Anda di halaman 1dari 21

Step 1

1. Eff (Effacement) yaitu penipisan dan pendekatan serviks selama tahap pertama
2. H (Hodge) 1 adalah sejajar dengan PAP
3. VT (Vagina Toucher) adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan memasukkan jari kedalam
liang senggama untuk mengetahui:
a. Pasien sudah inpartu/belum
b. Menentukan titik awal suatu persalinan
c. Menetapkan ramalan perjalanan persalinan
Step 2
1. Mengeluarkan darah yang bercampur lendir
2. Kesulitan saat menyusu
3. Kepalanya membesar
4. Bayi tampak tidur terus
5. Kulit tidak kencang
6. Tidak mempunyai bulu mata
7. Mengalami hipotermi
8. Ketuban utuh
Step 3
1. Apa penyebab mengeluarkan darah yang bercampur lendir?
2. Mengapa bayi kesulitan saat menyusu?
3. Mengapa kepala bayi membesar?
4. Apa penyebab bayi tampak tidur terus?
5. Apa penyebab kulit tidak kencang?
6. Mengapa bayi tidak mempunyai bulu mata?
7. Apa yang menyebabkan mengalami hipotermi?
8. Mengapa ketuban utuh?

Step 4
1. Karena serviks mengalami pembukaan berarti sudah terjadi tanda-tanda persalinan.
2. Karena bayi butuh posisi tertentu agar bisa tepat masuk ke payudara dan mendapatkan ASI
3. Karena terdapat cairan di dalam otak.
4. Karena bayi prematur, karena ketidakseimbangan nutrisi
5. Karena BBLR sehingga jaringan kulit pada bayi belum terbentuk sempurna
6. Karena pertumbuhan bulu mata belum tumbuh sempurna dan dilahirkan belum cukup umur.
7. Karena jaringan lemak subkutan lebih tipis sehingga kehilangan panas melalui kulit
8. Karena pembukaan belum lengkap

Step 5
Diagnosa Keperawatan:
“Kelahiran Prematur”

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Usia kehamilan merupakan salah satu predsikator penting bagi kelangsungan hidup janin
dan kualitas hidup janin dan kualitas hidupnya. Umumnya kehamilan disebut cukup bulan
bila berlangsung antara 37-41 minggu dihitung dari haid pertama siklus terakhir pada siklus
28 hari. Persalina premature adalah persalinan yang terjadi sebelum janin genap berusia 37
minggu.
Dibandingkan dengan bayi yang lahir cukup bulan, bayi premature terutama yang lahir
dengan usia kehamilan < 32 minggu , mmpunyai risiko kematian 70 kali lebih tinggi, karena
mereka mempunyai kesulitan untuk beradaptasi dengan kehidupan di luar rahim akibat
ketidakmatangan sistem organ tubuhnya sweperti paru-paru, jantung, ginjal, hati dan sistem
pencernaannya. Sekitar 75% kematian perinatal disebabkan oleh prematuritas. Sekitar
seperlima bayi yang lahir dibawah usia 32 minggu tidak dapat bertahan hidup dalam tahun
pertama dibandingkan dengan 1% kematian bayi yang lahir dengan usia 33-36 minggu dan
hanya sekitar 0,3% kematian bayi bila lahirnya pada usia cukup bulan. Kematian janin sering
disebabkan oleh sindroma gawat nafas (Respiratory Distress Syndrome –RDS), perdarahan
intraventricular, dysplasia bronkopulmoner dan enterokolitis nekrotikans.
Masalah lain yang timbul adalah masalah perkembangan neurologi yang bervariasi dari
gangguan neurologis berat seperti serebral palsi, gangguan intelektual, retardasi mental,
gangguan sensoris (kebutaan, gangguan penglihatan, tuli), sampai gangguan yang lebih
ringan seperti kelainan perilaku, kesulitan belajar dan berbahasa, gangguan konsentrasi/atensi
dan hiperaktif. Hal ini dapat mengakibatkan rendahnya kualitas sumber daya manusia di
masa yang akan datang. Selain itu perawatan bayi premature juga membutuhkan teknologi
kedokteran yang canggih dan mahal.

1.2 Tujuan
1. Bagaimana definisi dari persalinan prematur?
2. Bagaimana klasifikasi dari dari persalinan prematur?
3. Bagaimana etiologi dari persalinan prematur ?
4. Bagaimana patofisiologi dari dari persalinan prematur?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari dari persalinan prematur?
6. Bagaimana epidemiologi dari dari persalinan prematur?
7. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari persalinan prematur?
8. Bagaimana penatalaksanaan dari dari persalinan prematur?
9. Bagaimana komplikasi dari konsep dari persalinan prematur?
10. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada persalinan prematur?
1.3 Rumusan Masalah
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami definisi dari persalinan premature
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami klasifikasi dari persalinan premature
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami etiologi dari persalinan premature
4. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami patofisiologi dari persalinan premature
5. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami manifestasi klinis dari persalinan
premature
6. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami epidemiologi dari persalinan premature
7. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostik daripersalinan
premature
8. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami penatalaksanaan dari persalinan
premature
9. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami komplikasi dari persalinan premature
10. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami konsep asuhan keperawatan pada
persalinan prematur
2.1 Definisi
Dalam manuba (2010, h. 166) menjelaskan bahwa persalinan premature adalah persalinan
antara usia kehamilan 28 sampai 36 minggu, berat janin kurang dari 2500 gram. Sedang
Holmes (2011, h. 1551) menyatakan kelahiran premature mengacu pada kelahiran bayi yang
berlangsung antara usia kehamilan 24+0 dan 36+6 minggu.
Persalinan prematur disebut dengan kehamilan 28-37 minggu dengan berat badan
janinnya sekitar 1000-2500 gram.
Prematuritas dapat didefinisikan sebagai persalinan yang terjadi antarausia kehamilan 20
minggu sampai dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu, dengan berat badan lahir <
2500 gram.
Persalinan preterm merupakan hal yang berbahaya karena potensial meningkatkan
kematian prenatal sebesar 65-75% , umumnya berkaitan dengan berat lahir rendah. Berat
lahir rendah dapat disebabkan oleh kelahiran preterm dan pertumbuhan janin yang terhambat.
Keduanya sebaiknya decegah karena dampaknya yang negative ,tidak hanya kematian
prenatal tetapi juga morbiditas ,potensial general akan dating, kelianan mental dan beban
ekonomi bagi keluarga dan bangsa secar keseluruhan. Pada kebanyakan kasus, penyebab
pasti persalinan preterm tidak diketahui.

2.2 Klasifikasi

Menurut kejadiannya, persalinan premature digolongkan menjadi :

A. Idiopatik/spontan
Sekitar 50% penyebab persalinan premature tidak diketahui, oleh karena itu digolongkan
pada kelompok idiopatik atau persalinan premature spontan. Termasuk ke dalam
golongan ini antara lain persalinan premature akibat kehamilan kembar, poli hidramnion,
atau persalinan premature yang didasari oleh factor psikososial dan gaya hidup. Sekitar
12,5% persalinan premature spontan didahului oleh ketuban pecah dini(KPD), yang
sebagian besar disebabkan karena factor infeksi (karioamnionitis)
Saat ini penggolongan idiopatik dianggap berlebihan, karena ternyata setelah diketahui
banyak factor yang terlibat dalam persalinan premature, maka sebagian besar penyebab
persalina premature dapat digolongkan kedalamnya. Apabila factor-faktor penyebab lain
tidak ada sehingga penyebab prematuritas tidak dapat diterangkan, maka penyebab
persalinan premature ini disebut idiopatik.
B. Iatrogenic/elektif
Perkembangan teknologi kedokteran dan perkembangan etika kedokteran menempatkan
janin sebagai individu yang mempunyai hak atas kehidupannya. Maka apabila kelanjutan
kehamilan diduga dapat membahayakan janin, janin akan dipindahkan kedalam
lingkungan luar yang dianggap lebih baik dari rahim ibunya sebagai tempat kelangsungan
hidupnya. Kondisi tersebut menyebabkan persalinan premature buatan/latrogenik yang
disebut juga Elective preterm. Sekitar 25% persalinan premature termasuk ke dalam
golongan ini.
1. Keadaan ibu yang sering menyebabkan persalinan premature elektif adalah :
a. Preeklamsi berat dan eklampsi
b. Perdarahan antepartum (plasenta previa dan solusio plasenta)
c. Korioamnionitis
d. Penyakit jantung yang berat atau penyakit paru/ginjal yang berat
2. Keadaan janin yang dapat menyebabkan persalinan premature dilakukan adalah :
a. Gawat janin (anemia, hipoksia, asidosis, atau gangguan jantung janin)
b. Infeksi intrauterine
c. Pertumbuhan janin terhambat (IUGR)]
d. Isomunisasi Rhesus

Menurut usia kehamilan maka klasifikasi persalina premature adalah sebagai berikut :

1. Usia kehamilan 32-36 minggu disebut persalina premature (preterm)


2. Usia kehamilan 28-32 minggu disebut sangat premature (very preterm)
3. Usia kehamilan antara 20-27 minggu disebutekstrim premature (extremely preterm)

Menurut berat badan lahir, maka bayi premature dibagi dalam kelompok :

1. Berat badan bayi 1500-2500 gram disebut bayi dengan berat badan lahir rendah
2. Berat badan bayi 1000-1500 gram disebut bayi dengan berat badan lahir sangat
rendah
3. Berat badan bayi < 1000 gram disebut bayi dengan berat badan lahir ekstrim rendah
2.3 Etiologi
Penyebab dapat digolongkan kedalam dua kelompok : fisiologis dan non fisiologis
A. Penyebab fisiologis
1. Infeksi
Beberapa ibu dapat menderita penyakit, seperti infeksi saluran kemih, pielonefritis,
apendisitis atau pneumonia dan semuanya berkaitan dengan persalinan premature,
infeksi subklinis diruang koridesisua dan cairan amnion adalah faktor etiologi
kelahiran premature spontan yang paling banyak dipelajari
2. Overdistensi
Ada dua penyebab utama overdistensi selama kehamilan: kehamilan kembar dan
polihidramnion, secara statistic, insiden kelahiran kembar menunjukkan peningkatan
karena perbaikan terapi dan teknik konsepsi dibantu. Polihidramnion berkaitan erat
dengan diabetes gestasional dan abnormalitas congenital janin. Pada populasi umum
insiden obesitas dan diabetes meningkat tajam, dan sebagian ibu dapat mengalami
kondisi ini overdistensi dapat menyebabkan pecah ketuban dinni prapersalnan dan
juga meregangkan reseptor didalam miometrium yang dapat menimbulkan persepsi
bahwa kehamilan telah cukup bulan dan bayi siap dilahirkan.
3. Masalah vascular
Hemoragi antepartum dan solusio merupakan manifestasi yang sering kali dilaporkan
terjadi menjelang pelahiran premature spontan. Darah dapat mengiritasi miometrium
melemahkan membrane dan akan menyebabkan kontraksi uterus.
4. Lemah serviks
Menyebabkan keguguran maupun persalinan premature, mungkin akan ditemukan
dilatasi serviks dengan atau tanpa kontraksi uterus atau pecah ketuban spontan
5. Penyakit latrogenik
Hampir 30% kelahiran premature disebabkan oleh indikasi medis untuk induksi
persalinan atau pelahiran melalui prosedur bedah. Indikasi yang paling sering
ditemukan adalah preeklamsia fulminan pada ibu, atau tanda-tanda hambatan
pertumbuhan intra uterus yang serius pada janin tunggal atau pada salah satu janin
kembar.
6. Idiopatik
Pada hampir 75% persalinan dan pelahiran premature, penyebabnya tidak diketahui
dan dikategorikan sebagai persalinan idiopatik. Akan tetapi ada sejumlah faktor
resiko kausatif lain yang dikenal luas yang dapat mencetuskan pelahiran premature
faktor tersebut meliputi faktor sosioekonomi ras dan budaya.
7. Predictor fisiologis pada persalinan premature
1. Panjang serviks, pemendekan serviks yang signifikan kerap disertai dengan dilatasi
dan pencorongan membrane menuju saluran serviks, penelitian terkini menemukan
bahwa panjang serviks yang kurang dari 15 mm beresiko hampir 50% menyebabkan
pelahiran premature spontan sebelum usia kehamilan 32 minggu.
2. Fibronektin, fibronektin janin( fFN) adalah sejenis glikoprotein menyerupai lem yang
dihasilkan oleh sel-sel korion yang mengikat lapisan desidua antara usia kehamilan
24 dan 34 minggu kadar fFN ini sangat kecil, dan kadar tersebut terus-menerus
meningkat menjelang awitan persalinan
3. Estriol liur, kadar estriol liur, fibronektin janin, infeksi vaginsis, bakteri, interlikuin
(IL-6) dan IL-8 sebagai metode pemeriksaan dan predicator yang efektif untuk
persalinan premature.
B. Faktor non fisiologis
a. Uisa Ibu
Ibu yang sangat muda (<18) atau usia >35 tahun terbukti memiliki insiden persalinan
premature yang lebih tinggi. Ibu usia antara 15 & 19 tahun beresiko 3x lipat lebih
tinggi mengalami pelahiran yang sangat premature
b. Faktor ekonomi/ kelas sosial rendah
c. Wanita yang belum menikah atau mendapatkan dukungan
d. Berat badan ibu kurang atau lebih
e. Diet ibu
f. Merokok pengguna alkohol dan obat-obatan
g. Persalinan premature sebelumnya
h. Ras
i. Pekerjaan, pada poppulasi ibu bekerja, para ibu yang kurang memegang kendali atas
irama dan struktur pekerjaan mereka serta mendapat tuntunan psikologis yang lebih
besar beresiko mengalami persalinan premature
j. Stress dan hasil akhir kelahiran
k. Pengaturan jarak kelahiran

2.4 Patofisiologi
Resiko Demografi: Resiko Medis: Resiko Perilaku Potensi Faktor Resiko:
Ras Kehamilan/ prematur Lingkungan: Stress, kontraksi otot
Umur (<17 tahun, >35 sebelumnya Kurang gizi rahim
tahun) Aborsi pada trimester Merokok Memiliki kontraksi pada
Status sosioekonomi kedus Alkohol rahim
rendah Resiko kehamilan saat Pekerjaan fisik yang Kekurangan
Belum menikah ini berat progesteron
Pendidikan <SMA Penyalahgunaan zat Infeksi
Gangguan pada kehamilan dan janin

Persalinan preterm

Imaturitas Imaturitas Imaturitas Imaturitas tumbuh


integumen paru GI kembang

Kulit tipis Refleks hisap


Usia dan BB Vol. Paru Tidak mengahsilkan
kapiler tidak ada
ekstrim menurun kalori & stress
rapuh

Imaturitas
Imaturitas Respon kalori> dari O2
Peningkatan fungsi
MK: Resiko produksi
suhu biokimia
kerusakan enzim
integritas kulit Hipoksia Perununan
Imaturitas Tidak mampu surfaktan+ pelepas
MK: Resiko pucat mengingesti norepinefrin
tinggi pengeluar nutrien
kekurangan an suhu
vol. cairan Vasokontriksi paru

MK: resiko
MK: pola nafas Lemak nutrisi kurang
tidak efektif subkutan dari Penurunan
kebutuhan ketidakefektifan
Hipotermi Panas ventilasi paru
tubuh
hilang
Gangguan pertukaran gas

2.5 Manifestasi klinis


A. Kontraksi yang berulang sedikitnya 7-8 menit sekali, atau 2-3 kali dalam waktu 10 menit
B. Adanya nyeri punggung bawah
C. Perdarahan bercak
D. Perasaan menekan daerah serviks
E. Pemeriksaan serviks menunjukkan telah terjadi pembukaan sedikitnya 2 cm dan penipisan
50-80%
F. Presentasi janin rendah, sampai mencapai spina ishidika
G. Selaput ketuban pecah dapat merupakan tanda awal terjadinya persalinan premature
H. Terjadi pada usia kehamilan 22-37 minggu
2.6 Epidemiologi
Inggris raya adalah Negara dengan angka kelahiran premature tertinggi di eropa, yakni
mencapai 7% dari total kelahiran baru-baru ini. Angka ini lebih tinggi pada wilayah pusat
kota dengan kondisi sosio ekonomi tertinggal dan lebih rendah pada wilayah yang lebih
makmur, berdasarkan laporan yang ada, angka kelahiran premature di AS lebih tinggi yakni
mencapai 11 % dibandingkan dengan Negara-negara Nordic dengan data statistic yang
sangat reliable yang menunjukkan angka sangat rendah dibawah 5% (Holmes Debbie &
Philip N baker, 2011)
Dinegara berkembang angka kejadiannya masih jauh lebih tinggi misalnya di india sekita
30% , Afrika selatan sekitar 15% Sudan 31% dan Malaysia 10%, Di Indonesia angka
kejadian prematuritas nasional belum ada, namun angka kejadian bayi dengan berat badan
lahir rendah (BBLR) data mencerminkan angka kejadian prematuritas secara kasar. Angka
kejadian BBLR nasional rumah sakit adalah 27,9% melaporkan angka 14,7%, sedangkan di
RSHS pada tahun yang sama Aisjabana melaporkan angka 17,4%, Krisnadi pada tahun 2000
mencatat kejadian prematuritas di RSUP Dr Hasan sadikin sebesar 18% dan tidak banyak
berubah selama 10 tahun terakhir pada hampir 80% kasus persalinan premature spontan dan
pecah ketuban pecah dini berlanjut pada pelahiran premature.
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium
a) Pemeriksaan urinalisis dan kultur urine
b) Pemeriksaan gas dan PH darah ibu
c) Pemeriksaan darah tepi ibu
1) Jumlah leukosit
2) C-Reaktif Protein
CRP adaa pada serum penderita yang diderita infeksi akut dan dideteksi
berdasarkan kemampuannya untuk mempresipitasi fraksi polisakarida somatik
non spesifik kuman pneumococcus yang disebut fraksi CRP dibentuk dihepatosit
sebagai reaksi terhadap IL-1 IL-6 dan TNF
b. Amniosintesis
a) Hitung leukosit
b) Pewarnaan gram bakteri (+) pasti amnionitis
c) Kultur
d) Kadar IL-1 IL-6
e) Kadar glukosa cairan amnion
c. Pemeriksaan ultra sonografi
a) Oligohidramnion : mendapati hubungan antara oligohidamnion dengan
korioamnionitis klinis antepartum (Vintzileog dkk, 1986) mendapati hubungan antara
oligohidramnion dengan koloni bakteri pada amnion
b) Penipisan serviks : Lans dkk (1994) mendapati bila ketebalan serviks <3 cm (USG)
dapat dipastikan akan terjadi persalinan preterm, sonografi serviks transperineal lebih
disukai karena dapat menghindari manipulasi intra vagina terutama pada kasus-kasus
KPD dan plasenta previa
c) Kardiotokografi : kesejahteraan janin, frekuensi, dan kekuatan

Menurut Holmes Debbie, Philip 2011

a) Penyajian Nitrazin
Cairan ketuban memilih sifat basa yang akan mengubah warna batang nitrazin
menjadi hitam ini menunjukkan kemungkinan adanya cairan ketuban di saluran
vagina mungkin terjadi hitam rupture hindwater (cairan ketuban yang berada
dibelakang bagian presentasi janin)
b) Apusan saluran genital
Jika terdapat infeksi apusan vagina tinggi harus selalu dilakukan untuk pemeriksaan
mikrobiologi, kultur dan sensitivitas guna membantu menentukan terapi antibiotic
yang diperlukan
c) Kesejahteraan ibu
Pemeriksaan darah dilakukan untuk mngehtahui hitung darah lengkap golongan darah
dan pencocokan darah ibu dengan darah donor sebab persalinan prematurdapat
disebabkan oleh hemoragi antarpartum dan kondisi ibu dapat memperburuk dengan
cepat akibat hemoragi
f) Kesejahteraan janin
Pengkajian kondisi janin yang menyeluruh sangat penting dalam menetapkan
observasi nilai dasar, pemeriksaan kardiotokografi intermitten atau continue takikardi
janin menandakan terjadinya infeksi intra uterin
2.8 Penatalaksanaan
A. Komunikasi
Komunikasi yang efektif sangat penting dalam perawatan dan penatalaksanaan ibu
selama persalinan prematur. Perawat harus memastikan bahwa ibu dan keluarga
mendapat penjelasan yang mendalam tentang dua area komunikasi utama terkait
penatalaksanaan persalinan prematur dan kemungkinan pelahiran prematur. Menurut
Code of Professional Conduct NMC (2004), ibu dan keluarga harus mendapat informasi
jelas tentang risiko yang terdapat pada setiap alur perawatan yang berbeda yang mungkin
diambil (upaya untuk menahan persalinan atau membiarkan pelahiran berlangsung) dan
penatalaksanaan selanjutnya untuk bayi prematur. Komunikasi dengan staf di unit
neonatus dan dokter anak sangat penting agar ibu dan keluarga memiliki sumber
informasi yang adekuat dan tepat terkait pelahiran. Jika tidak tersedia tempat untuk
perawatan untuk neonatus, perlu diupayakan alternatif pemberian asuhan di rumah sakit
terdekat atau di lingkungan tempat tinggal agar bayi prematur mendapatkan akses ke
perawatan intensif neonatus.
B. Transfer In-Utero
Beberapa Confidential Enquieries into Maternal Deaths and Child Health (CEMACH)
merekomendasikan agar ibu dan bayi ditangani oleh tim pakar spesialis. Jika unit
maternitas tidak memiliki tim spesialis untuk mengelola persalinan prematur atau tidak
memiliki layanan spesialis perawatan neonatus untuk bayi baru lahir, transfer in-utero ke
unit yang memiliki fasilitas spesialis keperawatan dan spesialis neonatus sangat
dianjurkan agar dapat memperbaiki hasil akhir kelahiran.
C. Analgesia
Penggunaan analgesia epidural bermanfaat dalam penatalaksanaan persalinan prematur
karena dapat membantu mencegah dan menghamabt upaya ibu untuk mengejan sebelum
pembukaan lengkap atau mencegah dan menghambat pelahiran yang mendadak dan
dramatis yang dapat menyebabkan gangguan pada janin. Analgesia ini juga dapat
membantu melemaskan otot dasar panggul dan perineum serta mampu mempercepat
pelahiran per abdomen, apabila dibutuhkan. Meskipun analgesik yang lebih tradisional,
seperti Entonox dan petidin dapat diberikan pada ibu, penggunaannya harus disesuaikan
dengan kondisi janin.
D. Tanda Vital Ibu dan Janin
Pemantauan ketat tanda-tanda vital ibu dan janin sangat penting dilakukan untuk
menjamin keselamatan ibu dan bayi, khususnya ibu yang sejak awal sudah memiliki
masalah fisiologis, seperti perdarahan atau infeksi, sebab masalah tersebut dapat
memburuk dan menimbulkan dampak negatif pada ibu dan bayi. Partogram dapat mulai
digunakan untuk mengkaji kemajuan persalinan, dan CTG jantung janin harus secara
kontinu dipasang.
E. Penatalaksanaan membran
Membran sedapat mungkin harus tetap utuh selama persalinan agar cairan ketuban dapat
berfungsi sebagai buffer untuk menahan tekanan intrauterin yang ditimbulkan oleh
kontraksi uterus. Cairan ini dapat membantu melindungi tubuh janin yang rapuh dan
khususnya kepala janin drai trauma lahir. Cairan ketuban dapat membantu meminimalkan
kompresi kepala janin guna mencegah hemoragi intraventrikular pasca-pelahiran.
F. Model Pelahiran
Tim keperawatan, obstetri dan pediatri harus siap sedia untuk merawat ibu dan bayi.
Model pelahiran bergantung pada presentasi janin. Jika presentasi adalah bokong, atau
terdapat bayi kembar dua atau lebih, seksio sesaria merupakan model pelahiran yang
paling mungkin dipilih. Seksio sesaria juga diindikasikan apabila ditemukan gangguan
pada ibu atau janin, seperti eklampsia berta yang disertai konvulsi. Kebanyakan
persalinan prematur cenderung berlangsung dengan cepat dan dalam durasi singkat, dan
bayi kemungkinan akan lahir melalui vagina. Forsep dapat digunakan untuk melindungi
kepala janin guna mengurangi trauma intrakranial. Ventosa tidak boleh digunakan pada
bayi yang berusia kurang dari 34 minggu karena dapat menyebabkan hemoragi dan
trauma intrakranial.
Idealnya, persalinan dan pelahiran prematur harus berlangsung di unit rumah sakit
konsultan; akan tetapi, perawat juga dapat juga dipanggil untuk membantu ibu yang akan
melahirkan di komunitas dan tidak menjalani transfer in-utero. Perawat mungkin harus
meresusitasi dan mengintubasi bayi prematur begitu bayi lahir dan mengupayakan
pemindahannya segara ke unit perawatan intensif neonatus.,
2.9 Komplikasi
Pada ibu, setelah persalinan preterm atau prematur, infeksi endometrium lebih sering
terjadi mengakibatkan sepsis dan lambatnya penyembuhan luka episiotomi. Bayi preterm
memiliki risiko infekso neonatal lebih tinggi : Morales (1987) menyatakan bahwa bayi yang
lahir dari ibu yang menderita amnionitis memiliki risiko mortalitas 4x lebih besar, dan risiko
distress pernapasan, sepsis neonatal, necrotizing enteracolitis dan perdarahan intraventikuler
3 kali lebih besar.

BAB III

APLIKASI KASUS
Ny A umur 23 tahun G210001 jam 3 datang di ruang bersalin RS sayang semua , Ny A
menegeluh perutnya mulres sejak jam 10.00, seerta mengeluarkan darah bercampur lender hasil
pemeriksaan didapatkan TD 120/80 mmHg S; 38 c, N; 85xd/menit RR; 20x/menit, VT= 2cm .
EFF 20% ketuban utuh, H1, DJJ; 120x/menit saat jam 12 malam melahirkan bayi perempuan,
hasil pemeriksaannya didapatkan BB 1550 gram, PB;141 cm, seluruh tubuh ditutupi dengan
rambut halus, kesulitan saat menyusui, kulit sangat tipis dan tampakl merah, bayi tampak sesak
dan mendapat terapi oksigen bayi nampak tidur terus , ukuran kepala lebih besar dari badannya
kulit tidak kencang, tidak memiliki bulu mata, dan saat ini bayi dimasukan kedalam incubator
karena hipotermi

A. Pengakjian
1. Nama : Ny. A
Alamat : jln x no 57
Umur : 27 tahun
Pendidikan : SMA
Jenis kelamin : perempuan
Tanggal masuk : 20 november 2015
Tanggal pengkajian : 20 november 2015
No regristasi :
Diagnosa medis :
Pekerjaan : pekerja kantoran
Agama : Islam
Status : menikah
2. Identiras penanggung jawab
Nama : Tn B
Umur : 30 tahun
Alamat : jln x no 57
Hubungan : suami
3. Status kesehatan
a) Status kesehatan saat ini
Ibu mngeluh perutnya mulet sejak jam 10.00 serta keluar cairan seperti darah
bercampur lender
b) Riwayat kehamilan sekarang
Ny A mengeluh perutnya mules sejak jam 10.00
c) Riwayat kesehatan masa lalu
1) Penyakit waktu kecil dan imunisasi : Ny A menyatakan melakukan imunisasi
lengkap imunisasi TT sebelum menikah klien tidak memiliki riwayat penyakit
kronis
2) Tes laboratorium ; tidak ditemukan infeksi
3) Penyakit berat : tidak ditemukan
4) Kecelakaan : tidak ditemukan
5) Transfusi darah : tidak pernah mendonorkan darah
6) Kebiasaan : klien tidak mengkonsumsi alkohol
7) Pola tidur : selama hamil sering tidur siang , tidak ada gangguan pola tidur
8) Resiko dalam pekerjaan : keletihan
d) Riwayat keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami premature, tidak ada penyakit DM
e) Riwayat menstruasi
1) Umur menarche : 14 tahun
2) Siklus : 28 hari
3) Lamanya : 6-7 hari
4) Frekuensi : teratur
5) Sifat darah : encer
6) Disminor : jarang
7) Banyaknya : 3x ganti pembalut
8) HPHT : 28 mei 2015
f) Riwayat obtetri
a) Gravid / para : gravid
b) Tipe golongan darah : o
c) Kehamilan masa lalu : kehamilan kedua
g) Riwayat seksual
Klien dan suami mengatakan bahwa selama ini frekuensi berhubungan dalam
seminggu 1x
h) Riwayat pernikahan
1) Nikah : 1x dengan suami sekarang
2) Usia nikah pertama : 22 tahun
3) Lama pernikahan : 3 tahun
i) Riwayat keluarga berencana
Klien mengatakan program KB
j) Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas yang lalu
1) Kehamilan yang lalu lahir sesuai tanggal perkiraan / taksiran ini merupakan
kehamilan kedua
2) Persalinan anak pertama normal
3) Nifas sebelumnya 40 hari
4. Pemeriksaan
A. Pemeriksaan umum
a) Keadaan umum ; composmentis
b) Tekanan darah : 120/80 mmHg
c) Suhu : 38 c
d) Denyut nadi ; 85x/menit
e) Respirasi : 20x/menit
f) Berat badan 60 kg, naik 10 kg dari awal kelamilan
g) Tinggi : 155 cm
h) Lila : 160 cm
B. Pemeriksaan fisik
a) Kepala :
1. Rambut : warna hitam, tipis , tidak ada kutu maupun lesi
2. Muka : sedikit pucat
3. Mata : simetris , conjungtiva pink , sclera putih
4. Hidung : simetris , tidak ada nyeri tekan , tidak ada serumen
5. Telinga : bentuk telingan
6. Mulut : mulut kering, bersih, tida ada caries
b) Leher
Tidak ada pembesaran vena jugularis , kelenjar limfe warna hitam dibagian leher
c) Dada dan axial
1) Mame
Pembesaran simetris , areola mamae hitam, putting susu menonjol
2) Axila
Tidak ada nyeri tekan
d) Ekstremitas
Simetris , edema ada pada ekstremitas bawah, ada perdarahan pervagina
C. Pemeriksaan khusus obstetric
a) Infeksi
Terdapat strie, linea
b) Palpasi
1. Tinggi fundus : 28 cm
2. Leopold I: TF 28 cm, bagian bawah kepala melenting
3. Leopold II : PUKA
4. Leopold III : belum dikaji
5. Leopold IV : belum dikaji
c) Auskultasi
d) Auskultasi DJJ 120x/menit sebelah kana ibu
e) VT : 2 cm
f) EFF : 20 %, ketuban utuh, H1
g) G210001

ANALISA DATA

No Data Etiologi problem


1. DS: Kontraksi uterus Nyeri
Ibu mengatakan perutnya mules terus menerus
sejak jam 10.
DO:
Ibu terlihat meringis dan menekan
bagian abdomen yang nyeri.
2. DS: Imaturitas organ Resiko tinggi cedera
Ibu mengatakan bahwa gerakan janin janin
tidak terasa.
DO:
DJJ : 120x/menit
Gerakan janin lemah.
3. DS: Partus prematus Ansietas
Ibu bertanya terus tentang keadaan
kandungannya.
DO:
Ibu terlihat gelisah dan cemas

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus terus menerus.


2. Resiko tinggi cedera janin berhubungan dengan imaturitas organ janin.
3. Ansietas berhubungan dengan partus prematus.

INTERVENSI
No Tujuan Intervensi Rasional
1. Setelah dilakukan 1. Kaji nyeri klien (lokasi, 1. Untuk memantau
tindakan intensitas, kualitas, frekuensi status nyeri
keperawatan selam 1 dan durasi nyeri)
x 24 jam: 2. Ajarkan teknik relaksasi 2. Untuk memperbaiki
Nyeri berkurang aliran darah ke janin
KH : 3. Berikan teknik imajinasi 3. Untuk mengalihkan
1. Skala nyeri 0 terbimbing perhatian klien dan
2. Klien tampak klien merasa rileks
rieks 4. Untuk mengurangi
4. Berikan obat analgesik
rasa nyeri
3. Setelah dilakukan 1. Informasikan kepada klien 1. Agar klien
tindakan tentang persalinan prematur mengetahui persalinan
keperawatan selama dan resikonya prematur dan
1 x 24 jam: resikonya sehingga
Ansietas berkurang klien tidak cemas lagi
KH: 2. Orientasikan kepada klien 2. Agar klien dan
1. Klien tidak dan keluarga pada keluarga
gelisah lingkungan persalinan mempersiapkan diri
2. Klien tampak menerima bayi yang
tenang akan lahir
3. Anjurkan pengungkapan rasa
3. Untuk membantu
takut dan masalah
menurunkan ansietas
4. Berikan tindakan sedatif
4. Untuk memperlancar
proses persalinan

IMPLEMENTASI

No Tanggal Tindakan Respon Paraf


1. 2 Oktober 1. Mengaji nyeri klien (lokasi, 1. Klien Dinda
2015 intensitas, kualitas, mengatakan
08.00 WIB frekuensi dan durasi nyeri merasakan
kontraksi lebih
dari 5 kali
dalam 1 jam
08.15 WIB 2. Mengajarkan teknik 2. Klien
relaksasi Dinda
mengatakan
sedikit lebih
rileks
08.20 WIB
3. Klien bisa
3. Memberikan teknik Dinda
membayangkan
imajinasi terbimbing
senangnya
menjadi
08.30 WIB seorang ibu

4. Memberikan obat analgesik 4. Klien mampu Dinda


mengkonsumsi
nya
3. 2 Oktober 1. Informasikan kepada klien 1. Klien dan Dinda
2015 dan keluarga tentang keluarga paham
08.35 WIB persalinan prematur dan dan mengerti
resikonya tentang
persalinan
prematur dan
resikonya
08.45 WIB 2. Orientasikan kepada klien 2. Klien Dinda
dan
dan keluarga pada keluarga siap
lingkungan persalinan menerima
kelahiran bayi Dinda
08.50 WIB 3. Anjurkan pengungkapan
3. Klien
rasa takut dan masalah
mengungkapka
n bahwa ia
takut dengan
keadaan
09.00 WIB 4. Berikan tindakan sedatif bayinya Dinda

4. Klien mampu
menerimanya

EVALUASI

No Tanggal Evaluasi Paraf


1. 3 Oktober S : Klien mengatakan nyeri mulai berkurang Dinda
2015 O : keadaan klien tampak rileks dan tenang
08.00 WIB A : Masalah seluruhnya teratasi
P : Tindakan dihentikan dengan dibekali health
education
3. 3 Oktober S : Klien mengatakan tidak merasa cemas dan takut Dinda
2015 lagi
08.00 WIB O : klien tampak tenang
A : Masalah seluruhnya teratasi
P : Tindakan dihentikan

Anda mungkin juga menyukai