Disusun Oleh :
Ovie Intan Ariani
0115A092
3) Hypodermis
Fasia superfisialis terdiri dari jaringan pengikat longgar.
Komponennya serat longgar, elastis dan sel lemak. Bila terdapat lobules
lemak yang merata pada hypodermis membentuk bantalan lemak
( panikulus adipose ) bagian superfisial hypodermis mengandung kelenjar
keringat dan folikel rambut.
b. Kelenjar Kulit
1) Kelenjar Sebasea
Berhubungan dengan folikel rambut yang bermuara dalam sebuah
folikel rambut.
2) Kelenjar Keringat
Terdapat paling banyak pada telapak tangan dan kaki. Bagian
sekretori terletak pada dermis atau hypodermis bergabung membentuk
masa sendiri. Duktusnya keluar menuju epidermsis, berjalan berkelok
menyatu dengan epidermis dan berjalan spiral untuk mencapai permukaan
kulit dan tempat bermuaranya disebut pori keringat. Terdapat 2macam
kelennjar keringat :
Kelenjer keringat ekrin
Kelenjar keringat apokrin
3) Kelenjar Mamae
Berasal dari lapisan ectodermal. Secara fungsional termasuk
system reproduksi terletak diatas fasia pektoralis superfisialis dan
dihubungkan dengan perantaraan jaringan ikat longgar dan jaringan lemak,
serta melekat erat dengan kulit diatasnya.
2. Fisiologi Kulit
Pada organ sensorik kulit terdapat empat jaras yakni rasa raba/tekan, dingin, panas
dan sakit. Indra raba terdapat pada kulit, disamping itu juga sebagai pelepas panas yang
ada pada tubuh. Kulit memiliki banyak ujung syaraf rasa raba yang menerima rangsangan
dari luar diteruskan ke pusat syaraf otak.
a. Modalitas Rasa Kulit
1) Rasa Mekanik
Ambang Diskriminasi Spesial
Reseptor raba
Reseptor getar
Reseptor geli
2) Rasa Suhu
3) Rasa Propiosepsi
4) Rasa Nyeri
Nyeri proyeksi
Nyeri alih
Hiperalgesia
Hipoalgesia
Nyeri kronis
5) Rasa Gatal
b. Fungsi Kulit
1) Fungsi termoregulasi
2) Fungsi proteksi
3) Fungsi absorpsi
4) Fungsi ekskresi
5) Fungsi persepsi
6) Fungsi pembentukan pigmen
7) Fungsi keratinasi
8) Fungsi pembentukan vitamin D
B. DEFINISI
Konsep integritas kulit akan menggambarkan pentingnya menjaga kulit dalam kondisi
utuh dan sehat. Dengan memahami tentang struktur kulit, kita akan selalu
mempertahankan kesehatan kulit dan mendukung penyembuhan luka. Kulit yang utuh
dan sehat akan melindungi kita dari cedera kimiawi dan mekanik. Saat kulit cedera,
epidermis berfungsi melindungi dari serangan mikroorganisme pathogen. Dermis
berfungsi mengembalikan integritas struktural (kolagen) dan bagian fisik kulit. Kulit
merupakan organ tubuh yang memiliki fungsi sebagai pertahanan primer tubuh dalam
mencegah invasi mikroorganisme pathogen.
Apabila sampai terjadi kerusakan di kulit, maka mikroorganisme berpotensi masuk
dan menyebabkan infeksi. Kulit terdiri dari dua lapisan, yaitu epidemis dan dermis dan
dibatasi oleh membran. Lapisan paling atas disebut epidermis memiliki beberapa lapisan.
Stratum korneum adalah lapisan terluar epidermis yang tipis. Stratum korneum ini terdiri
atas sel datar, sel mati, dan sel yang mengandung keratin. Sel ini terbentuk dari lapisan
epidermis yang paling dalam, yang biasanya disebut lapisan basal. Sel pada lapisan basal
membagi, mengembangbiakkan, dan bermigrasi menuju permukaan epidermis.
Setelah sel mencapai stratum korneum, sel menjadi datar dan mati. Gerakan konstan
ini memastikan bahwa sel dipermukaan terkelupas melalui proses deskuamasi atau
pengelupasan. Stratum korneum yang tipis ini melindungi sel dan jaringan yang berada di
bawahnya dari dehidrasi dan mencegah masuknya agen kimia tertentu. Stratum korneum
memungkinkan evaporasi air dari kulit dan absorpsi obat topikal tertentu.
Dermis, lapisan kulit yang paling dalam memiliki daya rentang, pendukung mekanik,
dan memberikan perlindungan pada tulang, otot, dan organ yang berada di bawahnya.
Dermis berbeda dari epidermis yang sebagian besar terdiri atas jaringan penghubung dan
sel kulit. Kolagen (protein fibrosa yang keras), pembuluh darah, dan saraf yang berada di
lapisan dermal. Fibroblas, yang bertanggungjawab untuk pembentukan kolagen, adalah
jenis sel yang khusus diantara dermis. integritas kulit dan mendukung penyembuhan luka.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah lengkap
2. Arterial blood gas untuk mengrtahui penurunan PO2 dan peningkatan PO2
3. Elektrolit
4. BUN dan kreatinin sebagai baselin
5. Pengecekan myoglobin untuk mengetahui adanya rhabdomyolisis melalui
pemeriksaan kreatinin kinase dan urinalisis.
6. Karboksihemeglobin dan serum laktat untuk mengetahui adanya keracunan CO
(carbon monoxide) dan sianida
7. Protein total (albumin dan globulin)
F. PENATALAKSANAAN
6 kategori luka:
1. Luka akut
2. Luka kronik (nekrotik hitam, kering)
3. Luka kronik (nekrotik kuning, basah)
4. Luka kronik ( merah dengan cairan kuning kehijauan atau pus infeksi)
5. Luka kronik (merah, basah/granulasi)
6. Luka kronik (merah muda).
Tindakan :
1. Luka akut
a. Anastesi local
b. Cuci dengan sabun antiseptic
c. Bilas dengan NaCI 0,9%
d. Bersihkan luka dari jaringan mati dan benda asing dengan pinset
e. Irigasi dengan NaCI 0,9% atau aquadest
f. Keringkan dengan kassa steril
g. Lakukan penutupan luka jika memungkinkan
h. Dressing luka (lembab+kassa)
2. Luka kronik ( nekrotik hitam, kering)
a. Cuci tangan sabun antiseptic
b. Bilas dengan NaCI 0,9%
c. Surgical debridement (jika memungkinkan)
d. Irigasi dengan NaCI 0,9% atau aquadest
e. Keringkan dengan kassa steril
f. Transparent dressing
g. Antibiotic
3. Luka kronik ( nekrotik kuning, basah)
a. Cuci dengan sabun antiseptic
b. Bilas dengan NaCI 0,9%
c. Surgical debridement jika memungkinkan
d. Irigasi dengan NaCI 0,9% atau aquadest
e. Keringkan dengan kassa steril
f. Transparent dressing
g. Antibiotic
4. Luka kronik ( merah muda dengan cairan kuning kehijauan)
a. Kultur pus/nanah
b. Cuci dengan sabun antiseptic
c. Bilas dengan NaCI 0,9%
d. Surgical debridement jika memungkinkan
e. Irigasi dengan NaCI 0,9% atau aquadest
f. Keringkan dengan kassa steril
g. Transparent dressing
h. Antibiotic
5. Luka kronik
a. Cuci dengan sabun antiseptic
b. Bilas dengan NaCI 0,9%
c. Absorbent dressing + transparent dressing
6. Luka kronik ( merah muda)
a. Cuci dengan sabun antiseptic
b. Bilas dengan NaCi 0,9%
c. Lakukan perawatan secara lembab yang dapat merangsang epitelisasi
Kassa non adherent + transparent dressing
G. KONSEP MAP ASUHAN KEPERAWATAN
DAFTAR PUSTAKA
Alimul H, A Aziz. 2006. Pengantar KDM Aplikasi Konsep & Proses Keperawatan.
Jakarta:Salemba Medika
Mubarak, W.I., Chayatin, N. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teoridan Aplikasi
dalam praktik. Jakarta : EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Kriteria Hasil. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Delaune dan Ladner, 2002 Dasar Dasar Keperawatan/ Fundamental Of Nursing Standards
an Practice, Edisi 2, Thomson Learning.