Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

PREMATURE
Oleh: Umi Latifah

1. Kasus
Premature
2. Proses terjadinya masalah
a. Pengertian
Menurut WHO (2018) premature merupakan persalinan yang terjadi
pada kehamilan yang usia kehamilannya kurang dari 37 minggu disertai
dengan berat janin kurang dari 2.500 gram Kelahiran premature merupakan
keadaan dimana bayi dilahirkan dengan usia kehamilan kurang dari 37
minggu atau 259 hari terhitung mulai dari hari pertama mensturasi terakhir
(KEMENKES RI, 2018). Premature merupakan keadaan dimana bayi
dilahirkan dalam usia kehamilan kurang dari 37 minggu. Bayi yang lahir
premature meimiliki risiko tinggi terhadap penyakit yang berhubungan dengan
prematuritas, seperti gangguan aspirasi pneumonia diakibatkan reflek batuk
dan menelan belum sempurna, gangguan pernapasan idiopatik,
hiperbilirubinia akibat fungsi hati belum sempurna dan hipotermia (Darma S,
2017).
Kelahiran premature diklasifikasikan menjadi 3 macam, berdasarkan
usia kehamilan, berdasarkan berat badan bayi yang dilahirkan dan berdasarkan
mekanisme kelahirannya (WHO, 2015) :
1) Berdasarkan usia kehamilan
a. Kurang Bulan (Preterm), dimana usia kehamilan berkisar antara 32
minggu hingga kurang dari 37 minggu.
b. Sangat kurang bulan (Very Preterm), dimana usia
kehamilan berkisar antara 28 minggu hingga kurang dari 32 minggu.
c. Kurang bulan ekstreim (Extremely Preterem), dimana usia
kehamilan kurang dari 28 minggu
2) Berdasarkan berat badan lahir
a. Berat badan bayi lahir rendah, dimana berat badan bayi baru
lahir berkisar antara 1500-2500 gram
b. Berat badan bayi lahir sangat rendah, dimana berat badan bayi
baru lahir berkisar antara 1000-1500 gram
c. Berat badan bayi lahir ekstrim, dimana berat badan bayi lahir
kurang dari 1000 gram
3) Beradasarkan mekanisme kelahiran
a. Idiopatik atau spontan
Sekitar 50% penyebab persalinan premature tidak diketahui
secara pasti, sehingga dikelompokkan kedalam persalinan
idiopatik. Selanjutnya persalinan spontan diakibatkan oleh
ketuban pecah dini yang diakibatkan oleh koriamnionitis atau
infeksi dan diderita sekitar 12,5% (Herman dan Hermanto,
2020).
b. Iatrogenik atau elektif
Elektif merupakan keadaan dimana kehamilan yang berisiko
yang dilanjutkan, sedangkan keadaan tersebut membahayakan
janinnya. Sehingga dilakukan pemindahan janin diluar rahim
ibu. Penyebab dari kelahiran premature elektif yakni,
preeklamsi berat, koriamnionitis, penyakit jantung berat,
perdarahan antepartum, penyakit jantung berat, gangguan janin
(hipoksia pada janin/gangguan pada jantung janin),
terhambatnya perumbuhan janin dan intrauterine (Herman dan
Hermanto, 2020).
b. Penyebab
Penyebab dari permasalahan kelahiran premature sampai saat ini belum
diketahui secara pasti (Idiopatik) akan tetapi terdapat beberapa kondisi
medis yang dapat menjadi faktor penyebab terjadinya kelahiran
premature bersifat iatrogenic yakni preeklamsia, koriamnionitis, infeksi
uterine, infeksi genitalia, infeksi ekstra uterine dan adanya idnikasi pada
janin seperti rhesus insoimunisasion dan IUGR (Herman, S dan
Hermanto, T.J, 2020).
Sedangkan solama (2019) menyatakan bahwa penyebab premature yakni
kombinasi keadaan sosiodemografi, permasalahan medis dan obstetric
berpengaruh pada kondisi premature, selanjutnya faktor risiko tunggal
juga berpengaruh pada kelahiran premature salah satunya ketuban pecah
dini, distensi uterus berlebih dan adanya trauma. Kemudian faktor lain
seperti patogen dan biokimia juga daat menjadi penyebab persalinan
premature yakni sebagai berikut:
1) Peregangan uterus yang patologik
2) Perdarahan desidua
3) Inflamasi desidua koriamion yang dapat menyebabkan infeksi
asenden dari raktus genitorunaria
4) Aktivitas aksis hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA) yang di
sebabkan karena stress baik pada ibu ataupun janin
Penyebab terjadinya kelahiran premature dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, baik faktor interal maupun eksternal seperti yang
dipaparkan Robinson dan Norwitz (2017):
1) Faktor idiopatik dan iatrogenik
Faktor risiko idiopatik merupakan penyebab persalinan premature
yang belum diketahui sedangkan Iatrogenik merupakan kondusi
dimana kehamilan yang dilanjutkan akan membahayakan janin,
sehingga janin harus dipindahkan keluar rahim atau diakhiri.
2) Adanya infeksi
Membran ketuban dan uterus dapat terinfeksi dalam dalam beberapa
cara, salah satunya migrasi bakteri dari vagina menuju rahim atau
rongga perut. Migrasi bakteri tersebut dapat menyebabkan
perkembangan koriamnionitis yang menjadi salah satu faktor
penyebab persalinan premature, selanjutnya apabila infeksi terjadi
pada jain maka risiko persalinan premature akan semakin tinggi.
3) Ras
Studi epidemiologi menunjukkan adanya perbedaan risiko
persalinan premature antar ras yang berbeda. Kindinger dkk, pada
tahun (2017) melakukan penelitian pada 161 wanita hamil,
dihasilkan wanita dengan kulit hitam lebih berisiko megalami
persalinan premature dengan persentase (37%, 11/30), kemudian
wanita asia dengan persentase (19%, 5/27) dan wanita dengan kulit
putih cenderung memiliki risiko persalinan premature lebih rendah
dengan persentase (17%, 18/104).
4) Usia
Usia ibu yang aman untuk melakukan persalinan berada pada
rentang 20 hingga 34 tahun, seorang ibu dengan usia 13-19 tahun
memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami pesalinan
premature. Kemudian ibu dengan usia > 35 tahun juga memiliki
risiko persalinan premature yang lebih tinggi dan pada ibu usia >35
tahun sering mengalami kelainan kromosom dan komplikasi medis
akibat penyakit.
5) Paritas
Paritas merupakan jumlah anak yang pernah dilahirkan hidup.
Paritas merupakan salah satu penyebab dari terjadinya persalinan
premature dikarenakan jumlah paritas mempengaruhi kesehatan dan
keadaan ibu dalam kehamilan, paritas di klasidikasikan menjadi:
a. Nullipara merupakan keadaan dimana seorang ibu belum pernah
melahirkan bayi, atau seorang ibu yang belum pernah melewati
usia kehamilan 20 minggu
b. Primapara merupakan keadaan dimana seorang ibu yang sudah
pernah melewati usia kehamilan lebih dari 20 minggu dan
melahirkan bayi dengan kondisi hidup atau meninggal
c. Multipara merupakan keadaan dimana seorang ibu yang sudah
pernah melahirkan bayi sebanyak 2-5 kali baik dengan kondisi
bayi hidup maupun meninggal
d. Grande multipara merupakan keadaan ibu yang sudah pernah
melahirkan bayi baik dengan kondisi hidup atau meninggal
sebanyak > 5 kali
6) Jarak kehamilan
Jarak yang pendek antara persalinan dengan kehamilan berikutnya
dengan interval kurang dari 6 bulan, akan meningkatkan faktor
risiko persalinan premature sebanyak 2 kali lipat.
7) Riwayat abortus
Abortus merupakan keadaan dimana hilangnya janin atau embrio
dengan berat janin kurang dari 500 gram dan usia kehamilan 20-22
minggu. Abortus dapat menyebabkan risiko infeksi pada kehamilan
selanjutnya dan dapat merusak dinding rahim.
8) Merokok
Perilaku merokok pada ibu akan menyebabkan peningkatan risiko
selama kehamilan. Ibu yang merokok akan cenderung mengalami
intrauterin, plasenta previa, abruption plasenta dan rupturnya
membran premature dini. Selain itu anak yang dilahirkan dari
serorang ibu perokok akan lebih berisiko mengalami bayi berat
badan lahir rendah, obesitasm hipertensi, otitis media dan asma.
c. Patofisiologi
Patofisiologi penyebab kelahiran premature belum dapat dikeahui
secara pasti dan kelahiran premature sering mempresentasikan
idiopatik awal dari persalinan normal atau merupakan akibat respon
dari mekanisme patologis. Persalinan premature dipicu oleh berbagai
permasalahan seperti inflamasi, infeksim uteroplasenta, stress dan
berbagai faktor lain juga dihubungkan dengan persalinan premature,
namun jalur mekanisme penyebab pasti dari kelahiran premature masih
dalam penelitian (Matthew dan Allen, 2015). Beberapa ahli
mengelompokkan patofisiologi persalinan premature seperti berikut:
1. Akibat stress dan HPA Axis
Aksis HPA dapat menyebabkan terjadinya insufiesnsi
uteroplasenta kemudian menyebabkan stress pada ibu ataupun janin.
Stres yang terjadi pada ibu atau janin dapat meningkatkan pelepasan
hormone corticotropin hormone (ACTH), prostaglandin, estrogen,
pembesaran kelenjar adrenal, matrix metaloproteinase (MMP),
cyclooksigenase-2, dehydroepiandrosteron sulfate (DHEAS),
interleukin-8 dan reseptor oksitosin yang dapat merangsag
kontraksi pada rahim (Gayatri dkk, 2013).
2. Akibat infeksi
Infeksi bakteri pada rongga koridesedua berfungsi untuk
melepaskan endotoksin dan eksotoksin kemudian akan
mengaktivasi desidua dan membran janin untuk menghasilkan
sitokin, interleukin 1β, interkulin-1, interkulin-6, interkulin-8 dan
granulocyte colonystimulating faktor. Kemudian eksotoksin,
endotoksin dan sitokin merangsang pelepasan prostaglandain dan
pelepasan metalloprotease. Sehingga menyebabkan prostaglandin
merangsang kontraksi pada uterus dan metalloprotase menyerang
membran korioamnion dan menyebabkan ketuban pecah dini serta
membuat persalinan premature (Pathiban dkk, 2015).
3. Perdarahan plasenta
Perdarahan pada plasenta akan menyebabkan peningkatan aktifitas
Xa (protombinase), kemudian prombiniase akan mengubah
menjadi thrombin yang dapat menstimulasi kontraksi
myometrium (Gayatrri, 2013).
4. Peregangan uterus
Peregangan uterus secara berlebihan dapat disebabkan oleh
kehamilan gemeli, atau distensi uterus berlebih diakibatkan oleh
kelainan uterus dan polyhydarmnion yang dapat merangsang
mebran, servik dan uterus untuk berkontraksi sehingga terjadi
persalinan premature (Gayatri, 2013).
d. Tanda & gejala
Tanda dan gejala terjadinya persalinan premature pada seseorang yakni
sebagai berikut (Medise, 2021):
1) Usia kehamilan kurang dari 37 minggu
2) Berat badan bayi lahir kurang dari atau sama dengan berat 2500
gram
3) Panjang badan bayi baru lahir kurang dari atau sama dengan panjang
46 cm
4) Panjang kuku belum melewati ujung jari
5) Batas dahi dan rambut belum terlihat secara jelas
6) Lingkar kepala sama atau kurang dari 33 cm sedangkan lingkar dada
sama atau kurang dari 30 cm
7) Rambut lanugo pada bayi masih banyak
8) Tulang rawan daun telinga belum tumbuh dengan sempurna
sehingga seolah tidak teraba adanya tulang rawan pada taun telinga
9) Tumit bayi mengkilap dan telapak kakinya
10) Pergerakan bayi lemah, refleks menelan dan reflek batuk juga masih
lemah dikarenakan tonus otot yang belum sempurna dan fungsi saraf
yang belum matang
11) Alat kelamin pada bayi perempuan terjadi penonjolan pada klitoris
dan labia minora belum tertutup dengan labia mayora sedangkan
pada bayi laki-laki pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang dan
testis bayi belum turun ke skrotum
e. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada bayi premature yakni sebagai berikut
(Mayo Clinic, 2022):
1) Monitor pernapasan dan detak jantung (Breathing and heart rate
monitor)
Pernapasan dan detak jantung pada bayi premature akan dipantau
terus. Tekanan darah juga akan terus di pantau, berikut merupakan
tekanan darah pada bayi prematur berdasarkan berat badan
(Surasmi dkk, 2003):
Gambar 1.1 Tekanan Darah Bayi Prematur
2) Input dan output cairan
Pemberian makanan dan cairan infus dapat dilihat dari usia bayi,
lama perawatan bayi dan banyaknya cairan yang keluar dari
pampers bayi.
3) Tes darah
Pegambilan sampel darah dilakukan untuk mengetahui kadar
kalsium, glukosa, sel darah merah, sel darah putih dan bilirubin di
dalam darah bayi prematur. Untuk memeriksa kondisi bayi
prematur mengalami anemia, infeksi dan hiperbilirubin atau tidak.
4) Ekokardiogram
Merupakan USG jantung untuk melakukan pemeriksaan masalah
pada fungsi jantung pada bayi prematur menggunakan gelombang
suara untuk menghasilkan gambar bergerak pada layar monitor.
5) Ultrasound scan
Pemindaian ultrasound dapat dilakukan untuk mengetahui kondisi
otak adanya perdarahan atau penumpukan cairan. Serta, juga dapat
melakukan pemeriksaan pada organ perut untuk mengetahui
masalah pada saluran pencernaan, hati atau ginjal.
6) Eye exam (tes mata)
Pemeriksaan mata pada bayi prematur dilakukan untuk mengetahui
keadaan retina (retinopati prematuritas).
f. Penanganan
1) Inkubator
Bayi prematur belum bisa melakukan transisi dengan dunia luar
sehingga inkubator akan menolong bayi sehingga berada dalam
lingkungan dengan suhu serta kelembapan yang sesuai seperti saat
berada di dalam rahim ibu. Atur suhu inkubator sesuai dengan umur
dan berat badan bayi, yakni sebagai berikut (Askar, 2018):
a. BB kurang dari 1.500 gram
Umur 1-10 hari: 350C, umur 11 hari – 3 minggu: 340C, umur 3-
5 minggu: 330C, umur lebih dari 5 minggu 320C.
b. BB 1.500 – 2.000 gram
Umur 1-10 hari: 340C, umur 11 hari – 4 minggu: 330C, umur
lebih dari 4 minggu: 320C.
c. BB 2.100 – 2.500 gram
Umur 1-2 hari: 340C, umur 3 hari – 3 minggu: 330C, umur lebih
dari 3 minggu: 320C
d. BB lebih dari 2.500 gram
Umur 1-2 hari: 330C, umur lebih dari 2 hari: 320C.
Apabila jenis inkubator berdinding tebal maka setiap perbedaan
suhu antara suhu ruang dan suhu inkubator 70C maka naikkan suhu
inkubator 10C. Perawatan di dalam inkubator terdapat 2 cara yakni
cara tertutup dan cara terbuka. Inkubator bayi sistem tertutup adalah
inkubator bayi yang selalu tertutup hanya dibuka dalam keadaan
darurat untuk keperluan pernapasan sedangkan inkubator terbuka
adalah inkubator yang memerlukan pembukaan ruangan jika akan
melakukan perawatan bayi (perawatan tidak dilakukan secara
otomatis dari dalam ruangan inkubator). Bayi yang terlahir dengan
berat badan sangat kecil yakni dibawah 1.500 gram bisa
memerlukan selimut dengan kantong plastik bening untuk
melindungi tubuh bayi dari kehilangan panas (Yusna, 2020).
2) Kangaroo Mother Care (KMC)
Metode KMC merupakan metode untuk menjaga suhu tubuh bayi
prematur atau bayi dengan berat badan rendah dengan cara bayi
diposisikan tengkurang di dada ibu atau ayah sehingga terjadi kontak
langsung kulit orangtua dengan kulit bayi (skin-to-skin contact).
Metode KMC dapat dilakukan jika bayi ketika penyapihan dari
inkubator akan dilakukan secara bertahap dan perlahan atau jika
inkubator tidak tersedia atau sangat terbatasa di pelayanan kesehatan
maka metode KMC merupakan solusinya (Yusna, 2020).
3) Pemberian surfaktan
Pada umunya bayi prematur tidak akan mampu bernapas dengan
baik karena kekurangan surfaktan di paru-parunya. Surfaktan
merupakan sebuah zat yang diperlukan untuk pengembangan paru
(Yusna, 2020).
4) CPAP (Continuous Positive Airway Pressure)
Kondisi bayi prematur yang mengalami sesak dan masih mampu
bernapas maka dapat menggunakan mesin bantu napas CPAP
(Yusna, 2020).
5) Pencegahan infeksi pada tali pusat
Upaya ini dilakukan dengan cara merawat talipusat yang berarti
menjaga agar luka tersebut tetap bersih, tidak terkena air kencing,
kotoran bayi atau tanah. Pemakaian popok bayi diletakkan di
sebelah bawah talipusat. Apabila talipusat kotor, cuci luka talipusat
dengan air bersih yang mengalir dan sabun, segera dikeringkan
dengan kain kasa kering dan dibungkus dengan kasa tipis yang steril
dan kering. Dilarang membubuhkan atau mengoles ramuan, abu
dapur dan sebagainya pada luka talipusat, karena akan menyebabkan
infeksi dan tetanus yang dapat berakhir dengan kematian neonatal.
Tanda-tanda infeksi talipusat yang harus diwaspadai, antara lain
kulit sekitar talipusat berwarna kemerahan, ada pus/nanah dan
berbau busuk. Mengawasi dan segera melaporkan kedokter jika
pada tali pusat ditemukan perdarahan, pembengkakan, keluar cairan,
tampak merah atau berbau busuk (Setiyani dkk, 2016).
Gambar 1.2 Tali pusat terinfeksi
6) Pencegahan infeksi pada kulit
Beberapa cara yang diketahui dapat mencegah terjadi infeksi pada
kulit bayi baru lahir atau penyakit infeksi lain adalah meletakkan
bayi di dada ibu agar terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi,
sehingga menyebabkan terjadinya kolonisasi mikroorganisme ibu
yang cenderung bersifat nonpatogen, serta adanya zat antibodi bayi
yang sudah terbentuk dan terkandung dalam air susu ibu (Setiyani
dkk, 2016).

Gambar 1.3 Kulit bayi terinfeksi


7) Pencegahan infeksi pada mata bayi baru lahir
Cara mencegah infeksi pada mata bayi baru lahir adalah merawat mata
bayi baru lahir dengan mencuci tangan terlebih dahulu, membersihkan
kedua mata bayi segera setelah lahir dengan kapas atau sapu tangan halus
dan bersih yang telah dibersihkan dengan air hangat. Dalam waktu 1 jam
setelah bayi lahir, berikan salep/obat tetes mata untuk mencegah oftalmia
neonatorum (Tetrasiklin 1%, Eritromisin 0.5% atau Nitrasn, Argensi 1%),
biarkan obat tetap pada mata bayi dan obat yang ada di sekitar mata jangan
dibersihkan. Setelah selesai merawat mata bayi, cuci tangan kembali.
Keterlambatan memberikan salep mata, misalnya bayi baru lahir diberi
salep mata setelah lewat 1 jam setelah lahir, merupakan sebab tersering
kegagalan upaya pencegahan infeksi pada mata bayi baru lahir (Setiyani
dkk, 2016).

Gambar 1.4 Mata bayi terinfeksi


3. (a) Pohon Masalah
v Faktor Ibu Faktor Plasenta Faktor Janin
usia, iatrogenik, idiopatik, infeksi, paritas, jarak plasenta previa dan gemeli, hidramnion, infeksi, hipoksia janin dan
kehamilan, riwayat abortus dan merokok abruption plasenta hambatan pertumbuhan janin

Neonatal Kurang Bulan

Gangguan fungsi hepar Sistem pernapasan imature Jaringan lemak tipis Sistem Reflek menelan
imun imature
imature
Pemecahan bilirubin berlebih Pertumbuhandinding dada Kesulitan
belum sempurna mempertahankan suhu Reflek menelan dan
tubuh dengan lingkungan menghisaplemah
Suplai bilirubin melebihi kemampuan hepar Rentan
Imatur organ paru dengan
Hepar tidak ammpu melakukan konjugasi Lemak coklat untuk infeksi Menyusui
Paru tidak optimal dalam menghasilkan panas kurang tidak efektif
Peningkatan bilirubin indirek dalam darah pembentukan surfaktan
Risiko
Pembakaran brown fat infeksi
Hiperbilirubin Defisiensi cairan surfaktan
Kehilanganpanas
Ikterik Alveolus kolaps atau kempis dan tidak
bisa mengembang Kulit dingin/hangat, suhu tubuh
neonatal
fluktuatif, kulit kemerahan, pucat
Tidak terjadi pertukaran O2 dan CO2

Tubuh kekurangan O2 Hipotermi

Pola nafas tidak efektif Sesak


b. Masalah keperawatan yang perlu di kaji
A. Identitas Klien
Identitas klien berisikan mengenai data diri klien meliputi, nama lengkap
klien, tanggal lahir, alamat, umur, jenis kelamin, dan nomor identitas rumah sakit

B. Riwayat Kesehatan

1. Diagnosa medis
Prematur
2. Keluhan utama
Keluhan utama pada bayi yang terlahir secaa prematur yakni hipotermi, terdapat
ikterik neonatal, reflek hisap dan reflek menelan lemah dan kondisi bayi lemah.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Bayi premature terlahir baik secara spontan atau SC pada rentang usia kehamilan
kurang dari 28 hingga 37 minggu dan memiliki berat badan kurang dari 2500
gram. Kemudian diikuti dengen permasalahan penyerta seperti bayi dalam
kondisi ikterik atau menangis lemah.
4. Riwayat kesehatan terdahulu
Riwayat yang dimiliki oleh ibu klien yang pernah mengalami abortus, jarak
kehamilan yang dekat, usia saat hamil, hidroamnion, riwayat kehamilan gemeli
dll.

C. Riwayat Perinatal
1. Antenatal :
Beberapa penyebab kelahiran prematur adalah sebagai berikut (Murad dkk,
2017):
- Gaya hidup
Seperti keterlambatan atau tidak pernah periksa kehamilan,
merokok, minum alkohol, pemakaian obat terlarang, kekerasan rumah
tangga (termasuk kekerasan fisik, seksual, atau emosional), kurangnya
dukungan sosial, stres tinggi, dan pekerjaan yang membutuhkan waktu
berdiri lama.
- Kondisi medis
Kondisi seperti penyakit radang panggul, penyakit menular
seksual, infeksi saluran kemih, tekanan darah tinggi, diabetes, gangguan
pembekuan darah, kondisi underweight atau overweight sebelum hamil,
jarak antara kehamilan terlalu dekat, kelainan pada bayi, perdarahan per
vagina, serviks lemah, riwayat persalinan prematur sebelumnya,
abnormalitas uterus, malnutrisi.
- Kehamilan pada usia >35 tahun atau <19 tahun, riwayat persalinan
prematur sebelumnya, kehamilan kembar, triplet atau lebih, abnormalitas
uterus atau serviks juga dapat meningkatkan risiko terjadinya kelahiran
prematur.
- Peningkatan skor BMI Ibu
Ibu yang kelebihan berat badan dan obesitas memiliki risiko lebih
tinggi melahirkan bayi prematur karena memiliki risiko lebih tinggi
terkena penyakit kronis tertentu seperti diabetes gestasional,hipertensi, dan
preeklamsia selama kehamilan yang mengakibatkan meningkatnya
kemungkinan inisiasi persalinan dini.
- Ibu dengan riwayat keturunan keluarga kelahiran prematur memiliki
risiko untuk melahirkan bayi prematur. Factor predisposisi genetik ibu
berperan dalam mengontrol pertumbuhan plasenta dan membran janin
yang berkontribusi pada inisiasi persalinan dengan mengendalikan
kontraksi miometrium.
- Status gizi ibu selama kehamilan
Gizi berperan peran penting dalam memperburuk hasil persalinan,
menentukan panjang kehamilan, bayi berat badan lahir, kelahiran
prematur dan kondisi buruk tertentu lainnya. Selama kehamilan tubuh
ibu membutuhkan lebih banyak makanan, diet yang bervariasi, dan
suplementasi makronutrien tambahan untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
- Kondisi sosial ekonomi kurang
Ibu pada kelas sosial ekonomi yang lebih tinggi memiliki
lingkungan yang sehat dan memiliki pola makan yang sehat untuk
menghasilkan bayi yang lebih berat sedangkan ibu dengan tingkat sosial
ekonomi kurang memiliki lingkungan yang tidak higienis dan diet yang
tidak tepat sehingga berisiko yang lebih tinggi untuk melahirkan
prematur.
2. Intranatal :
Mengkaji adanya penyulit ketika kelahiran sehingga terdapat indikasi dilakukan
tindakan lain selain kelahiran spontan seperti tindakan bedah caesar, kelahiran
dengan cara vacum. Kajian lain yang perlu disampaikan adalah dimana tempat
persalinan, penolong persalinan, warna air ketuban, adanya trauma kelahiran
seperti caput suksadenum dan cephal hematom, serta adanya kelainan
kongenital.
3. Postnatal : berisikan kondisi kesehatan ibu setelah melahirkan

D. Riwayat Kesehatan Keluarga

1. Riwayat kesehatan keluarga


Penyakit penyerta kehamilan yang menjadi penyebab bayi dilahirkan
kurang bulan perlu ditanyakan juga misalnya DM, TB, Tumor Kandungan,
Kista, Hipertensi. Perlu juga ditanyakan adakah dalam keluarga yang memiliki
riwayat kehamilan ganda, karena kehamilan gimeli memiliki resiko dilahirkan
kurang bulan
2. Genogram
Berisikan mengenai garis keturunan untuk menjelaskan hubungan dengan
saudara dan mengetahui runtutan keturnan.

F. Keadaan Lingkungan yang Mempengaruhi Timbulnya Penyakit


Berisikan paparan lingkungan yang dapat membahayakan atau mempegaruhi
kondisi kehamilannya yang dapat menyebabkan kelahiran prematur seperti beban
kerja atau paparan zat toksik
G. Pemeriksaan Fisik
1. Pola nutrisi & metabolisme
a. Antopometri
Panjang Badan : panjang badan kurang dari 46 cm. Berat Badan : berat
badan kurang dari 2500 gram
Lingkar Dada : lingkar dada kurang dari 30 cm
Lingkar Kepala : lingkar kepala kurang dari 33 cm
Usia : usia kehamilan kurang dari 37 minggu
b. Biomedical sign
Merupakan kondisi klinis bayi dengan kelahiran prematur salah satunya
ditandai dengan hasil pemeriksaan lab kadar bilirubin yang tinggi.
c. Clinical sign
Tanda klinis pada bayi lahir prematur diantaranya yakni rambut lanugo yang
masih banyak, batas dahi dan rambut kepala belum jelas, tonus otot lemah
dan fungsi saraf belum maksimal ditandai dengan reflek batuk yang lemah
dan reflek menelan serta menghisap yang lemah.
d. Pola aktivitas
Mengkaji aktifitas yang dilakukan oleh bayi prematur. Pada umumnya bayi
dengan prematur memilki aktifitas yang lemah dikarenakan tonus otot yang
masih lemah sehingga membuat pergerakan bayi kurang aktif.
e. Pola istirahat
Pola istirahat bayi dengan kelahiran prematur akan terganggu yang
diakibatkan kondisi penyerta saat lahir.
f. Pola eliminasi
Pola eliminasi pada bayi dengan persalinan prematur yakni pada saat bab
akan keluar pertama kali meconium dan produksi urin akan sangat rendah.
2. Keadaan umum
Keadaan umum bayi yang terlahir prematur akan lemas dan berat badannya rendah.
3. Pemeriksaan tanda-tanda vital
Kesadaran: pada umumnya kesadaran bayi prematur bergantung dengan kondisi
penyertanya
Nadi : pertama kali 180 x/menit kemudian menurun pada rentang 120-140
xmenit
RR : pertamakali 80 x/menit kemudian menurun pada rentang 40 xmenit
Suhu : suhu tubuh bayi premature umumnya < 36,5o C
4. Data Obektif
a. B1 (breathing)
Sesak (pernafasan cepat dan dangkal), tidak semua kasus terjadi retraksi dada,
pada beberapa kasus tidak terjadi retraksi dada, pernapasan cuping hidung,
kebiruan di ujung tangan, kaki, dan bibir, dan merintih. Pada bayi baru lahir nilai
normal RR 40-60x/mnt dan SPO2 88-92%.

Terdapat 2 bentuk manifestasi klinis HMD :


 Bentuk akut.
Gejala klinis mulai kelihatan pada beberapa jam setelah bayi lahir, terutama
dispnea dan takipnea (pernafasan lebih 60x/mnt), retraksi dinding dada dan
merintih, seterusnya meningkat dalam 48-72 jam pertama.
 Bentuk kronis
Kesulitan bernafas baru dijumpai setelah 24-36 jam kelahiran, ditandai dengan
sesak nafas, sianosis, dan apnea.
Pada bayi dengan gangguan pernafasan perlu dinilai downe score untuk
mengaktisipasi ancaman gagal nafas termasuk menentukan ruang perawatan,
apakah bayi perlu dirawat diruang NICU
b. B2 (blood)
HR pada bayi baru lahir normalnya 120-160 x/menit, bunyi jantung S1S2
tunggal. Pada bayi HMD karena imaturitasnya fungsi organ kadang didapatkan
banyak penyulit seperti gangguan pada sistem Thermoregulasi, fungsi jantung
dan organ yang lain. Sering dijumpai warna kulit bayi pucat atau sianosis, akral
dingin, CRT >3 detik, suhu sangat rendah (nilai normal suhu tubuh 36,5°C –
37,5°C), intake dan output cairan yang tidak balance.
c. B3 (brain)
Kajian yang penting dalam B3 pasien Neonatal kurang bulan adalah tingkat
kesadaran pasien
d. B4 (bladder)
Pada kasus NKB, biasanya tidak ada spesifikasi pada kajian di B4 kecuali bila
ada penyakit penyerta dan perkembangan penyakit yang lebih parah. Kajian
umum yang dilakukan pada B4 meliputi frekuensi, jumlah/ produksi urin, dan
diuresis. Bila dalam 24 jam bayi belum BAK, perlu mendapat perhatian khusus
dan normal diuresis pada bayi dan anak adalah 0.5-1 cc/KgBB/jam

e. B5 (bowel)
Pada kasus NKB data spesifik yang didapatkan pada B5 biasanya karena
berkaitan dengan imaturitas. Semakin muda usia gestasi semakin banyak
keluhan yang didapatkan, dan semakin tinggi resiko terjadinya NEC seperti
muntah, distensi abdoment dan BAB hitam. Perlu diperhatikan capaian kalori
dan tingkatkan kalori sesuai batas toleransi
f. B6 (bone/muskuloskletal)
Kaji skala nyeri dengan menggunakan NIPS (neonatal infant pain scale), karena
nyeri termasuk tanda-tanda vital. kekuatan otot, kaji sistem integumen seperti
kondisi kulit bayi, tali pusat. Pada bayi HMD karena imaturitas pada fungsi hati
sering terdapat icterus
g. B7 (breast: seksulitas)
Data ibu : payudara (lunak, keras, nyeri tekan.benjolan), puting (menonjol,
datar, tenggelam, lecet/luka), ASI (keluar/tidak, menyusui/tidak menyusui)
h. B8 ( bonding attachment)
Bonding attachment berperan penting dalam memberikan kehangatan dan
kenyamanan pada bayi, serta mendorong ibu untuk memberikan kasih sayang
dan perlindungan penuh pada bayi agar bisa memiliki tumbuh kembang yang
optimal.
i. B9 (Behaviour and Community)
Kaji nilai-nilai kepercayaan dalam masyarakat dan adanya adat istiadat tentang
kesehatan. Jangan membuang tali pusat pasien yang telah lepas karena biasanya
akan ditanyakan oleh keluarga pasien. Begitu pula bila mencukur rambut klien
kumpulkan rambut tersebut, karena biasanya akan ditanyakan dan diminta oleh
keluarga pasien
j. B10 (blood examination)
 Pemeriksaan darah lengkap
Merupakan pemeriksaan rutin yang diminta dokter untuk mngetahui penanda
infeksi, untuk menyingkirkan adanya early onset sepsis. Dilakukan sesuai
permintaan dokter biasanya pertama kali dilakukan saat bayi usia 1 hari atau
usia 3 hari. Atau dilakukan setelah pasien mendapat transfusi.
 Gula darah (GDA)
Sebagai indikasi dalam menentukan pemberian terapi cairan infus dextrose 5 %
atau 10 %
 Foto thorax
Pada kasus NKB yang mengalami Atektasis pada foto thorax ditemukan white
lung
 Pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD):
Merupakan indikator untuk menilai gagal nafas akut. Pemeriksaan ini biasanya
dilakukan bila dinilai bayi memerlukan tindakan intubasi segera dan
penggunaan ventilasi mekanis, sehingga dapat ditentukan terapi oksigen secara
tepat

H. Diagnosis Keperawatan
1. Ikterik neonatal (D.0024) b.d kesulitan transisi ke kehidupan ekstra uterin
2. Pola napas tidak efektif (D.0005) b.d imaturitas neurologis d.d dyspnea,
penggunaanotot bantu napas, pola napas abnormal
3. Hipotermi tidak efektif (D.0149) b.d ketidakadekuatan suplai lemak
subkutan d.d suhu tubuh fluktuatif, kulit dingin/hangat
4. Menyusui tidak efektif (D.0029) b.d ketidakadekuatan reflek menghisap bayi
d.d bayi menghisap tidak terus menerus
5. Risiko infeksi (D.0142) b.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer
I. Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa
No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan
1 Ikterik neonatal Tujuan: Fototerapi Neonatal (1.03091)
(D.0024) Setelah dilakukan tindakan Observasi
b.d kesulitan transisi asuhan keperawatan selama a. Monitor ikterik pada sklera dan kulit
ke kehidupan ekstra 3x24 jam diharapkan ikterik bayidengan skala kremer
uterin neonatal dapat membaik b. Monitoring efek samping foto terapi
dengan keiteria hasil: (misal: hipertermi, diare, rush pada
Adaptasi Neonatal (L.10098) kulit, penurunanBB > 8-10%
1. Membran mukosa kuning
menurun c. Monitoring suhu tubuh (suhu normal
2. Kulit kuning menurun 36,5°C – 37,5°C)
3. Sklera ikterik menurun d. Identifikasi kebutuhan cairan sesuai
4. Respon terhadap stimulus dengan usia gestasi dan berat badan
sensorik membaik e. Monitoring pemeriksaan darah vena
bilirubindirek dan indirek terutama post
foto terapi 2x 24 jam
Terapeutik
a. Berikan penutup mata pada bayi
b. Lepaskan pakaian bayi kecuali popok
c. Ukur jarak antara lampu dan kulit
bayi ±30cm (tergantung spesifikasi
lampu fototerapi)
d. Biarkan tubuh bayi terpapar sinar foto
terapi secara berkelanjutan (biasanya
2x24 jam)
e. Tambahkan asupan cairan 20% dari
kebutuhan
Edukasi
a. Anjurkan ibu menyusui bayi sekitar 20-
30 menit
b. Jelaskan kepada keluarga tujuan dan
prosedur foto terapi
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemeriksaan darah vena
bilirubin direk dan indirek
b. Kolaborasi pemberian obat urdafalk bila
hasil Bilirubin Direct lebih dari 20% dari
Bilirubin total
c. Kolaborasikan bila dimungkinkan
pelaksanaan transfusi tukar

2 Pola napas tidak Tujuan: Terpi oksigen (I. 01026)


efektif (D.0005) b.d Setelah dilakukan tindakan Observasi
imaturitas neurologis asuhan keperawatan selama a. Monitor kecepatan aliran oksien
1x24 jam diharapkan pola b. Monitor posisi aat terapi oksigen
nafas membaik dengan keiteria
hasil:
c. Monitor tanda tanda hipoventilasi
PolaNapas (L.01004) d. Monitor tanda dan gejala toksikasi dan
1. Dispnea menurun atelektasis
2. Pernapasan cuping hidung e. Monitor efektifitas terapi oksigen (dengan
menurun oksimetri dan analisa as darah k/p)
3. Frekuensi napasmembaik
(RR 40- 60x/mnt)
4. Penggunaan otot bantu
nafas menurun Terapeutik
a. bersihkan sekret pada hidung, mulut
dan trakea
b. siapkan dan atur peralatan pemberian
oksgen
c. gunakan oksigen yang sesuai dengan
tingkat mobilitas pasien
Edukasi
a. ajarkan keluarga cara menggunakan
okssigeen dirumah k/p
Kolaborasi
a. Kolaborasi penentuan dosis oksigen
b. Kolaborasi pemberian oksigen saat
aktivitas dan tidur.
3 Hipotermi Tujuan: Regulasi Temperatur (I.14578)
b.d kekurangan lemak Setelah dilakukan tindakan Observasi
subkutan asuhan keperawatan selama a. Monitor tanda-tanda vital bayi tiap 2
1x24 jam diharapkan jam(terutama suhu 36,5°C – 37,5°C)
termoregulasi neonatal dapat b. Monitor warna dan suhu kulit (akral)
membaik dengan keiteria hasil:
Termoregulasi Neonatal
(L.14135) Terapeutik
1. Suhu tubuh normal
(36,5°C – 37,5°C)
a. Ganti linen, popok, baju bayi segera
jika basah
2. Frekuensi nadi normal
(120-160x/menit) b. Bersihkan perineal dengan air hangat
jika mengganti pampers/popok
3. Akral hangat
c. Mandikan bayi dengan air hangat/
minyak telon
d. Selimuti bayi untuk mempertahankan
kehangatan (jika pasien diluar
inkubator)
e. Masukkan bayi BBLR (Berat Badan
Lahir Rendah) ke dalam plastik
(wrapping setting) untuk mencegah
kehilangan panas yang daat
menyebabkan hipotermia
f. Gunakan topi bayi untuk mencegah
kehilangan panas pada bayi baru
lahir
g. Tempatkan bayi di dalam inkubator,
pertahankan kelembapan inkubator
65 – 75
% atau lebih untuk mengurangi
kehilangan panas karena proses
evaporasi
h. Atur suhu inkubator sesuai kebutuhan
Edukasi
a. Jelaskan cara pencegahan
hipotermia karena terpapar udara
dingin
b. Demonstrasikan teknik perawatan
metode kanguru untuk bayi (BBLR)

Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian antipiretik, jika
perlu
4 Menyusui tidak efektif Tujuan: Manajemen nutrisi (I.03119)
b.d Setelah dilakukan asuhan Observasi
ketidakadekuatan keperawatan status a. Monitor berat badan harian
reflek menghisap menyusui bayi membaik b. Monitor hasil pemeriksaan
bayi dengan kriteria hasil: laboratorium(seperti: serum
Status Nutrisi Bayi elektrolit, GDA, albumin)
(L. 03031) c. Monitor residu lambung
1. Berat badan meningkat jika pasienterpasang selang
2. Reflek hisap kuat OGT
3. Tidak ada mual &muntah d. Monitoring terjadinya mual & muntah
4. Kebutuhan kalori bayi e. Monitoring kemampuan
tercapai menelan (reflekmenelan)
5. Diare menurun
Terapeutik
a. Hitung balance cairan dan capaian
kalori dalam 24 jam
b. Berikan asupan cairan
sesuai kebutuhan pasien
c. Hitung kebutuhan kalori pasien
d. Sendawakan bayi setelah memberi
minum
e. Berikan tanda pada selang OGT
untuk mempertahankan lokasi yang
tepat dan mencegah terjadinya aspirsi
f. Monitor berat badan harian
g. Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium (seperti: serum
elektrolit, GDA, albumin)
h. Monitor residu lambung jika
pasien terpasang selang OGT
i. Monitoring terjadinya mual & muntah
j. Monitoring kemampuan
menelan (reflek menelan)

Terapeutik
a. Hitung balance cairan dan capaian
kalori dalam 24 jam
b. Berikan asupan cairan
sesuai kebutuhanpasien
c. Hitung kebutuhan kalori pasien
d. Sendawakan bayi setelah memberi
minum
e. Berikan tanda pada selang OGT
untuk mempertahankan lokasi yang
tepat dan mencegah terjadinya aspirsi
f. Ukur residu sebelum pemberian
minum, hindari pemberian minum
jika residu >110%
- 120% dari jumlah pemberian
minum sebelumnya.

Edukasi
a. Anjurkan ibu tetap memberikan ASI
saat bayi sakit
b. Dukung ibu untuk meningkatkan
kepercayaan diri dalam menyusui
c. Berikan konseling menyusui dan
jelaskan manfaat menyusui bagi ibu
dan bayi

Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian terapi cairan dan
TPN (Nutrisi Parenteral pada Neonatal)
b. Kolaborasi pemberian jumlah dan jenis
diitminum enteral (bila PASI)
5 Risiko infeksi Tujuan: Pencegahan Infeksi (1.14539)
(D.0142) b.d Setelah dilakukan tindakan Observasi:
ketidakadekuatan asuhan keperawatan selama 1. Monitor tanda dan gejala lokal infeksi
pertahan tubuh 1x24 jam diharapkan tingkat lokal dan sistemik
primer infeksi dapat menurun dengan 2. Monitor hasil pemeriksaan
keiteria hasil: laboratorium(terutama leukosit
Tingkat Infeksi (L.14137) dan diffcount)
1. Kebersihan tanganmeningkat 3. Monitor suhu tubuh
2. Tidak ada tanda - tanda Terapeutik
infeksi 1. Cuci tangan sebelum dan sesudah
3. Suhu tubuh normal(36,5°C – 2. tindakan setelah dari klien
Perawatan tali pusat
37,5°C)
3. Ganti popok bayi jika basah
4. Nilai leukosit darah normal Edukasi
(9.000- 30.000 per 1. Jelaskan cara mencuci tangan yang
microliter darah) benar (pasca MRS)
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat antibiotik

B. INFORMASI DAN EDUKASI


Orang tua yang memiliki bayi dengan berat badan lahir rendah dan neonatal
kurang bulan perlu diedukasi dengan baik karena perawatan bayi dengan berat
badan lahir rendah membutuhkan proses yang cukup panjang, bahkan hingga
anak beranjak dewasa. Orang tua juga perlu diedukasi mengenai kemungkinan
komplikasi yang mungkin terjadi di masa mendatang. Edukasi yang diberikan
dapat mengenai masalah-masalah jangka panjang yang mungkin saja timbul.
Biasanya bayi dapat mengalami gangguan perkembangan dan pertumbuhan,
gangguan pendengaran, gangguan penglihatan terutama pada bayi yang
mendapatkan terapi oksigen dosis tinggi saat MRS, dan risiko tinggi untuk
mengidap penyakit kronis seperti penyakit kardiovaskular dan diabetes.

Edukasi lain yang dapat diberikan adalah dengan mengurangi risiko infeksi
pada nenoatus kurang bulan selama perawatan di rumah yang disebabkan
ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer, yaitu dengan memberitahu ibu bayi
untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi menggunakan sabun
atau antiseptik, membersihkan payudara sebelum menyusui bayi, menjaga
kebersihan bayi dan mengusahakan agar tetap hangat, dan mencuci bersih segala
peralatan yang digunakan bayi.

C. EVALUASI
Evaluasi adalah tahapan menilai capaian keberhasilan dalam pelaksanaan
Asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada pasien. Standart acuan yang
dipakai adalah kriteria evaluasi yang telah ditetapkan.
Ada 2 kemungkinan yang terjadi dalam evaluasi :
1. Masalah teratasi
Jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standart yang telah
ditetapkan
2. Masalah tidak teratasi
Jika pasien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali bahkan
perlu menghentikan semua intervensi karena perubahan kondisi pasien atau
pasien meninggal dunia.
DAFTAR PUSTAKA

Askar. 2018. Buku Ajar Praktik Keperawatan Pediatrik. Makassar: Unit Penelitian
Politeknik Kesehatan Makassar.

Herman, S., dan H. T. Joewono. 2020. Buku Acuan Persalinan Kurang Bulan
(Prematur). Kendari: Yayasan Avicenna Kendari.

Mayoclinic. 2021. Premature Birth. https://www.mayoclinic.org/diseases-


conditions/premature-birth/symptoms-causes/syc-20376730 diakses pada 19
November 2022.

Murad, M., M. Arbab., M. B. Khan., S. Abdullah., M. Ali., S. Tareen., dan M. W. Khan.


2017. Study of factors affecting and causing preterm birth. Journal of
Entomology and Zoology Studies. 5(2): 406-409.

Nining, Y. 2016. Keperawatan Anak. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.

PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), edisi 1. Jakarta: DPP
PPNI.

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), edisi 1. Jakarta: DPP
PPNI.

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), edisi 1. Jakarta: DPP
PPNI.

Putri, L. A. dan S. Mudlikah. 2019. Buku Ajar Obstetri Dan Ginekologi. Jawa Barat:
Guepedia.

Rohsiswatmo, R. 2013. Pelayanan Kesehatan Anak Terpadu. Jakarta: Departemen Ilmu


Kesehatan Anak FKUI-RSCM.

Sulistiarini, D., dan S.M. Berliana. 2016. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kelahiran
Prematur di Indonesia: Analisis Data RISKESDAS 2013. E- Journal WIDYA
Kesehatan Dan Lingkungan. 1(2): 109-115.

Anda mungkin juga menyukai