Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kulit yang merupakan organ terbesar pada tubuh manusia, membungkus otot-
otot dan organ-organ dalam. Kulit merupakan jaringan-jaringan pembuluh darah,
saraf, dan kelenjar yang tidak berujung, semuanya memiliki resiko yang sangat
tinggi untuk terserang penyakit
Kulit adalah organ tubuh yang paling luar dan membatasinya dari lingkungan
hidup manusia.. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan
cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif,
bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi
tubuh.
Pada kondisi klinik perawat atau mahasiswa keperawatan sering berhadapan
dengan pasien dengan masalah integument, baik menjadi masalah utama yang
menjadai alas an pasien untuk meminta pertolongan kesehatan, juga pada
beberapa penyakit organ yang lain yang memberikan manifestasi gangguan
integumen.
Hal ini memberikan implikasi pada perawat dan mahasiswa keperawatan
untuk mengembangkan pengetahuan mengenai gangguan sistem intugumen agar
dapat membantu menurunkan masalah pasien dan juga tidak menerima dampak
negative dengan melakukan kontak dengan pasien yang mempunyai resiko
penularan yang tinggi
Bakteri, bersama-sama dengan jamur dan virus, dapat menyebabkan banyak
penyakit kulit. Infeksi bakteri pada kulit yang paling sering adalah pioderma.
Pioderma merupakan penyakit yang sering dijumpai, isidensnya menduduki
tempat ketiga, dan berhubungan erat dengan keadaan sosial ekonomi.
Manifestasi morfologik penyakit-penyakit infeksi bakteri pada kulit sangat
bervariasi. Infeksi pada kulit oleh bakteri piogenik biasanya berasal dari luar
tubuh. Bakteri yang menyerang epidermis dapat menyebabkan impetigo. Impetigo

1
adalah infeksi purulen akut menular yang paling sering ditemukan pada anak-
anak usia prasekolah dan remaja. Dinamakan menurut bahsa Perancis dan Latin
yang berarti “erupsi keropeng yang menyerang”.
Untuk itu, maka kami akan membahas lebih rinci tentang impetigo. Agar bisa
lebih memahami tentang bagaimana cara penanganan dan gejala klinis nya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana anatomi dan fisiologi kulit?
2. Bagaimana definisi impetigo?
3. Bagaimana klasifikasi impetigo?
4. Bagaimana epidemiologi impetigo?
5. Bagaimana etiologiimpetigo?
6. Bagaimana patofisiologi impetigo?
7. Bagaimana manifestasi klinis impetigo?
8. Bagaimana pemeriksaan diagnostic impetigo?
9. Bagaimana penatalaksanaan impetigo?
10. Bagaimana komplikasi impetigo?
11. Bagaimana pencegahan impetigo?
12. Bagaimana konsep asuhan keperawatan impetigo?
13. Bagaimana aplikasi kasus impetigo?

2
1.3 Tujuan
1 Mengetahui dan memahami anatomi dan fisiologi kulit
2 Mengetahui dan memahami definisi impetigo
3 Mengetahui dan memahami klasifikasi impetigo
4 Mengetahui dan memahami epidemiologi impetigo
5 Mengetahui dan memahami etiologi impetigo
6 Mengetahui dan memahami patofisiologi impetigo
7 Mengetahui dan memahami manifestasi klinis impetigo
8 Mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostik impetigo
9 Mengetahui dan memahami penatalaksanaan impetigo
10 Mengetahui dan memahami komplikasi impetigo
11 Mengetahui dan memahamipencegahan impetigo
12 Mengetahui dan memahamikonsep asuhan keperawatan impetigo
13 Mengetahui dan memahami aplikasi kasus impetigo

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit


Kulit terdiri atas ketiga lapisan, yang masing-masing memiliki berbagai jenis sel
dan memiliki fungsi yang bermacam-macam. Ketiga lapisan tersebut adalah
epidermis, dermis, dan subkutis.
1. Epidermis
Epidermis merupakan struktur lapisan kulit terluar. Sel-sel epidermis
terus menerus mengalami mitosis, dan berganti dengan yang baru sekitar
30 hari. Epidermis mengandung reseptor-reseptor sensorik untuk
sentuhan, suhu,
getaran, dan nyeri.
Komponen utama
epidermis adalah
protein keratin, yang
dihasilkan oleh sel-
sel yang disebut
keratinosit. Keratin
adalah bahan yang
kuat dan memiliki daya tahan yang tinggi, serta tidak larut dalam air.
Keratin mencegah hilangnya air tubuh dan melindungi epidermis dari
iritan atau mikroorganisme penyebab infeksi. Keratin adalah komponen
utama apendiks kulit: rambut dan kuku (Craven, 2000).
Melanosit (sel pigmen) terdapat dibagian epidermis. Melanosit
menyintesis dan mengualarkan melanin sebagai respon terhadap
rangsangan hormon hipofisis anterior, hormon perangsang melanosit
(melanochite stimulating hormone, MSH). Melanosit merupakan sel-sel
khusus epidrmis yang terutama terlibat dalma produksi pigmen melanin
yang mewarnai kulit dan rambut. Semakun banyak melanin, semakin

4
gelap warnanya. Sebagian orang yang berkulit gelap dan bagian-bagian
kulit yang berwarna gelap pada orang yang berkulit cerah (misalnya:
puting susu) mengandung pigmen ini dalam jumlah yang lebih banyak.
Warna kulit yang normal tergantung pada ras dan bervariasi dari merah
muda yang cerah hingga coklat. Penyakit sistemik juga akan
mempengaruhi warna kulit sebagai contoh, kulit akan tampak kebiruan
bila terjadi oksigenasi darah yang tidak mencukupi, berwarna kuning-hijau
pada penderita ikterus, atau merah, atau terlihat flushing bila terjadi
inflamasi atau demam. Melanin di yakini dapat menyerap cahaya
ultraviolet dan dengan demikian akan melindungi seseorang terhadap
pancaran cahaya ultraviolet dalam sinar matahari.
Sel-sel imun yang disebut sel Langerhans, terdapat di seluruh
epidermis. Sel Langerhans mengenali partikel asing atau mikroorganisme
yang masuk ke kulit dan membangkitkan suatu serangan imun. Sel
Langerhans mungkin bertanbggung jawab mengenal dan menyingkirkan
sel-sel kulit displastik atau neoplastik. Sel Langerhans secara fisik
berhubungan dengan saraf-saraf simpatis, yang mengisyaratkan adanya
hubungan antara sistem saraf dan kemampuan kulit melawan infeksi atau
mencegah kanker kulit. Stres dapat mempengaruhi fungsi sel Langerhans
dengan meningkatkan rangsang simpatis. Radiasi ultraviolet Langerhans,
mengurangi kemampuannya mencegah kanker.
2. Dermis
Dermis atau kutan (cutaneus) merupakan lapisan kulit di bawah epidermis
yang membentuk bagian terbesar kulit dengan memberikan kekuatan dan
struktur pada kulit.
Lapisan papila dermis berada langsung di bawah epidermis dan
tersusun teruitama dari sel-sel fibroblas yang dapat menghasilkan salah
satu bentuk kolagen, yaitu suatu komponen dari jaringan ikat. Dermis
juga tersusun dari pembuluh darah dan limfe, serabut saraf, kelenjar
keringat dan sebasea, serta akar rambut.suatu bahan mirip gel, asam

5
hialuronat, di sekresikan
oleh sel-sel jaringan ikat.
Bahan ini mengelilini
protein dan
menyebabkan kulit
menjadi elastis dan
memiliki turgor
(tegangan). Pada seluruh
dermis di jumpai pembuluh darah, saraf sensorik dan simpatis, pembuluh
limfe, folikel rambut, serta kjelenjar keringat dan palit ( sebasea). Sel
mast, yang mengeluarkan histamin selama cedera atau peradangan, dan
makrofag, yang memfagositosis sel-sel mati dan mikroorganisme, juga
terdapat di dermis.
Pembuluh darah di dermis menyuplai makanan dan oksigen pada
dermis dan epidermis, serta membuang produk-produk sisa. Aliran darah
dermis memungkinkan tubuh mengontrol dan temperaturnya. Pada
penurunan suhu tubuh, saraf-saraf simpatis ke pembuluh darah
meningkatkan pelepasan pelepasan norepinefrin.Pelepasan norepinefrin
menyebabkan konstriksi pembuluh sehingga panas tubuh dapat di
pertahankan. Apa bila suhu tubuh terlalu tinggi, maka rangsangan
simpatis terhadap pembuluh darah dermis berkurang sehingga terjadi di
latasi pembuluh sehingga panas tubuh akan di pindahkan ke lingkungan.
Hubungan anteriovena (AV), yang di sebut anastomosis,di jumpai pada
sebagian pembuluh darah. Anastomosis AV mempermudah peraturan
suhu tubuh oleh kulit dengan memungkinkan darah melewati bagian atas
dermis pada keadaan yang sangat dingin. Saraf simpatis ke dermis juga
mempersarafi kelenjar keringat, kelenjar sebasea, serta folikel rambut.
3. Lapisan subkutis
Lapisan subkutis kulit terletrak di bawah dermis. Lapisan ini terdiri atas
lemak dan jaringan ikat dimana berfungsi untuk memberikan bantalan

6
antara lapisan kulit dan struktur
internal seperti otot dan tulang,
serta sebagai peredam kejut dan
insulator panas. Jaringan ini
membutuhkan mobilitas kulit,
perubahan kontur tubuh dan
penyekatan panas tubuh
(Guyton,1996). Lemak yang bertumpuk dan tersebar menurut jenis
kelamin seseorang, secara parsial akan menyebabkan perbedaan bentuk
tubuh laki-laki dan perempuan. Makan yang berlebihan akan
meningkatkan penimbunan lemak di bawah kulit. Jaringan subkutan dan
jumlah lemak yang tertimbun merupakan faktor penting dalam
pengaturan suhu tubuh.
2.2 Definisi Impetigo
Impetigo termasuk infeksi oportunistik pada HIV & AIDS, sering terjadi pada
HIV stadium 2 dan 3 bertambah parah pada stadium 4. Penyakit ini merupakan
suatu penyakit infeksi piogenik pada kulit yang superfisial dan menular di
sebabkan oleh staphylococcus dan atau streptococcus.(Murtiastutik, Dwi. 2009).
Impetigo adalah penyakit infeksi iogenik pada kulit yang bersifat superficial,
bersifat mudah menular yang disebabakan oleh staphylococcus dan/atau
streptococcus.Impetigo terbagi dalam dua bentuk yaitu impetigo bulosa dan
impetigo nonbulosa. (Muttaqin, Arief. 2011)
Impetigo adalah infeksi kulit yang dangkal yang disebabkan oleh bakteri
staphylococcus aureus dan kadang-kadang oleh bakteri streptococcus pyogene,
yang menyebabkan terbentuknya lepuhan-lepuhan kecil yang berisi nanah
(pustule). (Susanto, R
Clevere & GA Made Ari
M. 2013)
Impetigo paling sering
menyerang anak-

7
anak,terutama yang kebersihan badan nya kurang dan bisa muncul di bagian
tubuh manapun,( paling sering di temukan di wajah,lengan,dan tungkai), bahkan
impetigo juga bisa menyerang kulit yang normal, terutama tungkai anak-anak.
Pada orang dewasa, impetigo bisa terjadi setelah menderita penyakit kulit
lainnya, selalu suatu infeksi saluran pernapasan atas (misalnya flu atau infeksi
virus lainnya), setelah suatu cedera atau suatu keadaan yang menyebabkan
robekan di kulit (misalnya infeksi jamur, luka bakar akibat sinar matahari, ada
gigitan serangga).
2.3 Klasifikasi Impetigo

Impetigo Krustosa Impetigo Bulosa


Sinonim Impetigo Kontagiosa, Impetigo Vesikobulosa,
Impetigo Vulgaris, Impetigo
cacar monyet
Tillburry Fox
Etiologi Step beta hemolitiku Staf aureus
Gejala Klinis >>anak Anak, dewasa
Predileksi Wajah (lubang hidung, Ketiak, dada, punggung
mulut)
Lesi Eritem, vesikel -> krusta Eritem, bula, bulahipopion -
berwarna kuning madu, > kolaret
erosi dibawah krusta
DD Ektima Dermatofitosis
Terapi Antibiotik topikal dan atau Antibiotik
sistemik

2.4 Epidemiologi Impetigo


Di Amerika Serikat, kurang lebih 9 – 10 % dari anak-anak yang datang ke
klinik kulit menderita impetigo. Perbandingan antara jenis kelamin laki-laki dan
perempuan adalah sama. Impetigo lebih sering menyerang anak-anak, jenis yang
terbanyak (kira-kira 90%) adalah impetigo bullosa yang terjadi pada anak yang
berusia kurang dari 2 tahun.

8
Penyakit ini sering terdapat pada neonatus, bayi dan anak. 90% penderita
impetigo bullosa adalah anak-anak usia dibawah 2 tahun. Kadang ditemukan pada
orang dewasa dengan imunitas selular yang menurun. Di Inggris data statistik
pada tahun 1995 memperlihatkan insiden dari impetigo sebesar 2,8% pada anak-
anak berumur kurang dari 4 tahun dan 1,69% didapatkan pada usia 5-15tahun. Di
Jerman dilaporkan penigkatan insiden pada anak kurang dari 18 tahun, yaitu pada
tahun 1987 sejumlah 1,65% menjadi 2,06% pada tahun 2001. Impetigo bullosa
dapat ditemukan pada semua kelompok ras.

Pada daerah 4 musim, puncak insidensi penyakit ini terjadi pada musim
kemarau dan musimgugur. Penyakit ini sering ditemukan pada cuaca panas dan
lembab. Peningkatan kolonisasi Staphylococcus. Aureus dipengaruhi oleh udara
yang panas, kelembaban tinggi, penyakit kulit misalnya dermatitis atopik,
higienitas yang jelek, umur pasien, lingkungan tempat tinggal yang padat dan
trauma kecil yang dilalaikan. Kebanyakan kasus impetigo bullosa ditemukan pada
anak yang tinggal di daerah yang kumuh dan dengan imunitasnya yang menurun
sebagai akibat dari asupan gizi yang tidak adekuat
2.5 Etiologi Impetigo
Impetigo merupakan infeksi bakteri
pada kulit yang paling sering
ditemukan dan disebabkan oleh
streptoccus dan staphylococcus.Infeksi
ini sering berpindah dari manusia ke

9
manusia melalui kontak, terutama antara anak-anak. Suhu yang panas, lembab,
dan higien yang kurang baik merupakan factor predisposisi infeksi tersebut.
Terpotong, digigit serangga, dan abrasi dan kadang-kadang menyebabkan
impetigo.
2.6 Patofisiologi Impetigo
Impetigo merupakan penyakit menular yang dapat menyebar ke bagian kulit
pasien yang lain atau ke anggita keluarga yang menyentuh pasien atau memakai
handuk atau sisisr yang tercemara oleh eksudat lesi. Meskipun impetigo di jumpai
pada segala usia, namun penyakit ini terutama ditemukan diantara anak-anak yang
hidup dalam kondisi higieni yang buruk. Sering kali impetigo terjadi sekunder
akibat pediculosis capitis (tuma kepala), scabies (penyakit kudis), herpes
simples,gigitan serangga,getah tanaman yang beracun (poison ivy). Atau
eczema.Kesehatan yang buruk hygiene yang buruk, dan malnutrisi dapat menjadi
predisposisi terjadinya impetigo pada orang dewasa. Daerah-daerah
tubuh,wajah,tangan,leher dan ekstermitas yang terbuka merupakan bagian yang
paling sering terkena.
Impetigo bulosa.Bentuk dari impetigo bulosa merupakan kondisi yang lebih
jarang terjadi di bandingkan bentuk nonbulosa. Agen penyebab impetigo bulosa
adalah staphylococcus aureus yang menghasilkan eksotoksin eksfoliatif
ekstraseluler di sebut exfoliatins A dan B. eksotoksin ini menyebabkan adhesi sel
di epidermis, dimana pada giliran nya menyebabkan timbulnya suatu bula dan
pengelupasan dari epidermis.(Murtiastutik, Dwi. 2009).

10
Presdiposisi adanya kontak dengan
penderita impetigo, kesehatan yang Invasi bakteri
buruk, hygiene yang buruk, dan piogenik
malnutrisi

Makula yang rupture menjadi krusta

Respon inflamasi Respon inflamasi Respon psikologis


lokal sistemik

Peningkatan Kondisi
suhu tubuh kerusakan
jaringan kulit
Kerusakan Gatal-gatal
saraf perifer atau pruritus
Hipertermi Gangguan
gambaran diri
Nyeri

Kerusakan
integritas kulit

Gambar 4.1 Patofisiologi impetigo secara umum

Impetigo nonbulosa. Impetigo nonbulosa adalah bentuk yang paling sering


dari impetigo dan terjadi sekitar 70% pada anak usia dibawah 15 tahun. Agen
penyebab impetigo bulosa adalah staphylococcus aureus untuk 50-60% dari
kasus.Selain itu, sekitar 20-45% kasus disebakan kombinasi S.aureus yang
mengahasilkan bakteriotoksin.Bakteriotoksin mengisolasi S.aureus pada lesi yang
menyebabakan akumulasi pus. Jika seseorang melakukan kontak dengan orang lain

11
(misalnya: rumah tangga anggota, teman sekelas, rekan) yang memiliki infeksi kulit
atau pembawa organisme, kulit normal individu akan mengalami invasi bakteri.
Setelah kulit yang sehat terinvasi oleh bakteri piogenik, apabila terjaid suatu kondisi
trauma ringan, seperti lecet atau gigitan serangga, maka dapat mengakibatkan
pengembangan lesi impetigo dalam waktu 1-2 minggu

Hujan-hujan ditempat becek Kakak memiliki gejala yang sama


>> hiegenes kurang

Mungkin kontak langsung


S.aureus menempel ditubuh

Resiko untuk tertular S.aureus


Seseorang makan tranpa cuci tangan

S.aureus masuk melalui mulut atau


hidung (mukosa)

S.aureus menempel di epitel faring

Reaksi inflamasi S.aureus proliferasi

Leukosit Radang Koloni meningkat

Tidak nafsu makan S.aureus menyebar ke kulit memlaui:

lemah

Pembuluh Limfe atau KGB Punya enzim, untuk


Pembuluh darah menggumpal dan beredar
di darah

Sampai di kulit

12
Mengeluarkan eksotoksik Reaksi MK: Nyeri akut
eksoliatif A dan B inflamasi
Menyerang dermoglein 1 Mengeluarkan IL-4 Menghasilkan limfosit T
(ikatan peptide struktural yang
mengikat epidermis)
Menghasilkan IgE Mengeluarkan IL-1

Epidemis renggang
Factor pertumbuhan Merangsang
sel mast hipotalamus
Menyebabkan rongga
antar S. korneum dan
S.granulosum Histamin Produksi asam
arakidonat

Neutrofil migrasi
Gatal
kedalam rongga Memicu pengeluaran
PGE
Vesikel
Cairan dalam bulosa
jernih Mempengaruhi
thermostat di
hipotalamus
Leukosit migrasi
kemudian dan Leukositosis
mengendap (hipopion) MK: suhu tubuh
meningkat

Vesikel menjadi besar


>> bula

Dinding bula tipis dan


mudah pecah

Krusta (yang mudah


lepas)

Terdapat daerah
erosive yang
mengeluarkan secret

13
Krusta menjadi tebal
Gambar 4.2 Patofisiologi impetigo bulosa

2.7 Manifestasi klinisImpetigo

Gejala klinis impetigo dimulai dari munculnya kelainan kulit berupa eritema
dan vesikel yang cepat menyebar dan memecah dalam waktu 24 jam. Lesi yang
pecah akan mengeluarkan sekret/cairan berwarna kuning encer. Lesi ini paling
sering ditemukan di daerah kaki, tangan, wajah dan leher. Pada umumnya tidak
dijumpai demam.

Pada awalnya, kemungkinan akan


dijumpai; ruam merah yang lembut,
kulit mengeras/krusta, gatal, luka yang

sulit menyembuh. Pada impetigo bulosa,


mungkin akan dijumpai gejala; demam,
diare, dan kelemahan umum.

1. Demam tinggi dan infeksi saluran nafas bagian atas


2. Eritem pada muka, leher, ketiak, lipat paha. Ketika 24 jam reitemnya akan
menyeluruh
3. 24-84 jam timbul bula-bula besar berdinding kendur.
4. Kulit yang tampak normal ditekan dan digeser, akan terkelupas, sehingga
memberi tanda nikolskly positif

5. 2-3 hari terjadi penyempitan


disertai pengelupasan kulit,
sehingga darah erosive

14
6.Gambaran mirip kombustio. Daerah tersebut akan mengering dan terjadi
deskuamasi

2.8 Pemeriksaan DiagnostikImpetigo


1. Pemeriksaan Laboratorium
Pada keadaan khusus, dimana diagnosis impetigo masih diragukan, atau pada
suatu daerah dimana impetigo sedang mewabah, atau pada kasus yang kurang
berespons terhadap pengobatan, maka diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan
sebagai berikut:
a. Pewarnaan gram. Pada pemeriksaan ini akan mengungkapkan adanya
neutropil dengan kuman coccus gram positif berbentuk rantai atau
kelompok.
b. Kultur cairan. Pada pemeriksaan ini umumnya akan mengungkapkan
adanya Streptococcus aureus,
atau kombinasi antara
Streptococcus pyogenes
dengan Streptococcus beta
hemolyticus grup A (GABHS),
atau kadang-kadang dapat berdiri sendiri.
c. Biopsi dapat juga dilakukan jika ada indikasi.
2.9 Penatalaksanaan Impetigo
1. Pengobatan topikal
a. Krem antibiotik
b. Drainase:bula dan pustula dengan di tusuk jarum steril untuk
mencegah penyebaran lokal.
c. Kompres larutan sodium kloride 0,9%
2. Pengobatan sistemik
Di berikan pada kasus-kasus berat, lama pengobatan paling sedikit 7-14
hari.
Penisilin dan semisintetiknya(pilih salah satu) :

15
a. Kloksasilin (untuk staphylococcus yang kebal penisilin)
Dosis:250-500 mg/dosis,4 kali/hari a.c
Anak-anak 10-25mg/kg/dosis 4 kali/hari a.c

b. Dikloksasilin (untuk staphylococcus


yang kebal penisilin)
Dosis: 125-250 mg/dosis,3-4
kali/hari a.c
c. Fenoksimetil penisilin (penisilin V)
Dosis: 250-500mg,4 kali/hari a.c
Anak-anak: 7,5-12,5mgg/dosis,4 kali/hari a.c
d. Eritromisin
Dosis: 250-500mg/dosis 4 kali / hari p.c
e. Klindamisin
Dosis: 150-300mg/dosis,3-4 kali/hari
3. Kebersihan
a. Mandi teratur dengan sabun mandi
b. Pakaian,handuk,sprei sering di ganti dan di cuci air panas dan di pakai
sendiri.
2.10 Komplikasi Impetigo
1. Post Streptococcus Glomerulonefritis (pada semua umur)
2. Meningitis atau sepsis (pada bayi)
3. Ektima
4. Erysipelas
5. Sellulitis
6. Bakteriemia
7. Osteomyelitis
8. Arthritis septic
9. Pneumonia
10. Limfadenitis

16
2.11 Pencegahan Impetigo
a. Kebersihan sederhana dapat mencegah timbulnya impetigo. Seseorang
yang sudah terkena impetigo atau gejala-gejala infeksi/peradangan
Streptococcus beta hemolyticus grup A perlu mencari perawatan medik
dan jika perlu dimulai dengan pemberian antibiotik secepat mungkin
untuk mencegah menyebarnya infeksi ini ke orang lain.
b. Penderita impetigo harus diisolasi, dan dicegah agar tidak terjadi kontak
dengan orang lain minimal dalam 24 jam setelah pemberian antibiotik.
c. Pemakaian barang-barang atau alat pribadi seperti handuk, pakaian,
sarung bantal dan seprai harus dipisahkan dengan orang-orang sehat.
d. Pada umumnya akhir periode penularan adalah setelah dua hari
permulaan pengobatan, jika impetigo tidak menyembuh dalam satu
minggu, maka harus dievaluasi.
2.12 Konsep Asuhan KeperawatanImpetigo
A. Pengkajian
1. Pada anamnesis biasanya didapatkan keluhan, meliputi hal berikut :
a. Pada impetigo non bulosa, keluhan dimulai pembetuka suatu macula
eritema matosa tunggal yang cepat berkembang menjadi vesikal dan
pecah, meningkatkan eksudat kuning dengan adanya erosi diatasnya.
Awitan impetigo bulosa biasanya lebih cepat membesar dan bula yang
pecah. Lesi biasanya tanpa gejala. Terkadang, pasien melaporkan rasa
sakit atau gatal. Pasien dengna impetigo biasanya didapatkan adanya
riwayat kontak dengan penderita impetigo lainnya.
b. Pada kedua jenis impetigo didapatkan adanya riwayat kondisi
lingkungan hidup yang penuh sesak, kebersihan yang rendah, atau
lingkungan kerja yang tidak higienis.mendorong kpontaminasi kulit
oleh bakteri pathogen yang dapat menyebabkan impetigo.
c. Lesi impetigo biasanya sembuh tanpa jaringan parut. Jika tidak diobati,
lesi impetigo menghilang secara spontan setelah beberapa minggu.
2. Pada pemeriksaan fisik impetigo bulosa, biasanya didapatkan hal berikut.

17
a. Impetigo bulosa sering terjadi pada neonatus, tatapi juga terjadi pada
anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa.
b. Karakteristik lesi adalah vesikel yang berkembang menjadi sebuah bula
kurang dari 1cm pada kulit normal, dengan sedikit atau tidak ada
kemerahan sekitarnya. Awalnya, vesikel berisi cairan bening yang
menjadi keruh.
c. Hampir semua bula akan pecah, apabila bula pecah sering
meninggalkan jaringan parut dipinggiran.
d. Lesi dapat lokal atau tersebar luas. Lesi sering ditemukan pada daerah
intertriginosa seperti lipatan leher, ketiak dan lipat paha, tetatpi dapat
juga ditemukan diwajah atau diamanapun pada tubuh.
e. Pada bayi, lesi yang luas dapat berhubungan dengan gejala sistemik
seperti demam, malaise, kelemahan umum, dan diare.
f. Impetigo bulosa dianggap kurang menular dari impetigon non bulosa.
3. Pada pemeriksaan fisik impetigo non bulosa, biasanya didapatkan hal
berikut ini.
a. Kelainan terlihat pertama adalah macula kemerahan atau pakul, dengan
diameter 2-5mm.
b. Karakteristik lesi adalah vesikel yang mudah pecah dan menjadi papula
atau plak lebih kecil dari 2cm dan dengan sedikit atau tidak ada
kemerahan disekitarnya
c. Lesi berkembang dikulit normal atau pada kulit yang telah mengalami
suatu trauma atau pada kulit setelah mengalami penyakit kulit
sebelumnya (misalnya : varisela, dermatitis atopic) dan dapat menyebar
dengan cepat .
d. Lesi terletak di sekitar mulut,hidung,dan terkena bagian tubuh
(misalnya: tangan,kaki,telapakn tangan,dan telapak kaki).
e. Limfadenopati loka biasanya di dapatkan.
f. Jika tidak di obati, lesi menyebar dan secara spontan sembuh setelah
beberapa minggu tanpa jaringan parut.

18
4. Pengkajian Penatalaksanaan Medis
a. Pengobatan topikal dengan krem antibiotic
b. Drainage: bula dan pustule dengan di tusuk jarum steril untuk
mencegah penyebaran lokal.
c. Kompres larutan sodium kloride 0,9%
d. Pengobatan sistemik (FK Unair,2007).
5. Di berikan pada kasus-kasus berat, lama pengobatan paling sedikit 7-14
hari.Penisilin dan semisintetiknya(pilih salah satu) :
a. Kloksasilin (untuk staphylococcus yang kebal penisilin)
1) Dosis:250-500 mg/dosis,4 kali/hari a.c
2) Anak-anak 10-25mg/kg/dosis 4 kali/hari a.c
b. Dikloksasilin (untuk staphylococcus yang kebal penisilin)
1) Dosis: 125-250 mg/dosis,3-4 kali/hari a.c
c. Fenoksimetil penisilin (penisilin V)
1) Dosis: 250-500mg,4 kali/hari a.c
2) Anak-anak: 7,5-12,5mgg/dosis,4 kali/hari a.c
d. Eritromisin
1) Dosis: 250-500mg/dosis 4 kali / hari p.c
e. Klindamisin
1) Dosis: 150-300mg/dosis,3-4 kali/hari
B. Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan respons inflamasi lokal sekunder dari
kerusakan saraf perifer kulit.
2. Hipertermi berhubungan dengan respons inflamasi sistemik sekunder dari
proses supurasi lokal
3. Gangguan gambaran diri (citra diri) berhubungan denganperubahan
struktur kulit, perubahan peran keluarga.
4. Kebutuhan pemenuhan informasi berhubungan dengan tidak adekuat nya
sumber informasi, ketidaktahuan program perawatan dan pengobatan.
C. Rencana Keperawatan

19
Tujuan intervensi keperawatan adalah menurunkan stimulus nyeri, penurunan
suhu tubuh, peningkatan citra, dan pemenuhan informasi. Untuk intervensi
penurunan suhu tubuh dan peningkatan citra diri, intervensi dapat disesuaikan
dengan masalah yang sama dengan pasien varisela.
1. Nyeri (1996)
Definisi : Pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan
akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial,atau
digambarkan dengan istilah seperti (International Association forthe
Study of Pain); awaitan yang tiba-tiba atau perlahan dengan intensitas
ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat
diramalkan dan durasinya kurang dari 6 bulan.
Faktor yang berhubungan
Agens-agens penyebab cidera (misalnya, biologis, kimia, fisik, dan
psikologis)
Hasil NOC
Tingkat Kenyamanan : tingkat persepsi positif terhadap kemudahan
fisik dan psikologi
Pengendalian Nyeri : tindakan individu untuk mengendalikan nyeri
Tingkat Nyeri : keparahan nyeri yang dapat diamati dan dilaporkan
Tujuan/Kriteria Hasil
Contoh menggunakan Bahasa NOC
a. Memperlihatkan Pengendalian Nyeri , yang dibuktikan oleh
indikator sebagai berikut (sebutkan 1-5: tidak pernah, jarang,
kadang-kadang,sering, atau selalu) :
1) Mengenali awitan nyeri
2) Menggunakan tindakan pencegahan
3) Melaporkan nyeri dapat dikembalikan
b. Menunjukkan Tingkat Nyeri, dibuktikan oleh indikator sebagai
berikut (sebutkan 1-5: sangat berat, berat, sedang, ringan, atau
tidak ada):

20
1) Ekspresi nyeri pada wajah
2) Gelisah atau ketegangan otot
3) Durasi episode nyeri
4) Merintih dan menangis
5) Gelisah

Intervensi NIC

Pemberian analgesik : menggunakan agen-agen farmakologi untuk


mengurangi atau menghilangkan nyeri

Managemen medikasi : memfasilitasi penggunaan obat resep atau


obat bebas secara aman dan efektif

Managemen nyeri : meringankan atau mengurangi nyeri sampai pada


tingkat menyamanan yang dapat diterima oleh pasien

Bantuan analgesia yang dikendalikan oleh pasien (Patien-


Controlled Analgesia (PCA)) : memudahkan pengendalian pemberian
dan pengaturan analgesik oleh pasiennya

Managemen sedasi: memberikan sedatif, memantau respon pasien,


dan memberikan dukungan fisiologi yang dibutuhkan selama prosedur
diagnostik atau terapeutik

2. Hipertermia (1986)
Definisi: peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal
Faktor yang berhubungan
Dehidrasi
Penyakit atau trauma
Ketidakmampuan atau penurunan kemampuan untuk berkeringat
Pakaian yang tidak tepat
Peningkatan laju metabolisme

21
Obat atau anestesia
Terpajan pada lingkungan yang panas (jangka panjang)
Aktivitas yang berlebihan
Hasil NOC
Termoregulasi: Keseimbangan antara produksi panas, peningkatan
panas, dan kehilangan panas.
Termoregulasi Neonatus: Keseimbangan antara produksi panas,
penigkatan panas, dan kehilangan panas
Tanda-tanda Vital: Nilai suhu, denyut nadi, frekuensi pernapasan,
dan tekanan darah dalam rentang normal
Tujuan/Kriteria Evaluasi
a. Pasien akan menunjukkan Termoregulasi, yang dibuktikan
oleh indikator gangguan sebagai berikut (sebutkan 1-5:
gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada
gangguan):
1) Peningkatan suhu kulit
2) Hipertermia
3) Dehidrasi
4) Mengantuk
b. Pasien akan menunjukkan Termoregulasi, yang dibuktikan
oleh indikator sebagai berikut (sebutkan 1-5: gangguan
ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada gangguan):
1) Berkeringat saat panas
2) Denyut nadi radialis
3) Frekuensi pernapasan

Intervensi NIC

Terapi Demam: Penatalaksanaan pasien yang mengalami


hiperpireksia akibat faktor selain lingkungan

22
Kewaspadaan Hipertermia Maligna: Pencegahan atau penurunan
respons hipermetabolik terhadap obat-obat farmakologis yang
digunakan selama pembedahan

Perawatan Bayi Baru Lahir: Penatalaksanaan neonatus selama


transisi dari kehidupan di luarrahim dan periode stabilisasi selanjutnya

Regulasi Suhu: mencapai atau mempertahankan suhu tubuh dalam


rentang normal

Pemantauan Tanda Vital: mengumpulkan dan menganalisis data


kardiovaskular, pernapasan, dan suhu tubuh untuk menentukan serta
mencegah komplikasi

3. Citra Tubuh, Gangguan (1973, 1998)


Definisi: Konfusi pada gambaran mental fisik diri seseorang
Faktor yang Berhubungan
Biofisik (misalnya, penyakit kronis, defek kongenital, dan kehamilan)
Koknitif/persepsi (misalnya, nyeri kronis)
Kultural atau spiritual
Perubahan perkembangan
Penyaki
Persepeptual
Psikososial (misalnya, gangguan makanan)
[Krisis situasi (sebutkan)]
Trauma atau cedera
Penanganan [misalnya, pembedahan, kemoterapi, dan radiasi]
Hasil NOC
Adaptasi dengan Ketunadayaan Fisik: Respons adaptif terhadap
tantangan fungsional yang bermakna akibat ketunadayaan fisik
Citra Tubuh: Persepsi terhadap penampilan dan fungsi tubuh sendiri

23
Pekrkembangan Anak:2 tahun: Penanda kemajuan fisik, kognitif,
dan psikososial pada usia 2 tahun. CATATAN: NOC juga
menyarankan hasil Perkembangan Anak untuk usia 3,4, dan 5 tahun;
masa kanak-kanak menengah (6-11 tahun); dan remaja (12-17), semua
mempunyai definisi yang sama
Penyesuaian Psikososial:Perubahan Hidup: Respons psikososial
yang adaptif pada individu terhadap perubahan hidup yang bermakna
Harga Diri: Penilaian diri terhadap harga diri
Tujuan/Kriteria Evaluasi
a. Gangguan citra tubuh berkurang yang dibuktikan oleh selalu
menunjukkan Adaptasi dengan Ketundayaan Fisik,
Penyesuaian Psikososial: Perubahan Hidup, Citra Tubuh
positif, tidak mengalami keterlambatan dalam Perkembangan
Anak, dan Harga Diri positif
b. Menunjukkan Citra Tubuh, yang dibuktikan oleh indikator
sebagai berikut (sebutkan 1-5: tidak pernah, jarang, kadang-
kang, sering, atau selalu ditampilkan):
1) kesesuaian antara realitas tubuh, ideal tubuh, dan
perwujudan tubuh
2) kepuasan terhadap penampilan dan fungsi tubuh
3) keinginan untuk menyentuh bagian tubuh yang
mengalami gangguan
Intervensi NIC
Bimbingan Antisipasi: Mempersiapkan pasien terhadap krisis
perkembangan atau krisis situasional
Peningkatan Citra Tubuh: Meningkatkan presepsi sadar dan tak
sadar pasien serta sikap terhadap tubuh pasien
Peningkatan Koping: Membantu pasien beradaptasi dengan persepsi
stresor, perubahan, atau ancaman yang menghambat pemenuhan
tututan dan peran hidup

24
Peningkatan Perkembangan: Remaja: Memfasilitasi pertumbuhan
fisik, kognitif, sosial, dan emosional individual selama masa transisi
dari masa kanak-kanak ke masa dewasa
Peningkatan Perkembangan:Anak: Memfasilitasi atau memberi
penyuluhan orang-tua pengasuh untuk memfailitasi pertumbuhan
motorik kasar, motorik halus, bahasa, kognitif, sosial, dan emosional
anak usia prasekolah dan anak usia sekolah
Edukasi Orang tua:Remaja: Membantu orang tua untuk memahami
dan membantu anak-anak remaja mereka
Edukasi Orang tua:Childbearing Family: Membantu orang tua
untuk memahami dan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan
fisik, psikologis, dan sosial anak todler, anak prasekolah, atau anak
usia sekolah mereka
Identifikasi Risiko: Menganalisis faktor risiko potensial, menetapkan
risiko kesehatan, dan memprioritaskan strategi menurunkan risiko
untuk individu atau kelompok
Peningkatan Harga Diri: Membantu pasien untuk meningkatkan
penilaian personal terhadap harga diri
D. Evaluasi
1. Terjadi penurunan respon nyeri.
2. Asupan nutrisi terpenuhi.
3. Peningkatan gamabaran diri (citra diri).
4. Terpenuhinya informasi kesehatan.

25
BAB III
KASUS

An. C berusia 8 tahun dibawa ke Rumah Sakit Mitra Husada oleh orang
tuanya.Ibu klien mengatakan bahwa sejak 5 hari yang lalu klien sering garuk-
garuk di daerah tubuh nya terutama di bagian wajah dan tangan kanannya
sampai menimbulkan adanya luka, klien juga pernah mengatakan kalau area
yang gatal itu setelah digaruk menjadi terasa nyeri.Ibu klien juga mengatakan
bahwa klien sering hujan-hujan dan juga sering bermain di sungai bersama
teman-temannya.Dan ibu klien mengatakan kalau hanya dikira nya penyakit
gatal-gatal biasa dan hanya diberi bedak bayi saja.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan lesi yang sudah tersebar di wajah dan di
kedua tangannya sampai ke leher, lesi berdiameter sekitar 2-4mm, juga
terdapat bula yang sudah pecah, kulit sedikit berwarna kemerahan, tanda-
tanda vital TD :100/70mmHg, N : 98x/menit, S : 37,2 °C, RR : 22x/menit.
Diagnosa Medis : Impetigo krustosa
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien :
Nama :An. C
Umur :8 Tahun
Alamat :Jl F Desa E Kelurahan D
Pendidikan : SD
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Belum menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Tanggal Masuk : 1 Oktober 2015

26
Tanggal Pengkajian : 1 Oktober 2015
No. Register : 01.05.04.19

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn. X
Umur : 40 Tahun
Hub dengan Pasien : Ayah
Pekerjaan : Penjual sayur
Alamat : Jl F Desa E Kelurahan D
3. Alasan kunjungan/keluhan utama: ibu klien mengatakan klien sering
garuk-garuk di daerah tubuh nya terutama di wajah dan tangan kanannya,
klien juga pernah mengatakan kalau area yang gatal itu setelah digaruk
menjadi terasa nyeri.
4. Riwayat kehamilan dan kelahiran :
a. Prenatal : ibu klien mengatakan tidak ada keluhan apa-apa
sebelum hamil
b. Natal : ibu klien mengatakan tidak ada keluhan atau sakit
berat saat hamil
c. Post natal : ibu klien mengatakan terasa nyeri saat setelah
melahirkan, tetapi tidak lama
5. Riwayat penyakit masa lalu
a. Penyakit waktu kecil : Ibu klien mengatakan klien pernah menderita
penyakit Demam Berdarah saat berusia 8 tahun
b. Pernah di rawat di RS : Ibu klien mengatakan klien pernah di rawat di
Rumah Sakit
c. Penggunaan obat-obatan : Ibu klien mengatakan klien menggunakan
obat-obatan dari resep dokter
d. Tindakan ( operasi /tindakan lain) : Ibu klien mengatakan klien tidak
pernah di operasi
e. Alergi : Ibu klien mengatakan klien tidak mempunyai alergi

27
f. Kecelakaan : Ibu klien mengatakan klien tidak pernah mengalami
kecelakaan
g. Imunisasi : Ibu klien mengatakan klien pernah di imunisasi
hepatitis B, DPT, polio, campak, tetanus
6. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu klien mengatakan keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit
diabetes, asma, TBC maupun penyakit menurun lainnya
7. Riwayat sosial :
a. Yang mengasuh anak :
Ibu klien mengatakan yang mengasuh klien, ia sendiri yang
mangasuhnya
b. Hubungan dengan anggota keluarga :
Ibu klien mengatakan klien akrab dan cukup dekat dengan anggota
keluarga lainnya
c. Hubungan dengan teman sebaya :
Ibu klien mengatakan klien sering belajar dan bermain dengan teman
sebaya nya
d. Pembawaan secara umum :
Ibu klien mengatakan klien adalah anak yang periang dan sedikit keras
kepala
8. Kebutuhan dasar :
a. Makanan yang disukai/tidak disukai
1) Selera : Ibu klien mengatakan klien suka sayur bayam dan
susu
2) Alat makan yang digunakan : Ibu klien mengatakan klien
sering menggunakan piring dan sendok
3) Jam makan : Ibu klien mengatakan klien makan pagi pukul 06.30
WIB, makan siang pukul 13.00 WIB, makan sore pukul 18.00
WIB
b. Pola tidur

28
Kebiasaan sebelum tidur : Ibu klien mengatakan klien sering
menonton tv sebelum tidur
c. Mandi
Ibu klien mengatakan klien susah kalau disuruh mandi, terkadang
2x/hari sering juga hanya mandi 1x/hari
d. Aktifitas di rumah
Ibu klien mengatakan klien sering belajar di rumah, tetapi sering
bermain di luar rumah
e. Eliminasi
1) Di rumah
- BAB : 2x/hari
- BAK : 400 ml/hari
2) Di RS
- BAB : 1x/hari
- BAK : 450 ml/hari
9. Keadaan kesehatan saat ini
a. Diagnosa medis : Impetigo krustosa
b. Tindakan operasi : tidak ada
c. Status nutrisi : makan pagi ½ porsi, makan siang 1/3 porsi,
makan sore ½ porsi
d. Status hidrasi : intake : 350ml, output : 300ml
e. Obat-obatan/terapi : pernah minum obat paracetamol
f. Aktifitas di rumah sakit : tidur di tempat tidur, jalan-jalan ke taman
g. Hasil laborat : tidak pernah dilakukan pemeriksaan laborat
h. X-ray : tidak pernah dilakukan pemeriksaan X-ray
10. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Composmentis
b. Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah : 100/70 mmHg
2) Nadi : 98x/menit

29
3) Suhu : 37,2°C
4) RR : 22x/menit
c. TB/BB : 132,5cm/ 28kg

11. Pemeriksaan fisik (diutamakan pada system yang terganggu)


a. Pemeriksaan kepala leher : tidak ada nyeri tekan
b. Pemeriksaan integumen / kulit
Ditemukan lesi di area wajah, leher, dan tangan kanan yang berdiameter
sekitar 2-4mm, juga terdapat bula yang sudah pecah, kulit sedikit berwarna
kemerahan
c. Pemeriksaan payudara dan ketiak : tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri
tekan
d. Pemeriksaan thorak/dada
- Inspeksi thorak : tidak ditemukan jaringan parut
e. Paru
Inspeksi : tidak ada jaringan parut, tidak ada otot bantuan pernapasan
Palpasi : ekspansi dada; simetris
Perkusi : resonansi
Auskultasi : tidak ada suara tambahan
f. Jantung
Inspeksi : tidak ada jaringan parut
Palpasi : tidak ada pembesaran jugularis
Perkusi : pekak
Auskultasi : suara lup dup
g. Pemeriksaan abdomen
Tidak ada gangguan pada abdomen
h. Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya
1) Genetalia : vagina tidaka ada kemerahan, tidak ada tanda-tanda
kemerahan
2) Anus : tampak merah mudah

30
i. Pemeriksaan muskuloskeletal
Tidak ada gangguan pada muskuloskeletal
j. Pemeriksaan neurologi
Tidak ada gangguan pada neurologi

12. Pemeriksaan tingkat perkembangan


1) Adaptasi sosial : klien sudah sering bermain ke sungai, sawah bersama
teman sebaya nya, belajar kelompok bersama
b. Bahasa : klien sudah bisa berbicara lancar dan mampu
menjawab pertanyaan sederhana
c. Motorik halus : klien sudah bisa berlari-lari, bermain kejar-kejaran
dengan teman sebaya nya
d. Motorik kasar : klien sudah bisa melompat, bermain lompat tali
dengan teman sebaya nya
a. Analisa data

NO DATA ETIOLOGI PROBLEM


1. DS : ibu klien Respon inflamasi Nyeri akut
mengatakan klien terasa lokal yang ditandai
nyeri saat setelah dengan kerusakan
menggaruk-nggaruk saraf perifer
daerah tubuh nya, klien
juga mengatakan perih
dan nyeri di daerah luka
di wajah, tangan dan
lehernya
P : ibu klien mengatakan
nyeri nya karena gatal-
gatal selama 5 hari dan
digaruk-garuk oleh di
klien

31
Q : ibu klien mengatakan
nyerinya seperti terbakar
R : ibu klien mengatakan
nyerinya di bagian wajah,
leher sampai ke tangan
kanan
S : ibu klien mengatakan
skala nya angka 4 dengan
skala nyeri emoticon
sedikit menangis
T : ibu klien mengatakan
nyeri nya sejak 4 hari
yang lalu setelah gatal
dan digaruk klien
DO :
- Klien tampak merintih
dan menangis
- N : 98x/menit
- RR : 22x/menit
- TD : 100/70 mmHg

2. DS :ibu klien mengatakan Inflamasi yang Hipertemi


badan klien sedikit ditandai dengan
demam invasi bakteri
DO :
- S : 37,2°C
- TD : 100/70 mmHg
- N : 98x/menit
- RR : 22x/menit
- Kulit klien tampak

32
kemerahan
3. DS : ibu klien Respon inflamasi Kerusakan
mengatakan kulit klien yang disertai integritas
mengalami perubahan dan dengan pruritus jaringan
mengelupas lalu
membekas
DO :
- Kulit klien tampak
terdapat lesi
- Kulit klien tampak
terdapat bercak bekas
garukan

4. DS : klien mengatakan Respon psikologis Gangguan citra


tidak ingin bercermin yang ditandai tubuh
untuk melihat wajahnya dengan kondisi
yang penuh dengan kerusakan kulit
bercak
DO :
- Klien tampak tidak
ingin ditemui oleh
orang lain maupun
saudaranya
5. DS : ibu klien Kurangnya Defisiensi
mengatakan tidak pengetahuan yang pengetahuan
mengetahui kalau ditandai dengan
penyakit ini ternyata bisa ketidaktahuan akan
menyebar dan menjadi penyakit impetigo
parah krustosa
DO :

33
- Ibu klien tampak
kebingungan

2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan respon inflamasi lokal yang ditandai
dengan kerusakan saraf perifer
2) Hipertermi berhubungan dengan nflamasi yang ditandai dengan invasi
bakteri
3) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan respon inflamasi yang
disertai dengan pruritus
4) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan respon psikologis yang
ditandai dengan kondisi kerusakan kulit
5) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
yang ditandai dengan ketidaktahuan akan penyakit impetigo krustosa
3. Intervensi Keperawatan

No.
Tujuan Rencana Rasional
Dx
1. Dalam waktu 2x24 jam terdapat 1. Gunakan teknik 1. Membantu
penurunan respon nyeri mengalihkan rasa menanggani nyeri
akut/kronis dengan: nyeri (dengan
Kriteria hasil: menonton tv atau
a. Secara subjektif klien mengajak anak
mengatakan nyerinya menurun bercerita )
2. Menentukan
dengan skala 2 2. Kajikeluhan nyeri,
keluhan, lokasi dan
b. Secara subjektif klien skala nyeri, serta
skala nyeri
mengatakan nyeri berkurang di catat lokasi dan
3. Posisi yang nyaman
daerah yang gatal intensitas, nyeri
biasanya dengan
c. Menunjukan ekspresi wajah 3. Biarkan klien

34
yang rileks. mengambil posisi posisi telentang
yang nyaman waktu
tidur atau duduk
diatas kursi.
4. Tingkatkan istirahat 4. Istirahat sesuai

di tempat tidur indikasi akan

sesuai indikasi. mengurangi rasa

Kolabirasi nyeri klien

5. Berikan obat 5. Obat analgesic

analgesic adalah obat untuk


meredahkan nyeri
3 Setelah dilakukan tindakan 1. Anjurkan klien 1. Dapat mencegah
keperawatan 4x 24 jam terdapat untuk tidak iritasi pada kulit
Kriteria hasil: menggaruk pada
a. Secara subjektif : Klien daerah yang gatal
mengatakan gatal-gatal, Ibu 2. Observasi kulit 2. Dengan

klien mengatakan bercaknya mengobservasi

berkurang kulit dapat

b. Secara objektif : Kulit klien diketahui

tampak normal, tidak adanya perubahan pada

lesi kulit
3. Anjurkan klien tidak 3. Agar kulit tetap
kebanyakan aktifitas terjaga kelembaban
agar kulit tidak nya dan terhindar
lembab dan tetap dari bakteri
kering
4. Beri HE pada klien 4. Agar keluarganya
dan keluargany dapat mengerti dan
tentang pentingnya bisa diajak bekerja
personal hygiene sama

35
Kolaborasi
5. Gunakan salep 5. Dapat mengurangi
Cephalexin iritasi pada kulit

4. Implementasi Keperawatan

NO. Tgl/Hari/Jam Tindakan Keperawatan Respon Paraf


Dx
1 Sabtu, 3 1. Menggunakan teknik 1. Klien terlihat sedikit Rita
Oktober 2015/ mengalihkan rasa nyeri rileks
07.00 WIB (dengan menonton tv atau
mengajak anak bercerita )
08.30 WIB 2. Mengkajikeluhan nyeri, 2. Klien mengatakan Rita

skala nyeri, serta catat nyeri di daerah rasa

lokasi dan intensitas, nyeri gatal nya sedikit


10.00 WIB 3. Membiarkan klien berkurang
Rita
mengambil posisi yang 3. Klien mengatakan

nyaman waktu tidur atau nyaman dengan posisi

duduk diatas kursi. tidur telentang


11.00 WIB
4. Meningkatkan istirahat di 4. Klien tampak telihat
Rita
tempat tidur sesuai indikasi. tertidur pulas

Kolabirasi
12.00 WIB
5. Memberikan obat analgesic 5. Klien mengatakan rasa Rita
dengan dosis (200 mg/hari) nyeri di bagian yang
gatal sudah sedikit
berkurang

3. Senin, 5 1. Menganjurkan klien untuk 1. Klien tampak terlihat Rita


Oktober tidak menggaruk pada masih tetap
2015/10.10 daerah yang gatal menggaruk-nggaruk
pada bagian yang gatal

36
WIB 2. Kulit klien tampak Rita
10.15 WIB 2. Mengobservasi kulit adanya lesi namun
sudah sedikit
mengering
3. Klien kooperatif Rita
3. Anjurkan klien tidak
10.40 WIB
kebanyakan aktifitas agar
kulit tidak lembab dan tetap
kering
4. Keluarga klien sudah Rita
11.00 WIB 4. Memberi HE pada klien dan
mampu memahami dan
keluarganya tentang
mengerti tentang
pentingnya personal
pentinganya personal
hygiene
hygiene

Rita
Kolaborasi 5. Klien tampak sedikit

5. Menggunakan salep tidak merintih gatal-


12.00 WIB
Cephalexin (25-50 gatal

mg/kg/hari dalam 2 dosis)

5. EvaluasiKeperawatan

37
No Dx Tgl/hari/jam EVALUASI Paraf
1 Sabtu, 3 S : klien mengatakan nyeri nya sudah Rita
Oktober berkurang
2015 O : klien tampak tenang dan nyaman
08.00 WIB A : Tujuan tercapai
P : Tindakan di hentikan dengan
pemberian HE (Health Education)
pada klien dan keluarga klien
3 Senin, 5 S : klien mengatakan gatal nya masih Rita
Oktober terasa namun tidak parah
08.30 WIB O : kulit klien tampak masih ada
bercak-bercak namun tidak parah
A : Tujuan belum tercapai
P : Tindakan no 2 dan 5 dihentikan,
tindakan no 1, 3, 4 dan 6 dilanjutkan.

BAB IV

38
PEMBAHASAN

Impetigo merupakan penyakit kulit yang menular yang terjadi karena kurang
menjaga kebersihan diri maupun lingkungan. Dan setelah kami mengetahui antara
konsep penyakit impetigo dan aplikasi teori, ternyata hampir mempunyai kesamaan
pada gelaja klinis nya yaitu timbulnya lesi berdiameter 2-4mm yang akan terasa gatal
dan nyeri bila di garuk oleh penderita. Tetapi, itupun juga tergantung oleh penderita
itu sendiri karena respon nyeri setiap orang beda-beda.

Impetigo merupakan peradangan superfisialis yang terbatas pada bagian


epidermis yang disebabkan oleh infeksi bakteri stafilokokus dan streptokokus.Lesi
yang timbul dapat terjadi pada tempat yang normal atau pada tempat yang
sebelumnya pernah terkena trauma.Terdapat vesikel yang biasanya tidak mudah
untuk mengalami ruptur kemudian yang khas dari vesikel ini vesikel tersebut
biasanya membesar menjadi bula.Di dalam bula tersebut awalnya mengandung cairan
yang jernih berwarna kuning, yang kemudian berubah warna menjadi lebihgelap,
serta lebih berwarna kuning kehitaman. Setelah 1-3 hari lesi ini biasanya akan ruptur
dan meninggalkan krusta yang tipis, berwarna cokelat terang, dan satu lagi yang khas
pada penderita Impetigo Bulosa adalah hipopion.

Dari heteroanamnesis didapatkan bahwa penderita dikeluhkan oleh orang


tuanya muncul gelembung-gelembung berisi nanah sejak 1 minggu yang lalu.
Awalnya gelembung nanah ini berukuran kecil, semakin lama menyebar di leher.
Beberapa gelembung ada yang pecah karena gesekan. Demam serta nyeri disangkal
oleh pasien. Hal ini sesuai dengan gejala dan tanda impetigo bulosa.

Penyakit impetigo ini sering kali terjadi pada anak-anak akan menjadi rewel
dan sering menangis. Pada penyakit kulit ini kebanyakan di derita oleh anak-anak
dikarenakan sistem kekebalan tubuhnya yang masih rentan oleh bakteri, virus
maupun jamur. Hampir sekitar 90% penyakit impetigo jenis impetigo nonbulosa
sering terjadi pada anak usia < 2 tahun dan sekitar 70% penyakit impetigo adalah
jenis impetigo bulosa yang sering terjadi pada anak usia 15 tahun.

39
Pada konsep dikatakan kalau ada penderita yang mengalami penyakit
impetigo ini pasti akan di berikan obat topikal dan sistemik, namun apabila ada
penderita yang mempunyai alergi penicilin harus ditanyakan terlebih dahulu agar
penyakit kulit ini tidak menjadi parah.

Pada kasus ditemukan keluarga penderita yang tidak mengetahui akan


informasi menegenai penyakit impetigo ini. Karena hanya dianggap sebagai penyakit
gatal-gatal biasa, namun dalam kenyataannya penyakit ini juga bisa menyebar hingga
ke seluruh tubuh dan tentunya akan mengganggu si penderita itu sendiri. Apalagi
pada anak-anak akan mengalami kesulitan untuk tidur. Maka dari itu, sebagai tenaga
medis harus bisa memberikan promotif dan preventif pada masyarakat yang belum
terjangkit penyakit ini. Agar masyarakat bisa mengetahui, memahami dan bisa
menerapkan langkah-langkah untuk mencegah penyakit kulit yang menular ini.

BAB V

PENUTUP

40
5.1 Simpulan
1. Impetigo adalah infeksi kulit yang dangkal yang disebabkan oleh bakteri
staphylococcus aureus dan kadang-kadang oleh bakteri streptococcus
pyogene, yang menyebabkan terbentuknya lepuhan-lepuhan kecil yang
berisi nanah (pustule).
2. Impetigo paling sering menyerang anak-anak,terutama yang kebersihan
badan nya kurang dan bisa muncul di bagian tubuh manapun,( paling sering
di temukan di wajah,lengan,dan tungkai).
3. Manifestasi klinis dari impetigo seperti ruam merah yang lembut, kulit
mengeras/krusta, gatal, luka yang sulit menyembuh kadang juga disertai
rasa nyeri di area yang terdapat lesi. Juga disertai peningkatan suhu pada
klien yang menderita impetigo.
4. Penatalaksanaan dari impetigo ini adalah dengan menggunakan pengobatan
topical, pengobatan oral maupun dengan menjaga kebersihan tubuh.
5. Pengobatan pada impetigo ada 3 macam, yaitu :
a. Pengobatan topikal dengan krim antibiotik, drainase, kompres larutan
sodium kloride 0,9%
b. Pengobatan sistemik : di berikan pada kasus-kasus berat, lama
pengobatan paling sedikit 7-14 hari. Contoh : Penisilin, kloksasilin
(untuk staphylococcus yang kebal penisilin)
c. Kebersihan

5.2 Saran

1. Petugas kesehatan
Seharusnya melakukan promosi dan preventif kesehatan agar masyarakat
awam tahu apakah penyakit impetigo ini menular dan bagaimana cara
penanganannya
2. Institusi
Seharusnya institusi kesehatan juga lebih memprioritaskan fasilitas
kesehatan yang sesuai dengan pasien

41
3. Mahasiswa kesehatan
Sehendaknya mahasiswa kesehatan sebagai calon petugas kesehatan juga
harus bisa membedakan beberapa penyakit kulit yang mempunyai gejala
yang sama tetapi berbeda nama penyakit

DAFTAR PUSTAKA

42
M. Wilkinson, Judith & Nancy R. Ahern. 2014. Diagnosis Keperawatan Edisi
9.Jakarta : EGC

Mandal, B. K dkk. 2008. Penyakit Infeksi.Jakarta : Erlangga

Muttaqin, Arif. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta :


Salemba Medika

Susanto, R Clevere & GA Made Ari M. 2013. Penyakit Kulit dan


Kelamin.Yogyakarta : Nuha

Medika

Rosyanti, Lilin. 2015. https://lilinrosyanti.wordpress.com/2015/02/16/askepimpetigo/.


(di akses 4 Oktober 2015 pukul 09.30 WIB)

Williams, Lippincott & Wilkins. 2012. Kapita Selekta Penyakit Edisi 2.Jakarta : EGC

43

Anda mungkin juga menyukai