Anda di halaman 1dari 15

Faktor resiko pada ibu hamil seperti umur terlalu muda atau tua, banyak anak, dan beberapa

faktor biologis lainnya adalah keadaan yang secara tidak langsung menambah resiko
kesakitan dan kematian pada ibu hamil. Resiko tinggi adalah keadaan yang berbahaya dan
mungkin terjadi penyebab langsung kematian ibu, misalnya pendarahan melalui jalan lahir,
eklamsia, dan infeksi. Beberapa faktor resiko yang sekaligus terdapat pada seorang ibu dapat
menjadikan kehamilan berisiko tinggi.
Usia ibu
Salah satu faktor risiko yang paling umum untuk kehamilan berisiko tinggi adalah
usia ibu. Wanita yang berusia di bawah 17 tahun atau lebih dari 35 tahun memiliki
risiko komplikasi lebih besar dibandingkan wanita yang berusia di akhir umur belasan
dan awal 30-an. Risiko keguguran dan cacat genetik lebih lanjut meningkat setelah
usia 40. Resiko terjadinya pre-eklampsia dan eklampsia meningkat di usia kurang dari
17 tahun.
Kondisi medis yang ada sebelum kehamilan Kondisi seperti. tekanan darah tinggi ;
gangguan pernapasan, ginjal, atau masalah jantung, diabetes, penyakit autoimun,
Infeksi menular seksual (IMS), atau infeksi kronis seperti human immunodeficiency
virus (HIV) dapat menimbulkan risiko bagi ibu dan / atau bayi yang belum lahir.
Riwayat keguguran, memiliki masalah dengan kehamilan sebelumnya atau riwayat
keluarga dengan kelainan genetik juga merupakan faktor risiko untuk kehamilan
berisiko tinggi.
Kondisi medis yang terjadi selama kehamilan.
Seorang wanita yang pada waktu sebelum hamil tidak mengalami gangguan seperti
diabetes, atau hipertensi dan lain-lain dapat mengalami ha-hal tersebut selama masa
kehamilan. Namun ada juga yang memang sebelum kehamilan mengidap penyakit-
penyakit kronis tersebut kemudian pada kehamilannya lebih terganggu dengan
keadaan sebelumnya. Berikut adalah gangguan-gangguan yang terjadi selama masa
kehamilan:
- Preeklamsia adalah suatu sindrom yang gejalanya meliputi tekanan darah tinggi,
ditemukannya protein urin dalam jumlah banyak, dan bengkak, hal ini bias menjadi
fatal bagi ibu dan / atau bayinya jika tidak dirawat/ditangani dengan baik. Dengan
pengobatan yang tepat, hal ini dapat menyelamatkan nyawa ibu dan bayinya.
- Diabetes Gestasional adalah jenis diabetes yang berkembang selama kehamilan.
Wanita dengan diabetes gestasional dapat memiliki kehamilan yang sehat dan bayi
nya pun akan sehat jika mereka mengikuti saran dokter ahli pada perawatan selama
kehamilan dan biasanya diabetes sembuh sendiri setelah melahirkan. Namun wanita
dengan diabetes gestasional lebih rentan terhadap risiko Diabetes tipe 2 .

Kehamilan dan Masalah yang Terkait

Seringkali kehamilan diklasifikasikan sebagai risiko tinggi karena masalah yang muncul dari
kehamilan itu sendiri dan yang tak ada hubungannya dengan kesehatan ibu. Hal-hal Ini
termasuk:
- Persalinan prematur adalah persalinan yang dimulai sebelum minggu ke 37 kehamilan.
Meskipun tidak ada cara untuk mengetahui kapan dan siapa saja yang akan mengalami
persalinan prematur, ada beberapa faktor yang menyebabkan perempuan lebih rentan
terhadap risiko tersebut, seperti infeksi tertentu, kelahiran prematur sebelumnya dll.
- Kelahiran kembar adalah ketika seorang wanita membawa lebih dari satu bayi (kembar,
kembar tiga, kembar empat, dll). Kehamilan kembar, biasanya banyak terjadi pada wanita
yang mendapatkan treatment untuk mengatasi masalah kesuburan sebelumnya , kehamilan ini
dapat meningkatkan risiko persalinan prematur, gestational diabetes, dan tekanan darah tinggi
yang disebabkan oleh kehamilan.
- Plasenta previa adalah suatu kondisi dimana plasenta menutupi leher rahim.Kondisi ini
dapat menyebabkan perdarahan, terutama jika seorang wanita memiliki kontraksi. Jika
plasenta masih menutupi leher rahim dekat dengan jalan lahir, dokter mungkin menjadwalkan
operasi caesar untuk mengurangi risiko perdarahan pada ibu dan bayi.
- Masalah janin, yang terkadang dapat dilihat pada USG. Sekitar 2% hingga 3% dari semua
bayi memiliki masalah struktural kecil atau besar dalam pertumbuhannya. Kadang-kadang
mungkin ada riwayat keluarga dengan masalah pada janinnya, tetapi masalah ini terkadang
dapat terjadi tanpa terduga.




Angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih tinggi. Data dari Ditjen Bina
Pelayanan Medik menyatakan angka kematian ibu hamil periode 2004 2006 meningkat
tajam dari sebelumnya 5,1 per 1.000 kelahiran hidup menjadi 8,6 per 1.000 kelahiran hidup
atau dapat dibaca bahwa terdapat kematian 8-9 orang ibu dari setiap 1000 kelahiran bayi
hidup. Laporan World Health Organization (WHO) tahun 2004 angka kematian bayi di
Indonesia mencapai 39 per 1000 kelahiran hidup. Data world factbook tahun 2008, angka
kematian bayi di Indonesia menempati urutan ke 77 dari 222 negara di dunia.

Kriteria kehamilan risiko tinggi
Ibu dengan tinggi badan kurang dari 145 cm.
Bentuk panggul ibu yang tidak normal.
Badan Ibu kurus pucat.
Umur Ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
Jumlah anak lebih dari 4 orang.
Jarak kelahiran anak kurang dari 2 tahun.
Adanya kesulitan pada kehamilan atau persalinan yang lalu.
Sering terjadi keguguran sebelumnya.
Kepala pusing hebat, kaki bengkak.
Perdarahan pada waktu hamil.
Keluar air ketuban pada waktu hamil.

Komplikasi kehamilan risiko tinggi
Bayi lahir belum cukup bulan / prematur
Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR).
Keguguran (abortus).
Persalinan tidak lancar / macet.
Perdarahan sebelum dan sesudah persalinan.
Janin mati dalam kandungan.
Ibu hamil / bersalin meninggal dunia.
Keracunan kehamilan / kejang-kejang.

Pencegahan kehamilan risiko tinggi
Dengan melakukan ANC paling sedikit 4 kali selama masa kehamilan.
Dengan mendapatkan imunisasi TT secara lengkap
Bila ditemukan kelainan risiko tinggi, pemeriksaan ANC harus lebih sering dan lebih
intensif.
Makan makanan yang bergizi seimbang




































Sebagai gambaran tentang mengapa angka kematian ibu dan angka kematian anak tinggi di
Indonesia dapat dikemukakan beberapa faktor yang dapat disebut sebagai 4T, terlalu banyak
anak, terlalu pendek jarak kehamilan, terlalu muda hamil dan melahirkan, dan terlalu
tua untuk hamil kembali.
Beberapa situasi dan kondisi serta keadaan umum seorang ibu selama kehamilan, persalinan,
dan nifas akan memberikan ancaman pada kesehatan dan jiwa ibu maupun janin yang
dikandungnya. Keadaan dan kondisi tersebut bisa digolongkan sebagai faktor medis dan non-
medis.
Faktor non-medis antara lain adalah : kemiskinan, ketidaktahuan, adat, tradisi, dan
kepercayaan. Status gizi buruk, sosio ekonomi yang rendah, kebersihan lingkungan, kesdaran
untuk memeriksakan kehamilan secara teratur, fasilitas dan sarana kesehatan yang serba
kekurangan.
Faktor medis antara lain adalah : penyakit-penyakit ibu dan janin, kelainan obstetrik,
gangguan plasenta, gangguan tali pusat, komplikasi persalinan, penyakit neonatus, dan
kelainan genetik.
Hobel dkk. (1973) mengemukakan terdapat sekitar 126 jenis faktor risiko yang ditemukan
pada masa hamil, persalinan, dan nifas, termasuk pada bayi baru lahir. Faktor-faktor tersebut
digolongkan menjadi 4 golongan kasus risiko :
> Low-low risk
Adalah kasus-kasus baik pada kehamilan maupun dalam persalinan yang bukan/tidak ada
risiko.
> High-low risk
Adalah kasus-kasus dengan risiko tinggi pada kehamilan, tidak ada risiko lagi pada
kehamilan
> Low-high
Adalah kasus-kasus tanpa risiko selama kehamilan, tetapi dengan risiko tinggi pada
persalinan
> High-high risk
Adalah kasus-kasus dengan risiko tinggi baik dalam kehamilan maupun persalinan
2.2.1 Definisi
Definisi kehamilan risiko tinggi adalah keadaan yang dapat mempengaruhi optimalisasi ibu
maupun janin pada kehamilan yang dihadapi.
Di bawah ini dikemukakan beberapa definisi yang erat hubungannya dengan risiko tinggi
(high risk) :
2.2.1 Wanita Risiko Tinggi (High Risk Woman) adalah wanita yang dalam lingkaran
hidupnya dapat terancam kesehatan dan jiwanya oleh karena sesuatu penyakit atau oleh
kehamilan, persalinan dan nifas.
2.2.2 Ibu Risiko Tinggi (High Risk Mothers) adalah faktor ibu yang dapat mempertinggi
risiko kematian perinatal atau kematian maternal.
2.2.3 Anak Risiko Tinggi (High Risk Infants) adalah faktor anak yang dapat
mempertinggi risiko kematian perinatal.
2.2.4 Kehamilan risiko tinggi (high risk pregnancies) adalah suatu kehamilan di mana
jiwa dan kesehatan ibu dan atau bayi dapat terancam. (Mochtar, 1998 : 201-202).
Berdasarkan definisi tersebut beberapa peneliti menetapkan kehamilan dengan risiko tinggi
sebagai berikut :
Menurut Herbert Hutabarat
Membagi faktor kehamilan dengan risiko tinggi berdasarkan :
A. Komplikasi Obstetri
Umur kurang dari 19 tahun atau di atas 35 tahun
Paritas : primi gravida tua primer atau sekunder, grande multipara,
Riwayat persalinan : abortus lebih dari 2 kali, partus premature 2 kali atau lebih, riwayat
kematian janin dalam rahim, perdarahan pasca persalinan, riwayat pre eklampsi dan eklampsi,
riwayat kehamilan molahidatidosa, riwayat persalinan dengan tindakan operasi (ekstraksi
vakum, ekstraksi forceps, ekstraksi versi, atau plasenta manual), terdapat disproporsi
sefalopelvik, perdarahan antepartum, kehamilan ganda atau hidramnion, kelainan letak,
dismaturitas, serviks inkompeten, hamil disertai mioma uteri atau kista ovarium.
B. Komplikasi Medis
Kehamilan yang disertai anemia, hipertensi, penyakit jantung, diabetes mellitus, obesitas,
penyakit hepar, penyakit paru, dan penyakit lainnya.
Evaluasi awal dan diagnosa persalinan
a. Usia Maternal
Di bawah 16 tahun, peningkatan risiko toksemia.
Di atas 35 tahun, peningkatan risiko hipertensi kronik, diabetes gestasional,
kehamilan ektopik, persalinan lama, seksio caesarea, kelahiran prematur, Intra Uterine
Growth Retardation (IUGR), abnormalitas kromosomal, kematian janin.
b. Gravida/ Para
Mempengaruhi durasi persalinan (persalinan primipara berlangsung lebih lama, multipara
bersalin lebih cepat, grandemultipara kemungkinan bersalin lebih lama).
Mempengaruhi laju komplikasi (multipara risikonya meningkat untuk terjadi abrupsio
plasenta, plasenta previa, perdarahan postpartum, mortalitas maternal dan perinatal).
Kehamilan yang perlu diwaspadai adalah bila :
Umur ibu kurang dari 20 tahun.
Umur ibu lebih dari 35 tahun.
Jumlah anak 4 orang atau lebih.
Jarak dengan anak sebelumnya kurang dari 2 tahun.
Tinggi badan kurang dari 145 cm.
Ibu pernah mengalami kehamilan dan persalinan dengan salah satu keadaan berikut :
perdarahan, kejangkejang, demam tinggi, persalinan lama (lebih dari 12 jam), melahirkan
dengan cara operasi, bayi yang dilahirkan meninggal.
Namun kehamilan normal pun tetap diwaspadai, karena tanda bahaya dapat terjadi sewaktu
waktu dan tidak terduga.
Pada umur 35 tahun atau lebih, kesehatan ibu sudah menurun, akibatnya ibu hamil pada usia
itu mempunyai kemungkinan lebih besar untuk mempunyai anak cacat, persalinan lama dan
perdarahan. Jumlah anak 4 orang atau lebih, pada kehamilan rahim ibu teregang oleh adanya
janin, bila terlalu sering melahirkan, rahim akan semakin lemah. Bila ibu telah melahirkan 4
orang anak atau lebih, maka perlu diwaspadai adanya gangguan pada waktu kehamilan,
persalinan, dan nifas.
Faktor multipara sampai grandemultipara dapat merupakan penyebab kejadian varises yang
dijumpai pada saat hamil di sekitar vulva, vagina, paha, dan tungkai bawah. Umur lebih dari
35 tahun juga merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya pre eklampsia. Menurut
Kloosterman (1973), frekuensi plasenta previa pada primigravida yang berumur lebih dari 35
tahun kira-kira 10 kali lebih sering dibandingkan dengan primigravida yang berumur kurang
dari 25 tahun. Pada grande multipara yang berumur lebih dari 35 tahun kira-kira 4 kali lebih
sering dibandingkan dengan grande multipara yang berumur kurang dari 25 tahun. Di
Indonesia, menurut Toha, plasenta previa banyak dijumpai pada umur muda dan paritas kecil;
hal ini disebabkan banyak wanita Indonesia menikah pada usia muda dimana endometrium
masih belum matang.
Umur di atas 35 tahun dan grande multi juga merupakan faktor predisposisi persalinan
preterm. Umur yang terlalu muda atau terlalu tua serta multipara atau grande multipara
merupakan faktor predisposisi terjadinya atonia uteri. Etiologi solusio plasenta hingga kini
belum diketahui dengan jelas, walaupun beberapa keadaan tertentu dapat menyertainya,
seperti umur ibu yang terlalu tua dan paritas. Holmer mencatat bahwa dari 83 kasus solusio
plasenta dijumpai 45 multi dan 18 primi.
Grande multipara juga merupakan penyebab sekunder presentasi muka, karena menyebabkan
defleksi kepala. Umur dan paritas juga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
terjadinya kehamilan kembar. Dugaan penyakit gula makin tinggi terjadi pada umur penderita
makin tua dan pada multiparitas. Multipara juga dapat merupakan etiologi pada presentasi
ganda, karena dinding perut sudah kendor dan kepala masih tinggi.
Faktor usia relatif tua juga dapat menyebabkan inkoordinasi kontraksi otot rahim.Kelainan
his terutama ditemukan pada primigravida, khususnya primigravida tua. Pada multipara lebih
banyak ditemukan kelainan yang bersifat inersia uteri. Penyebab molahidatidosa tidak
diketahui, faktor usia merupakan faktor predisposisi terjadinya molahidatidosa.
Otot-otot yang sudah lembek pada multipara juga merupakan faktor predisposisi terjadinya
kelainan letak , yaitu posisi oksipitalis posterior persistens. Kejadian retensio plasenta juga
berkaitan dengan grande multipara dengan implantasi plasenta adhesive, plasenta akreta,
plasenta inkreta, dan plasenta perkreta. Multiparitas juga merupakan salah satu faktor
predisposisi terjadinya letak sungsang. Faktor umur, makin tua hamil menjadi makin besar
kemungkinan menderita kelainan congenital diantaranya mongoloid (Sindrom down).










Konsep Dasar Kehamilan Resiko Tinggi

A. Definisi
Faktor-faktor resiko dalam kehamilan yaitu sesuatu yang meningkatkan bahaya terhadap kesehatan.
Ada faktor-faktor resiko tertentu dalam kehamilan. Anda harus mencari faktor-faktor resiko
tersebut pada wanita hamil dalam masyarakat anda. Beberapa diantaranya dapat membuat
kehamilan lebih berbahaya ketimbang biasanya terhadap ibu dan bayi. (Heru,1995:67)
Kehamilan resiko tinggi adalah keadaan yang dapat mempengaruhi optimalisasi ibu maupun pada
kehamilan yang dihadapi (Manuaba, 1998:33).
Kehamilan resiko tinggi adalah (high risk pregnance) adalah kehamilan dimana jiwa dan kesehatan
ibu dan atau bayi dapat terancam. ( Mochtar,1992 ; 217).
Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan atau janinnya mempunyai outcome yang buruk apabila di
lakukan tata laksana secara umum seperti yang dilakukan pada kasus normal. (Manuaba,dkk;
2007:43).
Kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan yang dapat mempengaruhi optimalisasi ibu maupun janin
pada kehamilan yang di hadapi. (Manuaba,dkk; 2007:43).
Kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan yang disertai dengan faktor-faktor yang menaikkan
kemungkinan terjadinya keguguran, kematian janin, persalinan prematuritas, retardasi perumbuhan
intrauterin, penyakit janin atau neonatus, malformasi congenital, retardasi mental atau kecacatan
(handicaps). (nelson: 2000;543)
Kehamilan resiko tinggi adalah terdapat perkiraan akan terjadi gangguan terhadap out-come pada
ibunya atau janinnya sehingga memerlukan pengawwasan lebih intensif dan mungkin tindakan
proaktif. Pengawasan dan tindakan proak tif ini sangat penting dengan tujuan memperkecil
kesulitan komplikasi yang terjadi sehingga hasil mendekati well born babydan well mother.
(Manuaba, 20017:6)


B. Faktor yang mempengaruhi kehamilan resiko tinggi
Menurut J.S Lesinski dalam buku manuaba ( 2001 :106) faktor yang mempengaruhi kehamilan risiko
tinggi di kelempokkan berdasarkan waktu kapan faktor tersebut dapat mempengaruhi kehamilan.
Mengelompokkkan faktor kehamilan dengan resiko tinggi berdasarkan waktu kapan faktor tersebut
dapat mempengaruhi kehamilan:
a) Faktor risiko tinggi yang bekerja selama hamil
(1). Faktor genetika
Penyakit keturunan yang sering terjadi pada keluarga tertentu, sehinggga perlu dilakukan
pemeriksaan sebelum hamil
Bila terjadi kehmailan, maka perlu dilakukan pemeriksaan kelainan bawaan.
(2). Faktor lingkunagn
Diperhitungkan faktor pendidikan dan social ekonomi, kedua faktor ini menimbulakan
gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim mempengaruhi cara
pemilihan tempat dan penolong persalinan, sehingga dapat menimbulkan resiko saat
persalinan atau saat hamil.
b) Faktor risiko tinggi yang bekerja selama hamil
Perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim berhubungan aksis fetoplasental dan
sirkulasi retroplasenta merupakan satu kesatuan. Bila terjadi ganguan atau kegagalan salah
satu akan menimbulkan risiko terhadap ibu maupun janin.
(1). Faktor keadaan umum menjelang kehamilan
(2). Kebiasaan ibu (merokok, alkohol, kecanduan obat)
(3). Faktor penyakit yang mempengaruhi kehamilan (hipertensi, gestosis-toksemia
gravidarum)
c) Faktor risiko yang bekerja saat persalinan
(1). Sebagai akibat mekanis dalam hubungan 3P.
Kelainan letak: sungsang atau lintang
Malpresentasi
Ketuban pecah didi
Distress janin
Perdarahan antepartum
Grandemultipara
(2). Faktor nonmekanis
(a). Pengaruh obat analgesic atau sedative
(b). Penyakit ibu yang menyertai kehamilan
d) Faktor yang bekerja langsung pada neonatus
(1). Sindrom distress pernafasan
(a). Asfiksia neonatorum
(b). Aspirasi air ketubab atau mekonium
(2). Faktor umu hamil yang mengganggu neonatus
(a). Prematuritas
(b). Neonatus dengan termoregulator premature
(c). Bayi kecil cukup bulan (berat bayi lahir rendah,. Gangguan mengisap dan menelan,
hipofibrinogemia, gangguan congenital)
(3). Penyakit ibu
(a). Hipertensi
(b). Diabetes melitus
(c). Jantung
(d). Paru-paru
(e). Hepar.
(f). Pertumbuhan intrauterin
(g). Perdarahan antepartum
(h). Infeksi intrauterin
(i). Gangguan pertumbuhan jiwa atau neurologis
(j). Toksemia (gestosis)
(k). Kelainan kongenital (hidrosefalus, anasefalus, kembar siam)
C. Penilaian faktor resiko kehamilan
Dalam menentukan adanya faktor resiko ada 2 cara yaitu:
1). Cara Kriteria
Puji Rochjati (2005) mengemukakan batasan faktor resiko pada ibu hamil ada 3 kelompok yaitu:
a). Kelompok Faktor resiko I (Ada Potensi Gawat Obstetri / APGO), Seperti Primipara muda terlalu
muda umur kurang dari 16 tahun, primi tua, terlalu tua, hamil pertama umur 35 tahun atau lebih,
primi tua sekunder, terlalu lama punya anak lagi, terkecil 10 tahun lebih, anak terkecil < 2 tahun,
grande multi, hamil umur 35 tahun atau lebih,Tinggi badan kurang dari 145 cm, Riwayat persalinan
yang buruk, Pernah keguguran,Pernah persalinaan premature, Riwayat persalinan dengan tindakan
(VE, ekstraksi forcep, opersi S.C)
Deteksi ibu hamil beresiko oleh kader yang bisa di lakukan pada deteksi faktor resiko ibu hamil
kelompok I yaitu Ada potensi Gawat Obstetri (APGO) artinya adalah masalah kehamilan yang perlu
diwaspadai. Deteksi ibu hamil beresiko kelempok I ini dapat ditemukan dengan mudah oleh petugas
kesehatan khususnya kader melalui pemeriksaan sederhana yaitu wawancara dan periksa pandang
pada kehamilan muda atau pada saat kontak.
b). Kelompok Faktor Resiko II ( Ada Gawat Obstetri / AGO), Ibu hamil dengan penyakit, Pre-
eklamsia- eklamsia, hamil kembar atau gameli, kembar air atau hidramnion, bayi mati dalam
kandungan, , Kehamilan dengan kelainan letak,hamil lewat bulan..
Pada kelempok faktor resiko II, tenaga non kesehatan khususnya kader hanya dapat menduga
adanya faktor resiko pada ibu hamil untuk mendapatkan kepastiannya dilakukan rujukan ke bidan
atau puskesmas terdekat. Ada kemungkinan masih membutuhkan pemeriksaan dengan alat yang
lebih canggih (USG) oleh dokter Spesialis di rumah sakit.

c). Kelompok Faktor Resiko II ( Ada Gawat Obstetri / AGO), Perdarahan sebelum bayi lahir dan pre
eklamsia berat atau eklampsia. Pada kelempok faktor resiko III, ini harus segera di rujuk ke rumah
sakit sebelum kondisi ibu dan janin bertambah buruk/jelek yang membutuhkan penanganan dan
tindakan pada waktu itu juga dalam upaya menyelamatkan nyawa ibu dan bayinya yang terancam,
pertolongan yang dapat diberikan tenaga non kesehatan (kader) antara lain : melaporkan ke bidan
atau ke puskesmas terdekat, memberikan KIE pad ibu dan keluarga untuk segera dirujuk ke rumah
sakit.

2). Cara skor
Menurut Rochati (2003), kartu SKOR digunakan sebagai alat skrining antenatal berbasis keluarga
yang mempunai 5 fungsi yaitu :
(a). Melakukan skrining antenatal atau deteksi dini resiko tinggi ibu hamil.
(b). Memantau kondisi ibu dan janin selama kehamilan.
(c). Mencatat dan melaporkan keadaan kehamilan, persalinan, nifas.
(d). Memberi pedoman penyuluhan untuk persalinan aman dan terencana.
(e). Validasi data mengenai perawatanPuji Rochjati membagi faktor kehamilan risiko tinggi
berdasarkan kelompok faktor risiko dengan menggunakan scor.

Berdasarkan jumlah skor faktor resiko kehamilan di bagi menjadi 3 kel ( Depkes; 2007)
(a). Kehamilan resiko rendah (KRR) dengan jumlah skor 2 kehamilan tanpa masalah atau faktor
resiko, fisiologis dan kemungkinan besar di ikuti oleh persalinan normal dengan ibu sehat.
(b). Kehamilan Resiko tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10.


Skor Awal Ibu Hamil 2 2 2 2 2 2 2 2 2
I 1 Terlalu muda, hamil pertama 16 tahun 4
2 a.Terlalu tua, hamil pertama 35 th 4
b.Terlalu lambat hamil pertama 41 th 4
3 Terlalu lama hamil lagi ( 10 th) 4
4 Terlalu cepat hamil lagi ( 2 th) 4
5 Terlalu banyak punya anak, 4/lebih 4
6 Terlalu tua, umur 35 tahun 4
7 Terlalu pendek 145 cm 4
8 Pernah gagal kehamilan 4
9 Pernah melahirkan dengan :
a. Tarikan tang/vakum 4
b. Uri di rogoh 4
c. Diberi infus/tansfusi 4
10 Pernah operasi sesar 4
II 11 Penyakit pada ibu hamil :
a. Kurang darah 4
b. Malaria 4
c. TBC 4
d. Payah Jantung 4
e. Kencing manis (Diabetes) 4
12 Bengkak pada muka/tungkai (tekanan darah tinggi)- PER 4
13 Hamil kembar 2 atau lebih 4
14 Hamil kembar air (Hidramnion) 4
15 Bayi mati dalam kandungan 4
16 Kehamilan lebih bulan 4
17 Letak sungsang 4
18 Letak lintang 4
III 19 Perdarahan waktu hamil ini 4
20 Pre-eklampsi berat/kejang-kejang 4
Jumlah skor

a). Cara pencatatan
Berisi nilai skor awal 2 untuk semua ibu hamil. Skor untuk masing-masing faktor risiko adalah 4 atau
8. untuk pemberian dan pencatatan skor dari faktor risiko yang ditemukan pada tiap kontak dengan
ibu hamil atau petugas kesehatan.
b). Pengelompokkan Risiko
Pada tiap kontak, jumlah skor di hitung. Jumlah skor 2. 6-10 dan 12 atau lebih. Berdasarkan jumlah
skor, ibu hamil dapat ditentukan 3 kelompok risiko
Kehamilan dengan jumlah skor 2 termasuk kehamilan risiko rendah dengan periksa kehamilan
bidan, rujukan kehamilan tidak di rujuk, tempat persalinan rumah ibu hamil atau polindes dan
penolong bidan.
Kehamilan dengan jumlah skor 6-10 termasuk kehamilan risiko tinggi dengan periksa kehamilan
bidan atau dokter, rujukan kehamilan bidan atau puskesmas, temapat persalinan rumah, polindes,
rumah sakit, penolong bidan.
Kehamilan dengan jumlah skor > 12 termasuk kehamilan risiko sangat tinggi dengan periksa
kehamilan ke dokter, rujukan kehamilan rumah sakit dan penolong persalinan dokter.
Penggunaan sistem scoring cukup cepat, sederhana dan mudah untuk digunakan secara rutin dalam
melakukan skrining antenatal. Sistem ini dalam pelayanan kesehatan ibu dapat membantu
melakukan identifikasi adanya kasus kehamilan risiko tinggi untuk mendapatkan perhatian lebih
khusus. Skor digunakan sebagai sarana KIE yang mudah diterima, di ingat, di mengerti sebagai
ukuran kegawatan kondisi ibu hamil dan menunjukkan adanya kebutuhan pertolongan untuk rujukan,
sehingga berkembang perilaku untuk kesiapan mental, biaya dan transportasi ke RS untuk
mendapatkan penanganan yang intensif. Lebih tinggi jumlah skor di butuhkan kritis penilaian atau
pertimbangan klinis pada ibu risiko tinggi dan lebih intensif penanganannya.

D. Penanganan
Untuk menghadapi kehamilan atau janin risiko tinggi harus di ambil sikap proaktif, dan berencana
dengan upaya promotif dan preventif sampai pada waktunya harus di amnil sikap tepat dan cepat
untuk menyelamatkan ibu dan bayinya atau hanya di pilih ibunya saja.
1). Penegakan diagnosis kehamilan dan janin dengan risiko tinggi adalah:
a). Melakukan anamnesis yang intensif (baik)
b). Melakukan pemeriksaan penunjang, seperti:
(1). Pemeriksaan laboratorium
(2). Pemeriksaan rontgen.
(3). Pemeriksaan USG
(4). Pemeriksaan lab yang di anggap perlu
2). Berdasarkan waktu, keadaan risiko tinggi ditetapkan pada :
a). Menjelang kehamilan
b). Saat hamil muda
c). Saat hamil pertengahan
d). Saat trimester III
e). Saat persalinan/pasca partus.
3). Pengawasan antenatal bertujuan untuk menegakkan secara dini resiko tinggi.
a). Apakah kehamilan berjalan dengan baik
b). Apakah terjadi kelainan bawaan pada janin
c). Bagaimana fungsi plasenta untuk tumbuh kembang janin
d). Apakah terjadi penyulit pada kehamilan
e). Apakah terdapat penyakit ibu yang membahayakan janin
f). Jika diperlukan terminasi kehamilan
(1). Apakah terminasi untuk menyelamatkan ibu
(2). Apakah janin dapat hidup di luar kandungan
(3). Bagaimana tehnik terminasi kehamilan sehingga tidak menambah penyulit ibu atau janin.
g). Kesanggupan memberikan pertolongan persalinan dengan memperhitungkan :
(1). Tempat pertolongan itu dilakukan
(2). Persiapan alat yang diperlukan untuk tindakan
(3). Kemampuan diri sendiri untuk melakukan tindakan
h). Sikap yang akan di ambil menghadapi kehamilan adalah:
(1). Kehamilan dengan resiko rendah dapat di tolong di tempat
(2). Kehamilan dengan resiko tinggi meragukan perlu pengawasan intensif
(3). Kehamilan dengan resiko tinggi perlu di rujuk.

4). Pengawasan antenatal untuk mengetahui secara dini keadaan risiko tinggi pada ibu dan janin
dapat:
(1). Melakukan pengawasan yang lebih intensif
(2). Memberikan pengobatan sehingga ririko dapat dikendalikan
(3). Melakukan rujukan mendapatkan tindakan yang adekuat
(4). Segera merujuk untuk mendapatkan tindakan yang adekuat
(5). Segera melakukan terminasi kehamilan

5). Wanita akan mengalami risiko kesakitan dan kematian yang berhubungan dengan kehamilan
paling kecil jika.
a). Menunda saat mulai berkeluarga hingga mereka mencapai umur paling sedikit 20 tahun.
b). Mempunyai anak tidak lebih dari empat.
c). Jarak kelahiran paling tidak 2 tahun.
d). Tidak mempunyai anak lagi setelah berumur 35 tahun.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta. Depertemen Kesehatan RI.
Manuaba, IBG, dkk.2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta. EGC
Manuaba. IBG. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Bidan.
Jakarta. ECG
Manuaba, IBG. 2007. Konsep Obstetri dan Ginekologi Sosial Indonesia. Jakarta. EGC
Royston, Erica, 1994. Pencegahan Kematian Ibu Hamil. Jakarta. Binarupa Aksara.

Rochjati, Poedji. Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil. Surabaya. Airlangga Universitas Press.
Wiknjosastro, H, 2005. Ilmu Kebidanan.. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,

Meuthia. Ino, 2008 kehamilan resiko tinggi http/www.medicaltrol.com

Anda mungkin juga menyukai