TINJAUAN TEORI
5
2. Inflamasi desidua-korioamnion atau sistemik akibat infeksi asenden dari
traktus genitourinaria atau infeksi sistemik.
3. Perdarahan desidua
4. Pergangan uterus patologik
5. Kelainan pada uterus atau serviks
Dengan demikian, untuk memprediksi kemungkinan terjadinya
persalinan prematur harus dicermati beberapa kondisi yang dapat
menimbulkan kontraksi, menyebabkan persalinan prematur atau seorang
dokter terpaksa mengakhiri kehamilan pada saat kehamilan belum genap
bulan.
1) Umur ibu
Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20 – 35 tahun.
Pada kehamilan diusia kurang dari 20 tahun secara fisik dan psikis masih
kurang, misalnya dalam perhatian untuk pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi
selama kehamilannya. Sedangkan pada usia lebih dari 35 tahun berkaitan
dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai
penyakit yang sering menimpa diusia ini.
Wanita yang berusia lebih dari 35 tahun berisiko lebih tinggi mengalami
penyulit obstetri serta morbiditas dan mortalitas perinatal. Wanita berusia
lebih dari 35 tahun memperlihatkan peningkatan dalam masalah hipertensi,
6
diabetes, solusio plasenta, persalinan prematur, lahir mati dan plasenta
previa (Cunningham,
2006).
2) Paritas ibu
3) Trauma
.
Wanita yang telah mengalami kelahiran prematur pada kehamilan
terdahulu memiliki risiko 20 % sampai 40 % untuk terulang kembali
(Varney, 2008). Persalinan prematur dapat terulang kembali pada ibu yang
persalinan pertamanya terjadi persalinan prematur dan risikonya
7
meningkat pada ibu yang kehamilan pertama dan kedua juga mengalami
persalinan prematur.
Pemeriksaan dan perawatan antenatal yang ketat pada ibu hamil
yang pernah mengalami prematur sebelumnya merupakan cara untuk
meminimalkan risiko terjadinya persalinan prematur kembali. Selain itu
kesehatan ibu dan janin dapat dijaga semaksimal mungkin untuk
menghindari besarnya persalinan prematur dapat terulang dan
membahayakan kelangsungan bayi yang dilahirkan.
5) Plasenta previa
6) Inkompetensi serviks
8
7) Infeksi intra-amnion
8) Hidramnion
9) Hipertensi
10) Malnutrisi
9
c. Faktor Janin
1) Gemelli
Kematian janin dalam rahim (IUFD) adalah kematian janin dalam uterus
yang beratnya 500 gram atau lebih dan usia kehamilan telah mencapai 20
minggu atau lebih (Saifuddin, 2006).
3) Kelainan Kongenital
10
dilahirkan sebagai BBLR atau bayi kecil. BBLR dengan kelainan
kongenital diperkirakan 20%
meninggal dalam minggu pertama kehidupannya (Saifuddin, 2009).
d. Faktor Perilaku
1) Merokok
Merokok pada ibu hamil lebih dari 10 batang setiap hari dapat
mengganggu pertumbuhan janin dan risiko terjadinya prematuritas sangat
tinggi
2) Minum alkohol
2.1.5 Pengelolaan
11
Ibu hamil yang mempunyai risiko terjadinya persalinan preterm dan/ atau
menunjukkan tandaa-tanda persalinan preterm perlu dilakukan intervensi
untuk meningkatkan neonatal outcome.
Manajemen persalinan preterm bergantung pada beberapa faktor
Keadaan selaput ketuban. Pada umumnyaa persalinan tidak
dihambat bilamana selaput ketuban sudah pecah.
Pembukaan serviks. Persalinan akan sulit dicegah bila
pembukaan mencapai 4 cm
Umur kehamilan. Makin muda usia kehamilan, upaya
mencegah persalinan semakin perlu dilakukan. Persalinan
dapat dipertimbangkan berlangsung bila TBJ >2000 atau
kehamilan > 34 minggu.
Penyebab/ komplikasi persalinan preterm
Kemampuan neonatal intensive care facilities
Beberapa langkah yang dapat dilakukan pada persalinan
preterm, terutama mencegah morbiditas dan mortalitas
neonatus preterm adalah:
Menghambat proses persalinan preterm dengan
pemberian tokolisis
Pematangan surfaktan paru janin dengan
kortikosteroid, dan
Bila perlu dilakukan pencegahan terhadap infeksi
Tokolisis
12
Mencegah mortalitas dan morbiditas pada bayi
prematur
Memberi kesempatan bagi terapi kortikosteroid
untuk menstimulir surfaktan paru janin
Memberi kesempatan transfer intrauterin pada
fasilitas yang lebih lengkap
Optimalisasi personel
Kortikosteroid
13
Obat yang diberikan adalah Deksametason atau betametason. Pemberian
steroid ini tidak diulang karena risiko terjadinya pertumbuhan janin
terhambat.
14