Anda di halaman 1dari 15

1 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang Kehamilan

1.1.1 Kehamilan
1. Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan dilanjutkan dengan proses nidasi atau implantasi. Bila dihitung
dimulai pada saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan (Sari, 2022).
Adapun pengertian lain tentang kehamilan adalah proses
pemeliharaan janin dalam kandungan yang disebabkan pembuahan sel
telur oleh sel sperma. Pada saat hamil akan terjadi perubahan fisik dan
hormon yang sangat berubah drastis (Diki Retno Yuliani, 2021).
Kehamilan merupakan suatu proses yang fisiologis dan alamiah,
dimana setiap perempuan yang memiliki organ reproduksi sehat, telah
mengalami menstruasi, dan melakukan hubungan seksual dengan
seorang pria yang sehat maka besar kemungkinan akan mengalami
kehamilan (Nugrawati and Amriani, 2021). Kehamilan juga dikenal
sebagai gravida atau gestasi adalah waktu dimana satu atau lebih bayi
berkembang di dalam diri seorang wanita. Kehamilan dapat terjadi melalui
hubungan seksual atau teknologi reproduksi bantuan.
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi dan dilanjutkan dengan
nidasi atau implantasi. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai
lahirnya bayi dengan lama 280 hari atau 40 minggu yang dihitung dari hari
pertama haid terakhir. Pada keadaan normal, ibu hamil akan melahirkan
pada saat bayi telah aterm (mampu hidup diluar rahim) yaitu saat usia
kehamilan 37 – 42 minggu, tetapi kadang kadang kehamilan justru
berakhir sebelum janin mencapai aterm. Kehamilan dapat pula melewati
batas waktu yang normal lewat dari 42 minggu (Rr. Catur Leny Wulandari,
S.SiT., M. Keb, 2021).
1.1.2 Tahapan Trimester Kehamilan

Berikut ini adalah tahapan trimester kehamilan menurut Prawirohardjo


(2018), yaitu:
1. Trimester I (0-12 minggu) Dalam trimester ini, untuk perkembangan janin.
Struktur tubuh dan janin berkembang. Terjadi perubahan besar pada
tubuh ibu yang kerap menimbulkan berbagai gejalah, seperti mual,
muntah, mudah lelah, serta emosional. Meski demikian, kondisi pada
setiap ibu bisa berbeda-beda. Sebagian besar kasus keguguran dan
cacat lahir terjadi pada periode ini.
2. Trimester II (13-27 minggu) Dalam trimester ini, banyak ketidaknyamanan
dari trimester pertama yang hilang. Ibu sudah jarang atau tidak pernah
lagi mual, muntah, tidur juga lebih nyaman dan juga tidak mudah merasa
lelah. Tetapi ada beberapa gejala baru yang mungkin mengganggu
seperti kram perut serta kaki dan sudah mulai terasa ada pergerakan
janin.
3. Trimester III (28-42 minggu) Dalam trimester terakhir ini, saat ibu
berharap-harap cemas akan kelahiran buah hatinya. Aktivitas fisik akan
mulai banyak terhambat karena kondisi tubuh ibu, ada beberapa gejala
yang mungkin terjadi seperti, susah tidur, sesak napas, wasir dan juga
varises.
1.1.3 Mengenal Tanda Bahaya Kehamilan

1. Pendarahan Pervaginam
Penyebab yang paling sering pada kasus perdarahan trimester III
adalah plasenta previa dan abruption plasenta (Solutio plasenta).
Pengambilan data subjektif mengenai riwayat penyakit ini merupakan hal
yang penting untuk membedakan diantara keduanya (World Health
Organozation, 2017). Penyabab lain perdarahan pada kehamilan
trimester akhir adalah pecahnya pembuluh darah fetus yang terekspos
(vasa previa), pada kondisi ini pembuluh darah yang berada pada
membrane ketuban yang melewati serviks robek.
a. Plasenta Previa
b. Abruption Plasenta
2. Sakit kepala hebat yang merupakan gejala pre eklampsia
Sakit kepala selama kehamilan bisa bersifat primer dan sekunder.
Sakit kepala yang bersifat sekunder bisa menjadi suatu gejala yang
menhancam jiwa. Sakit kepala sekunder yang paling umum terjadi adalah
sebagai manifestasi dari stroke, thrombosis vena serebral, tumor hipofisis,
koriokarsinoma, eklampsia, preeklamsia, intracranial idiopatik hipertensi,
dan sindrom vasokonstriksi serebral yang bersifat reversible.
Preeklampsia sebagai salah satu tiga penyebab utama kematian ibu di
Indonesia, salah satunya ditandai dengan munculnya gejala sakit kepala.
Karakteristik sakit kepala pada preeclampsia adalah sakit kepala yang
hebat yang disertai tanda lain yaitu adanya hipertensi,bersifat persisten
dan lokasinya frontal.
3. Gangguan Visual
Perubahan pada mata biasa terjadi selama periode kehamilan.
Meskipun sebagian besar merupakan respon fisiologis yang terjadi akibat
perubahan metabolisme, hormonal dan imunologis selama kehamilan,
ada beberapa kondisi serius yang dapat berkembang menjadi kondisi
lebih buruk atau sebagai pertanda dari penyakit dan komplikasi yang
serius, diantaranya adalah preekalmsia Bengkak di muka atau tangan
Peningkatan berat badan yang berlebihan (lebih besar dari 1,8 kg
perminggu) pada trimester kedua dan ketiga dapat menjadi tanda awal
potensi berkembangnya kasus preekalmpsia.
4. Bengkak
Pembengkakan yang perlu diwaspadai adalah bengkak yang
terjadi tidak hanya pada daerah kaki, tapi juga terjadi pada tanga dan
muka. Bengkak ini terjadi sebagai akibat kebocoran pembuluh darah.
Sekitar 39% pasien preeclampsia tidak mengalami edema.
5. Berkurangnya gerakan janin
Gerakan janin harus selalu dipantau hingga akhir kehamilan dan
saat persalinan.
6. Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini adalah pecahnya kulit ketuban sebelum
persalinan dimulai. Tanda yang perlu diwaspadai pada kasus ketuban
pecah dini adalah keluarnya cairan dari vagina setelah usia kehamilan 22
minggu. Ketuban pecah dini dapat terjadi pada saat usia janin imatur,
premature bahkan pada kehamilan matur (Rr. Catur Leny Wulandari,
S.SiT., M. Keb, 2021).

1.1.4 Menurut Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR)


Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR) adalah kartu skor yang digunakan
sebagai alat skrining antenatal berbasis keluarga untuk menemukan faktor risiko
ibu hamil, yang selanjutnya mempermudah pengenalan kondisi untuk mencegah
terjadi komplikasi obstetrik pada saat persalinan. KSPR disusun dengan format
kombinasi antara checklist dari kondisi ibu hamil / faktor risiko dengan sistem
skor. Kartu skor ini dikembangkan sebagai suatu tekologi sederhana, mudah,
dapat diterima dan cepat digunakan oleh tenaga non profesional.
1. Fungsi KSPR
a. Melakukan skrining deteksi dini ibu hamil risiko tinggi.
b. Memantau kondisi ibu dan janin selama kehamilan.
c. Memberi pedoman penyuluhan untuk persalinan aman berencana
(Komunikasi Informasi Edukasi/KIE).
d. Mencatat dan melaporkan keadaan kehamilan, persalinan, nifas.
e. Validasi data mengenai perawatan ibu selama kehamilan, persalinan,
nifas dengan kondisi ibu dan bayinya.
f. Audit Maternal Perinatal (AMP)
2. Sistem Penilaian KSPR
Sistem skor memudahkan pengedukasian mengenai berat
ringannya faktor risiko kepada ibu hamil, suami, maupun keluarga. Skor
dengan nilai 2, 4, dan 8 merupakan bobot risiko dari tiap faktor risiko.
Sedangkan jumlah skor setiap kontak merupakan perkiraan besar risiko
persalinan dengan perencanaan pencegahan. Kelompok risiko dibagi
menjadi 3 yaitu:
a. Kehamilan Risiko Rendah (KRR) : Skor 2 (hijau)
b. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) : Skor 6-10 (kuning)
c. Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) : Skor ≥ 12 (merah)
3. Faktor Resiko KSPR
a. Kelompok Faktor Risiko I (Ada Potensi Gawat Obstetrik)
1) Primi muda : terlalu muda, hamil pertama usia 16 tahun atau kurang
2) Primi Tua : terlalu tua, hamil usia ≥ 35 tahun
3) Primi Tua Sekunder : jarak anak terkecil >10 tahun
4) Anak terkecil < 2 tahun : terlalu cepat memiliki anak lagi
5) Grande multi : terlalu banyak memiliki anak, anak ≥ 4
6) Umur ibu ≥ 35 tahun : terlalu tua
7) Tinggi badan ≤ 145 cm : terlalu pendek, belum pernah melahirkan
normal dengan bayi cukup bulan dan hidup, curiga panggul sempit
8) Pernah gagal kehamilan
9) Persalinan yang lalu dengan tindakan
10) Bekas operasi sesar.
b. Kelompok Faktor Risiko II
1) Penyakit ibu : anemia, malaria, TBC paru, payah jantung, dan
penyakit lain.
2) Preeklampsia ringan
3) Hamil kembar
4) Hidramnion : air ketuban terlalu banyak
5) IUFD (Intra Uterine Fetal Death) : bayi mati dalam kandungan
6) Hamil serotinus : hamil lebih bulan (≥ 42 minggu belum melahirkan)
7) Letak sungsang
8) Letak Lintang
c. Faktor Resiko III
1) Perdarahan Antepartum : dapat berupa solusio plasenta, plasenta
previa, atau vasa previa
2) Preeklampsia berat/eklampsia
Gambar 2.1 Kartu Skor Poedji Rochjati KSPR
2.2 Preeklamsia
Preeklampsia sampai saat ini masih menjadi penyebab terbesar
morbiditas dan mortalitas maternal-fetal di seluruh dunia. Preeklamsia terjadi
pada sekitar 6-10% seluruh kehamilan di Amerika Serikat, dan angkanya lebih
tinggi pada Negara-negara berkembang seperti Indonesia (Angsar, 2009; Backes
et al., 2011). Salah satu dasar teori yang paling bertanggung jawab dalam
terjadinya sindroma ini adalah disfungsi endotel dalam defek plasentasi.
Berbagai peristiwa yang melatar belakangi terjadinya disfungsi endotel tersebut
menarik minat para peneliti untuk terus mengembangkan patomekanisme dan
upaya intervensi dini terhadap sindroma preeklampsia. Preeklampsia menurut
American College Obstetrics and Gynecology didefinisikan adanya hipertensi (TD
>140/90) dan proteinuria (> 300mg protein dalam 24 jam urine tampung) setelah
umur kehamilan 20 minggu. (DR.dr. Kusunarman Kemam, 2014)
Adapun defenisi lain adalah preeklamsia kondisi yang terjadi dan akibat
dari tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol pada ibu hamil. Kondisi
preeklamsia pada ibu hamil harus segera ditangani. Jika tidak, kondisi
preeklamsia dapat berkembang menjadi eklampsia dan memiliki komplikasi yang
fatal baik bagi ibu maupun bagi janinnya (Sari, 2022).
2.2.1 Etiologi
Penyebab dari preeklamsia dapat dihubungkan kepada beberapa faktor.
Para ahli mempercayai bahwa preeklampsia disebabkan oleh plasenta. Ibu hamil
dengan preeklamsia memiliki pembuluh darah yang tidak berfungsi dengan
normal, akibat preeklamsia memiliki pembuluh darah yang tidak berfungsi
dengan normal, akibat bentuknya yang lebih sempit dan memiliki reaksi terhadap
hormon yang berbeda, sehingga menyebabkan aliran darah dapat masuk ke
plasenta menjadi terbatas. Menurut Khairani (2017), penyebab dari pembentukan
yang abnormal ini antara lain adalah:
1. Tidak cukupnya aliran darah menuju rahim
2. Kerusakan pada sel-sel darah
3. Masalah pada sistem imunitas
4. Beberapa gen (Sari, 2022)
2.2.2 Patofosiologi
Penyebab dari preeklamsia dapat dihubungkan kepada beberapa faktor.
Para ahli mempercayai bahwa preeklampsia disebabkan oleh plasenta. Ibu hamil
dengan preeklamsia memiliki pembuluh darah yang tidak berfungsi dengan
normal, akibat bentuknya yang lebih sempit dan memiliki reaksi terhadap hormon
yang berbeda, sehingga menyebabkan aliran darah dapat masuk ke plasenta
menjadi terbatas. Menurut Lailiyana (2017), penyebab dari pembentukan yang
abnormal ini antara lain adalah:
1. Tidak cukupnya aliran darah menuju rahim
2. Kerusakan pada sel-sel darah
3. Masalah pada sistem imunitas
4. Beberapa gen (Sari, 2022)
2.2.3 Faktor Presdiposisi
Adapun faktor predisposisi preeklamsia menurut Winancy (2019),
meliputi:
1. Usia
Usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun merupakan faktor
predisposisi preeklamsia.
2. Paritas
Pada kehamilan pertama sering terjadi risiko preeklamsia dan akan
meningkat pada kehamilan grande multipara.
3. Riwayat Penyakit
Riwayat penyakit seperti penyakit vaskuler, ginjal, diabetes militus,
hipertensi kronik dan penyakit lainnya juga dapat berisiko menimbulkan
preeklamsia dalam kehamilan (Sari, 2022)
2.2.4 Klasifikasi Preeklamsia
Berikut ini adalah klasifikasi preeklamsia menurut Winancy (2019), yaitu:
1. Ringan : Tekanan sistolik 140-149 mmHg, Tekanan diastolik 90-99 mmHg
2. Sedang : Tekanan sistolik 150-159 mmHg, Tekanan diastolik 100-109
mmHg
3. Berat : Tekanan sistolik ≤160 mmHg, Tekanan diastolic ≤110 mmHg
2.2.5 Diagnosa
Diagnosis dari preeklamsia ditegakkan menurut Astuti & Sri (2017), pada
saat:
1. Tekanan darah ibu hamil 140/90 mmHg atau bahkan lebih
2. Protein (+) pada urine
Beberapa tes dapat dilakukan untuk mengetahui adanya:
1. Gangguan fungsi hati
2. Rendahnya jumlah trombosit
3. Gangguan fungsi ginjal
2.2.6 Penumpukan cairan di paru-paru
Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada
penderita preeklamsia dalam pemeriksaan laboratorium menurut Prawirohardjo
(2018), antara lain meliputi
1. Pemeriksaan darah lengkap
2. Urinalis
3. Fungsi hati
4. Fungsi ginjal
5. Pemeriksaan protein urine
6. Dan dilakukan urine tampung selama 24 jam merupakan metode yang
paling direkomendasikan untuk mengukur kadar protein dalam urine.
2.2.7 Penanganan Preeklamsia
1. Preeklampsia Ringan
Jika kehamilan <37 minggu, dan tidak ada tanda – tanda perbaikan,
lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan:
a. Pantau tekanan darah, proteinuria, reflex, dan kondisi janin
b. Lebih banyak istirahat.
c. Diet biasa.
d. Tidak perlu diberikan obat – obatan.
e. Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat di rumah sakit :
1) Pantau tekanan darah 2 x sehari, proteinuria 1 x sehari
2) Tidak perlu diuretik, kecuali jika terdapat edema paru, dekompersi
kordis atau gagal ginjal akut
3) Jika tekanan diastolik mencapai batas normal, maka pasien dapat
dipulangkan. Nasehatkan pasien untuk istirahat dan perhatikan tanda
– tanda preeklampsia berat, kontrol 2 kali seminggu.
4) Jika terdapat tanda – tanda pertumbuhan janin terlambat,
pertimbangkan terminasi kehamilan.
2. Preekalmsia Berat
a. Jika tekanan darh diastolik > 110 mmHg, berikan antihipertensi,
sampai tekanan daiastolik di antara 90- 100 mmHg.
b. Pasang infuse ringer laktat dengan jarum besar (16 gauge atau >)
c. Ukur keseimbangan cairan, jangan dsampai terjadi overload
d. Kateterisasi urin untuk pengeluaran volume dan proteinuria
e. Jika jumlah urin < 30 ml per jam :
1) Infuse cairan dipertahankan 1 liter / 8jam
2) Pantau kemungkinan edema paru
f. Jangan meninggalkan pasien sendiri. Kejang disertai dengan aspirasi
dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin
g. Observasi tanda –tanda vital, refleks, dan denyut jantung janin setiap
jam (Ayu,2019).
2.2.8 Penatalaksanaan Preeklamsia di Faskes I
Penatalaksanaan preeklamsia di Faskes I menurut Lailiyana (2017),
antara lain:
1. Pasien tidak perlu dirawat, melainkan melakukan skrining secara aktif
terhadap risiko terjadinya preeklamsia, jika didapatkan preeklamsia positif
wajib dikonsultasikan ke layanan sekunder untuk mengevaluasi lebih
lanjut.
2. Berikan aspilet dan kalsium pada kehamilan normal dengan sekrining
preeklamsia positif.
3. Evaluasi preeklamsia di layanan primer, minimal dengan pemeriksaan
tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg dan atau protein urine lebih dari
+1. Dan dilakukan pemberian SM loading dose jika didapatkan
preeklamsia berat.
4. Jika didapatkan pasien preeklamsia dalam kondisi inpartu di layanan
faskes
a. Jika tidak segera lahir lakukan rujukan segera ke pelayanan sekunder.
b. Jika akan segera lahir lakukan persalinan Tetap rujuk setelah melahirkan
jika didapatkan PEB. Pemberian MgS04 dilakukan sesuai prosedur
dengan ditambahkan dosis maintenance jika diperlukan.
2.2.9 Alat dan Bahan

2.2 Timbangan Berat Badan

2.3 Tensi Meter


2.4 Stetoskop

2.5 Urin Gloco Protein Test


2.2.10 Komplikasi
1. Syok
Syok adalah komplikasi yang paling serius. Syok dapat digambarkan
sebagai tidak memadainya oksigenisasi seluler yang diserta dengan
ketidakmampuan untuk mengekskresikan produk sampah metabolisme.
Tanda-tanda syok antara lain: pucat; kulit dingin, basah; pernapasan
cepat; sianosis pada bibir, gusi dan lidah; nadi cepat, lemah, dan
bergetar; penurunan tekanan nadi, biasanya tekanan darah rendah dan
urin pekat.
2. Infeksi Puerperal (Nifas)
a. Ringan, dengan kenaikan suhu beberapa hari saja.
b. Sedang, dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi dan
perut sedikit kembung.
c. Berat, dengan peritonisis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering kita
jumpai pada partus terlantar, di mana sebelumnya, telah terjadi infeksi
intrapartal karena ketuban yang telah pecah terlalu lama. Perdarahan
karena banyak pembuluh darah yang terputus. Perdarahan pada
plasenta.
d. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
peritonealisasi terlalu tinggi.
e. Kemungkinan rupture uteri tinggi spontan pada kehamilan berikutnya
(Sari, 2022).
2.3 Penelitian Yang Relevan
Tabel 3. Penelitian yang Relevan

N Nama Judul Metode Hasil Penelitin Persamaan /


o peneliti penelitian Perbedaan
penelitian
1 (Andi Anita, Hubungan Desain yang Tidak terdapat Penelitian ini
dkk, 2023) Status digunakan hubungan antara menggunaka
Gravida Ibu dalam status gravida ibu n variabel
dengan penelitian ini dengan kejadian yang sama,
Kejadian analitik preeklampsia dan yakini ibu
Preeklampsi observasiona eklampsia. hamil dan
a dan l metode preeklamsia,
Eklampsia Retrospektif. perbedaan
pada metode
penelitian.
2 (Ananda Hubungan Desain yang Terdapat Penelitian ini
Putra Faktor digunakan hubungan faktor menggunaka
Ritonga, dkk, Risiko Ibu dalam risiko ibu (umur, n variabel
2023) Dengan penelitian ini paritas, dan yang sama,
Kejadian analitik riwayat kunjungan yakini ibu
Preeklampsi observasiona ANC) dengan hamil dan
a Di Rsud l metode kejadian preeklamsia,
Kabupaten Retrospektif. preeklampsia di perbedaan
Tapanuli RSUD Kab. Tapsel pada metode
Selatan penelitian.

3 (Hikmawati, Faktor Penelitian ini Hasil uji Penelitian ini


dkk, 2020) Resiko merupakan didapatkan bahwa menggunaka
Kejadian penelitian terdapat pengaruh n variabel
Preeklamsia analitik antara yang sama,
Pada Ibu observasiona paritas(p=0,041;O yakini ibu
Hamil l dengan R 2,333 95% CI hamil dan
desain case- 1,029-5,292), dan preeklamsia,
control Tidak terdapat perbedaan
pengaruhan pada metode
antara usia ibu penelitian.
(p=0,066; OR
0,421 95% CI
0,165 – 1,072)
terhadap kejadian
preeklamsia di
Rumah Sakit
Umum Aliyah 2
Kota Kendari.

4 (Liza, 2019) Hubungan Penelitian ini Hasil penelitian Penelitian ini


Tingkat menggunaka membuktikan menggunaka
Pengetahua n metode bahwa terdapat n variabel
n Dengan deskriptif hubungan yang yang sama,
Kinerja analitik bermakna antara yakini ibu
Bidan Dalam tingkat hamil dan
Pengisian pengetahuan (p= preeklamsia,
Kartu Skor 0,031) dengan perbedaan
Poedji kinerja bidan pada metode
Rohyati dalam pengisian penelitian.
Pada KSPR pada
Deteksi Dini deteksi dini
Kehamilan kehamilan risiko
Risiko Tinggi tinggi di
Di puskesmas
Puskesmas Kabupaten Lima
Kabupaten Puluh Kota. Bidan
Lima Puluh akan memiliki
Kota kinerja yang baik
dalam pengisian
KSPR apabila
didasari oleh
tingkat
pengetahuan yang
tinggi serta
didukung oleh
sarana prasarana
yang lengkap
2.4 Kerangka Teori

Kehamilan

Kehamilan Resiko Kehamilan Resiko Kehamilan Resiko


Rendah Skor 2 Tinggi Skor 6-10 Sangat Tinggi ≥12

Preeklamsia Preeklamsia Berat &


Ringan
Eklamsia

Preeklamsia Ringan
Eklamsia
1. Mempunya TTD >
140/90 mmHg 1. TD > 160/110
2. Mempunyai Protein mmHg
Urin + 2. Protein Urin +
3. Edema
4. Kejang atau Koma

Keterangan :
: tidak diteliti

: diteliti

Gambar 2.6 Kerangka Teori


Sumber : (Anggie, 2018)

2.5
2.6 Kerangka Konsep
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan

variabel terikat. Variabel bebasnya adalah kartu skor poedhjati sedangkan


Variabel terikatnya adalah preeklamsia pada ibu hamil

Variabel Bebas Variabel Terikat

Kehamilan Beresiko Preeklamsia

Keterangan :

= Variabel independen
= Variabel dependen
= Pengaruh
Gambar 2.7 : Kerangka Konsep

2.7 Hipotesis Penelitian


Menurut Arikunto (2018), hipotesis merupakan jawaban yang bersifat
sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang
terkumpul. Hipotesis adalah pernyataan yang diterima secara sementara sebagai
suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan
merupakan sebagai dasar kerja serta panduan dalam verifikasi.

2.7.1 Hipotesis Kerja (Ha)


Terdapat hubungan kehamilan beresiko dengan kejadian preeklamsia
pada ibu hamil di Puskesmas Monano.
2.7.2 Hipotesis Nol (H0)
Tidak ada hubungan kehamilan beresiko dengan kejadian preeklamsia
pada ibu hamil di Puskesmas Monano.

Anda mungkin juga menyukai