Oleh:
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2023
BAB 1. PENDAHULUAN
a. KPD Preterm
Ketuban pecah dini preterm merupakan pecahnya ketuban yang terbukti
dengan vaginal pooling, tes nitrazin dan, tes fern atau IGFBP-1 (+) pada
usia <37 minggu sebelum onset persalinan. KPD sangat preterm yaitu
pecahnya ketuban pada umur kehamilan antara 24 sampai kurang dari 34
minggu, sedangkan KPD preterm saat umur kehamilan anatara 34 sampai
kurang dari 37 minggu minggu.
b. KPD Aterm
Ketuban pecah dini aterm merupakan pecahnya ketuban sebelum
waktunya yag dibuktikan dengan vaginal pooling, tes nitrazin dan tes fern
(+), IGFBP-1 (+ ) pada usia kehamilan ≥ 37 minggu.
Seorang ibu yang telah melahirkan beberapa kali dan pernah mengalami
KPD terhadap kehamilan sebelumnya serta jarak kelahiran yang dekat diyakini
lebih berisiko akan mengalami KPD pada kehamilan berikutnya (Helen, 2008).
Pada Kehamilan multipara atau grademultipara dapat mempengaruhi proses
embriogenesis, selaput ketuban lebih tipis sehingga mudah pecah sebelum
waktunya.
Jadi, semakin banyak paritas, semakin mudah terinfeksi amnion karena x
struktur serviks telah rusak pada persalinan sebelumnya. Umumnya KPD sering
terjadi pada multipara dikarenakan penurunan fungsi reproduksi, berkurangnya
jaringan ikat, vaskularisasi dan servik yang sudah membuka satu cm akibat
persalinan yang lalu (Nugroho,2010).
d. Anemia
Anemia yang terjadi pada saat kehamilan merupakan anemia yang
disebabkan karena kekurangan zat besi. Pada kehamilan relatif terjadi
anemia dikarenakan darah ibu hamil mengalami hemodelusi atau
pengencangan dengan penigkatan volume 30% sampai 40% yang
puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Ciri-ciri ibu hamil yang
mengalami anemia biasanya lemas, pucat, cepat lelah, mata berkunang-
kunang. Pemeriksaan darah dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan
yaitu pada trimester pertama dan trimester ke tiga.Dampak dari anemia
terhadap janin antara lain abortus, terjadi kematian intrauterin,
prematuritas, berat badan lahir rendah, cacat bawaan dan mudah nfeksi,
sedangkan pada ibu saat kehamilan dapat mengakibatkan abortus,
persalinan prematuritas, ancaman dekompensasikordis dan ketuban pecah
dini (Manuaba, 2009).
e. Perilaku Merokok
Kebiasaan merokok atau berada dilingkungan dengan intensitas rokok
tinggi dapat mempengaruhi kondisi ibu hamil. Rokok menggandung lebih
dari 2.500 zat kimia yaitu karbonmonoksida, amonia, aseton, sianida
hidrogen, dan lain-lain. Merokok di masa kehamilan bisa menyebabkan
gangguan yaitu seperti kehamilan ektopik, ketuban pecah dini, dan resiko
lahir mati yang lebih tinggi (Sinclair, 2003).
f. Riwayat KPD
Pengalaman yang pernah dialami oleh ibu bersalin dengan kejadian
ketuban pecah dini mempunyai pengaruh besar terhadap ibu apabila
menghadapi kondisi kehamilan. Riwayat KPD sebelumnya mempunyai
risiko 2-4 kali mengalami ketuban pecah dini kembali. Patogenesis singkat
dari terjadinya KPD adalah akibat penurunan kandungan kolagen dalam
membran sehingga dapat memicu terjadinya ketuban pecah dini dan
ketuban pecah preterm. Ibu yang pernah mengalami KPD pada kehamilan
menjelang persalinan maka di kehamilan berikutnya akan lebih beresiko
besar dari pada wanita yang tidak pernah mengalami KPD sebelumnya
dikarenakan komposisi membran yang semakin menurun di kehamilan
berikutnya.
g. Serviks yang Inkompetensik
Inkompetensia serviks merupakan suatu istilah dalam menyebut kelainan
pada otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lentur dan lemah,
sehingga bisa sedikit membuka saat ditengah-tengah kehamilan
dkarenakan tidak mampu menahan desakan dari janin yang semakin besar.
Inkompetensia serviks merupakan serviks dengan kelainan anatomi yang
disebabkan laserasi pada sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan
kelainan kongenital pada serviks yang memicu terjadinya dilatasi
berlebihan tanpa disertai perasaan nyeri dan mules di masa kehamilan
trimester kedua atau awal trimester ketiga yang diikuti dengan penonjolan,
robekan selaput janin dan keluarnya hasil konsepsi.
h. Tekanan Intra Uterin
Tekanan intra uterin yang meningkat secara berlebihan bisa menyebabkan
terjadinya ketuban pecah dini, seperti :
1) Trauma :
Hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis.
2) Gemelli :
Kehamilan kembar dalam suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada
kehamilan gemelli dapat terjadi distensi uterus yang berlehihan,
sehingga dapat menimbulkan ketegangan rahim yang berlebihan. Hal
ini terjadi dikarenakan jumlahnya berlebih, isi rahim lebih besar
sedangkan selaput ketuban relative kecil dan dibagian bawah tidak ada
yang menahan sehingga dapat mengakibatkan selaput ketuban tipis
dan mudah pecah (Novihandari,2016).
2. Penatalaksanaan ekspetatif
Merupakan penanganan dengan pendekatan tanpa melakukan intervensi
a. Identitas
Nama : Ny. D. B. No. RM : 367079
Umur : 28 tahun Pekerjaan : Guru honorer
Jenis Kelamin : Perempuan Status Perkawinan : Menikah
Agama : Kristen protestan Tanggal MRS : 25 Mei 2019
Pendidikan : S1 Tanggal Pengkajian : 27 Mei 2019
Alamat : Soe (Timor Tengah Sumber Informasi : Klien dan suami
Selatan)
b. Diagnosa Medik
G1P0A0 dengan Ketuban Pecah Dini (KPD)
c. Keluhan Utama
Pasien mengalami keluar cairan dari jalan lahir jernih dan tidak berbau
d. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan mengalami keluar cairan dari jalan lahir jernih dan tidak
berbau sejak pada tanggal 23 Mei 2019 sejak jam 14.00 WIT dan pasien
meras cemas.
1. P (paliatif atau profokatif) : Pasien sering membawa motor sendiri selama
beaktivitas
2. Q (quality) : meraskan merembes seperti buang air kecil
3. R (regional) : cairan keluar melalui jalan lahir
4. S (scale) : skala 4
5. T (time) : berlangsung selama 1 menit dengan interval hilang muncul 1
menit
e. Riwayat Kesehatan Terdahulu
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit dan belum pernah mengalami operasi.
f. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien tidak memiliki riwayat penyakit yang sejenis sebelumnya.
g. Riwayat Menstruasi
Pasien mengatakan haid pertama umur 15 tahun dengan siklus haid 27-28
hari, lama 4-5 hari, 2-3 kali mengganti pembalut/hari, teratur, darah yang
keluar encer, dan pasien mengatakan tidak ada nyeri saat haid.
h. Riwayat Perkawinan
Status perkawinan belum sah, menikah pertama pada usia 27 tahun, dengan
calon suami umur 34 tahun, sudah berjalan 2 tahun.
i. Riwayat Kehamilan
Pasien mengatakan HPHT tanggal 28 Oktober 2018 ; TP: 4 Juli 2019, umur
kehamilan: 29-30 minggu; pada trimester I - II tidak ada keluhan, trimester III
mengalami keluar cairan melalui jalan lahir sejak tangga 23 mei 2019,
pemeriksaan kehamilan sebanyak 4 kali di bidan secara teratur; trimester I : 2
kali, trimester II: 1 kali, trimester III: 1 kali. Pasien pernah mendapat
penyuluhan tentang gizi ibu hamil dan pernah mendapat imunisasi TT
sebanyak 2 kali saat usia kehamilan 4 dan 5 bulan.
j. Riwayat Keluarga Berencana (KB)
Pasien mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun
k. Pemeriksaan Fisik Umum
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaan : compos mentis
c. Tanda-tanda vital (TTV):
- TD : 100/70 mmHg
- Suhu : 36,7°C,
- Nadi : 88 kali/ menit
- RR : 14 kali/ menit
d. TB : 158 cm
e. BB : sebelum hamil: 48 kg, sekarang: 52 kg
f. LILA : 24 cm
l. Pemeriksaan Head to Toe
a. Kepala
- Bentuk : oval, tidak ada benjolan dan pembengkakan
- Rambut : hitam panjang, lurus, tidak mudah dicabut, tidak ada
ketombe
- Wajah : tidak pucat, tidak oedema, tidak ada cloasma
gravidarum
b. Mata
Tidak ada oedema, conjungtiva merah muda, sklera putih
c. Hidung
Bersih, tidak ada pembesaran polip
d. Telinga
Bersih, tidak ada serumen
e. Mulut/gigi/gusi
Bersih tidak ada stomatitis, tidak ada gusi berdarah, tidak ada caries
f. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar gondok, tidak ada tumor, tidak ada
embesaran kelenjar limfe
g. Dada
Normal, simetris
Paru :
I : bentuk dada simetris antara kanan dan kiri
P : integritas kulit baik, tidak ada massa/ tanda-tanda peradangan,
ekspansi simetris, fremitus vocal teraba
P : suara perkusi paru sonor
A : suara napas vesikuler, ronchi -/-
Jantung :
I : ictus cordis tidak terlihat
P : ictus cordis teraba di ICS 5
P : suara perkusi jantung redup
A : S1 dan S2 tunggal
h. Mammae
Pembesaran normal, tidak ada tumor, simetris kanan dan kiri, areola
mengalami hiperpigmentasi, puting susu menonjol, kolostrum belum
keluar
i. Axilla
Tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri
j. Abdomen
1) Inspeksi
a. Pembesaran perut : sesuai dengan tuanya kehamilan
b. Bentuk perut : memanjang
c. Linea alba/nigra : ada linea nigra
d. Strie albican/livide : tidak ada
e. Kelainan : tidak ada
f. Pergerakan janin : ada
2) Palpasi
Pergerakan janin dalam 24 jam baik
a. Leopold I : TFU 2 jari di atas pusat, teraba bulat, lunak, tidak
melenting (bokong)
b. Leopold II : Teraba memanjang dan keras, kanan: teraba bagian
bagian kecil janin (ekstremitas)
c. Leopold III : Teraba bulat, keras, melenting (kepala)
d. Leopold IV : Bagian terendah janin belum masuk panggul
(konvergen)
3) Auskultasi DJJ
a. Punctum maximum : kuadran kiri bawah pusat
b. Frekuensi : 150 kali/ menit
c. Teratur/ tidak : teratur
k. Urogenital
Pasien memiliki fungsi berkemih yang baik
l. Ekstremitas
Atas : simetris kanan kiri, tidak ada deformitas, jari lengkap, tidak odem
Bawah : simetris kanan kiri, tidak ada deformitas, jari lengkap, ada odem
m. Kulit dan kuku
Akral hangat, turgor kulit baik, CRT < 2 detik, tidak sianosis, tidak
clubbing finger, kulit terasa hangat ketika di pegang.
n. Anogenital
Vulva vagina tidak ada varices, tidak ada luka, tidak ada kemerahan, tidak
ada nyeri, pengeluaran pervaginan: cairan ketuban merembes, warna
jernih, bau amis khas air ketuban.
o. Perineum
Tidak ada bekas luka
p. Anus
Tidak ada haemorhoid
q. Inspekulo
Tidak dilakukan inspekulo pada vagina dan portio
m. Pola Fungsi Kesehatan
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan mandi 2 kali sehari, gosok gigi tiap kali mandi,
keramas 3 kali seminggu dan ganti pakaian 2 kali sehari. Memasuki
persalinan, pasien mengatakan selama memasuki persalinan, ibu belum
mandi dan terakhir mandi tanggal 24 Mei 2019 pukul 16.00 WIT
2. Pola nutrisi/ metabolisme
Pasien mengalami perubahan pada pola makannya
3. Diet pattern (intake makanan dan cairan)
Pola Makan Sebelum Sakit Sesudah Sakit
Frekuensi Pasien makan 3 kali Pasien makan 1 kali
sehari sehari
Jumlah Porsi 1 porsi Sesuai porsi yang
disediakan rumah sakit
Jenis Makanan Nasi putih, sayur, Nasi putih, sayur, lauk
lauk tempe dan telur tempe bacem dan
pepes ikan
Kemandirian Mandiri Mandiri
(mandiri/ dibantu)
Lainnya - -
Sebelum sakit pasien minum 7-8 kali sehari. Saat sakit pasien minum 2
gelas sehari berupa teh hangat dan air putih.
4. Pola eliminasi
BAK Sebelum Sakit Sesudah Sakit
Frekuensi 5-6 kali 3 kali
Warna Kuning jernih Kuning jernih
Kemandirian Mandiri Mandiri
(mandiri/ dibantu)
Lainnya - -
Analisa Data
DO:
a. TD: 100/70
mmHg
b. Suhu: 36,7°C
c. Nadi: 88
kali/ menit
d. RR: 14 kali/
menit
3. 27 Mei DS : ketuban pecah Risiko infeksi Ns. Y
2019 a. Pasein dini
mengatakan
bahwa cairan
kehamilanny merembes
a merupakan seperti air
kehamilan kencing dari
pertama dan vagina
belum
pernah terdapat warna
keguguran kemerahan di
b. Pasien sekitar vagina
mengatakan
bahwa resiko infeksi
terakhir kali
menstrusi
pada 28
Oktober
2018
c. Pasien
mengatakan
mengeluarka
n cairan dari
jalan lahir
berwarna
jernih, tidak
berbau sejak
tanggal 23
Mei 2019
jam 14.00
WIT
d. Pasien
mengatakan
bahwa ia
merasakan
ada
rembesan
cairan seperti
air kencing
DO :
a. TD: 100/70
mmHg
b. Suhu: 36,7°C
c. Nadi: 88
kali/ menit
d. RR: 14 kali/
menit
e. Inspeksi:
cairan
ketuban
merembes,
warna jernih,
tidak berbau,
tanda infeksi
seperti merah
DIAGNOSA
NO. NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Domain 9. 1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Pengurangan Kecemasan (5820)
Koping/toleransi 2x24 jam diharapkan ansietas mengenai kontrol a. Identifikasi pada saat terjadi perubahan tingkat
stress kecemasan diri (1402) dapat ditingkatkan kecemasan
dengan kriteria hasil: Rasional: Supaya pasien mendapat tindakan
Kelas 2. Respons
a. Memantau penyebab kecemasan untuk mengurangi kecemasannya
koping
dipertahankan pada skala 2 (jarang apabila terjadi perubahan tingkat
00146. Ansietas dilakukan) ditingkatkan ke skala 4 (sering kecemasan
dilakukan) b. Ciptakan atmosfer rasa aman untuk
Batasan
b. Mencari informasi untuk mengurangi meningkatkan kepercayaan
karakteristik:
kecemasan dipertahankan pada skala 2 Rasional: Supaya pasien mendapat rasa aman
a. Penurunan (jarang dilakukan) ditingkatkan ke skala 4 antara ia dengan klien sehingga
produktivitas (sering dilakukan) meningkatkan kepercayaan antara
b. Gelisah c. Menggunakan teknik relaksasi untuk kedua belah pihak
c. Sangat khawatir mengurangi kecemasan dipertahankan pada c. Berikan informasi faktual terkait diagnosis,
d. Wajah tegang skala 2 (jarang dilakukan) ditingkatkan ke perawatan, dan prognosis
e. Nyeri abdomen skala 4 (sering dilakukan) Rasional: Supaya pasien memahami dan
d. Mengendalikan respon kecemasan mengerti terkait diagnosis,
dipertahankan pada skala 2 (jarang perawatan, dan prognosis yang
dilakukan) ditingkatkan ke skala 4 (sering diberikan
dilakukan) d. Dorong keluarga untuk mendampingi klien
dengan cara yang tepat
Rasional: Supaya pasien mendapatkan
motivasi dan dukungan dari
keluarga
2. Domain 12. 1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Manajemen Nyeri (1400)
Kenyamanan 2x24 jam diharapkan gangguan rasa nyaman a. Observasi adanya petunjuk nonverbal
mengenai tingkat nyeri (2102) dapat mengenai ketidaknyamanan terutama pada
Kelas 1.
ditingkatkan dengan kriteria hasil: mereka yang tidak dapat berkomunikasi secara
Kenyamanan fisik
a. Nyeri yang dilaporkan dipertahankan pada efektif
00214. Gangguan skala 2 (cukup berat) ditingkatkan ke skala Rasional : Supaya pasien saat merasakan
rasa nyaman 5 (tidak ada) ketidaknyamanan dapat segera
b. Ekspresi nyeri wajah dipertahankan pada diketahui oleh perawat
Batasan
skala 2 (cukup berat) ditingkatkan ke skala b. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang
karakteristik:
4 (ringan) meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi,
a. Mengeluh tidak c. Tidak bisa beristirahat dipertahankan pada frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya
nyaman skala 2 (cukup berat) ditingkatkan ke skala nyeri dan faktor pencetus
b. Gelisah 5 (tidak ada) Rasional : Supaya pasien dapat mendapatkan
c. Mengeluh sulit d. Ketegangan otot dipertahankan pada skala 2 tindakan keperawatan sesuai
tidur (cukup berat) ditingkatkan ke skala 4 dengan hasil pengkajian nyeri yang
(ringan) sudah dilakukan
Kondisi terkait:
c. Berikan informasi mengenai nyeri, seperti
a. Kehamilan penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
dirasakan, dan antisipasi dari ketidaknyamanan
akibat prosedur
Rasional : Supaya pasien mengetahui dan
memahami tentang nyeri yang
dialami
d. Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat, dan
tim kesehatan
Rasional : Supaya pasien mendapatkan
dukungan dan perawatan yang baik
3. Domain 11. 1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Kontrol Infeksi (6540)
Keamanan/perlindun 2x24 jam diharapkan risiko infeksi mengenai a. Bersihkan lingkungan dengan baik setelah
gan kontrol resiko (2102) dapat ditigkatkan dengan digunakan untuk setiap pasien
kriteria hasil: Rasional : Supaya pasien tetap dalam keadaan
Kelas 1. Infeksi
a. Mencari informasi tentang risiko kesehatan yang terjaga kebersihannya terutama
00004. Risiko dipertahankan pada skala 3 (kadang-kadang lingkungannya
infeksi menunjukkan) ditingkatkan ke skala 4 b. Lakukan tindakan-tindakan pencegahan yang
(sering menunjukkan) bersifat universal
Batasan
b. Mengidentifikasi faktor risiko Rasional : Supaya pasien mendapat tindakan
karakteristik:
dipertahankan pada skala 3 (kadang-kadang pencegahan dengan baik sehingga
a. Pecah ketuban menunjukkan) ditingkatkan ke skala 4 mengurangi terjadinya resiko
dini (sering menunjukkan) infeksi
c. Mengenali faktor individu risiko c. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda
dipertahankan pada skala 3 (kadang-kadang dan gejala infeksi dan kapan harus
menunjukkan) ditingkatkan ke skala 4 melaporkannya kepada penyedia perawatan
(sering menunjukkan) kesehatan
d. Memonitor perubahan status kesehatan Rasional : Supaya pasien dan keluarga
dipertahankan pada skala 3 (kadang-kadang mengetahui dan memahami apa
menunjukkan) ditingkatkan ke skala 4 saja tanda, gejala, dan kapan
(sering menunjukkan) harus melaporkannya
d. Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan
pada saat memasuki dan meninggalkan
ruangan pasien
Rasional : Supaya pasien tetap terjaga
kesehatannya dan mengurangi resiko infeksi
Ketegangan uterus
Kontraksi uterus
Ansietas
Bab 4. Analisis Jurnal
5.1 Kesimpulan
Ketuban pecah dini (KPD) atau premature rupture of membranes (PROM)
merupakan pecahnya ketuban sebelum persalinan dimulai (Arma, dkk 2015).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda
persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Faktor penyebab
terjadinya ketuban pecah masih belum ditentukan secara pasti. Namun menurut
penelitian beberapa faktor seperti usia, faktor ekonomi, jumlah paritas, anemia,
riwayat merokok, riwayat ketuban pecah pada kehamilan sebelumnya, Serviks
yang Inkompetensik, tekanan intra uterin ( Morgan, 2009).
Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin
bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang biasanya terjadi. Ketuban
pecah ditandai dengan adanya air yang mengalir dari vagina yang sudah tidak bisa
dibendung lagi.
5.2 Saran
Setelah mengetahui dan mempelajari informasi mengenai ketuban pecah
pada ibu hamil, kita sebagai calon perawat diharapkan mampu memberikan
asuhan keperawatan dengan tepat dan sesuai dengan standart operasional.
Informasi yang sudah kita ketahui dapat membantu klien atau ibu hamil sehingga
dapat melakukan pencegahan dan penatalaksanaan mengenai ketuban pecah yang
di alami.
DAFTAR PUSTAKA
Alim,s dan Yeni,A,S. 2016. Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Ketuban Pecah
Dini Pada Ibu Hamil Trimester Iii Di Rumah Sakit Bantuan Lawan. Jurnal
Hesti Wira Sakti. 4(1).
Ani, Yohana. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Ny. D. B. Dengan Ketuban Pecah
Dini (KPD) Di Ruang Flamboyan RSUD Prof. Dr. W. Z. Yohannes
Kupang. Studi Kasus. Kupang: Program Studi Diploma III Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang.
Demiarti,M. 2017.Faktor-faktor yang mempengaruhi ketuban pecah dini di RSU
PKU Muhammadiyah Bantul tahun 2016 [naskah publikasi]. Yogyakarta:
Universita ‘aisyiyah.
Legawanti dan Riyanti. 2018. Determinan Kejadian Ketuban Pecah Dini (kpd) di
Ruang Cempaka RSUD Doris Sylvanus Palangkaraya. Palangkaraya:
jurnal surya medika vol 3 no .
Mukhlifa dan Ratna. 2016. Ketuban Pecah Dini Pada Kehamilan preterm. Jurnal
Medula Unila. 5 (1).
Prahardani, R, F dan Lutfi, A, S. 2019. Karakteristik Ibu Hamil Dengan Ketuban
Pecah Dini di RSU Assalam, Gemolong,Sragen. Jurnal Biometrika dan
Kependudukan. 8 (1).
Putri, D,S. 2018. Faktor –Faktor Yang Berhubungan Dengan Ketuban Pecah Dini
Di Kutai Kartanegara Tahun 2017. Skripsi. Kalimantan Timur: Universitas
Muhammadiyah Kalimantan Timur.
Rahayu, B dan A. N . Sari. 2017. Studi Dekskriptif Penyebab Kejadian Ketuban
Pecah Dini (KPD) Pada Ibu Bersalin. Jurnal Ners Dan Kebidnan
Indonesia. 5 (2) : 134-138.