Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN DASAR


KEBUTUHAN INTEGRITAS KULIT
Laporan ini disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Dasar
Dosen Pengampu : Ns. Faridah Aini, S.Kep., M.Kep., Sp.KMB

Disusun Oleh :
Ovie Intan Ariani
0115A092

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
TAHUN AJARAN 2020/2021
A. KONSEP ANATOMI FISIOLOGI
1. Anatomi Kulit
a. Lapisan Kulit
1) Epidermis
Lapisan paling luar yang terdiri dari lapisan epitel gepeng unsur
utamanya islah sel tanduk ( keratinosit ) dan sel melanosit. Lapisan
epidermis tumbuh terus karena lapisan sel induk yang berada pada lapisan
bawah bermitosis terus, lapisan paling luar epidermis akan terkelupas dan
gugur. Lapisan permukaan dianggap sebagai akhir dari keaktifan sel
lapisan tersebut, ada 5 lapisan diantaranya :
 Stratum korneum
 Statum lusidum
 Stratum granulosum
 Stratu spinosum
 Stratum malfighi

Warna kulit ditentukan oleh factor warna kulitnya sendiri. Karena


kandungan karoten ( pigmen ) darah pada pembuluh darah dermis akan
memberikan warna kemerahan dan pigmen melanin akan memberikan
warna coklat pada kulit. Melanin terletak pada lapisan basal dan bagian
bawah lapisan taju. Melanosit bertebaran diantara keratinosit lapis basal,
lapis taju dalam folikel rambut dan jaringan dermis.
Pigmentasi kulit bergantung pada beberapa pengaruh ( lingkungan,
keturunan, dan hormone ). Untuk factor genetic menentukan ukuran satuan
melanin epidermis, hormone pemacu melanosit MSH merangsang
perpindahan melanosom kedalam cabang sitoplasma melanosit dan
keratinosit. Untuk factor lingkungan seperti UV akan meningkatkan
kegiatan enzim melanosit, meningkatkan produksi melanin dan
penimbunannya didalam keratinosit sehingga kulit menjadi coklat.
2) Dermis
Bersifat ulet dan elastis yang berguna untuk melindungi bagian
yang lebih dalam. Ketebalannya sekitas 0,5 – 3 mm. beberapa lebih tebal
dari epidermis dan dibentuk dari komponen jaringan pengikat. Derivate
atau turunan dermis terdiri dari bulu, kelenjar minyak, kelenjar lender dan
kelenjar keringat yang membenam jauh ke dalam dermis. Lapisan dermis
terdiri dari :
 Lapisan papilla
 Lapisan retikulosa
Unsur utama sel dermis ialah fibrobals dan makrofag juga terdapat
sel lemak yang berkelompok disamping itu juga sel jaringan ikat
bercabang, berpigmen pada lingkungan epidermis yang banyak
mengandung pigmen.

3) Hypodermis
Fasia superfisialis terdiri dari jaringan pengikat longgar.
Komponennya serat longgar, elastis dan sel lemak. Bila terdapat lobules
lemak yang merata pada hypodermis membentuk bantalan lemak
( panikulus adipose ) bagian superfisial hypodermis mengandung kelenjar
keringat dan folikel rambut.
b. Kelenjar Kulit
1) Kelenjar Sebasea
Berhubungan dengan folikel rambut yang bermuara dalam sebuah
folikel rambut.

2) Kelenjar Keringat
Terdapat paling banyak pada telapak tangan dan kaki. Bagian
sekretori terletak pada dermis atau hypodermis bergabung membentuk
masa sendiri. Duktusnya keluar menuju epidermsis, berjalan berkelok
menyatu dengan epidermis dan berjalan spiral untuk mencapai permukaan
kulit dan tempat bermuaranya disebut pori keringat. Terdapat 2macam
kelennjar keringat :
 Kelenjer keringat ekrin
 Kelenjar keringat apokrin

3) Kelenjar Mamae
Berasal dari lapisan ectodermal. Secara fungsional termasuk
system reproduksi terletak diatas fasia pektoralis superfisialis dan
dihubungkan dengan perantaraan jaringan ikat longgar dan jaringan lemak,
serta melekat erat dengan kulit diatasnya.

2. Fisiologi Kulit
Pada organ sensorik kulit terdapat empat jaras yakni rasa raba/tekan, dingin, panas
dan sakit. Indra raba terdapat pada kulit, disamping itu juga sebagai pelepas panas yang
ada pada tubuh. Kulit memiliki banyak ujung syaraf rasa raba yang menerima rangsangan
dari luar diteruskan ke pusat syaraf otak.
a. Modalitas Rasa Kulit
1) Rasa Mekanik
 Ambang Diskriminasi Spesial
 Reseptor raba
 Reseptor getar
 Reseptor geli
2) Rasa Suhu
3) Rasa Propiosepsi
4) Rasa Nyeri
 Nyeri proyeksi
 Nyeri alih
 Hiperalgesia
 Hipoalgesia
 Nyeri kronis
5) Rasa Gatal

b. Fungsi Kulit
1) Fungsi termoregulasi
2) Fungsi proteksi
3) Fungsi absorpsi
4) Fungsi ekskresi
5) Fungsi persepsi
6) Fungsi pembentukan pigmen
7) Fungsi keratinasi
8) Fungsi pembentukan vitamin D
B. DEFINISI
Konsep integritas kulit akan menggambarkan pentingnya menjaga kulit dalam kondisi
utuh dan sehat. Dengan memahami tentang struktur kulit, kita akan selalu
mempertahankan kesehatan kulit dan mendukung penyembuhan luka. Kulit yang utuh
dan sehat akan melindungi kita dari cedera kimiawi dan mekanik. Saat kulit cedera,
epidermis berfungsi melindungi dari serangan mikroorganisme pathogen. Dermis
berfungsi mengembalikan integritas struktural (kolagen) dan bagian fisik kulit. Kulit
merupakan organ tubuh yang memiliki fungsi sebagai pertahanan primer tubuh dalam
mencegah invasi mikroorganisme pathogen.
Apabila sampai terjadi kerusakan di kulit, maka mikroorganisme berpotensi masuk
dan menyebabkan infeksi. Kulit terdiri dari dua lapisan, yaitu epidemis dan dermis dan
dibatasi oleh membran. Lapisan paling atas disebut epidermis memiliki beberapa lapisan.
Stratum korneum adalah lapisan terluar epidermis yang tipis. Stratum korneum ini terdiri
atas sel datar, sel mati, dan sel yang mengandung keratin. Sel ini terbentuk dari lapisan
epidermis yang paling dalam, yang biasanya disebut lapisan basal. Sel pada lapisan basal
membagi, mengembangbiakkan, dan bermigrasi menuju permukaan epidermis.
Setelah sel mencapai stratum korneum, sel menjadi datar dan mati. Gerakan konstan
ini memastikan bahwa sel dipermukaan terkelupas melalui proses deskuamasi atau
pengelupasan. Stratum korneum yang tipis ini melindungi sel dan jaringan yang berada di
bawahnya dari dehidrasi dan mencegah masuknya agen kimia tertentu. Stratum korneum
memungkinkan evaporasi air dari kulit dan absorpsi obat topikal tertentu.
Dermis, lapisan kulit yang paling dalam memiliki daya rentang, pendukung mekanik,
dan memberikan perlindungan pada tulang, otot, dan organ yang berada di bawahnya.
Dermis berbeda dari epidermis yang sebagian besar terdiri atas jaringan penghubung dan
sel kulit. Kolagen (protein fibrosa yang keras), pembuluh darah, dan saraf yang berada di
lapisan dermal. Fibroblas, yang bertanggungjawab untuk pembentukan kolagen, adalah
jenis sel yang khusus diantara dermis. integritas kulit dan mendukung penyembuhan luka.

C. FAKTOR RISIKO DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


Menurut Aziz Alimul (2008) Proses penyembuhan luka dipengaruhi oleh factor,
yaitu:
a. Vaskularisasi, mempengaruhi luka karena luka membutuhkan peredaran darah
yang baik untuk pertumbuhan atau perbaikan sel.
b. Anemia, memperlambat proses penyembuhan luka mengingat perbaikan sel
membutuhkan kadar protein yang cukup. Oleh sebab itu, orang yang mengalami
kekurangan kadar haemoglobin dalam darah akan mengalami proses
penyembuhan lebih lama.
c. Usia, kecepatan perbaikan sel berlangsung sejalan dengan pertumbuhan atau
kematangan usia seseorang. Namun selanjutnya, proses penuaan dapat
menurunkan system perbaikan sel sehingga dapat memperlambat proses
penyembuhan luka.
d. Penyakit lain, mempengaruhi proses penyembuhan luka. Adanya penyakit seperti
diabetes mellitus dapat memperlambat proses penyembuhan luka.
e. Nutrisi, merupakan unsur utama dalam membantu perbaikan sel, terutama karena
terdapat kandungan zat gizi didalamnya. Sebagai contoh, vitamin A diperlukan
unutk membantu proses epitelisasi atau penutupan luka dab sintesis kolagen:
vitamin B kompleks sebagai kofaktor pada system enzim yang mengatur
metabolisme protein, karbohidrat dan lemak, vitamin C dapat berfungsi sebagai
fibroglas mencegah timbulnya infeksi dan membentuk kapiler kapiler darah.
Vitamin K membentu sintesis protombin dan berfungsi sebagai zat pembekuan
darah.
f. Kegemukan, obat obatan, merokok, dan stress, mempengaruhi proses
penyembuhan luka. Orang yang terlalu gemuk, banyak mengosumsi obat obatan,
merokok, atau stress, akan mengalami proses penyembuhan luka yang lebih lama.

D. GANGGUAN INTEGRITAS KULIT


Menurut aziz Alimul (2008) beberapa masalah yang dapat terjadi dalam proses
penyembuhan luka adalah:
a. Pendarahan, ditandai dengan adanya pendarahan disertai perubahan tanda vital
seperti kenaikan denyut nadi, kenaikan pernafasan, penurunan tekanan darah,
melemahnya kondisi tubuh, kehausan, serta keadaan kulit yang dingin dan
lembab.
b. Infeksi, terjadi bila terdapat tanda tanda seperti kulit kemerahan, demam, atau
panas, rasa nyeri dan timbul bengkak, jaringan disekitar luka meneras, serta
adanya kenaikan leukosit.
c. Dehiscene, merupakan pecahnya luka sebagian atau seluruhnya yang dapat
dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti kegemukan, kekurangan nutrisi, terjadi
trauma, dan lain lain. Sering ditandai dengan kenaikan suhu tubuh(demam),
takikardi, dan rasa nyeri pada daerah luka.
d. Evisceration, yaitu menonjolnya organ tubuh bagian dalam kea rah luar melalui
luka. Hal ini dapat terjadi luka tidak segera menyatu dengan baik atau akibat
proses penyembuhan yang lambat.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah lengkap
2. Arterial blood gas untuk mengrtahui penurunan PO2 dan peningkatan PO2
3. Elektrolit
4. BUN dan kreatinin sebagai baselin
5. Pengecekan myoglobin untuk mengetahui adanya rhabdomyolisis melalui
pemeriksaan kreatinin kinase dan urinalisis.
6. Karboksihemeglobin dan serum laktat untuk mengetahui adanya keracunan CO
(carbon monoxide) dan sianida
7. Protein total (albumin dan globulin)

F. PENATALAKSANAAN
6 kategori luka:
1. Luka akut
2. Luka kronik (nekrotik hitam, kering)
3. Luka kronik (nekrotik kuning, basah)
4. Luka kronik ( merah dengan cairan kuning kehijauan atau pus infeksi)
5. Luka kronik (merah, basah/granulasi)
6. Luka kronik (merah muda).
Tindakan :

1. Luka akut
a. Anastesi local
b. Cuci dengan sabun antiseptic
c. Bilas dengan NaCI 0,9%
d. Bersihkan luka dari jaringan mati dan benda asing dengan pinset
e. Irigasi dengan NaCI 0,9% atau aquadest
f. Keringkan dengan kassa steril
g. Lakukan penutupan luka jika memungkinkan
h. Dressing luka (lembab+kassa)
2. Luka kronik ( nekrotik hitam, kering)
a. Cuci tangan sabun antiseptic
b. Bilas dengan NaCI 0,9%
c. Surgical debridement (jika memungkinkan)
d. Irigasi dengan NaCI 0,9% atau aquadest
e. Keringkan dengan kassa steril
f. Transparent dressing
g. Antibiotic
3. Luka kronik ( nekrotik kuning, basah)
a. Cuci dengan sabun antiseptic
b. Bilas dengan NaCI 0,9%
c. Surgical debridement jika memungkinkan
d. Irigasi dengan NaCI 0,9% atau aquadest
e. Keringkan dengan kassa steril
f. Transparent dressing
g. Antibiotic
4. Luka kronik ( merah muda dengan cairan kuning kehijauan)
a. Kultur pus/nanah
b. Cuci dengan sabun antiseptic
c. Bilas dengan NaCI 0,9%
d. Surgical debridement jika memungkinkan
e. Irigasi dengan NaCI 0,9% atau aquadest
f. Keringkan dengan kassa steril
g. Transparent dressing
h. Antibiotic
5. Luka kronik
a. Cuci dengan sabun antiseptic
b. Bilas dengan NaCI 0,9%
c. Absorbent dressing + transparent dressing
6. Luka kronik ( merah muda)
a. Cuci dengan sabun antiseptic
b. Bilas dengan NaCi 0,9%
c. Lakukan perawatan secara lembab yang dapat merangsang epitelisasi
Kassa non adherent + transparent dressing
G. KONSEP MAP ASUHAN KEPERAWATAN
DAFTAR PUSTAKA
Alimul H, A Aziz. 2006. Pengantar KDM Aplikasi Konsep & Proses Keperawatan.
Jakarta:Salemba Medika
Mubarak, W.I., Chayatin, N. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teoridan Aplikasi
dalam praktik. Jakarta : EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Kriteria Hasil. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Delaune dan Ladner, 2002 Dasar Dasar Keperawatan/ Fundamental Of Nursing Standards
an Practice, Edisi 2, Thomson Learning.

Anda mungkin juga menyukai