Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Tingginya kejadian hipertensi atau preeklamsia eklamsia di Negara
negara berkembang dihubungkan dengan masih rendahnya status sosial
ekonomi dan tingkat pendidikan yang dimiliki kebanyakan masyarakat.
Kedua hal tersebut saling terkait dan sangat berperan dalam menentukan
tingkat penyerapan dan pemahaman terhadap berbagai informasi/masalah
kesehatan yang timbul baik pada dirinya ataupun untuk lingkungan sekitarnya
(Zuhrina, 2010).
Hipertensi pada kehamilan adalah penyakit yang sudah umum dan
merupakan salah satu dari tiga rangkaian penyakit yang mematikan, selain
perdarahan dan infeksi, dan juga banyak memberikan kontribusi pada
morbiditas dan mortalitas ibu hamil. Pada tahun 2001, menurut National
Center for Health Statistics, hipertensi gestasional telah diidentifikasi pada
150.000 wanita, atau 3,7% kehamilan. Selain itu, Berg dan kawan-kawan
(2003) melaporkan bahwa hampir 16% dari 3.201 kematian yang
berhubungan dengan kehamilan di Amerika Serikat dari tahun 1991 - 1997
adalah akibat dari komplikasi-komplikasi hipertensi yang berhubungan
dengan kehamila.
Morbiditas janin dari seorang wanita penderita hipertensi dalam
kehamilan berhubungan secara langsung terhadap penurunan aliran darah
efektif pada sirkulasi uteroplasental, juga karena terjadi persalinan kurang
bulan pada kasus-kasus berat. Kematian janin diakibatkan hipoksia akut,
karena sebab sekunder terhadap solusio plasenta atau vasospasme dan diawali
dengan pertumbuhan janin terhambat (IUGR). Di negara berkembang, sekitar
25% mortalitas perinatal diakibatkan kelainan hipertensi dalam kehamilan.
Mortalitas maternal diakibatkan adanya hipertensi berat, kejang grand mal,
dan kerusakan end organ lainnya.
Preeklampsi adalah kelainan malfungsi endotel pembuluh darah atau
vascular yang menyebar luas sehingga terjadi vasospasme setelah usia

1
kehamilan 20 minggu, mengakibatkan terjadinya hipertensi, oedema
nondependent, dan dijumpai proteinuria 300mg per 24 jam atau 30mg/di (+1
pada dipstick) dengan nilai sangat fluktuatif saat pengambilan urine sewaktu
(Brooks, MD, 2011).
Preeklampsi berat merupakan risiko yang membahayakan ibu di
samping membahayakan janin. Ibu hamil yang mengalami preeklampsi
beresiko tinggi mengalami gagal ginjal akut, pendarahan otak, pembekuan
darah intravascular, pembengkakan paru-paru, kolaps pada system pembuluh
darah dan eklampsia. Risiko preeclampsia pada janin antara lain placenta
tidak dapat mendapat asupan darah yang cukup, sehingga janin juga bias
kekurangan oksigen dan makanan. Hal ini dapat menimbulkan masalah lain
pada bayi seperti kelainan premature sampai dengan kematian pada saat
kelahiran (Prawirahardjo, 2010).
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengkaji ibu
hamil dengan preeklampsi berat dan memberikan asuhan kebidanan pada
kehamilan preeklampsia berat.

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mampu menganalisis dan menyelesaikan masalah tentang asuhan
kebidanan pada ibu hamil Ny.Y dengan Pre eklampsi Berat di Poli
Kebidanan RSUP. DR. M.DJamil Padang.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Mampu mengumpulkan data pada ibu hamil Ny.Y dengan Pre eklampsi
Berat di Poli Kebidanan RSUP. DR. M.DJamil Padang.
2. Mampu mmberikan asuhan yang tepat pada ibu hamil Ny.Y dengan Pre
eklampsi Berat di Poli Kebidanan RSUP. DR. M.DJamil Padang.
3. Mampu melakukan kajian / analisa kasus pada ibu hamil Ny.Y dengan
Pre eklampsi Berat di Poli Kebidanan RSUP. DR. M.DJamil Padang.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KEHAMILAN
2.1.1 Definisi Kehamilan
Kehamilan merupakan suatu proses fisiologik yang hampir selalu
terjadi pada setiap wanita. Kehamilan terjadi setelah bertemunya sperma
dan ovum, tumbuh dan berkembang di dalam uterus selama 259 hari atau
37 minggu atau sampai 42 minggu (Nugroho dan Utama, 2014).
Kehamilan dibagi dalam tiga triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari
konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai
keenam dan triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai kesembilan.
Faktor resiko pada ibu hamil seperti umur terlalu muda atau tua,
banyak anak dan beberapa faktor biologis lainnya adalah keadaan yang
secara tidak langsung menambah resiko kesakitan dan kematian pada ibu
hamil. Resiko tinggi adalah keadaan yang berbahaya dan mungkin terjadi
penyebab langsung kematian ibu misalnya pendarahan melalui jalan lahir,
eklampsia dan infeksi. Beberapa faktor resiko yang sekaligus terdapat
pada seorang ibu dapat menjadikan kehamilan beresiko tinggi.
2.1.2 Diagnosis
Banyak manifestasi dari adaptasi fisiologis ibu terhadap kehamilan
yang mudah dikenali dan dapat menjadi petunjuk bagi diagnosis dan
evaluasi kemajuan kehamilan. Tetapi sayangnya proses farmakologis atau
patofisiologis kadang memicu perubahan endokrin atau anatomis yang
menyerupai kehamilan sehingga dapat membingungkan.
Perubahan endokrinologis, fisiologis, dan anatomis yang menyertai
kehamilan menimbulkan gejala dan tanda yang memberikan bukti adanya
kehamilan. Gejala dan tanda tersebut dibagi menjadi tiga kelompok, antara
lain :
a. Bukti Presumtif (tidak pasti)
Gejalanya :
Mual dengan atau tanpa muntah.

3
Gangguan berkemih.
Fatigue atau rasa mudah lelah.
Persepsi adanya gerakan janin.
Tanda :
Terhentinya menstruasi.
Perubahan pada payudara.
Perubahan warna mukosa vagina.
Meningkatnya pigmentasi kulit dan timbulnya striae pada
abdomen.
b. Bukti kemungkinan kehamilan
Pembesaran abdomen.
Perubahan bentuk, ukuran, dan konsistensi uterus.
Perubahan anatomis pada serviks.
Kontraksi Braxton Hicks.
Ballotement.
Kontur fisik janin.
Adanya gonadotropin korionik di urin atau serum.
c. Tanda Positif Kehamilan
Identifikasi kerja jantung janin yang terpisah dan tersendiri dari
kerja jantung ibu.
Persepsi gerakan janin aktif oleh pemeriksa.
Pengenalan mudigah dan janin setiap saat selama kehamilan dengan
USG atau pengenalan janin yang lebih tua secara radiografis pada
paruh kedua kehamilan.
2.1.3 Kehamilan Resiko
1. Definisi
Kehamilan risiko adalah keadaan buruk pada kehamilan yang dapat
mempengaruhi keadaan ibu maupun janin apabila dilakukan tata
laksana secara umum seperti yang dilakukan pada kasus normal
(Manuaba, 2007).
Risiko kehamilan adalah keadaan menyimpang dari normal, yang
secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun

4
bayi (Meilani, 2009). Ibu hamil yang berisiko adalah ibu hamil yang
mempunyai faktor risiko dan risiko tinggi (Depkes RI, 2003).
Ibu hamil digolongkan dalam tiga golongan risiko berdasarkan
karakteristik ibu. Risiko golongan ibu hamil menurut Muslihatun
(2009), meliputi:
a. Ibu hamil risiko rendah
Ibu hamil dengan kondisi kesehatan dalam keadaan baik dan tidak
memiliki faktor-faktor risiko berdasarkan klasifikasi risiko sedang
dan risiko tinggi, baik dirinya maupun janin yang dikandungnya.
Misalnya, ibu hamil primipara tanpa komplikasi, kepala masuk
PAP minggu ke-36.
b. Ibu hamil risiko sedang
Ibu hamil yang memiliki satu atau lebih dari satu faktor risiko
tingkat sedang, misalnya ibu yang usia kurang dari 20 tahun atau
lebih dari 35 tahun, tinggi badan kurang dari 145 cm dan lain-lain.
Faktor ini dianggap nantinya akan mempengaruhi kondisi ibu dan
janin, serta memungkinkan terjadinya penyulit pada waktu
persalinan.
c. Ibu hamil risiko tinggi
Ibu hamil yang memiliki satu atau lebih dari satu faktor-faktor
risiko tinggi, antara lain adanya anemia pada ibu hamil. Faktor
risiko ini dianggap akan menimbulkan komplikasi dan mengancam
keselamatan ibu dan janin baik pada saat hamil maupun persalinan
nanti.
2. Faktor Resiko Ibu Hamil Menurut Puji Rochyati adalah :
a. Kehamilan risiko rendah
1) Primipara tanpa komplikasi adalah wanita yang pernah 1 kali
melahirkan bayi yang telah mencapai tahap mampu hidup
(viable). Kehamilan dengan presentase kepala, umur kehamilan
36 minggu dan kepala sudah masuk
2) Multipara tanpa komplikasi adalah wanita yang telah
melahirkan 2 janin viabel atau lebih.

5
3) Persalinan spontan dengan kehamilan prematur dan bayi hidup
Persalinan spontan yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37
minggu, tetapi berat badan lahir melebihi 2500 gram.
b. Kehamilan risiko sedang
1) Kehamilan yang masuk ke dalam kategori 4 terlalu
Umur ibu terlalu muda (< 20 tahun)
Pada usia ini rahim dan panggul ibu belum
berkembang dengan baik dan relatif masih kecil, biologis
sudah siap tetapi psikologis belum matang.
Sebaiknya tidak hamil pada usia di bawah 20 tahun.
Apabila telah menikah pada usia di bawah 20 tahun,
gunakanlah salah satu alat/obat kontrasepsi untuk menunda
kehamilan anak pertama sampai usia yang ideal untuk
hamil (BKKBN, 2005).
Menurut Caldwell dan Moloy ada 4 bentuk pokok
jenis panggul:
(a) Ginekoid: paling ideal, bentuk bulat: 45
(b) Android: panggul pria, bentuk segitiga: 15
(c) Antropoid: agak lonjong seperti telur: 35 %
(d) Platipelloid: menyempit arah muka belakang: 5
% (Prawirohardjo, 2008).
Umur ibu terlalu tua (> 35 tahun)
Pada usia ini kemungkinan terjadi problem
kesehatan seperti hipertensi, diabetes mellitus, anemis, saat
persalinan terjadi persalinan lama, perdarahan dan risiko
cacat bawaan.
Jarak kehamilan terlalu dekat (< 2 tahun)
Bila jarak anak terlalu dekat, maka rahim dan
kesehatan ibu belum pulih dengan baik, pada keadaan ini
perlu diwaspadai kemungkinan pertumbuhan janin kurang
baik, persalinan lama, atau perdarahan.
Jumlah anak terlalu banyak (> 4 anak)

6
Ibu yang memiliki anak lebih dari 4, apabila terjadi hamil
lagi, perlu diwaspadai kemungkinan terjadinya persalinan
lama, karena semakin banyak anak, rahim ibu makin
melemah.
2) Ibu dengan tinggi badan kurang dari 145 cm
Pada ibu hamil yang memiliki tinggi badan kurang dari 145
cm, dalam keadaan seperti itu perlu diwaspadai adanya panggul
sempit karena dapat mengalami kesulitan dalam melahirkan.
3) Kehamilan lebih bulan (serotinus)
Kehamilan yang melewati waktu 42 minggu belum terjadi
persalinan, dihitung berdasarkan rumus Naegele.
Gejala dan tanda: Kehamilan belum lahir setelah melewati
waktu 42 minggu, gerak janinnya makin berkurang dan
kadang-kadang berhenti sama sekali, air ketuban terasa
berkurang, kerentanan akan stres.
Penanganan: Persalinan anjuran atau induksi persalinan.
Bila keadaan janin baik maka tunda pengakhiran kehamilan
selama 1 minggu dengan menilai gerakan janin dan tes tanpa
tekanan 3 hari. Bila hasil positif, segera lakukan seksio sesarea
(Mansjoer, 2001)
4) Persalinan lama
Partus lama adalah partus yang berlangsung lebih dari 24
jam untuk primigravida dan 18 jam bagi multigravida.
Penyebabnya adalah kelainan letak janin, kelainan panggul,
kelainan kekuatan his dan mengejan.
Gejala dan tanda: KU lemah, kelelahan, nadi cepat,
respirasi cepat, dehidrasi, perut kembung dan edema alat
genital.
Bahaya: Bisa terjadi infeksi, fetal distres dan ruptur uteri.
Penanganan: Memberikan rehidrasi dan infus cairan pengganti,
memberikan perlindungan antibiotika-antipiretika.
(Prawirohardjo, 2008).

7
c. Kehamilan risiko tinggi
1) Penyakit pada ibu hamil)
(a) Anemia
Adalah kekurangan darah yang dapat menganggu
kesehatan ibu pada saat proses persalinan (BKKBN, 2003,
p.24). Kondisi ibu hamil dengan kadar Hemoglobin kurang
dari 11 gr% pada trimester 1 dan 3 dan <10.5 gr% pada
trimester 2. Anemia dapat menimbulkan dampak buruk
terhadap ibu maupun janin, seperti infeksi, partus
prematurus, abortus, kematian janin, cacat bawaan
(Prawirohardjo, 2008).
(b) Malaria
Malaria adalah infeksi yang disebabkan oleh kuman
(plasmodium) dapat mengakibatkan anemia dan dapat
menyebabkan keguguran.
(c) TBC paru
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh infeksi mycobacterium tuberculosis.
Sebagian besar kuman tuberkulosis menyerang paru,
sehingga dapat menyebabkan perubahan pada sistem
pernafasan.
(d) Penyakit jantung
Bila ibu hamil mempunyai penyakit jantung harus
ekstra hati-hati. Jangan sampai terlalu kecapaian dan jaga
kenaikan berat badan agar beban kerja jantung bisa
berkurang.

(e) Diabetes mellitus


Diabetes merupakan suatu penyakit dimana tubuh
tidak menghasilkan insulin dalam jumlah cukup, atau
sebaliknya, tubuh kurang mampu menggunakan insulin

8
secara maksimal. Insulin adalah hormon yang dihasilkan
oleh pankreas, yang berfungsi mensuplai glukosa dari darah
ke sel-sel tubuh untuk dipergunakan sebagai bahan bakar
tubuh.
(f) Infeksi menular seksual pada kehamilan
Infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, parasit
atau jamur, yang penularannya terutama melalui hubungan
seksual dengan pasangan yang menderita penyakit tersebut
(Sjaiful, 2008, p. 921)
2) Riwayat Obstetrik Buruk
(a) Pre eklamsi
Pre eklamsi adalah suatu keadaan dengan timbulnya
hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan
setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah lahir.
Gejala dan tanda: Edema terlihat sebagai
peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan
dan muka, sakit kepala hebat, tekanan darah lebih dari
140/90 mmHg, proteinuria sebanyak 0,3 g/l dalam air
kencing 24 jam.
Penanganan umum: Istirahat (tirah baring), diet
rendah garam, diet tinggi protein, suplemen kalsium,
magnesium, obat antihipertensi dan dirawat di rumah sakit
bila ada kecendrungan menjadi eklamsia.
(b) Eklamsia
Eklamsia merupakan kelanjutan dari pre eklamsia
berat ditambah dengan kejang atau koma yang dapat
berlangsung mendadak.
Gejala dan tanda: Eklamsia ditandai oleh gejala-
gejala pre eklamsia berat dan kejang atau koma.
Penanganan: Pengobatan tetap isolasi ketat di rumah
sakit. Hindari kejang yang dapat menimbulkan penyulit
yang lebih berat. (Prawirohardjo, 2008).

9
(c) Persalinan dengan tindakan
Induksi persalinan yaitu tindakan ibu hamil untuk
merangsang timbulnya kontraksi rahim agar terjadi
persalinan. Dilakukan tindakan ini karena adanya 24
komplikasi pada ibu maupun janin, misalnya ibu hamil
dengan KPD, pre eklamsia, serotinus.
Sectio Caesaria merupakan tindakan untuk melahirkan
bayi melalui abdomen dengan membuka dinding uterus
dengan cara mengiris dinding perut dan dinding uterus.
Tindakan ini dilakukan karena ada komplikasi pada
kehamilan, misalnya plasenta previa totalis, panggul
sempit, letak lintang, sudah pernah SC dua kali, dan
lainlain.
(d) Pernah gagal kehamilan (keguguran)
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan pada
usia kurang dari 20 minggu (berat janin kurang dari 500
gram) atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup
diluar kandungan.
Gejala dan tanda: Perdarahan bercak hingga derajat
sedang dan perdarahan hebat pada kehamilan muda.
Penanganan: Lakukan penilaian awal untuk segera
menentukan kondisi pasien (gawat darurat, komplikasi
berat atau masih stabil) Pada kondisi gawat darurat, segera
upayakan stabilisasi pasien sebelum melakukan tindakan
lanjutan (evaluasi medik atau merujuk) (Prawirohardjo,
2008).
2.2 PREEKLAMPSIA
2.2.1 Definisi Preeklampsia
Preeklamsi adalah hipertensi gestasional (GH) ditambah
proteinuria. Preeklamsi adalah penyakit kehamilan ditandai dengan
elevasi berkelanjutan dalam tekanan darah (duduk tekanan darah 140

10
mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolic) dan proteinuria 1 +dalam
sampel urin acak atau 300 mg dalam 24 jam (Steven G, 2012).
Preeklamsi adalah sindrom spesifik kehamilan berupa
berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel.
Proteinuria adalah penanda penting preeklamsi. Proteinuria terjadi
karena terdapat lesi pada glomerulus, baik keadaan proteinuria maupun
kelainan histologi glomerulus terjadi pada tahap lanjut hipertensi
dalam kehamilan.
Preeklampsi adalah kelainan malfungsi endotel pembuluh darah
atau vascular yang menyebar luas sehingga terjadi vasospasme setelah
usia kehamilan 20 minggu, mengakibatkan terjadinya hipertensi,
oedema nondependent, dan dijumpai proteinuria 300mg per 24 jam
atau 30mg/di (+1 pada dipstick) dengan nilai sangat fluktuatif saat
pengambilan urine sewaktu (Brooks MD, 2011)
2.2.2 Etiologi
Tulisan-tulisan yang menggambarkan eklampsia telah ditelusuri
sejauh 2200 SM (Lindheimer dan rekan, 2009). Dan dari semua
mekanisme yang telah diusulkan untuk menjelaskan penyebabnya.
Tidak satupun bisa dikatakan menjadi "penyebab". Munculnya
preeklamsia menjadi puncak dari faktor-faktor yang kemungkinan
melibatkan sejumlah faktor ibu, plasenta, dan janin. Di bawah ini
merupakan beberapa hal yang dapat membantu menegakkan
preeklampsia meliputi:
1. Abnormal Invasi trofoblas
Dalam implantasi normal, arteri spiralis rahim mengalami
remodeling yang luas karena mereka diinvasi oleh trofoblast
endovascular. Sel-sel ini menggantikan lapisan endotel dan otot
pembuluh darah untuk memperbesar diameter pembuluh.
Sedangkan pada preeklamsia, invasi trofoblas tidak
terjadi.Sehingga arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami
distensi dan vasodilatasi, akibatnya arteri spiralis relatif mengalami
vasokontriksi, dan terjadi kegagalan remodeling arteri spiralis,

11
sehingga aliran darah uteroplasenta menurun, dan terjadilah
hipoksia dan iskemia plasenta (Implantasi plasenta dengan invasi
trofoblas abnormal dari pembuluh Rahim).
2. Faktor Imunologi (Imunologi maladaptif antara jaringan ibu,
plasenta, dan janin)
Pada perempuan hamil normal, respons imun tidak menolak
adanya hasil konsepsi yang bersifat asing. Hal ini disebabkan
adanya human leukocyte antigen protein G (HLA-G), yang
berperan penting dalam modulasi respons imun sehingga si ibu
tidak menolak hasil konsepsi (plasenta). Adanya HLA-G pada
plasenta dapat melindungi trofoblas janin dari lisis oleh sel Natular
Killer (NK) ibu.
Selain itu, adanya HLA-G akan mempermudah invasi sel
trofoblas ke dalam jaringan desidua ibu. Jadi HLA-G merupakan
prakondisi untuk terjadinya invasi trofoblas ke dalam jaringan
desidua ibu, disamping untuk menghadapi sel Natural Killer.
Pada plasenta hipertensi dalam kehamilan, terjadi penurunan
ekspresi HLA-G. Berkurangnya HLA-G di desidua daerah
plasenta, menghambat invasi trofoblas ke dalam desidua.
Sedangkan invasi trofoblas sangat penting agar jaringan desidua
menjadi lunak, dan gembur sehingga memudahkan terjadinaya
reaksi inflamasi.
3. Iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel
a Iskemia plasenta dan pembentukan oksidan/radikal bebas.
Sebagaimana dijelaskan pada teori invasi trofoblas, pada
hipertensi dalam kehamilan terjadi kegagalan remodeling
arteri spiralis, dengan akibat plasenta mengalami iskemia.
Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan
menghasilkan oksidan (disebut juga radikal bebas). Oksidan
atau radikal bebas adalah senyawa penerima elektron atau
atom/molekul yang mempunyai elektron yang tidak
berpasangan. Salah satu oksidan penting yang dihasilkan

12
plasenta iskemia adalah radikal hidroksil yang sangat toksis,
khususnya terhadap membran sel endotel pembuluh darah.
Sebenarnya produksi oksidan pada manusia adalah suatu
proses normal, karena oksidan memang dibutuhkan untuk
perlindungan tubuh. Adanya radikal hidroksil dalam darah,
maka dulu hipertensi dalam kehamian disebut toxaemia.
Radikal hidroksil akan merusak membrane sel, yang
mengandung banyak asam lemak tidak jenuh menjadi
peroksida lemak. Peroksida lemak selain akan merusak
membrane sel, juga akan merusak nucleus, dan protein sel
endotel. Produksi oksidan (radikal bebas) dalam tubuh yang
bersifat toksis, selalu diimbangi dengan produksi anti oksidan.
b Peroksida lemak sebagai oksidan pada hipertensi dalam
kehamilan.
Pada hipertensi dalam kehamilan telah terbukti bahwa
kadar oksidan, khususnya peroksida lemak meningkat,
sedangkan antioksidan, misal vitamin E pada hipertensi dalam
kehamilan menurun, sehingga terjadi dominasi kadar oksidan
peroksida lemak yang relative tinggi. Peroksidan lemak sebagai
oksidan/radikal bebas yang sangat toksis ini akan beredar
diseluruh tubuh dalam aliran darah dan akan merusak membran
sel endotel. Membran sel endotel lebih mudah mengalami
kerusakan oleh peroksida lemak, karena letaknya langsung
berhubungan dengan aliran darah dan mengandung banyak
asam lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh sangat rentan
terhadap oksidan radikal hidroksil, yang akan berubah menjadi
peroksida lemak.
a. Disfungsi sel endotel
Akibat sel endotel terpapar terhadap peroksida lemak, maka
terjadi kerusakan sel endotel, yang kerusakannya dimulai dari
membran sel endotel. Kerusakan membran sel endotel

13
mengakibatkan terganggunya fungsi endotel, bahkan rusaknya
seluruh struktur sel endotel. Maka akan terjadi:
1) Gangguan metabolisme prostaglandin, karena salah satu
fungsi sel endotel adalah memproduksi prostaglandin, yaitu
menurunnya produksi prostasiklin (PGE2): suatu
vasodilatator kuat.
2) Agregasi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang
mengalami kerusakan. Agregasi sel trombosit ini adalah
untuk menutup tempat-tempat di lapisan endotel yang
mengalami kerusakan. Agregasi trombosit memproduksi
tromboksan (TXA2): suatu vasokonstriktor kuat Dalam
keadaan normal kadar prostasiklin lebih tinggi. Pada
preeklampsia kadar tromboksan lebih tinggi. Sehingga
terjadi vasokontriksi.
a) Perubahan khas pada sel endotel kapilar glomerulus
b) Peningkatan permeabilitas kapiler
c) Peningkatan faktor koagulasi
d) Peningkatan produksi bahan-bahan vasopressor.
4. Faktor Nutrisi
John dan rekan kerja (2002) menunjukkan bahwa pada
populasi umum diet tinggi buah-buahan dan sayuran yang memiliki
aktivitas antioksidan dikaitkan dengan penurunan tekanan darah.
Zhang dan rekan (2002) melaporkan bahwa kejadian preeklampsia
dua kali lipat pada wanita yang sehari-hari asupan asam
askorbatnya adalah kurang dari 85 mg. Studi ini diikuti oleh uji
acak untuk mempelajari suplemen makanan. Villar dan rekan
(2006) menunjukkan bahwa suplementasi kalsium pada populasi
dengan asupan kalsium yang rendah makanan memiliki efek yang
kecil untuk menurunkan angka kematian perinatal, namun tidak
berpengaruh pada kejadian preeklampsia. (Cunningham, 2010).
Penelitian terakhir membuktikan bahwa konsumsi minyak
ikan termasuk minyak hati halibut, dapat mengurangi risiko

14
preeklampsia. Karena minyak ikan mengandung bahan asam lemak
tidak jenuh yang dapat menghambat produksi tromboksan,
menghambat aktivasi trombosit dan mencegah vasokontriksi
pembuluh darah (Sarwono, 2010).
5. Faktor Genetik
Preeklamsia adalah suatu gangguan, multifaktorial
poligenik. Dalam review komprehensif mereka, Ward dan
Lindheimer (2009) menyebutkan risiko insiden untuk preeklamsi
20 sampai 40 persen untuk anak perempuan dari ibu preeklampsia,
11 sampai 37 persen untuk saudara perempuan preeklampsia, dan
22 menjadi 47 persen dalam studi kembar (Cunningham, 2010).
Genotipe ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam
kehamilan. Telah terbukti bahwa pada ibu yang mengalami
preeklampsia 26% anak perempuannya akan mengalami
preeklampsia pula, sedangkan hanya 8% anak menantu mengalami
preeklampsia (Sarwono, 2010).

2.2.3 Klasifikasi
1. Preeklamsi Ringan :
a. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang di ukur pada
posisi berbaring terlentang, atau kenaikan diastolic 15 mmHg
atau lebih, kenaikan sistolik 30 mmHg/lebih. Cara pengukuran
sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak
periksa 1 jam, dan sebaiknya 6 jam
b. Edema umum (kaki, jari tangan dan muka atau BB meningkat)
c. Proteinuri kuwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, sedangkan
kuwalitatif 1+ & 2+ pada urine kateter atau midstream
2. Preeklamsi Berat
a. TD 160/110 mmHg atau lebih
b. Proteinuria 5gr atau lebih perliter
c. Oliguria (jumlah urine <500cc/24 jam)

15
d. Adanya gangguan serebri, gangguan visus, dan rasa nyeri pada
efigastrium
e. Terdapat edema paru dan sianosis

2.2.4 Diagnosis
1. Kriteria minimum
a. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang terjadi setelah
kehamilan 20 minggu yang mana di ukur pada posisi berbaring
terlentang, atau kenaikan diastolic 15 mmHg atau lebih,
kenaikan sistolik 30 mmHg/lebih. Cara pengukuran sekurang-
kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam,
dan sebaiknya 6 jam
b. Proteinuri kuwantitatif 300 mg/24 jam atau 1+
2. Kemungkinan pre eklamsia meningkat :
a. TD 160/110 mm Hg
b. Protein urine 2,0 g/24 jam atau 2+
c. Kreatinin serum > 1,2 mg/dl, kecuali memang sebelumnya
diketahui meningkat
d. Trombosit < 100.000/L
e. Hemolisis mikroangiopatik - peningkatan LDH
f. Peningkatan kadar transaminase atau gangguan serebral atau
visual lainnya
g. Nyeri epigastrik persisten

2.2.5 Patogenesis
1. Vasospasme
Konsep Vasospasme diajukan oleh Volhard berdasarkan
pengamatan langsung pada pembuluh darah kecil pada dasar kuku,
fundus okuli dan konjungtiva bulbi. Konstruksi vascular
menyebabkan tahanan dan selanjutnya menimbulkan hipertensi.
2. Aktivasi Sel Endotel

16
Selama dua dekade terakhir, aktivasi sel endothelial telah
menjadi pusat dari pemahaman kontemporer mengenai
pathogenesis pre eklamsi. Adapun factor-faktor yang tidak
diketahui kemungkinan berasal dari plasenta yang disekresikan ke
dalam sirkulasi maternal dan mencetuskan aktivasi dan disfungsi
endotel vascular. Sindrom klinis pre eklamsi di duga terjadi akibat
perubahan sel endotel yang tersebar luas. Selain mikropartikel,
Grundmann dkk, 2008 telah melaporkan bahwa kadar sel endotel
yang bersirkulasi CEC meningkat secara nyata empat kali lipat
pada darah perifer perempuan pre eklamtik.
Endotel yang utuh memiliki sifat anti koagulan dan sel
endotel mengumpulkan respon otot polos pembuluh darah terhadap
agonis dengan cara melepaskan nitrat oksida. Sel endotel yang
rusak atau teraktivasi dapat menghasilkan lebih sedikit nitrat
oksida dan menyekresikan substansi yang memacu koagulasi, serta
meningkatkan sensitivitas terhadap vasopressor.

2.2.6 Patofisiologi
1. Perubahan Kardiovaskuler.
Gangguan fungsi kardiovaskuler pada dasarnya berkaitan
dengan meningkatnya afterload jantung akibat hipertensi. Selain itu
terdapat perubahan hemodinamik, perubahan volume darah berupa
hemokonsentrasi.
2. Darah dan Koagulasi
Kelainan hematologis timbul pada beberapa perempuan
dengan pre eklamsia. Yang mana pembekuan darah terganggu
waktu trombin menjadi memanjang. Yang paling lazim dijumpai
adalah trombositopenia, yang sesekali dapat sangat hebat sehingga
mengancam mortalitas. Selain itu, kadar beberapa factor
pembekuan darah dalam plasma dapat berkurang, dan eritrosit
dapat memperlihatkan bentuk yang aneh serta mengalami
hemolysis cepat.

17
3. Perubahan Endoktrin dan Metabolik
Selama kehamilan normal kadar rennin, angiotensin II, dan
aldosteron dalam plasma meningkat. Penyakit hipertensi akibat
kehamilan menyebabkan kadar zat ini menurun.
a. Ginjal
Pada sebagian besar wanita dengan preeklampsia, penurunan
laju filtrasi glomerulus tampaknya terjadi akibat berkurangnya
volume plasma sehingga kadar kreatinin plasma hampir dua
kali lipat dibanding kadar normal selama hamil (0,5 mg/dl).
b. Hati
Nekrosik hemoragik periporta dibaian periferlobulus hepar
kemungkinan besar merupakan penyebab meningkatnya kadar
enzim hati dalam serum. Keterlibatan hepar pada preeklampsia-
eklampsia adalah hal yang serius dan sering disertai oleh
keterlibatan organ lain seperti ginjal dan otak, bersama dengan
hemolisis dan trombositopenia, keadaan ini sering disebnut
sebagian sindrom HELLP C Hemolisis, Elevated Liver
enzyme dan Low Plateled
c. Otak
Lesi ini sering pecahnya pembuluh darah otak akibat
hipertensi. Kelainan radiologist otak dapat diperlihatkan
dengan CT-Scan atau MRI. Otak dapat mengalami edema
vasogenik dan hipoperfusi. Pemeriksaan EEG juga
memperlihatkan adanya kelainan EEG terutama setelah kejang
yang dapat bertahan dalam jangka waktu seminggu.
4. Perubahan Perfusi Uteroplasenta
Gangguan perfusi akibat vasospasme hampir dapat
dipastikan sebagai penyebab utama meningkatnya morbiditas dan
moralitas perinatal yang menyertai preeklampsia. Upaya untuk
mengukur aliran darah plasenta dan ibu hamil sulit dilakukan
karena sulitnya akses ke plasenta dan tidak memungkinkan
penggunaan beberapa teknik penelitian untuk diterapkan pada

18
manusia. Defek pada invasi trofoblastik dan plasentasi yang
relevan dengan timbulnya sindrom pre eklamsi dan restriksi
pertumbuhan janin.

2.2.7 Gambaran klinis


Gambaran klinik preeklampsia bervariasi luas dan sangat
individual. Kadang-kadang sukar untuk menentukan gejala
preeklampsia mana yang timbul lebih dulu. Secara teoritik urutan
gejala-gejala yang timbul pada preeklampsia ialah edema, hipertensi,
dan terakhir proteinuria; sehingga bila gejala-gejala ini timbul tidak
dalam urutan diatas dapat dianggap bukan preeklampsia.
Dari semua gejala tersebut, timbulnya hipertensi dan proteinuria
merupakan gejala yang sangat penting. Namun, sayangnya penderita
sering kali tidak merasakan perubahan ini. Bila penderita sudah
mengeluh adanya gangguan nyeri kepala, gangguan penglihatan, atau
nyeri epigastrium, maka penyakit ini sudah cukup lanjut.
Secara umum diagnosa PEB ditegakkan apabila pada kehamilan >
20 minggu didapatkan satu/lebih gejala/tanda di bawah ini :
1. Tekanan darah > 160/110. Syarat: (a) Bumil Ibu Hamil) dalam
keadaan relaksasi (pengukuran T minimal setelah istirahat 10
menit); dan (b) Bumil tidak dalam his.
2. Proteinura > 5 gr/24 jam atau 4+ pada pemeriksaan secara
kuantitatif
3. Oliguria, produksi urine < 500 cc/24 jam yang disertai kenaikan
kreatinin plasma.
4. Gangguan visus dan serebral
5. Nyeri epigastrum/hipokondrium kanan
6. Edema paru dan sianosis
7. Gangguan pertumbuhan janin intrauteri
8. Adanya Hellp Syndrome (Hemolysis, Elevated liver enzyme, Low
Platelet count)

19
2.2.8 Komplikasi
Preeklampsia adalah penyakit kompleks yang dapat menyebabkan
komplikasi pada sistem organ multiple.
1. Central komplikasi sistem saraf termasuk eklampsia (umum tonik
klonik kejang), yang terjadi sekitar 2% dari kasus preeklampsia di
Amerika Serikat. Meskipun kebanyakan kasus eklampsia terjadi
sebagai perkembangan dari preeklampsia, hal ini bisa terjaditanpa
bukti hipertensi atau proteinuria. Sampai sepertiga kasus eklampsia
terjadi pada saat postpartum, bahkan berhari-hari sampai
berminggu-minggu setelah delivery.
2. Gagal ginjal akut, gagal hati,edema paru, dan sindrom HELLP
adalah komplikasi tambahan. HELLP sindrom ini ditandai dengan
hemolisis, peningkatan enzim hati, dan trombosit yang rendah. Hal
ini dianggap sebagai varian parah preeklampsia, dan berhubungan
dengan risiko yang lebih tinggi dari ibu dan hasil yang merugikan
neonatal dibandingkan preeklampsia saja.
3. Preeklampsia berulang
4. Komplikasi janin sekunder untuk preeklampsia termasuk
pembatasan pertumbuhan intrauterin, prematuritas, plasenta
abruption, dan peningkatan risiko kematian perinatal. Preeklampsia
adalah penyebab utama kelahiran prematur Latrogenik dan
memberikan kontribusi signifikan terhadap biaya kesehatan
meningkat berhubungan dengan prematuritas (Silasi Michelle,
2010).

2.2.9 Penatalaksanaan
Penanganan pada pasien dengan preeklampsia berat dan eklampsia
sama, kecuali bahwa persalinan harus berlangsung dalam 6 jam setelah
timbulnya kejang pada eklampsia.
1. Pengelolaan kejang :
a. Masukkan sudip lidah (tong SPATEL ) kedalam mulut
penderita

20
b. Beri obat antikonvulsan (MgSO4 merupakan obat pilihan
utama)
2. Adapun syarat-syarat pemberian MgSO4:
a. Reflex patella positif
b. Frekuensi pernapasan >16x/menit
c. Produksi urin 0,5 cc/kgBB/jam
d. Tersedianya antidotum kalsium glukonas 10%, 1 gram (10%
dalam 10 cc) diberikan intravenous dalam 3 menit.
3. Tanda-tanda dari keracunan MgSO4:
a. Kelemahan otot
b. Hipotensi
c. Reflex fisiologis menurun
d. Depresi SSP
e. Fungsi jantung terganggu
f. Kelumpuhan dan selanjutnya dapat menyebabkan kematian
karena kelumpuhan otot-otot pernapasan
Kadar serum ion Magnesium pada dosis adequat adalah 4-7
mEq/liter. refleks fisiologis menghilang pada kadar 8-10 mEq/liter.
Kadar 12-15 mEq terjadi kelumpuhan otot-otot pernafasan dan > 15
mEq/liter terjadi henti jantung.
Bila timbul tanda-tanda keracunan magnesium sulfat:
a. Hentikan pemberian magnesium sulfat
b. Berikan calsium glukonase 10% 1 gram (10% dalam 10 cc)
secara IV dalam waktu 3 menit
c. Berikan Oxigen
d. Lakukan pernafasan buatan
4. Obat antikonvulsan lain yang dapat diberikan selain MgSO4:
a. 100 mg IV sodium thiopental
b. 10 mg IV diazepam
c. 20 mgIV sodium amobarbital
d. Phenytoin : dosis awal 1000 mg IV, 16,7 mg/menit/1jam, 500
mg oral setelah 10 jam dosis awal dalam 14 jam

21
e. Perlengkapan untuk penanganan kejang ( jalan nafas,
penghisap lender, masker oksigen dan oksigen)
f. Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
g. Aspirasi mulut dan tenggorokan
h. Baringkan pasien pada sisi kiri, kepala sedikit lebih tinggi
(posisi fowler) untuk mengurangi risiko aspirasi
i. Berikan O2 4-6 L/menit
j. Dirawat di kamar isolasi yang cukup tenang
5. Pengelolaan Umum:
a. Jika tekanan diastolik >110 mmHg, berikan antihipertensi
Nifedipin 5-10 mg oral yang dapat diulang sampai 8 kali/24
jam. Jika respon tidak membaik setelah 10 menit, berikan
tambahan 5 mg Nifedipin sublingual
b. Infus Ringer Asetat atau Ringer Laktat. Jumlah cairan dalam 24
jam sekitar 2000ml, berpedoman kepada diuresis, insensible
water loss dan CVP
c. Dipasang kateter menetap ( foley kateter) dan ukur
keseimbangan cairan
d. Pada koma yang lama ( > 24 jam ), makanan melalui hidung (
NGT = Naso Gastric Tube).
6. Pengobatan Obstetrik:
a. Semua kehamilan dengan eklamsia harus diakhiri tanpa
memandang umur kehamilan dan keadaan janin
b. Pada preeclampsia berat, persalinan harus terjadi dalam 24 jam
sedangkan pada eklampsia dalam 6 jam sejak gejala eklampsia
muncul
c. Jika terdapat gawat janin atau persalinan tidak dapat terjadi
dalam 12 jam (pada eklampsia), lakukan seksio sesar.
d. Jika serviks telah mengalami pematangan maka dapat
dilakukan induksi dengan oksitosin 2-5 IU dalam 500 ml
dekstrose 10 tetes/menit atau prostatglandin/misoprostol
7. Perawatan Post Partum :

22
a. Monitoring tanda-tanda vital
b. Teruskan terapi hipertensi jika tekanan diastolic masih >90
mmHg
c. Pemeriksaan laboratorium lengkap setelah 24 jam pasca
persalinan.
d. Biasanya perbaikan segera terjadi setelah 24-48 jam pasca
persalinan.
e. Antikonvulsan diteruskan sampai 24 jam postpartum atau
kejang terakhir

2.2.10 Pencegahan
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan
tanda-tanda dini preeklampsia, dalam hal ini harus dilakukan
penanganan preeklampsia tersebut. Walaupun preeklampsia tidak
dapat dicegah seutuhnya, namun frekuensi preeklampsia dapat
dikurangi dengan pemberian pengetahuan dan pengawasan yang baik
pada ibu hamil.
Pengetahuan yang diberikan berupa tentang manfaat diet dan
istirahat yang berguna dalam pencegahan. Istirahat tidak selalu berarti
berbaring, dalam hal ini yaitu dengan mengurangi pekerjaan sehari-
hari dan dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring. Diet tinggi
protein dan rendah lemak, karbohidrat, garam dan mengkonsumsi
Konsumsi suplemen yang mengandung minyak ikan yang kaya dengan
asam lemak tidak jenuh, antioksidan seperti vitamin C, Vit.E, beta-
karoten, N-asetilsistein, asam lipoik. Dan elemen logam berat sperti
zink, magnesium dan kalsium.

23
BAB III
LAPORAN KASUS
KAJIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA Ny. Y DENGAN
PREEKLAMSI BERAT DI RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

Dikaji Oleh : Fafelia Rozyka Meysetri


Hari / Tanggal : Senin, 10 April 2017
No. RM : 974307
Ruangan : Poli Kebidanan RSUP M.Djamil Padang
I. PENGUMPULAN DATA
A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Nama istri : Ny. Y Nama suami : Tn. H
Umur : 39 tahun Umur : 39 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Minang Suku : Minang
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Seberang padang Alamat : Seberang padang
No.HP/Telp : 081283989xxx No.HP/Telp : -
2. Alasan utama masuk kerumah sakit
Pada tanggal 10 April 2017 pukul 09.05 wib, Ny. Y datang ke poli
kebidanan RSUP M. Djamil Padang. Ibu hamil anak ke 4 dengan TD
180/100 mmHg. Ibu mengatakan kepalanya sedikit pusing dan lemas.
3. Riwayat obstetric
a. Riwayat menstruasi
Ibu mengalami menarche pada usia 13 tahun, degan siklus 28 hari.
Lamanya haid adalah selama 6 hari, berwarna merah kehitaman,
dan ibu mengganti pembalut sebanyak 3 kali dalam sehari. Ibu
tidak mengalami gangguan dalam menstruasi.

24
b. Riwayat perkawinan
Ibu dan suami menikah pada usia 29 tahun dalam pernikahan yang
sah, dan hamil 6 bulan setelah menikah.
c. Riwayat konsepsi yang terakhir digunakan
Ibu mengatakan tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi
apapun.
d. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

kehamilan Persalinan Bayi Nifas


Anak
Usia Penyulit / Usia Penolo
Ke ANC TT Thn Jenis Tempat Penyulit BB PB JK lakta lochea
ibu komplikasi Persalinan ng si
1 7x Ada 31 th Tdk ada 2009 Preterm Normal Bidan Klinik Tdk ada 2800 47cm L Ada Normal
2 6x Ada 33 th Tdk ada 2011 Preterm Normal Dokter RS Tdk ada 2700 46cm L Ada Normal
3 8x 34 th Tdk ada 2012 Preterm Normal Bidan Klinik Tdk ada 2800 48cm P Ada Normal
Kehamilan sekarang

4. Riwayat kehamilan sekarang


Ibu hamil G4P3A0H3
HPHT : 15-08-2016
TP : 23-05-2017
ANC : Teratur
Keluhan :
Trimester I : Ibu mengatakan mual dan muntah
di pagi hari
Trimester II : Ibu mengatakan tidak ada keluhan
Trimester III :Ibu sering lelah dan sakit kepala
hebat
Gerakan janin 12 jam terakhir : Ibu mengatakan ada gerakan
janinya 12 jam terakhir.
Tanda-tanda bahaya : Tidak ada
Riwayat imunisasi TT : Ibu hanya mendapatkan TT 1 dan
TT 2

25
5. Riwayat Penyakit
Ibu tidak mempunyai riwayat penyakit hipertensi. Kehamilan dan
persalinan yang lalu semuanya normal, tidak mempunyai riwayat alergi.
6. Pola kegiatan sehari-hari
a. Makan dan minum
Ibu makan dengan teratur dengan frekuensi 3x sehari dengan menu
sehat dan seimbang berupa karbohidrat, protein dan vitamin yang
di dapat dalam nasi, lauk pauk, sayur-sayuran dan susu. Ibu tidak
mengeluhkan hal apapun dalam hal makan dan minum.
b. Pola Istirahat
Dikarenakan ibu memiliki 3 orang anak, dan karna kesibukan
mengurus rumah tangga, ibu tidak pernah tidur siang. Tidur di
malam hari pada pukul 22.00 wib dan bangun pada pukul 05.30
wib
c. Pola Eliminasi
Ibu BAK rata-rata 5-6 kali sehari dan meningkat sejak akhir
kehamilan 29 minggu. Ibu BAB 1 kali dalam sehari dengan
konsistensi lunak. Ibu tidak mengalami gangguan pada BAK dan
BAB.

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Emosional : Stabil
d. Vital sign
TD : 180/100 mmHg R : 20 x/m
N : 80 x/m S : 36,7 c
e. BB sebelum hamil : 61 kg
f. BB sekarang : 68 kg
g. TB : 156 cm

26
2. Pemeriksaan Khusus
a. Kepala
Rambut : Berwarna hitam, bersih dan mudah rontok
Muka : Ada oedema, tidak pucat, tidak ada
cloasma gravidarum
Mata : Conjungtiva merah muda, sklera berwarna
putih
Hidung : Bersih, tidak ada peradangan dan tidak ada
polip
Gigi & mulut : Bersih, tidak ada caries, bibir tidak pecah
pecah dan tidak sianosisi
b. Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjer tiroid
dan kelenjer lymfe.
c. Abdomen
1) Inspeksi : Tidak terdapat bekas SC, pembesaran perut
sesuai usia kehamilan, terdapat linea dan
striae
2) Palpasi
Leopold I : TFU pertengahann PX dan Pusat teraba
bundar, lunak, tidak melenting.
Leopold II : Pada perut ibu sebelah kanan teraba
panjang, keras memapan, pada perut ibu
sebelah kiri teraba tonjolan-tonjolan kecil.
Leopold III : Pada bagian bawah perut ibu teraba bulat,
keras dan masih dapat digoyangkan.
Leopold IV : Tidak dilakukan
TFU : 26 cm TBBJ : 2170 gram
DJJ : 140 x/i
d. Genetalia : Pada vulva dan vagina tidak terdapat
pengeluaran pervaginan yang abnormal,
tidak terdapat varises, tidak kemerahan,
dan tidak oedema

27
e. Ektremitas : Terdapat oedema pada kaki dan tangan
ibu. Tidak terdapat varises, dan tidak
sianosis, Reflek patella +/+
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah : Hb 12,5 gr/dl
b. Urine : Protein urine (+ +)

II. INTERPRETASI DATA


Diagnosa : Ibu G4P3A0H3, usia kehamilan 34-35 minggu, janin hidup,
tunggal, intrauterin, persentasi kepala, puka, Ibu dengan
Preeklampsia Berat.
Data subjektif :
- Ibu mengatakan ini kehamilan ke 4, tidak pernah keguguran
sebelumnya.
- Pada persalinan anak pertama sampai anak ketiga, bersalin secara
normal.
- Ibu mengatakan HPHT pada tanggal 15 Agustus 2016
- Ibu mengatakan mengalami sakit kepala, nyeri epigastrium, dan
pandangan sedikit kabur. Kemudian sakit kepala hebat, dan ibu
merasa cepat lelah jika berjalan jauh dan beraktivitas.
Data objektif :
TP : 23-05-2017
Leopold I : TFU 3 jari dibawah PX, bokong
Leopold II : Puka
Leopold III : Kepala Belum masuk PAP
TFU : 26 cm
TBBJ : 2170 gram
DJJ : 140x/i
Extremitas : Oedema tungkai atas dan bawah
Pemeriksaan Penunjang
Tes darah lengkap : Normal
Tes Urine : Protein urine +2

28
Masalah : Ibu merasa Cemas
Kebutuhan : - Informasi hasil pemeriksaan
- Pemenuhan nutrisi dan cairan
- Dukungan dan Motivasi
- Rasa aman dan nyaman

III. DIAGNOSA POTENSIAL


Eklampsia, Sindrome HELLP
IV. TINDAKAN SEGERA DAN KOLABORASI
Kolaborasi dengan dokter SpOG,
V. PERENCANAAN
1. Beri informasi pada ibu dan keluarga mengenai keadaan ibu dan janin.
2. Lakukan kolaborasi dengan dokter Sp.OG, dengan anjuran: USG dan
CTG
VI. PELAKSANAAN
1. Memberi informasi pada ibu dan keluarga mengenai keadaan ibu dan
janin, bahwa ibu dalam keadaan hamil yang beresiko karena
mengalami hipertensi dan ditemukan protein dalam urine serta
bengkak pada ekstremitas dan wajah ibu. Hal ini dinamakan dengan
Preeklampsia berat dan dapat membahayakan kondisi Ibu dan janin.
2. Melakukan kolaborasi dengan dokter Sp.OG
3. Melakukan USG dan CTG kepada pasien
4. Rencana terminasi kehamilan dalam waktu dekat
VII. EVALUASI
1. Ibu dan keluarga telah mengetahui keadaan ibu dan janin.
2. Kolaborasi telah dilakukan, dilakukan pemeriksaan penunjang berupa
USG dan CTG.
3. Pasien dikirim ke ruang rawatan untuk persiapan terminasi

29
BAB IV
KAJIAN ASUHAN KEBIDANAN

Ny. Y usia 39 tahun datang ke Poli Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil


Padang dengan tujuan untuk konsultasi mengenai kehamilannya. Pada saat pasien
datang dilakukan anamnesa kebidanan dimana pasien mengeluhkan lemas dan
sakit kepala. Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan labor pada
pasien Ny.Y. Didapatkan hasil ibu dalam keadaan hipertensi dengan hasil
tekanan darah ibu adala 180/100 mmHg disertai dengan protein urine (++) serta
oedema pada ekstremitas dan wajah ibu. Dokter menegakkan diagnose ibu hamil
34-35 minggu dengan Preeklampsi Berat.
Hasil pengkajian riwayat ibu, diketahui bahwa Ny.Y usia 39 tahun hamil
anak ke 4 dengan jarak kehamilan dengan anak yang paling kecil adalah 5 tahun.
Kehamilan pertama sampai ketiga ibu tidak mengalami hipertensi. dimana
persalinan dijalani secara normal dengan berat badan masing masing anak
adalah 2800 gram, 2700 gram dan 2800 gram.
Proses manajemen asuhan kebidanan yang diberikan kepada Ny. Y telah
mendekati kesesuaian. Pengkajian data dilakukan secara dalam mulai dari
anamnesa data subjektif hingga pemeriksaaan fisik meliputi umum, khusus dan
penunjang. Proses menegakkan diagnose sudah sesuai dengan data dasar yang ada
pada Ny. Y yang sejalan dengan teori kriteria minimum kasus PEB, antara lain
ditemukan tekanan darah melebihi 140/90 mmHg, yakni 180/100 mmHg, dan
ditunjang pemeriksaan laboratorium dengan hasil kadar protein dalam urine >+1
yakni +2. Dan ditemukan gejala lain seperti nyeri epigastrium, sakit kepala dan
gangguan visual serta cerebral.
Jika keadaa ini dibiarkan, komplikasi atau diagnose potensial yang dapat
muncul adalah Ny. Y akan mengalami syndrome HELLP (Hemolysis, Elevated
liver enzyme, Low Platelet count), yaitu merupakan kumpulan gejala multisistem
pada penderita preeklampsia berat dan eklampsia yang terutama ditandai dengan
adanya hemolisis, peningkatan kadar enzim hepar dan penurunan jumlah
trombosit (trombositopenia).

30
Efek samping pada kasus Ny. Y, dapat dilihat bahwa kehamilan disertai
PEB, akan mengganggu sistem vaskularisasi uteroplacenter, sehingga
menyebabkan berbagai macam kemungkinan. Diantaranya persalinan premature,
abortus dan BBLR. Pada kehamilan kali ini penambahan berat badan ibu kurang
dari semestinya yakni hanya 8 kg di usia kehamilan 34-35 minggu dan tafsiran
berat badan janin dibawah seharusnya yakni 2170 gr.
Mengenal secara dini preeklampsia dan segera merawat penderita tanpa
memberikan diuretika dan obat anti hipertensi, memang merupakan kemajuan
yang penting dari pemeriksaan antenatal yang baik. (Wiknjosastro H,2006).
Menjelaskan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam pencegahan.
Istirahat tidak selalu berarti berbaring di tempat tidur, namun pekerjaan sehari-hari
perlu dikurangi, dan dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring. Diet tinggi
protein, dan rendah lemak, karbohidat, garam dan penambahan berat badan yang
tidak berlebihan perlu dianjurkan.
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan HCL meningkat peristaltic turun Ketidakmampuan dalam
memasukkan/mencerna makanan karena faktor biologi di tandai dengan klien
biasanya mengatakan kurang nafsu makan, klien biasanya sering mual muntah,
Biasanya klien tampak kurus, biasanya klien tampak lemah, konjungtiva anemis,
BB menurun.

31
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Preeklampsia berat adalah timbulnya hipertensi 160/110 mmHg disertai
proteinuria dam atau edema pada kehamilan setelah 20 minggu. Pada kasus ini ibu
dikatakan mengalami preeclampsia berat karena mengalami hipertensi, yaitu
tekanan darah sebesar 160/110 mmHg dan disertai proteinuria +3. Hipertensi
terjadi sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tahanan perifer agar oksigenasi
jaringan dapat tercukupi.
Jadi berdasarkan kasus diatas, penulis menggunakan asuhan kebidanan
dengan manajemen varney sehingga jelas langkah-langkah dalam melakukan
asuhan kebidanan. Pada kasus ini sangat dibutuhkan kolaborasi dengan dokter
kebidanan dan kandungan sehingga pasien dapat tertangani secara cepat dan tepat.

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis mengharapkan bidan lebih
mampu mengkaji masalah yang timbul, melakukan antisipasi atau tindakan segera
dan merencanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil preeklapsi. Bagi keluarga
pasien dan ibu hamil itu sendiri diharapkan lebih teliti terhadap kesehatan ibu
hamil agar terdeteksi lebih dini bila terjadi kegawatan serta mengerti bahaya yang
timbul selama masa hamil, persalinan dan mampu memberikan pertolongan
pertama secara cepat mengambil keputusan untuk mencari pertolongan pada
tempat pelayanan kesehatan.

32

Anda mungkin juga menyukai