 1-2 hari: 340C, umur 3 hari – 3 minggu: 330C, umur
lebih dari 3 minggu: 320C
d. BB lebih dari 2.500 gram
Umur 1-2 hari: 330C, umur lebih dari 2 hari: 320C.
Apabila jenis inkubator berdinding tebal maka setiap perbedaan
suhu antara suhu ruang dan suhu inkubator 7 0C maka naikkan suhu
inkubator 10C. Perawatan di dalam inkubator terdapat 2 cara yakni
cara tertutup dan cara terbuka. Inkubator bayi sistem tertutup
adalah inkubator bayi yang selalu tertutup hanya dibuka dalam
keadaan darurat untuk keperluan pernapasan sedangkan inkubator
terbuka adalah inkubator yang memerlukan pembukaan ruangan
jika akan melakukan perawatan bayi (perawatan tidak dilakukan
secara otomatis dari dalam ruangan inkubator). Bayi yang terlahir
dengan berat badan sangat kecil yakni dibawah 1.500 gram bisa
memerlukan selimut dengan kantong plastik bening untuk
melindungi tubuh bayi dari kehilangan panas (Yusna, 2020).
2) Kangaroo Mother Care (KMC)
Metode KMC merupakan metode untuk menjaga suhu tubuh bayi
prematur atau bayi dengan berat badan rendah dengan cara bayi
diposisikan tengkurang di dada ibu atau ayah sehingga terjadi
kontak langsung kulit orangtua dengan kulit bayi (skin-to-skin
contact). Metode KMC dapat dilakukan jika bayi ketika
penyapihan dari inkubator akan dilakukan secara bertahap dan
perlahan atau jika inkubator tidak tersedia atau sangat terbatasa di
pelayanan kesehatan maka metode KMC merupakan solusinya
(Yusna, 2020).
3) Pemberian surfaktan
Pada umunya bayi prematur tidak akan mampu bernapas dengan
baik karena kekurangan surfaktan di paru-parunya. Surfaktan
merupakan sebuah zat yang diperlukan untuk pengembangan paru
(Yusna, 2020).
4) CPAP (Continuous Positive Airway Pressure)
Kondisi bayi prematur yang mengalami sesak dan masih mampu
bernapas maka dapat menggunakan mesin bantu napas CPAP
(Yusna, 2020).
5) Pencegahan infeksi pada tali pusat
Upaya ini dilakukan dengan cara merawat talipusat yang berarti
menjaga agar luka tersebut tetap bersih, tidak terkena air kencing,
kotoran bayi atau tanah. Pemakaian popok bayi diletakkan di
sebelah bawah talipusat. Apabila talipusat kotor, cuci luka talipusat
dengan air bersih yang mengalir dan sabun, segera dikeringkan
dengan kain kasa kering dan dibungkus dengan kasa tipis yang
steril dan kering. Dilarang membubuhkan atau mengoles ramuan,
abu dapur dan sebagainya pada luka talipusat, karena akan
menyebabkan infeksi dan tetanus yang dapat berakhir dengan
kematian neonatal. Tanda-tanda infeksi talipusat yang harus
diwaspadai, antara lain kulit sekitar talipusat berwarna kemerahan,
ada pus/nanah dan berbau busuk. Mengawasi dan segera
melaporkan kedokter jika pada tali pusat ditemukan perdarahan,
pembengkakan, keluar cairan, tampak merah atau berbau busuk.

6) Pencegahan infeksi pada mata bayi baru lahir


Cara mencegah infeksi pada mata bayi baru lahir adalah merawat mata
bayi baru lahir dengan mencuci tangan terlebih dahulu, membersihkan
kedua mata bayi segera setelah lahir dengan kapas atau sapu tangan halus
dan bersih yang telah dibersihkan dengan air hangat. Dalam waktu 1 jam
setelah bayi lahir, berikan salep/obat tetes mata untuk mencegah oftalmia
neonatorum (Tetrasiklin 1%, Eritromisin 0.5% atau Nitrasn, Argensi
1%), biarkan obat tetap pada mata bayi dan obat yang ada di sekitar mata
jangan dibersihkan. Setelah selesai merawat mata bayi, cuci tangan
kembali. Keterlambatan memberikan salep mata, misalnya bayi baru
lahir diberi salep mata setelah lewat 1 jam setelah lahir, merupakan sebab
tersering kegagalan upaya pencegahan infeksi pada mata bayi baru lahir.

Gambar 1.4 Mata bayi terinfeksi


3. a. Pohon Masalah
v Faktor Ibu Faktor Plasenta Faktor Janin
usia, iatrogenik, idiopatik, infeksi, paritas, jarak plasenta previa dan gemeli, hidramnion, infeksi, hipoksia janin dan
kehamilan, riwayat abortus dan merokok abruption plasenta hambatan pertumbuhan janin

Persalinan Prematur

Gangguan fungsi Sistem pernapasan imature Jaringan Sistem Jantung Reflek


hepar lemak tipis imun menelan
imature imature
Pertumbuhan Paru-paru Tekanan
Konjugasi bilirubin dinding dada berisi cairan Adaptasi atrium
belum baik sempurna suhu Rentan tidak Reflek
dengan dengan adekuat menelan
Ekspansi paru
lingkungan infeksi dan
Hiperbilirubin tidak maksimal
Vaskuler menghisap
Foramen
paru imatur lemah
Penekanan Pembakaran Risiko ovale
Ikterik
cairan keluar Brown fat infeksi tidak
neonatus
oleh O2 menutup
Pola napas Menyusui
tidak Kehilangan tidak
efektif Cairan di jalan panas Darah efektif
napas tercampur
menumpuk
Hipotermia
Hipoksia
Bersihan jalan napas jaringan
tidak efektif Perfusi
perifer tidak
efektif
b. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji
1) Ikterik neonatus
2) Menyusui tidak efektif
3) Hipotermia
4) Pola napas tidak efektif
5) Bersihan jalan napas tidak efektif
6) Perfusi perifer tidak efektif
7) Risiko infeksi

Pengkajian
Berikut merupakan pengkajian secara sitematis pada kelahiran premature
meliputi:
A. Identitas klien
Identitas klien berisiikan mengenai data diri klien meliputi, nama lengkap
klien, tanggal lahir, alamat, umur, jenis kelamin, dan nomor identitas rumah
sakit
B. Riwayat kesehatan
2. Diagnosa medis
Persalinan Premature
3. Keluhan utama
Keluhan utama pada bayi yang terlahir secaa premature yakni, hipotermi,
terdapat ikterik neonatus, reflek hisap dan reflek menelan lemah dan
kondisi bayi lemah.
4. Riwayat kesehatan sekarang
Bayi premature terlahir baik secara spontan atau SC pada rentang usia
kehamilan kurang dari 28 hingga 37 minggu dan memiliki berat badan
kurang dari 2500 gram. Kemudian diikuti dengen permasalahan penyerta
seperti bayi dalam kondisi ikterik atau menangis lemah
5. Riwayat kesehatan terdahulu
Riwayat yang dimiliki oleh ibu klien yang pernah mengalami, abortus,
jarak kehamilan yang dekat, usia saat hamil, hidroamnion, riwayat
kehamilah gemeli dll.
C. Riwayat perinatal
1. Antenatal : berisikan riwayat kesehatan ibu saat hamil
2. Intranatal : berisikan proses persalinan ibu dan keadaan bayi saat lahir
3. Postnatal : berisikan kondisi kesehatan ibu setelah melahirkan
D. Riwayat kesehatan keluarga
1. Riwayat kesehatan keluarga
Terdapat riwayat penyakit genetic misalnya permasalahan jantung,
Diabetes Melitus, Hipertensi serta HIV/AIDS atau permasalahan lain
yang dapat di turunkan.
2. Genogram
Berisikan mengenai garis keturunan untuk menjelaskan hubungan dengan
saudara dan mengetahui runtutan keturnan.
E. Pemeriksaan tingkat perkembangan (Menggunakan KPSP)
1. Perkembangan
a. Adaptasi sosial
Berisikan terkait perkembangan sosial anak di lingkungan baik
sebelum sakit dan sesudah sakit.
b. Motorik kasar
Berisikan terkait kondisi perkembangan motoric kasar anak
c. Motorik halus
Berisikan terkait perkembangan motorik halus anak
d. Bahasa
Berisikan terkait perkembangan bahsa anak pada fase usianya
F. Keadaan lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit
Berisikan paparan lingkungan yang dapat membahayakan atau memegharuhi
kondisi kehamilannya yang dapat menyebabkan kelahiran premature, seperti
beban kerja atau paparan zat toksik.
G. Pemeriksaan fisik
1. Pola nutrisi & metabolisme
a. Antopometri
Panjang Badan : panjang badan kurang dari 46 cm
Berat Badan : berat badan kurang dari 2500 gram
Lingkar Dada : lingkar dada kurang dari 30 cm
Lingkar Kepala : lingkar kepala kurang dari 33 cm
Usia : usia kehamilan kurang dari 37 minggu
b. Biomedical sign
Merupakan kondisi klinis bayi dengan kelahiran premature salah
satunya ditandai dengan hasil pemeriksaan lab kadar bilirubin yang
tinggi.
c. Clinical sign
Tanda klinis pada bayi lahir prematur diantaranya yakni, rambut
lanugo yang masih banyak, batas dahi dan rambut kepala belum jelas,
tonus otot lemah dan fungsi saraf belum maksimal ditandai dengan
reflek batuk yang lemah dan reflek menelan serta menghisap yang
lemah.
d. Pola aktivitas
Mengkaji aktifitas yang dilakukan oleh bayi premature. Pada
umumnya bayi dengan premature memilki aktifitas yang lemah
dikarenakan tonus otot yang masih lemah sehingga membuat
pergerakan bayi kurang aktif
e. Pola istirahat
Pola istirahat bayi dengan kelahiran premature akan terganggu yang
diakibatkan kondisi penyerta saat lahir
f. Pola eliminasi
Pola eliminasi pada bayi dengan persalinan premature yakni pada saat
bab akan keluar pertama kali meconium dan produksi urin akan sangat
rendah.
H. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Keadaan umum bayi yang terlahir premature akan lemas dan berat
badannya rendah.
2. Pemeriksaan tanda-tanda vital
Kesadaran : pada umumnya kesadaran bayi premature bergantung
dengan kondisi penyertanya
Nadi : pertama kali 180 x/menit kemudian menurun pada rentang
120-140 xmenit
RR : pertamakali 80 x/menit kemudian menurun pada rentang
40 xmenit
Suhu : suhu tubuh bayi premature umumnya < 36,5o C

3. Pemeriksaan head to toe


1) Kepala
Inspeksi : kepala simetris, batas dahi dan rambut kepala belum jelas
Palpasi : massa (-) dan benjolan (-)

2) Mata
Inspeksi : simestris, konjungtiva tidak anemis, skelera iketerik (-/-), lesi
(-), persebaran bulu mata normal, pupil isokor +/+, 2mm/2mm
Palpasi : massa (-) dan benjolan (-)

3) Telinga
Inspeksi : tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
Palpasi : tidak terapa adanya massa, tetapi seolah-olah tidak teraba
adanya tulang rawan pada telinga

4) Hidung
Inspeksi : simestris, pada beberapa kasus terdapat secret
Palpasi : massa (-), benjolan (-)
5) Mulut
Inspeksi : simestris, lidah merah, mukosa lembab
Palpasi : massa (-), benjolan (-)

6) Leher
Inspeksi : simestris, jejas (-)warna kulit leher sama dengan sekitarnya
Palpasi : pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar thyroid (-)
dan benjolan (-)

7) Dada
Jantung
Inspeksi : jejas (-) , ictus cordis (+) dan simestris
Palpasi : nyeri tekan (-), massa (-)
Perkusi : pekak
Auskultasi: S1 S2 tunggal, reguler

Paru
Inpeksi : bentuk dada barel (cembung)
Palpasi : pergerakan dada simetris, fremitus simetris, massa (-)
Perkusi : napas stridor, wheezing, atau ronkhi
Auskultasi : vesikuler

8) Abdomen
Pada pemeriksaan abdomen dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui
peristaltic usus, terdapat mual, mutah, konstipasi, perubahan berat
badan, asites, hepatomegaly dan pembesaran limfe
Pada abdomen bayi premature terdapat distensi abdomen, dan
teerkadang disertai muntah.
9) Genetalia dan anus
Pada genetalia bayi lahir dengan premature akan mengalami:
a. Pada bayi laki-laki: pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang. Testis
belum turun ke dalam skrotum
b. Pada bayi perempuan : klitoris menonjol, labia minora belum tertutup
labio mayora.

10) Ekstremitas
Ekstremitas bayi dengan persalinan premature akan mengalami
kelemahan pada ekstremitasmya diakibatkan fungsi saraf yang belum
matang dan tonus otot yang masih lemah

11) Kulit
Pada pemeriksaan fisik bayi lahir premature akan mengalami jaringan
subkutan pada kulit yang tipis dan kurang, kemudian pada area tumit
akan mengkilap dan telapak kaki halus

10. Diagnosis keperawatan


1. Ikterik neonatus (D.0024) b.d kesulitan transisi ke kehidupan ekstra uterin
2. Pola napas tidak efektif (D.0005) b.d imaturitas neurologis
3. Bersihan jalan napas tidak efektif (D.0149) b.d sekresi yang tertahan
4. Perfusi perifer tidak efektif (D.0037) b.d penurunan konsentrasi
hemoglobin
5. Hipotermia (D.0131) b.d kekurangan lemak subkutan
6. Menyusui tidak efektif (D.0029) b.d ketidakadekuatan refleks menghisap
bayi
7. Risiko infeksi (D.0142) b.d ketidakadekuatan pertahan tubuh primer
11. Rencana tindakan keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


1. Ikterik neonatus (D.0024) Tujuan: Fototerapi Neonatus (1.03091)
b.d kesulitan transisi ke Setelah dilakukan tindakan asuhan Observasi
kehidupan ekstra uterin keperawatan selama 3x24 jam 1. Monitor ikterik pada sklera dan kulit bayi
diharapkan ikterik neonatus dapat 2. Identifikasi kebutuhan cairan sesuai usia gestasi dan
teratasi dengan keiteria hasil: berat badan
Adaptasi Neonatus (L.10098) 3. Monitor suhu dan tanda vital 4 jam sekali
1. Membran mukosa kuning 4. Monitor efek samping fototerapi (misalnya hipertermi,
dipertahankan pada skala 2 diare, rush pada kulit, penurunan berat badan lebih dari
(cukup meningkat) ditingkatkan 8-10%)
ke skala 5 (menurun) Terapeutik
2. Kulit kuning dipertahankan pada 5. Siapkan lampu fototerapi dan incubator atau kotak bayi
skala 2 (cukup meningkat) 6. Lepaskan pakaian bayi kecuali popok
ditingkatkan ke skala 5 (menurun) 7. Berikan penutup mata (eye protector atau biliband) pada
3. Skelera kuning dipertahankan bayi
pada skala 2 (cukup meningkat) 8. Ukur jarak antara lampu dan permukaan kulit bayi (30
ditingkatkan ke skala 5 (menurun) cm atau tergantung spesifikasi lampu fototerapi)
4. Respon terhadap stimulus 9. Biarkan tubuh bayi terpapar sinar fototerapi secara
sensorik dipertahankan pada skala berkelanjutan
2 (cukup memburuk) ditingkatkan 10. Gunakan linen berwarna putih agar memantulkan
ke skala 5 (membaik) cahaya sebanyak mungkin
Edukasi
11. Anjurkan ibu menyusui sesering mungkin
Kolaborasi
12. Kolaborasi pemeriksaan darah vena bilirubin direk dan
indirek

2. Pola napas tidak efektif Tujuan: Manajemen Jalan Napas (I.01011)


(D.0005) b.d imaturitas Setelah dilakukan tindakan asuhan Observasi
neurologis keperawatan selama 1x24 jam 1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
diharapkan pola naas tidak efektif 2. Monitor bunyi napas tambahan (misalnya gurgling, mengi,
dapat teratasi dengan keiteria hasil: wheezing, ronkhi kering)
Pola Napas (L.01004) Terapeutik
1. Tekanan ekspirasi dipertahankan 3. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan
pada skala 4 (cukup meningkat) chin-lift
ditingkatkan ke skala 1 (menurun) 4. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
2. Tekanan inspirasi dipertahankan 5. Berikan oksigen, jika perlu
pada skala 4 (cukup meningkat) Edukasi
ditingkatkan ke skala 1 (menurun) 6. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak
3. Dispnea dipertahankan pada skala kontraindikasi
2 (cukup meningkat) ditingkatkan Kolaborasi
ke skala 4 (cukup menurun) 7. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
4. Penggunaan otot bantu napas mukolitik, jika perlu
dipertahankan pada skala 2
(cukup meningkat) ditingkatkan
ke skala 4 (cukup menurun)
5. Frekuensi napas dipertahankan
pada skala 2 (cukup memburuk)
ditingkatkan ke skala 5
(membaik)
6. Kedalaman napas dipertahankan
pada skala 2 (cukup memburuk)
ditingkatkan ke skala 5
(membaik)
3. Bersihan jalan napas tidak Tujuan: Pemantauan Respirasi (1.03123)
efektif (D.0149) b.d Setelah dilakukan tindakan asuhan Obervasi
sekresi yang tertahan keperawatan selama 1x24 jam 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
diharapkan bersihan jalan napas 2. Monitor adanya produksi sputum
tidak efektif dapat teratasi dengan 3. Monitor adanya sumbatan jalan napas
keiteria hasil: 4. Auskultasi bunyi napas
Bersihan Jalan Napas (L.01001) 5. Monitor saturasi oksigen
1. Mekonium dipertahankan pada Terapeutik
skala 3 (sedang) ditingkatkan ke 6. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi bayi
skala 5 (menurun) 7. Dokumemtasikan hasil pemantauan
2. Dispnea dipertahankan pada
skala 3 (sedang) ditingkatkan ke
skala 5 (menurun)
3. Frekuensi napas dipertahankan
pada skala 3 (sedang)
ditingkatkan ke skala 5
(membaik)
4. Perfusi perifer tidak efektif Tujuan: Transfusi Darah (1.02089)
(D.0037) b.d penurunan Setelah dilakukan tindakan asuhan Observasi
konsentrasi hemoglobin keperawatan selama 2x24 jam 1. Monitor tanda-tanda vital sebelum, selama dan setelah
diharapkan perfusi perifer dapat transfusi (tekanan darah, suhu, nadi dan frekuensi
teratasi dengan keiteria hasil: napas)
Perfusi Perifer (L.02011) Terapeutik
1. Warna kulit pucat dipertahankan 2. Lakukan pengecekan ganda (double check) pada label
pada skala 2 (cukup meningkat) darah (golongan darah, rhesus, tanggal kadaluwarsa,
ditingkatkan ke skala 5 nomer seri, jumlah dan identitas pasien)
(menurun) 3. Periksa kepatenan akses intravena, flebitis dan tanda
2. Pengisian kapiler dipertahankan infeksi lokal
pada skala 2 (cukup memburuk) 4. Berikan NaCI 0.9% 50 – 10C mlsebelum transfusi
ditingkatkan ke skala 5 dilakukan
(membaik) 5. Atur kecepatan, aliran transfusi sesuai produk darah 10
3. Akral dipertahankan pada skala – 15 ml/KgBB alam 2 – 4 jam
2 (cukup memburuk) Edukasi
ditingkatkan ke skala 5 6. Jelaskan tujuan dan prosedur transfusi
(membaik) 7. Jelaskan tanda dan gejala reaksi transfusi yang perlu
4. Turgor kulit dipertahankan pada dilaporkan (seperti gatal, pusing, sesak napas dan nyeri
skala 2 (cukup memburuk) dada)
ditingkatkan ke skala 5
(membaik)
5. Hipotermia (D.0131) b.d Tujuan: Manajemen Hipotermia (I.14507)
kekurangan lemak Setelah dilakukan tindakan asuhan Observasi
subkutan keperawatan selama 1x24 jam 1. Monitor suhu tubuh
diharapkan hipotermua dapat teratasi 2. Identifikasi penyebab hipotermia (misalnya terpapar
dengan keiteria hasil: suhu lingkungan rendah, pakaian tipis, kerusakan
Termoregulasi Neonatus (L.14135) hipotalamus, penurunan laju metabolisme, kekurangan
1. Menggigil dipertahankan pada lemak subkutan)
skala 4 (cukup meningkat) 3. Monitor tanda gejala akibat hipotermia (hipotermia
ditingkatkan ke skala 1 ringan: takipnea, disatria, menggigil, hipertensi diuresis.
(menurun) Hipotermia sedang: aritmia, hipotensi, apatis,
2. Suhu tubuh dipertahankan pada koagulapati, refleks menurun. Hipotermia berat:
skala 4 (cukup meningkat) oliguria, refleks menghilang, edema paru, asam-basa
ditingkatkan ke skala 1 abnormal)
(menurun) Terapeutik
3. Suhu kulit dipertahankan pada 4. Sediakan lingkungan yang hangat (misalnya atur suhu
skala 4 (cukup meningkat) ruangan dan inkubator)
ditingkatkan ke skala 1 5. Lakukan penghangatan pasif (misalnya selimut, penutup
(menurun) kepala, pakaian tebal)
6. Lakukan penghangatan aktif eksternal (misalnya
kompres hangat, botol hangat, selimut hangat,
perawatan metode kanguru)
7. Lakukan penghangata aktif internal (misalnya infus
cairan hangat, oksigen angat, lavase peritoneal dengan
cairan hangat)
Edukasi
8. Anjurkan minum hangat

6. Menyusui tidak efektif Tujuan: Promosi Perlekatan (1.10342)


Observasi
(D.0029) b.d Setelah dilakukan tindakan asuhan
1. Identifikasi kemampuan bayi menghisap dan menelan
ketidakadekuatan refleks keperawatan selama 2x24 jam
ASI
menghisap bayi diharapkan menyusui tidak efektif
2. Identifikasi payudara ibu (misalnya bengkak, puting
dapat terkontrol dengan keiteria
lecet, mastitis, nyeri pada payudara)
hasil:
3. Monitor perlekatan saat menyusui (misalnya aerola
Status Menyusui (L.03029)
bagian bawah lebih kecil daripada aerola bagian atas,
1. Perlekatan bayi pada payudara
ibu dipertahankan dari skala 2 mulut bayi terbuka lebara, bibir bayi terputar keluar dan
(cukup menurun) ditingkatkan ke dagu bayi menempel pada payudara ibu)
skala 4 (cukup meningkat) Terapeutik
2. Kemampuan ibu memposisikan 4. Diskusikan dengan ibu masalah selama proses menyusui
bayi dengan benar dipertahankan Edukasi
dari skala 2 (cukup menurun) 5. Ajarkan ibu menopang seluruh tubuh bayi
ditingkatkan ke skala 4 (cukup 6. Ajarkan ibu melepas pakaian bagian atas agar bayi
meningkat) dapat menyentuh payudara ibu
3. Miksi bayi lebih dari 8 kali per 24 7. Anjurkan ibu untuk memegang payudara menggunakan
jam dipertahankan dari skala 2 jarinya seperti huruf “C” pada posisi jam 12-6 atau 3-9
(cukup menurun) ditingkatkan ke saat mengarahkan e mulut bayi
skala 4 (cukup meningkat) 8. Anjurkan ibu untuk menyusui menunggu mulut bayi
4. Berat badan bayi dipertahankan terbuka lebar sehingga areola bagian bawah dapat
dari skala 2 (cukup menurun) masuk sempurna
ditingkatkan ke skala 4 (cukup 9. Ajarkan ibu mengenali tanda bayi siap menyusu
meningkat)
5. Hisapan bayi dipertahankan dari
skala 2 (cukup menurun)
ditingkatkan ke skala 4 (cukup
meningkat)
6. Bayi menangis setelah menyusui
dipertahankan pada skala 2
(cukup meningkat) ditingkatkan
ke skala 5 (menurun)
7. Risiko infeksi (D.0142) Tujuan: Pencegahan Infeksi (1.14539)
b.d ketidakadekuatan Setelah dilakukan tindakan asuhan Observasi:
pertahan tubuh primer keperawatan selama 1x24 jam 1. Monitor tanda dan gejala lokal infeksi lokal dan
diharapkan risiko infeksi dapat sistemik
terkontrol dengan keiteria hasil: Terapeutik
Tingkat Infeksi (L.14137) 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan setelah dari
1. Demam dipertahankan pada skala klien
3 (sedang) ditingkatkan ke skala 4 Edukasi
(menurun) 3. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Kemerahan dipertahankan pada 4. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
skala 3 (sedang) ditingkatkan ke Kolaborasi
skala 4 (menurun) 5. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
3. Nyeri dipertahankan pada skala 3
(sedang) ditingkatkan ke skala 4
(menurun)
4. Kadar seldarah putih
dipertahankan pada skala 3
(sedang) ditingkatkan ke skala 4
(membaik)
DAFTAR PUSTAKA

Askar. 2018. Buku Ajar Praktik Keperawatan Pediatrik. Makassar: Unit


Penelitian Politeknik Kesehatan Makassar.

Evi Kusumahati, A. W. 2020. Family centered care ( fcc ) pada kelahiran


prematur di ruang perawatan bayi rsud kota bandung. 1(6)

KEMENKES RI. 2018. Profil Anak Indonesia

KEMENKES RI. 2018. Profil Anak Indonesia

KEMENKES RI. 2019. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019

KEMENKES RI. 2021. Laproan Kinerja Kementrian Kesehatan Tahun 2020

Mayo Clinic. 2022. Premature Birth. https://www.mayoclinic.org/diseases-


conditions/premature-birth/diagnosis-treatment/drc-20376736?p=1

Medise, B. E. 2021. Growth and development in preterm infants : what is the


long-term risk ? Medise. Amerta Nutr. 10:27–33.

Ningsih, R. dan N. Indrasari. 2012. FAKTOR-faktor yang berhubungan dengan


kejadian keelahiran bayi prematur. Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai.
V(2):95–100.

PPNI. 2018. Diagnosa Keperawatan Indonesia. Definisi dan Indikator Diagnostik


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Shah Rashed, dkk. 2014, Incidence and risk factors of preterm birth in a rural
Bangladeshi cohort." BMC Pediatrics, 14:112.

Solama, W. 2019. FAKTOR-faktor yang berhubungan dengan kejadian persalinan


prematur. Jurnal ‘Aisyiyah Medika. 3:110–122.

Sriyana H, 2019, Model Deteksi Dini Ibu Hamil Risiko Persalinan Kurang Bulan
(28-<37 Minggu) Spontan Dengan Menggunakan Kartu Skor Prediksi
Persalinan Kurang Bulan (KP2KB), Universitas Airlangga Press,
Surabaya.

WHO, 2018. Preterm birth, WHO News

Yusna, D. 2020. Arti Hadirmu, Nak - Jelajah Hidup Bersama Bayi Prematur.
Yogyakarta: Stiletto Indie Book.

Zulaikha, N. dan F. Minata. 2021. Analisa determinan kejadian kelahiran


prematur di rsia rika amelia palembang analysis of determinants of the
incidence of premature birth at rsia rika amelia palembang abstrak
pendahuluan salah satu prioritas target suistainable development goals (
sdgs ). Jurnal Kesehatan Saelmakers PERDANA. 4:24–30.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN MASALAH
PREMATURE DI RUANG PERINATOLOGI RUMAH SAKIT UMUM
dr. ABDOER RAHEM SITUBONDO

oleh:
Asma Yudhi Efendi, S.Kep.
NIM 222311101074

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2022
PROGRAM PENDIDIKIAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS
JEMBER

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK

Nama Mahasiswa : Asma Yudhi Efendi, S.Kep


Ruangan : NICU (Perinatologi)
Tgl/Jam MRS : 21 Oktober 2022/23.15 WIB
Dx. Medis : BBLSR+Asfiksia
No. Register : 2235xxxx
Tg/jam Pengkajian : 24 Oktober 2022/22.00 WIB

A. IDENTITAS KLIEN
1. Nama : By Ny M
Nama panggilan : By M
Umur/tgl lahir : 5 hari/ 21 Oktober 2022
Jenis kelamin : Perempuan
2. Identitas orang tua :
Nama Ayah : Tn. R Nama Ibu : Ny. M
Umur : 30 tahun tahun Umur : 27 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Madura Suku : Madura
Bahasa : Madura Bahasa : Madura
Pendidikan : Tidak sekolah Pendidikan : Tidak sekolah
Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : -
Penghasilan : - Penghasilan : -
Alamat : Sumberwaru, Situbondo Alamat : Sumberwaru, Situbondo

B. KELUHAN UTAMA
Retraksi dada(+)

C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


By Ny M lahir secara Su. Bracht pada tanggal 21 Oktober 2022/23.15 WIB, kiriman RS
Elizabeth Situbondo AS:4-5, berjenis kelamin perempuan, ketuban jernih, retraksi (+),
merintih (+), PCH (+), kemerahan (+). Berat badan (BB):1320 gr, Lingkar kepala (LK):
27 cm, Panjang badan (PB):39 cm, Lingkar dada (LD): 26 cm. Pada saat pengkajian 24
Oktober 2022/ 20.00 WIB, klien tampak lemah, RR:55x/menit, HR:153x/menit,
Temp:37 oC, SpO2:97%, terpasang CPAP: 100%, iritasi mata sebelah kiri, bibir sianosis.

Terapi yang diberikan:


Klien diberikan terapi O2 Nasal 1 Lpm, Inf. Dextrose 10 %
D. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
1. Penyakit Yang Pernah Diderita
Riwayat ibu G2P1001 Ab000 uk 28-29 minggu + OF H-5 + PPI

2. Riwayat Operasi
Keluarga mengatakan Ny M tidak pernah melakukan operasi apapun

3. Riwayat Alergi
Ny M tidak mempunyai alergi apapun

4. Riwayat Imunisasi
Keluarga mengatakan Ny M tidak ingat pernah atau tidak melakukan imunisasi

E. RIWAYAT PERINATAL
1. Antenatal
Suami Ny M mengatakan tidak terdapat gangguan atau kesulitan selama kehamilan. Ny M
sering memeriksakan kehamilannya di fasilitas kesehatanterdekat.

2. Intranatal
Suami Ny. M mengatakan istrinya melahirkan di RS Elizabeth Sitbondo. By Ny. M lahir
secara Spontan

3. Post natal (0-7hari)


Ibu klien mengatakan anaknya lahir dengan berat 1340 gr.. By Ny M tampak lemah,
RR: 65x/ menit, HR: 149x/menit, SP02: 95%. Retraksi+

F. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Keluarga mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami riayat penyakit
GENOGRAM

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Menikah
: Cerai
: Anak kandung
: Anak angkat
: Anak kembar
: Pasien
: Meninggal
: Tinggal serumah
G. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN
a. Adpatasi Sosial
Klien saat ini berusia 5 hari pada saat dilakukan pengkajian sehingga respon adaptasi sosial
yang tampak adalah klien akan menangis apabila merasakan lapar, haus dan BAK/BAB, dan
CPAP klien tidak simetris sehingga klien tidak nyaman dan menangis
b. Motorik Kasar
Klien berusia 5 hari belum terkaji
c. Motorik Halus
Klien berusia 5 hari belum terkaji
d. Bahasa
Klien belum dapat berbicara sebab masih berusia 5 hari, klien akan menangis apa bila merasa
tidak nyaman atau merasakan lapar, haus, BAK/BAB

H. Keadaan Lingkungan yang Mempengaruhi Timbulnya Penyakit


Keluarga mengatakan keluarga tidak ada yang memiliki penyakit downsindrom, ataupun
penyakit jantung bawaan, dirumahnya juga tidak ada keluarga yang memiliki penyakit
menular.

I. POLA FUNGSI KESEHATAN


1. Pola Persepsi dan Tatalaksana Kesehatan
Pada saat dilakukan pengkajian bayi berusia 5 hari dan mendapatkan total care

2. Pola Nutrisi dan Metabolisme


Antropomentri
Usia : 5 hari
BB : 1320 gr
PB : 39 cm
LD : 26 cm
LK : 27 cm
Z score : < -3 (berat badan sangat kurang)
By. Ny. M lahir dengan berat 1320 gr, bayi dilahirkan secara spontan

Clinical Sign
Komponen Hasil Pemeriksaan
Panampilan umum Lemah
Rambut Rambut hitam, tipis tidak rontok
Konjungtiva Non-anemis
Sclera Putih
Mukosa bibir Kering
Turgor kulit Baik
Pupil Isokor
Dada Retaksi(+)

Diet Pattern
Jenis Intake Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
Makanan Seleran makan - -
Frekuensi - -
Cairan Jenis - -
Frekuensi - -

Interpretasi:
Bayi Ny M tidak mendapatkan asupan makanan, diet ditunda

3. Pola Eliminasi
BAK BAB
Frekuensi ±3-4 kali dalam 24 jam ±1 kali/ hari
Jumlah ±50 cc dalam 24 jam ±15 cc/hari
Warna Kuning khas urine Hitam
Bau Amoniak khas urine -
Karakter Cair khas urine -
Berat Jenis Tidak terkaji -
Alat Bantu Pampers Pampers
Kemandirian Dibantu perawat+alat Dibantu perawat+alat
Lainnya Tidak ada tambahan -
Lainnya

Interpretasi:
Bayi Ny M dapat BAK dan BAB secara mandiri dengan menggunakan pampers yang
dipasang oleh perawat. Pada saat bayi BAK & BAB merasa tidak nyaman bayi Ny M akan
menangis dan dibantu membersihkan oleh perawat pada pampernya yang kotor

4. Pola Aktivitas/Bermain (Termasuk Kebersihan Diri)

Aktivitas harian (Activity Daily Living)


Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan / minum √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi / ROM √
Skor total 0
Ket :
0 = tergantung total
1 = bantua petugas dengan alat
2 = bantuan petugas
3 = bantuan alat
4 = mandiri
Interpretasi : bayi Ny M berusia 5 hari sehingga untuk pemenuhan ADL sepenuhnya
dibantu oleh petugas (perawat).
5. Pola Istirahat/Tidur
Istirahat dan Tidur Saat dirumah Sakit
Durasi ±23 jam/hari (setiap
waktu)
Gangguan tidur Bayi menangis saat lapar,
BAB, diapers penuh,dan
merasa tidak nyaman
saat perawat
membersihkan
incubator,
memberika injeksi,
atau tindakan
lainnya
Penyebab -
Keadaan bangun tidur Lemah
Lainnya Tidak ada tambahan
Lainnya

6. Pola Kognitif dan Persepsi Sensori


Bayi Ny M masih berusia 5 hari pada saat melakukan pengkajian keperawatan. Bayi
akan menangis saat merasa tidak nyaman.

7. Pola Konsep Diri


Bayi Ny M masih berusia 5 hari pada saat melakukan pengkajian keperawatan. Tidak terkaji

8. Pola Hubungan dan Peran


Bayi Ny M masih berusia 5 hari pada saat melakukan pengkajian keperawatan. Bayi
merupakan anak pertama pasangan suami istri Tn R & Ny M

9. Pola Seksual
Bayi Ny M masih berusia 5 hari pada saat melakukan pengkajian keperawatan dan berjenis
kelamin perempuan

10. Pola Mekanisme Koping


Bayi Ny M masih berusia 5 hari pada saat melakukan pengkajian keperawatan. Bayi Ny M
akan menangis saat merasa tidak nyaman namun apabila diberi sentuhan seperti ditepuk-
tepuk badannya secara pelan bayi akan berhenti menangis dan kembali tertidur
11. Pola nilai & kepercayaan
Klien masih berusia 5 hari pada saat melakukan pengkajian keperawatan. Kedua orang tua
dari klien merupakan beragama Islam. Keluarga klien meyakini sebelum dan setelah
merasakan sakit jika optimis untuk kembali sehat.
J. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Kesehatan Umum
Keadaan Umum : lemah
Kesadaran: Composmentis
Tanda-tanda vital
Suhu : 36,5. oC
SPO2 : 95%
Nadi : 149 x/menit
RR : 65 x/menit
Berat badan lahir : 1320 gr
Panjang badan lahir :39 cm
Lingkar dada :26 cm
Lingkar kepala :27 cm

2. Kepala
I : kepala tampak normal, tidak ada lesi, tidak ada benjolan, distribusi rambut
merata, rambut berwarna hitam, ubun-ubun tidak cekung, sutura melebar
Pa : tidak terdapat nyeri tekan dan benjolan

Mata
I : bentuk kelopak mata bagian alam berwarna merah muda, konjugtiva non-
anemis, sklera berwarna putih, terdapat iritasi pada mata sebelah kiri

Telinga
I : kedua telinga simetris, tidak tampak serumen keluar dari kedua telinga, tidak ada
pendarahan yang keluar dari kedua telinga, tidak ada jejas, tidak ada benjolan
Pa: tidak ada masa dan nyeri tekan

Hidung
I : bersih, tidak ada pendarahan di hidung, tidak ada lendir keluar dari hidung, hidung
simetris, dan tidak ada kotoran di hidung
Pa: Tidak teraba benjolan dan nyeri tekan

Mulut
I = Tidak ada lesi, benjolan pada gusi, gusi tampak bersih, bibir tidak sianosis

3. Leher
I : Tidak tampak jejas dan benjolan, tidak ada pembesaran tiroid
Pa: tidak ada nyeri tekan pada leher

4. Dada
Paru
I : tampak retraksi dinding dada
Pa : tidak ada masa, tidak ada nyeri tekan
Pe: bunyi sonor pada kedua lapang paru
A: ronchi (-), whezing (-), bunyi vesicular
Jantung
I : ictus cordis tidak tampak
Pa : ictus cordis teraba di ICS 3 – ICS 5 di midclavikulas
kiri
Pe: bunyi pekak
A : terdengar suara detak jantung normal lup-dup

5. Abdomen
I : bentuk perut cembung, tidak ada lesi, luka, memar, ataupun benjolan,
ada kemerahan dibagian abdomen atas kiri, dan kulit abdomen icterus
Pa: tidak ada masa, terdapat nyeri tekan pada regio
abdomen epigastric dengan palpasi ringan
Pe : bunyi peak kuadran 1 dan bunyi timpani pada kuadran 2,3,4
A : bising usus terdengar 15x/menit

Tali pusar
I: bentuk pusar cekung, kondisi kering kecoklatan, belum lepas

6. Keadaan Punggung
I : Tulang belakang, dada belakang tidak tampak adanya deformitas, tampak
lapisan lemak pada punggung belakang tipis, tidak nampak adanya luka
lesi maupun memar
Pa : Tidak teraba benjolan pada punggung belakang, teraba tulang belakang
dan rusuk dada karena tipisnya lemak dak ada nyeri tekan
7. Ekstermitas
Ekstermitas atas
I Jari tangan lengkap, tidak tampak jejas, tidak ada kemerahan pada kedua tangan,
terpasang infus pada tangan sebelah kiri
Pa : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan

Ekstermitas bawah
I : Jari kaki lengkap, tidak tampak kemerahan di kaki kiri dan kanan
Pa : Tidak terdapat nyeri tekan pada area kemerahan, teraba hangat pada area kemerahan

8. Genetalia dan Anus

I (pr): labia mayora tidak menutup labia minora, lubang uretra yang terdapatpada bagian klitoris,
dan tidak terdapat cairan/pendarahan
Anus
I: Posisi di tengah dan paten

9. Kulit
I : tanpak ikterus, terdapat kemerahan pada bagian bekas infus, kulit kering dan
keriput.
P: Akral teraba hangat, turgor kulit CRT <3
1. Pemeriksaan NeourologisReflek
primitive
Untuk mengetahui kemungkinan palsi serebral

K. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Laboratorium

Jenis Nilai normal


No.
pemeriksaan Nilai Satuan 23-10-22
1. Hemoglobin L= 13,4-18,5 g/dL 17,90 Normal
2. Eritrosit P=3,6-5,6 10^6/ul 5,05 Tinggi
Hematocrit P= 37-47 % 50,2 Tinggi
3. Trombosit 142-424 103/ul 295 Normal
Leukosit 4-10 103/ul 7,85 Normal
4. Bilirubin total <1 mg/dL 12,23 Tinggi
5. Bilirubin direk <0,25 mg/dL 0,60 Tinggi

I. Terapi
24 Oktober 2022
- Nasal O2 1 lpm
- Dextrose 10 %
- Nacl 3 % 2 cc/ hari
- Inj. Clanexi 2x50 mg
- Inj. Genta 6 mg /48 jam ke 3
- Inj. Aminopylin 2x2 mg
- Salep mata

Situbondo, 30 Oktober 2022

Pengambil Data,

Asma Yudhi Eendi, S.Kep


NIM 2222311101074
ANALISA DATA

Tanggal Data Fokus Problem Etiologi


24 Oktober DS:- Bayi lahir premature Pola Napas Tidak
2022 Efektif (D.0005)
DO :
- Retraksi dada (+) Kurangnya zat surfaktan
- HR: 149 x/menit
- RR 65 x/menit Sistem pernapasan imature
(takipnea)
- SpO2:95%
- Temp: 37oC Suplai O2 dalam darah menurun

Napas cepat/takipnea

Ekspansi paru tidak mengembang


maksimal

Pola Napas Tidak Efektif

24 Oktober DS:- Bayi lahir premature Ikterus Neonatus


2022 (D.0024)
DO :
Fungsi organ belum sempurna
- Kulit bayi kuning
(icterus)
- Membrane Kenaikan Albumin
mukosa kuning,
kering, dan Peningkatan bilirubin indirek dalam
terkelupas darah
- Kramer derajat 3
&4 Kulit bayi menguning
- Fototerapi (+)
- Bilirubin total Ikterik Neonatus
12,23 mg/dL
(High)
- Bilirubin direk
0,60 mg/dL (High)
- Bilirubin indirek
11,63 mg/dL
(High)
24 Oktober DS: Bayi lahir premature Defisit Nutrisi
2022
DO :
- Bayi Ny. M Jaringan lemak subkutan lebih tipis
tampak lemah
- Bayi tampak
kurus Kekurangan cadangan energi
- Daya hisap
tidak maksimal
Malnutrisi
- BB :1340 gr

Hipoglikrmia

Nutrisi kurang dari tkebutuhan tubuh

Defisit Nutrisi
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

Tanggal No. Diagnosa Keperawatan TTD


Muncul Dx

24 1 Pola Napas Tidak Efektif b. d deformitas dinding dada d.d


Oktober retraksi dinding dada, takipnea, dypsnea
2022
Asma

24 2 Ikterus Neonatus b.d usia kurang dari 7 hari (usia 5 hari) d.d
Oktober kulit kuning, membrane mukosa kuning, nilai Bilirubin total
2022 12,23 mg/dL (High)
Asma
24 3 Defisit Nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan d.d
Oktober tampak kurus, Berat Badan (BB): 1300 gr
2022
Asma
INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan TTD


Dx Keperawatan
1. Pola Napas Tidak Tujuan : Manajemen Jalan Napas ((I. 01011)
Efektif b. d deformitas Setelah dilakukan intervensi keperawatan 3x24 Observasi
dinding dada d.d jam diharapkan pola napas yang adekuat - Monitor pola napas (frekuensi, irama,
retraksi dinding dada, dengan kriteria hasil: kedalaman,dan upaya napas)
takipnea, dypsnea - Monitor bunyi napas tambahan Asma
Terapeutik
Pola napas (L.01004)
- Perhatikan kepatenan jalan napas
Skala dengan Head lift dan Chin-lift
Indikator
3 5 - Berikan Oksigen
Dyspnea ditingka Sedang Menurun Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator

Penggunaan otot Sedang Menurun


bantu
Pernapasan
Frekuensi napas Sedang Menurun

2. Ikterus Neonatus b.d Tujuan : Fototerapi Neonatus (I.03091)


Setelalah dilakukan tindakan asuhan Observasi:
usia kurang dari 7 hari
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan - Monitor ikterik pada sklera dan kulit
(usia 5 hari) d.d kulit Ikterik Neonatus menurun dengan kriteria - Monitor suhu dan tanda-tanda vital
kuning, membrane hasil: setiap 4 jam sekali Asma
mukosa kuning, nilai - Monitor berat badan
Bilirubin total 12,23 Integritas Kulit dan Jaringan (L.14125) Terapeutik:
mg/dL (High) - Siapkan lampu fototerapi dan incubator
Skala
Indikator - Lepaskan baju kecuali popok
3 5
- Berikan penutup mata pada bayi
Berat Sedang Meningkat
badan - Biarkan tubuh terpapar sinar fototerapi
Membran Sedang Meningkat Kolaborasi:
mukosa kring - Kolaborasi pemeriksaan darah
Kulit kuning Sedang Meningkat vena bilirubin direk dan indirek
3. Defisit Nutrisi b.d Manaemen Nutrisi (I.03119)
Tujuan
ketidakmampuan Observasi
menelan makanan d.d Setalah dilakukan tindakan keperawatan selama - Monitor berat badan harian
tampak kurus, Berat 3x24 jam, diharapkan defist nutrisi membaik - Monitor asupan makan
Badan (BB): 1300 gr Terapeutik
dengan
- Lakukan oral hygiene
Asma
Kriteria Hasil: sebelummakan/minum
Skala - Berikan asupan cairan,
Indikator sesuaikebtuhan
3 5
Berat Cukup Cukup Kolaborasi
badan menuru meningkat - Kolaborasi untuk menentukan jumlah
n kalori
Membran Cukup Cukup
mukosa kring memburuk membaik
Kulit kuning Cukup Cukup
memburu membaik
k
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

NAMA
TGL JAM TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI FORMATIF PERAWAT/
MHS
16.00 1.Memonitor tanda-tanda hiperventilasi - RR = 61x/ menit, irama napas irreguler. SPO2
2.Mempertahankan kepatenan jalan napas 98%
WIB
3.Melakukan kolaborasi penentuan dosis oksigen - Diberikan terapi O2 1 rpm selang nasal kanul
bayi Ny. M
18.00 1.Memonitor berat badan harian - BB= 1340 gram
2.Memonitor asupan makan - Bayi Ny. M diet ditunda
WIB
3.Melakukan oral hygiene - Bibir Bayi Ny. M terdapat hipersaliva yang
mengering menghitam, obat oral tetes yang
kering, digunakan kassa steril dan air hangat
untuk membersihkan mulut bayi

19.00 1.Memonitor ikterik pada kulit - Kulit Bayi Ny. M terlihat ikterik
25/10/2022 2.Memonitor suhu dan tanda-tanda vital setiap 4 jam sekali - N=149x/menit, S= 36,3oC
WIB
3.Meyiapkan lampu fototerapi dan incubator - Lampu fototerapi di atur dalam 1x24 jam
4.Memberikan penutup mata pada bayi - Bayi Ny. M reflek bergerak
5.Membiarkan tubuh terpapar sinar fototerapi - Fototerapi berlangsung selama 1x24 jam

- Bayi Ny. M menangis saat dilakukan


6.Melakukan kolaborasi pemeriksaan darah vena bilirubin pengambilan spesimen darah untuk
20.00
direk dan indirek pemeriksaan darah
WIB

16.00 1.Memonitor tanda-tanda hiperventilasi - RR = 58x/ menit, irama napas irreguler. SPO2
98%
WIB
-
2.Mempertahankan kepatenan jalan napas - Melakukan Head lift dan Chin lift

1.Memonitor berat badan harian - BB: 1340 gram


18.30
2.Memonitor asupan makan - Bayi Ny. M diet ditunda
WIB
3.Melakukan oral hygiene - Bibir Bayi Ny. M terdapat hipersaliva yang
26/10/2022 mengering menghitam, obat oral tetes yang
kering, digunakan kassa steril dan air hangat
untuk membersihkan mulut bayi
CATATAN PERKEMBANGAN/EVALUASI
NAMA
NO
TGL EVALUASI SUMATIF PERAW
DIAGNOSA
AT/MHS
1 S:
O:
- Klien terpasang O2 nasal 1 rpm
- Retraksi dada berkurang (<)
- RR: 61x/ menit,
- SP02: 98% Asma
- Temp: 36,5oC
- HR:154x/menit

A: Masalah teratasi sebagian


P: lanjutkan intervensi 2

2 S:
O:
- Tidak terdapat ikterik dan kuning pada sclera
25/10/22 - Kramer derajat 3 & 4
- Bilirubin total 12,23 mg/dL
- Bilirubin indirek 11,63 mg/dL
- Bilirubin direk 0,60 mg/dL
A: masalah masih ada
P: lanjutkan intervensi

3
S:
O:
- BB :1340 gram
- PB : 39 cm
- Otot menelan masih lemah, pasien
terpasangOGT dekompresi kecoklatan, tidak
terdapat muntah
- Diet ditunda
A: masalah masih ada
P: lanjutkan intervensi 1,2,3

S:
O:
- Klien terpasang O2 nasal 1 rpm
- Retraksi dada berkurang (<)
- RR: 58x/ menit,
- SP02: 98%
- Temp: 36,5oC
- HR:149x/menit
A: Masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi 2

26/10/22 S:
O:
- BB :1320 gram
- Otot menelan masih lemah, pasien
terpasangOGT dekompresi kecoklatan, tidak
terdapat muntah
- Diet ditunda
A: masalah masih ada
P: lanjutkan intervensi 1,2,3

Anda mungkin juga menyukai