Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sistem integumen/sistem penutup tubuh (covering) adalah suatu sistem

penyusun tubuh suatu makhluk hidup yang berhubungan langsung dengan

lingkungan luar. Fungsinya antara lain sebagai pelindung, penerima rangsang

dari luar/eksteroreseptor, respirasi, ekskresi, termoregulasi dan

osmoregulasi/homeostatis.

Fungsi lain : Sebagai tempat cadangan makanan lemak pada hewan yang

hidup di daerah 4 musim, sebagai alat nutrisi / kelenjar susu, pada mammalia,

sebagai alat gerak, sayap pada burung, sirip pada ikan,selaput renang pada

katak, Sebagai tempat pembentukan vitamin D.

Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan,

melindungi, dan menginformasika hewan terhadap lingkungan sekitarnya.

Sistem ini sering kali merupakan bagian sistem organ yang terbesar yang

mencakup kulit, rambut, bulu, sisik, kuku, kelenjar keringat dan produknya

(keringat atau lendir). Kata ini berasal dari bahasa Latin "integumentum",

yang berarti "penutup".

Secara ilmiah kulit adalah lapisan terluar yang terdapat diluar jaringan

yang terdapat pada bagian luar yang menutupi dan melindungi permukaan

tubuh, kulit merupakan organ yang paling luas permukaan yang membungkus

seluruh bagian luar tubuh sehingga kulit sebagai pelindung tubuh terhadap

bahaya bahan kimia.

1
Cahaya matahari mengandung sinar ultra violet dan melindungi terhadap

mikroorganisme serta menjaga keseimbangan tubuh.misanya menjadi pucat,

kekuning-kunigan, kemerah-merahan atau suhu kulit meningkat.Ganguan

psikis juga dapat mengakibatkan kelainan atau perubahan pada kulit misanya

karna stres, ketakutan, dan keadaan marah akan mengakibatkan perubahan

pada kulit wajah.

B. Rumusan masalah

Dalam makalah ini kami sebagai penulis akan menjelaskan tentang :

1. Apakah sisem integument ?

2. Apakah anatomi dan fisiologi sistem integument ?

3. Apakah luka bakar ?

4. Bagaimanakah penatalaksanaa pada luka bakar ?

5. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada luka bakar ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah :

1. Mengetahui sisem integument ?

2. Mengetahui anatomi dan fisiologi sistem integument ?

3. Mengetahui luka bakar ?

4. Menegtahui penatalaksanaa pada luka bakar ?

5. Mengetahui asuhan keperawatan pada luka bakar ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Integumen

Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan,

melindungi, dan menginformasikan hewan terhadap lingkungan sekitarnya.

Sistem ini sering kali merupakan bagian sistem organ yang terbesar yang

mencakup kulit, rambut, bulu, sisik, kuku, kelenjar keringat dan produknya

(keringat atau lendir). Kata ini berasal dari bahasa Latin "integumentum", yang

berarti "penutup".

Sistem Integumen pada manusia terdiri dari kulit, kuku, rambut, kelenjar

keringat, kelenjar minyak dan kelenjar susu. Sistem integumen mampu

memperbaiki sendiri apbila terjadi kerusakan yang tidak terlalu parah (self-

repairing) & mekanisme pertahanan tubuh pertama (pembatas antara

lingkungan luar tubuh dengan dalam tubuh).

B. Anatomi dan Fisiologi Sistem Integumen

1. Anatomi Sistem Integumen

Kulit adalah lapisan atau jaringan yang menutupi seluruh tubuh dan

melindungi tubuh dari bahaya yang datang dari luar. Luas kulit ± 2 dengan

ketebalan pada setiap bagian tubuh berbeda-beda (0,5 mm) dan rata-rata

ketebalan 1-2 mm. Kulit disebut juga integumen yang tumbuh dari 3

lapisan yaitu lapisan dermis, epidermis dan hipodermis.

3
Kulit terbagi menjadi 3 lapisan:

a. Epidermis

Epidermis merupakan bagian kulit paling luar. Ketebalan epidermis

berbeda-beda pada berbagai bagian tubuh, yang paling tebal berukuran

1 milimeter misalnya pada telapak tangan dan telapak kaki, dan yang

paling tipis berukuran 0,1 milimeter terdapat pada kelopak mata, pipi,

dahi dan perut. Sel-sel epidermis disebut keratinosit. Epidermis melekat

erat pada dermis karena secara fungsional epidermis memperoleh zat-

zat makanan dan cairan antar sel dari plasma yang merembes melalui

dinding-dinding kapiler dermis ke dalam epidermis.

Pada epidermis dibedakan atas lima lapisan kulit, yaitu :

1) Lapisan tanduk (stratum corneum)

Merupakan lapisan epidermis yang paling atas, dan menutupi semua

lapisan epidermis lebih ke dalam. Lapisan tanduk terdiri atas

beberapa lapis sel pipih, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses

metabolisme, tidak berwarna dan sangat sedikit mengandung air.

2) Lapisan bening (stratum lucidum)

Disebut juga lapisan barrier, terletak tepat di bawah lapisan tanduk,

dan dianggap sebagai penyambung lapisan tanduk dengan lapisan

berbutir. Lapisan bening terdiri dari protoplasma sel-sel jernih yang

kecil-kecil, tipis dan bersifat translusen sehingga dapat dilewati sinar

(tembus cahaya). Lapisan ini sangat tampak jelas pada telapak

tangan dan telapak kaki. Proses keratinisasi bermula dari lapisan

bening.

4
3) Lapisan berbutir (stratum granulosum)

Tersusun oleh sel-sel keratinosit berbentuk kumparan yang

mengandung butir-butir di dalam protoplasmanya, berbutir kasar dan

berinti mengkerut. Lapisan ini tampak paling jelas pada kulit telapak

tangan dan telapak kaki.

4) Lapisan bertaju (stratum spinosum)

Disebut juga lapisan malphigi, terdiri atas sel-sel yang saling

berhubungan dengan perantaraan jembatan-jembatan protoplasma

berbentuk kubus. Jika sel-sel lapisan saling berlepasan, maka

seakan-akan selnya bertaju. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil

yang terdiri atas serabut protein. Sel-sel pada lapisan taju normal,

tersusun menjadi beberapa baris.

5) Lapisan benih (stratum germinativum atau stratum basale)

Merupakan lapisan terbawah epidermis, dibentuk oleh satu baris sel

torak (silinder) dengan kedudukan tegak lurus terhadap permukaan

dermis. Alas sel-sel torak ini bergerigi dan bersatu dengan lamina

basalis di bawahnya. Lamina basalis yaitu struktur halus yang

membatasi epidermis dengan dermis. Pengaruh lamina basalis cukup

besar terhadap pengaturan metabolisme demo-epidermal dan fungsi-

fungsi vital kulit. Di dalam lapisan ini sel-sel epidermisbertambah

banyak melalui mitosis dan sel-sel tadi bergeser ke lapisan-lapisan

lebih atas, akhirnya menjadi sel tanduk. Di dalam lapisan benih

terdapat pula sel-sel bening (clear cells, melanoblas atau melanosit)

pembuat pigmen melanin kulit.

5
Tipe-Tipe Sel Epidermis

a) Keratinocytes

Subtansi terbanyak dari sel-sel epidermis, karena keratinocytes

selalu mengelupas pada permukaaan epidermis, maka harus selalu

digunakan. Pergantian dilakukan oleh aktivitas mitosis dari lapisan

basal (di malam hari). Selama perjalanannya ke luar (menuju

permukaan. Keratinocyes berdeferensiasi menjadi keratin filamen

dalam sitoplasma. Proses dari basal sampai korneum selama 20-30

hari. Karena proses cytomorhose dari keratinocytes yang bergerak

dari basal ke korneum, lima lapisan dapat diidentifikasi. Yaitu basal,

spimosum, granulosum, losidum dan kornium

b) Melanocytes

Didapat dari ujung saraf, memproduksi pigment melanin yang

memberikan warna coklat pada kulit. Bentuknya silindris, bulat dan

panjang. Mengandung tirosinase yang dihasilkan oleh REG,

kemudian tirosinase tersebut diolah oleh Aparatus Golgi menjadi

oval granules (melanosomes). Ketika asam amino tirosin berpindah

ke dalam melanosomes, melanosomes berubah menjadi melanin.

Enzim tirosinase yang diaktifkan oleh sinar ultra violet.. Kemudian

melanin meninggalkan badan melanicytes dan menuju ke sitoplasma

dari sel-sel dalam lapisan stratum spinosum. Dan pada akhirnya

pigmen melanin didegradasi oleh keratinocytes.

6
c) Merkel Cells

Banyak terdapat pada daerah kulit yang sedikit rambut (fingertips,

oral mucosa, daerah dasar folikel rambut). Menyebar di lapisan

stratum basal yang banyak mengandung keratinocytes.

d) Langerhans Cells

Disebut juga dendritic cells karena sering bekerja di daerah lapisan

stratum spinosum. Merupakan sel yang mengandung antibodi.

Banyaknya 2% – 4 % dari keseluruhan sel epidermis. Selain itu, juga

banyak terdapat di bagian dermis pada lubang mulut, esophagus, dan

vagina. Fungsi dari langerhans cells adalah untuk responisasi

terhadap imun karena mempunyai antibodi.

b. Dermis ( Korium)

Kulit jangat atau dermis menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat

keberadaan kandung rambut, kelenjar keringat, kelenjar-kelenjar palit

(Sebacea) atau kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh darah dan getah

bening, dan otot penegak rambut (muskulus arektor pili).

Sel-sel umbi rambut yang berada di dasar kandung rambut, terus-

menerus membelah dalam membentuk batang rambut. Kelenjar palit

yang menempel di saluran kandung rambut, menghasilkan minyak yang

mencapai permukaan kulit melalui muara kandung rambut. Kulit jangat

sering disebut kulit sebenarnya dan 95 % kulit jangat membentuk

ketebalan kulit. Ketebalan rata-rata kulit jangat diperkirakan antara 1 -

2 mm dan yang paling tipis terdapat di kelopak mata serta yang paling

tebal terdapat di telapak tangan dan telapak kaki. Susunan dasar kulit

7
jangat dibentuk oleh serat-serat, matriks interfibrilar yang menyerupai

selai dan sel-sel.

Keberadaan ujung-ujung saraf perasa dalam kulit jangat,

memungkinkan membedakan berbagai rangsangan dari luar. Masing-

masing saraf perasa memiliki fungsi tertentu, seperti saraf dengan

fungsi mendeteksi rasa sakit, sentuhan, tekanan, panas, dan dingin.

Saraf perasa juga memungkinkan segera bereaksi terhadap hal-hal yang

dapat merugikan diri kita. Jika kita mendadak menjadi sangat takut atau

sangat tegang, otot penegak rambut yang menempel di kandung rambut,

akan mengerut dan menjadikan bulu roma atau bulu kuduk berdiri.

Kelenjar palit yan menempel di kandung rambut memproduksi minyak

untuk melumasi permukaan kulit dan batang rambut. Sekresi

minyaknya dikeluarkan melalui muara kandung rambut. Kelenjar

keringat menghasilkan cairan keringat yang dikeluarkan ke permukaan

kulit melalui pori-pori kulit.

Pada dasarnya dermis terdiri atas sekumpulan serat-serat elastis

yang dapat membuat kulit berkerut akan kembali ke bentuk semula dan

serat protein ini yang disebut kolagen. Serat-serat kolagen ini disebut

juga jaringan penunjang, karena fungsinya dalam membentuk jaringan-

jaringan kulit yang menjaga kekeringan dan kelenturan kulit.

Berkurangnya protein akan menyebabkan kulit menjadi kurang

elastis dan mudah mengendur hingga timbul kerutan. Faktor lain yang

menyebabkan kulit berkerut yaitu faktor usia atau kekurangan gizi.

Perlu diperhatikan bahwa luka yang terjadi di kulit jangat dapat

8
menimbulkan cacat permanen, hal ini disebabkan kulit jangat tidak

memiliki kemampuan memperbaiki diri sendiri seperti yang dimiliki

kulit ari.

Di dalam lapisan kulit jangat terdapat dua macam kelenjar yaitu :

1) Kelenjar keringat (Sudorifera)

Kelenjar keringat terdiri dari fundus (bagian yang melingkar)

dan duet yaitu saluran semacam pipa yang bermuara pada

permukaan kulit membentuk pori-pori keringat. Semua bagian

tubuh dilengkapi dengan kelenjar keringat dan lebih banyak

terdapat dipermukaan telapak tangan, telapak kaki, kening dan di

bawah ketiak. Kelenjar keringat mengatur suhu badan dan

membantu membuang sisa-sisa pencernaan dari tubuh.

Kegiatannya terutama dirangsang oleh panas, latihan jasmani,

emosi dan obat-obat tertentu.

Ada dua jenis kelenjar keringat yaitu :

a) Kelenjar keringat ekrin

Kelenjar keringat ini mensekresi cairan jernih, yaitu keringat

yang mengandung 95-97 persen air dan mengandung beberapa

mineral, seperti garam, sodium klorida, granula minyak,

glusida dan sampingan dari metabolism seluler. Kelenjar

keringat ini terdapat di seluruh kulit, mulai dari telapak tangan

dan telapak kaki sampai ke kulit kepala. Jumlahnya di seluruh

badan sekitar dua juta dan menghasilkan 14 liter keringat

dalam waktu 24 jam pada orang dewasa.

9
Bentuk kelenjar keringat ekrin langsing, bergulung-gulung dan

salurannya bermuara langsung pada permukaan kulit yang

tidak ada rambutnya.

b) Kelenjar keringat apokrin

Hanya terdapat di daerah ketiak, puting susu, pusar, daerah

kelamin dan daerah sekitar dubur (anogenital) menghasilkan

cairan yang agak kental, berwarna keputih-putihan serta

berbau khas pada setiap orang. Sel kelenjar ini mudah rusak

dan sifatnya alkali sehingga dapat menimbulkan bau.

Muaranya berdekatan dengan muara kelenjar sebasea pada

saluran folikel rambut. Kelenjar keringat apokrin jumlahnya

tidak terlalu banyak dan hanya sedikit cairan yang disekresikan

dari kelenjar ini. Kelenjar apokrin mulai aktif setelah usia akil

baligh dan aktivitas kelenjar ini dipengaruhi oleh hormon.

2) Kelenjar palit (Sebacea)

Kelenjar palit terletak pada bagian atas kulit jangat

berdekatan dengan kandung rambut terdiri dari gelembung-

gelembung kecil yang bermuara ke dalamkandung rambut

(folikel). Folikel rambut mengeluarkan lemak yang meminyaki

kulit dan menjaga kelunakan rambut. Kelenjar palit membentuk

sebum atau urap kulit. Terkecuali pada telapak tangan dan telapak

kaki, kelenjar palit terdapat di semua bagian tubuh terutama pada

bagian muka.

10
Pada umumnya, satu batang rambut hanya mempunyai satu

kelenjar palit atau kelenjar sebasea yang bermuara pada

saluran folikel rambut. Pada kulit kepala, kelenjar palit atau

kelenjar sebasea menghasilkan minyak untuk melumasi rambut dan

kulit kepala.

Pada kebotakan orang dewasa, ditemukan bahwa

kelenjar palit atau kelenjar sebasea membesar

sedangkan folikel rambut mengecil. Pada kulit badan termasuk

pada bagian wajah, jika produksi minyak dari kelenjar palit atau

kelenjar sebasea berlebihan, maka kulit akan lebih berminyak

sehingga memudahkan timbulnya jerawat.

c. Hipodermis / Subkutis

Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh darah

dan limfe, saraf-saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit.

Cabang-cabang dari pembuluh-pembuluh dan saraf-saraf menuju

lapisan kulit jangat. Jaringan ikat bawah kulit berfungsi sebagai

bantalan atau penyangga benturan bagi organ-organ tubuh bagian

dalam, membentuk kontur tubuh dan sebagai cadangan makanan.

Ketebalan dan kedalaman jaringan lemak bervariasi sepanjang

kontur tubuh, paling tebal di daerah pantat dan paling tipis terdapat di

kelopak mata. Jika usia menjadi tua, kinerja liposit dalam jaringan ikat

bawah kulit juga menurun. Bagian tubuh yang sebelumnya berisi

banyak lemak, lemaknya berkurang sehingga kulit akan mengendur

serta makin kehilangan kontur.

11
Derivat Kulit

1) Rambut

Rambut merupakan struktur berkeratin panjang yang berasal

dari invaginasi epitel epidermis. Rambut ditemukan diseluruh

tubuh kecuali pada telapak tangan, telapak kaki, bibir, glans penis,

klitoris dan labia minora. Pertumbuhan rambut pada daerah-daerah

tubuh seperti kulit kepala, muka, dan pubis sangat dipengaruhi

tidak saja oleh hormon kelamin-terutama androgen-tetapi juga oleh

hormon adrenal dan hormon tiroid. Setiap rambut berkembang dari

sebuah invaginasi epidermal, yaitu folikel rambut yang selama

masa pertumbuhannya mempunyai pelebaran pada ujung disebut

bulbus rambut. Pada dasar bulbus rambut dapat dilihat papila

dermis. Papila dermis mengandung jalinan kapiler yang vital bagi

kelangsungan hidup folikel rambut.

Rambut terdapat di seluruh kulit kecuali telapak tangan kaki

dan bagian dorsal dari falang distal jari tangan, kaki, penis, labia

minora dan bibir.

Terdapat 2 jenis rambut :

a) Rambut terminal ( dapat panjang dan pendek)

b) Rambut velus ( pendek, halus dan lembut).

Fungsi rambut

(1) Melindungi kulit dari pengaruh buruk, seperti alis mata

melindungi mata dari keringat agar tidak mengalir ke mata,

bulu hidung (vibrissae) untuk menyaring udara.

12
(2) Pengatur suhu

(3) Pendorong penguapan keringat

(4) Indera peraba yang sensitive.

Terdapat 2 fase :

(a) Fase pertumbuhan (Anagen)

Kecepatan pertumbuhan rambut bervariasi rambut janggut

tercepat diikuti kulit kepela. Berlangsung sampai dengan usia 6

tahun. 90 % dari 100.000 folikel rambut kulit kepala normal

mengalami fase pertumbuhan pada satu saat.

(b) Fase Istirahat ( Telogen)

Berlangsung 4 bulan, rambut mengalami kerontokan 50 –100

lembar rambut rontok dalam tiap harinya. Gerak merinding

jika terjadi trauma , stress, disebut Piloereksi. Warna rambut

ditentukan oleh jumlah melanin . Pertumbuhan rambut pada

daerah tertentu dikontrol oleh hormon seks( rambut wajah,

janggut, kumis, dada, punggung, di kontrol oleh H. Androgen.

Kuantitas dan kualitas distribusi ranbut ditentukan oleh

kondisis Endokrin. Hirsutisme ( pertumbuhan rambut yang

berlebihan pada S. Cushing(wanita).

2) Kuku

Kuku tersusun atas protein yang mengeras disebut keratin.

Fungsinya sebagai pelindung ujung jari tangan dan jari kaki.

Lempeng kuku (LK) berbentuk empat persegi panjang, keras,

cembung ke arah lateral dan dorsal, transparan, terletak di dorsalo

13
paling distal. LK terbentuk dari bahan tanduk yang tumbuh ke arah

dorsal untuk waktu yang tidak terbatas. Kecepatan tumbuh kuku

jari tangan: lebih kurang 0,1 mm/ hari, kuku jari kaki 1/3-1/2

kecepatan kuku jari tangan. Tebal kuku tangan bervariasi 0,5 mm-

0,75mm, dan pada kaki dapat mencapai 1,0 mm. LK terdiri dari

tiga lapisan horizontal yang masing-masing adalah:

a) Lapisan dorsal tipis yang dibentuk oleh matriks bagian

proksimal (1/3 bagian).

b) Lapisan intermediet yang dibentuk oleh matriks bagian distal

(2/3 bagian).

c) Lapisan ventral yang dibentuk oleh lapisan tanduk dasar kuku

dan hiponikium yang mengandung keratin lunak.

Lunula atau bulan sabit terletak di proksimal LK. Lunula

merupakan ujung akhir matriks kuku. Warna putih lunula

disebabkan epitel yang lebih tebal dari epitel kasar kuku dan

kurang melekatnya epitel dibawahnya sehingga transmisi warna

pembuluh drah kurang dipancarkan. Daerah di bawah LK disebut

hiponikium. Alur kuku dan lipat kuku merupakan batas dan

pelindung kuku. Lipat kuku proksimal merupakan perluasan

epidermis, bersama kuku yang melindungi matriks kuku. Produk

akhirnya adalah kutikel. Pada matriks kuku terdapat sel melanosit.

14
Bagian-bagian kuku :

(1) Matriks kuku: merupakan pembentuk jaringan kuku yang baru.

(2) Dinding kuku (nail wall) : merupakan lipatan-lipatan kulit

yang menutupi bagian pinggir dan atas.

(3) Dasar kuku (nail bed): merupakan bagian kulit yang ditutupi

kuku.

(4) Alur kuku (nail groove) : merupakan celah antara dinding dan

dasar kuku.

(5) Akar kuku (nail root): merupakan bagian tengah kuku yang

dikelilingi dinding kuku.

(6) Lempeng kuku (nail plate) : merupakan bagian tengah kuku

yang dikelilingi dinding kuku.

(7) Lunula : merupakan bagian lempeng kuku berwarna

putih dekat akar kuku berbentuk bulan sabit, sering tertutup

oleh kulit.

(8) Eponikium : merupakan dinding kuku bagian proksimal, kulit

arinya menutupi bagian permukaan lempeng kuku.

(9) Hiponikium : merupakan dasar kuku, kulit ari di bawah kuku

yang bebas (free edge) menebal.

15
2. Fisiologi sistem integumen

Kulit mempunyai berbagai macam fungsi, yaitu : Proteksi, absorpsi,

ekskresi, pembentukan vitamin D, sensasi dan pengatur suhu tubuh. Tetapi

fungsi utama kulit ada 3 macam yaitu: proteksi, absorpsi, ekskresi

a) Proteksi berfungsi untuk memberikan perlindungan dari terhadap

trauma fisik, kimia, dan biologis dari invasi bakteri atapun

mikroorganisme lainnya dengan cara menutupi dan melindungi organ-

organ yang ada dibawahnya.

b) Absorpsi berfungsi untuk penyerapan oksigen dan uap air oleh kulit.

c) Ekskresi berfungsi untuk pengeluaran zat sisa metabolisme tubuh

seperti urea melalui proses berkeringat.

d) Kulit berfungsi untuk pembentukan vitamin D dengan mengubah

hidroksikolenterol dan dibantu oleh sinar matahari (sinar ultra violet).

e) Sensori persepsi: mengandung reseptor terhadap panas, dingin, nyeri,

sentuhan/raba, tekanan. Selain itu, mengandung ujung-ujung saraf

bebas yang berfungsi sebagai homeostatis.

f) Pengaturan suhu. Jaringan subkutan dan lemak merupakan penyekat

panas dari tubuh. Lemak menyalurkan panas sepertiga kecepatan

jaringan lain atau dalam kata lain lemak menghambat pengeluaran

panas dari tubuh. Kecepatan aliran darah ke kulit menyebabkan

konduksi panas ke luar kulit diatur oleh sistem saraf simpatis. Saraf

simpatis mengatur kecepatan aliran darah dengan vasokontriksi dan

vasodilatasi. Pengaturan suhu ini juga terjadi ketika radiasa, konduksi,

konveksi, dan evaporasi.

16
Sesuai dengan fungsi kulit yang terakhir yaitu sebagai pengatur suhu

tubuh, di dalam kulit juga terjadi berbagai reaksi fisika dasar yaitu

radiasi, konduksi, konveksi dan evaporasi.

1) Radiasi (60%) adalah pemindahan energi dari permukaan suatu benda

hangat dalam bentuk gelombang elektromagnetik atau gelombang

panas yang merambat dalam ruang.

2) Konduksi (3%) adalah pemindahan panas langsung dari permukaan

tubuh ke benda-benda lain, sedangkan konduksi ke udara (15%)

terjadi jika suhu di udara lebih rendah dari suhu tubuh.

3) Konveksi terjadi jika udara yang telah panas bersentuhan dengan

tubuh dari proses konduksi menyebarkan panas ke udara lainnya yang

masih dingin, kecepatan ini akan meningkat jika ada gerakan angin.

4) Evaporasi (penguapan) adalah perubahan suatu cairan misalnya

keringat menjadi uap air, atau proses yang memerlukan panas (panas

penguapan), yang diserap dari kulit.

Berkeringat adalah proses pengeluaran panas evaporatif aktif di

bawah kontrol saraf simpatis. Keringat adalah larutan garam encer yang

dikeluarkan ke permukaan kulit oleh kelenjar keringat yang tersebar di

seluruh tubuh. Kelenjar keringat dapat menghasilkan hingga empat liter

keringat per jam. Proses keringat menjadi uap air atau berkeringat

ini diatur oleh hipotalmus (otak). Hipotalmus dapat menghasilkan enzim

bradikinin yang bekerja mempengaruhi kegiatan kelenjar keringat.

Perubahan suhu (panas) merangsang hipotalamus anterior (area preoptik),

impuls dipindahkan melalui jaras otonom ke medula spinalis dan

17
kemudian melalui jaras simpatis ke kulit di seluruh tubuh. Saraf simpatis

merangsang kelenjar keringat untuk memproduksi keringat.

Bagian sekretorik kelenjar keringat mengeluarkan sekret primer atau

prekursor. Sekret prekursor adalah hasil sekresi aktif sel-sel epitel yang

terletak pada bagian gulungan kelenjar keringat. Komposisi sekret

prekursor mirip dengan plasma tapi tidak mengandung protein. Selama

perjalanan dari duktus mengalami reabsorpi natrium, klorida dan air.

Proses reabsorpsi tergantung kecepatan berkeringat. Pada kecepatan

berkeringat yang rendah kandungan unsur seperti urea, asam laktat dan ion

kalium konsentrasinya sangat tinggi. Kelenjar keringat akan menyerap air

garam dan kemudian mengirimnya ke permukaan kulit dalam bentuk

keringat.

Di dalam kulit terdapat warna kulit yang dapat membedakan satu

orang dengan orang yang lain. Setiap orang mempunyai perbedaan pada

warna kulit tergantung dari suku, ras, keturunan, pigmentasi kulit, dan

lain-lain. Adapun faktor yang mempengaruhi warna pada kulit, yaitu

adanya melanin (pigmen gelap yang dipengaruhi melanosit), pigmen

berwarna kuning (karoten), dan warna darah.

Melanin merupakan pigmen gelap yang dihasilkan / diproduksi pleh

melanosit. Biasanya terdapat pada bagian paling bawah stratum basale.

Melanin ditemukan diseluruh area kulit. Kulit lebih gelap di area genetalia

eksterna, putting dan areola, anal ketiak. Melanin terdapat juga di rambut,

iris dan retina. Melanin berfungsi untuk melindungi kulit dari sinar Ultra

Violet yang berlebih. Orang yang berwarna kulit gelap lebih banyak

18
melanosit dan produksi melanin daripada kulit terang. Orang yang tidak

mampu memproduksi melanin disebut dengan albino.

Proses dan Tahapan Penyembuhan luka

Di kulit dapat terjadi luka dan dengan sendirinya atau menggunakan

obat luka tersebut dapat sembuh dalam beberapa fase penyembuhan

luka. Fase – fase penyembuhan luka diantaranya:

(a) Fase inflamasi (0-5 hari)

Fase inflamasi berlangsung dari hari pertama terkena luka hingga

hari kelima, pada fase ini terjadi vasokontraksi dan sel mast

mengeluarkan histamine. Setelah itu, makrofag muncul untuk

menghancurkan bakteri dan kotoran yang ada pada luka. Makrofag

melakukan pembersihan debris dan terjadilah peradangan.

(b) Fase proliferasi (akhir inflamasi-minggu ke 3)

Fase proliferasi disebut juga fase fibroplasia karena yang menonjol

adalah proses proliferasi fibroblast. Fibroblast berasal dari sel

mesenkim yang belum terdiferensiasi, menghasilkan

mukopolisakarida, asam aminoglisin, dan prolin yang merupakan

bahan dasar kolagen serar yang akan mempertautkan tepi luka. Pada

fase ini fibroplasia ini, luka deipenuhi sel radang, fibroblast, dan

kolagen, membentuk jaringan berwarna kemerahan dengan

permukaan yang berbenjol halus yang disebut jaringan granulasi.

Epitel tepi luka yang terdiri atas sel basal terlepas dari dasarnya dan

berpindah mengisi permukaan luka. Tempatnya kemudian diisi oleh

sel baru yang terbentuk dari miosis. Proses migrasi hanya terjadi ke

19
arah yang lebih rendah atau datar. Proses ini baru berhenti setelah

epitel saling menyentuh dan menutup seluruh permukaan luka.

Dengan tertutupnya permukaan luka, proses fibroplasia dengan

pembentukan jaringan granulasi juga akan berhenti dan mulailah

proses pematangan dalam fase penyudahan.

(c) Fase matuasi / pematangan

Fase matuasi / pematangan / penyudahan ini terjadi proses

pematangan yang terdiri atas penyerapan kembali jaringan yang

berlebihm pengerutan sesuai dengan gaya gravitasi, dan akhirnya

perupaan kembali jaringan yang terbentuk. Fase ini dapat

berlangsung berbulan-bulan dan dinyatakan berakhir jika semua

tanda radang sudah lenyap. Tubuh berusaha menormalkan kembali

semua yang abnormal karena proses penyembuhan.

20
BAB III
ASKEP LUKA BAKAR
A. Pengertian

Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan

kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan

radiasi. (Musliha, 2010)

Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik,

bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih

dalam.(Padila, 2012)

Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak

langsung atau terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik

(electrict), zat kimia (chemycal), atau radiasi (radiation). (Pamela, 2010)

Luka bakar (Burn) adalah kerusakan pada jaringan kulit dan tubuh karena

nyala api, panas, dingin friksi, radiasi (kulit menggelap terbakar matahari),

bahan kimia, atau listrik. Luka bakar biasanya terbagi menjadi tiga kategori,

bergantung pada keparahannya. (Digiulio, 2014)

B. Fase Luka Bakar

Fase-fase luka bakar menurut Padila (2012) sebagai berikut :

1. Fase akut

Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan

mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme

bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gangguan airway tidak hanya dapat

terjadi segera atau beberapa saat terbakar, namun masih dapat terjadi

obstruksi saluran pernafasan akibat cidera inhalasi dalam 48-72 jam pasca

21
trauma. Cedera inhalasi adalah penyebabkematian utama penderita pada

fase akut.

2. Fase sub akut

Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah

kerusakan atau kehilangan jaringan akibat akibat kontak dengan sumber

panas. Luka yang terjadi menyebabkan :

a. Proses inflamasi dan infeksi.

b. Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang

atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ-organ

fungsional.

c. Keadaan hipermetabolisme.

3. Fase lanjut

Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka

dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada

fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, keloid, gangguan

pigmentasi, deformitas dan kontraktur.

C. Klasifikasi Luka Bakar (musliha, 2010)

Klasifikasi menurut Musliha (2010) antara lain :

1. Menurut dalamnya luka bakar

a. Derajad 1

22
Pada derajad 1 luka bakar akan sembuh pada waktu yang singkat.

Paling lambat 1 minggu tanpa dilakukan pengobatan apapun, kecuali

apabila pada derajad satu ini penderita kesakitan, bisa diberikan

analgesik tetapi analgesik yang tidak dapat menurunkan suhu tubuh.

Ciri luka bakar derajad satu adalah kulit hanya tampak kemerahan

tanpa ada kerusakan jaringan kulit.

b. Derajad 2

1) Derajad 2 dangkal (superficial)

Pada derajad dua ini kulit berwarna merah dan adanya bula

(gelembung), organ kulit seperti kelenjar sebasea, dan kelenjar

kulit masih utuh, pada luka bakar ini terjadi kerusakan epidermis

yang ditandai dengan rasa nyeri dan akan sembuh dalam waktu

10-14 hari, dapat bula diberikan pengompresan dengan NaCl.

2) Derajad 2 dalam (deep)

23
Luka bakar derajad dua ini kulit kemerahan, dengan jaringan yang

terkelupas (kerusakan dermis dan epidermis). Organ-organ kulit

seperti kelenjar keringat, folikel rambut, kelenjar sebasea

sebagian besar masih utuh, proses penyembuhan pada darejad dua

dalam ini biasanya memerlukan waktu yang lama tergantung

jaringan epitel yang masih tersisa.

c. Derajad 3

Luka bakar derajad tiga ini ditandai dengan seluruh dermis dan

epidermis mengalami kerusakan. Tidak dijumpai rasa nyeri dan

kehilangan sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf sensori mengalami

kerusakan atau kematian, bahkan bisa merusak kematian jaringan

lemak maupun otot walaupun jaringan tersebut tidak mengalami

nekrosis. Penyembuhan terjadi lama karena tidak terbentuk epitelisasi

jaringan dari dasar luka yang spontan. Kulit yang terbakar berwarna

abu-abu dan pucat. Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan

dermis yang dikenal sebagai eskar.

24
2. Menurut luas luka bakar

Wallance membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang

terkenal dengan nama rule of nine atau rules of wallance yaitu :

a) Kepala dan leher : 9%

b) Lengan masing-masing 9% : 18%

c) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%

d) Tungkai masing-masing 18% : 36%

e) Genetalia atau perineum : 1%

f) Total keseluruhan : 100%

Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif

permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki

lebih kecil. Karena perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak

kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi, dan rumus 10-15-20 untuk

anak.

25
3. Berat ringannya luka bakar

a) Persentasi area (luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh.

b) Kedalaman luka bakar

c) Anatomi lokasi luka bakar

d) Umur klien

e) Riwayat pengobatan yang lalu

f) Trauma yang menyertai atau bersamaan

American Collage of surgeon dalam Padila (2012) membagi dalam :

1. Parah Critical) :

a) Tingkat II : 30% atau lebih

b) Tingkat III : 10% atau lebih

c) Tingkat III : pada tangan, kaki, dan wajah

d) Dengan adanya komplikasi pernafasan, jantung, fraktur, soft tissue

yang luas.

2. Sedang (moderate) :

a) Tingkat II : 15-30%

b) Tingkat III : 1-10%

26
3. Ringan (minor) :

a) Tingkat II : kurang dari 15%

b) Tingkat III : kurang dari 1%

D. Etiologi

Etioliogi menurut Musliha (2010) sebagai berikut :

1. Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn)

Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak

dengan :

a. Gas

Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas

dan oklusi jalan nafas akibat edema.

b. Cairan

c. Bahan padat (solid)

2. Luka bakar bahan kimia (Hemical Burn)

Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit

dengan asam atau basa kuat. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya

karena kontak dengan zat-zat pembersih yang sering dipergunakan untuk

keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam

bidang industri, pertanian dan militer.

3. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)

Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakan dari

energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka

27
dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang

elektrik itu sampai mengenai tubuh.

4. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)

Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif.

Tipe injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion

pada industri atau dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada

dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari akibat terpapar yang

terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi.

E. Patofisiologi

Pada dasarnya luka bakar itu terjadi akibat paparan suhu yang tinggi,

akibatnya akan merusak kulit dan pembuluh darah tepi maupun pembuluh

darah besar dan akibat dari kerusakan pembuluh darah ini mengakibatkan

cairan plasma sel darah, protein dan albumin, mengalami gangguan fisiologi.

Akibatnya terjadilah kehilangan cairan yang massif, terganggunya cairan di

dalam lumen pembuluh darah. Suhu tinggi juga merusak pembuluh darah

yang mengakibatkan sumbatan pembuluh darah sehingga beberapa jam

setelah reaksi tersebut bisa mengakibatkan radang sistemik, maupun

kerusakan jaringan lainnya. Dari kilasan diatas maka pada luka bakar juga

dapat terjadi syok hipovolemik atau burn shock.

Dalamnya luka bakar tergantung pada suhu agen penyebab luka bakar

dan lamanya kontak dengan agen tersebut. Sebagai conth, pada kasus luka

bakar tersiram air panas pada orang dewasa, kontak selama 1 detik dengan air

yang panas dari shower dengan suhu 68,90C dapat menimbulkan luka bakar

yang merusak epidermis serta dermis sehingga terjadi cedera derajat- tiga (

28
fullthickness injury ). Pajanan selama 15 menit dengan air panas yang

suhunya sebesar 56,10C mengakibatkan cedera full-thickness yang serupa.

Suhu yang kurang dari 440C dapat ditoleransi dalam periode waktu yang lama

tanpa menyebabkan luka bakar.

Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan pelepasan faktor-

faktor inflamasi yang abnormal, perubahan immunoglobulin serta komplemen

serum, gangguan fungsi neutrofil, limfositopenia. Imunosupresi membuat

pasien luka bakar bereisiko tinggi untuk mengalmai sepsis. Hilangnya kulit

menyebabkan ketidakmampuan pengaturan suhunya. Beberapa jam pertama

pasca luka bakar menyebabkan suhu tubuh rendah, tetapi pada jam-jam

berikutnya menyebabkan hipertermi yang diakibatkan

hipermetabolisme.(Musliha, 2010)

29
30
F. Manifestasi Klinis

Manifestasi menurut Pamela (2011) :

Kedalaman Dan Bagian Kulit Gejala Penampilan Perjalanan


Penyebab Luka Yang Luka Kesembuhan
Bakar Terkena
Derajat Satu Epidermis Kesemutan, Memerah, Kesembuhan
(Superfisial): hiperestesia menjadi lengkap dalam
tersengat matahari, (supersensivitas), putih ketika waktu satu
terkena api dengan rasa nyeri ditekan minggu, terjadi
intensitas rendah mereda jika minimal pengelupasan
didinginkan atau tanpa kulit
edema
Derajat Dua Epidermis Nyeri, Melepuh, Kesembuhan
(Partial- dan bagian hiperestesia, dasar luka dalam waktu 2-3
Thickness):tersiram dermis sensitif terhadap berbintik- minggu,
air mendidih, udara yang bintik pembentukan
terbakar oleh nyala dingin merah, parut dan
api epidermis depigmentasi,
retak, infeksi dapat
permukaan mengubahnya
luka basah, menjadi derajat-
terdapat tiga
edema
Derajat Tiga (Full- Epidermis, Tidak terasa Kering, luka Pembentukan
Thickness):terbakar keseluruhan nyeri, syok, bakar eskar, diperlukan
nyala api, terkena dermis dan hematuria berwarna pencangkokan,
cairan mendidih kadang- (adanya darah putih seperti pembentukan
dalam waktu yang kadang dalam urin) dan bahan kulit parut dan
lama, tersengat jaringan kemungkinan atau gosong, hilangnya kontur
arus listrik subkutan pula hemolisis kulit retak serta fungsi
(destruksi sel dengan kulit, hilangnya
darah merah), bagian jari tangan atau
kemungkinan lemak yang ekstremitas
terdapat luka tampak, dapat terjadi
masuk dan terdapat
keluar (pada luka edema
bakar listrik)

31
G. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien dengan luka bakar

menurut Padila (2012) sebagai berikut :

1. LED : mengkaji hemokonsentrasi. Nilai normal (L: 15mm/jam; P:

<20mm bakar="" jam="" led.="" luka="" pada="" pasien=""

peningkatan="" span="" terjadi="">

2. Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini

terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24

jam pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti

jantung.

3. Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar-X dada untuk mengkaji fungsi

pulmonal, khususnya pada cidera inhalasi asap.

4. BUN dan kreatinin untuk mengkaji fungsi ginjal.

5. Urinalisis untuk menunjukkan mioglobin dan hemokromogen

menandakan kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.

6. Bronkoskopi untuk membantu memastikan cedera inhalasi asap.

7. Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada

luka bakar masif.

8. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.

32
H. Komplikasi

Komplikasi menurut Lalani (2011), sebagai berikut :

1. Infeksi luka

a. Sulit dibedakan dengan penyembuhan luka karena sama-sama terdapat

eritema, edema, nyeri tekan.

b. Jika demam, malaise, atau gejala memburuk, pikirkan kemungkinan

infeksi.

c. Dapat menyebabkan sepsis dan kerusakan luka bakar yang lebih

dalam.

d. Perlu dirawat inap dan mendapat antibiotik IV.

2. Sepsis

3. Syok akibat luka bakar

4. Edema akibat luka bakar

5. Eskarotomi

6. Rabdomiolisis

7. Cidera inhalasi

8. Hipermetabolisme

I. Penatalaksanaan

Penatalaksaan pada klien dengan luka bakar menurut Padila (2012) sebagai

berikut :

1. Resusitasi A,B,C

a. Pernafasan (Airway)

33
Airway - apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka

segera pasang Endotracheal Tube (ET). Tanda-tanda adanya trauma

inhalasi antara lain adalah: riwayat terkurung dalam api, luka bakar

pada wajah, bulu hidung yang terbakar, dan sputum yang hitam.

b. Pernafasan (Breathing)

Kaji adanya trauma-trauma lain yang dapat menghambat gerakan

pernapasan, misalnya pneumothorax, hematothorax, dan fraktur

costae.

c. Sirkulasi (Circulation)

Gangguan permebilitas kapiler : cairan dari intra vaskuler pindah ke

ekstra vaskuler → hipovolemi relatif →syok → ATN → gagal ginjal

2. Infus,kateter, CVP, oksigen, laboratorium, kultur luka.

3. Resusitasi cairan

Cara Baxter merupakan cara lain yang lebih sederhana dan banyak

dipakai. Jumlah kebutuhan cairan pada hari pertama dihitung dengan

rumus :

a. Dewasa :

Baxter = RL 4cc x BB x % LB

Separuh dari jumlah cairan yang diberikan dalam 8 jam pertama,

sisanya diberikan dalam 16 jam. Hari pertama terutama

diberikan elektrolit yaitu larutan ringer laktat karena terjadi

hiponatremi. Untuk hari kedua diberikan setengah dari jumlah

pemberian hari pertama.

34
b. Anak : jumlah resusitasi + kebutuhan faal :

RL : Dextran = 17 : 3

2 cc x BB x % LB

c. Kebutuhan faal :

 < 1 tahun : BB x 100 cc

 1-3 tahun : BB x 75 cc

 3-5 tahun : BB x 50 cc

4. Monitor urine dan JVP

5. Topikal dan tutup luka :

a. Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% (1 : 30) + buang jaringan

nekrotik

b. Tulle

c. Silver sulfat diazin tebal

d. Tutup kasa tebal

e. Evaluasi 5-7 hari kecuali balutan kotor

6. Obat-obatan :

a. Antibiotika : tidak diberikan jika pasien datang kurang dari 6 jam

sejak kejadian.

b. Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai

hasil kultur.

c. Analgetik : kuat (morfin, petidin)

d. Antasida : kalo perlu

35
J. Pengkajian Kegawatdaruratan

Pengkajian fokus pada klien dengan luka bakar menurut Padila (2012),

Kartikawati (2011) adalah sebagai berikut :

1. Pengkajian Primer

a. Airway (jalan napas)

Penurunan kekuatan, keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit,

gangguan masa otot, perubahan tonus.

b. Breathing (pernapasan)

Serak, batuk mengi, partikel karbon dalam sputum, ketidakmampuan

menelan sekresi oral dan sianosis, penggunaan otot bantu pernafasan

(indikasi cidera inhalasi), stridor/mengi, bunyi nafas gemericik

(oedema paru), stridor (oedema laringeal), secret jalan nafas dalam

(ronkhi

c. Circulation (sirkulasi)

Hipotensi (syok), penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang

cidera, fase konstriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit

putih dan dingin (syock listrik), takikardia (syok/ansietas/nyeri),

disritmia (syok listrik), pembentukan oedema jaringan (semua luka

bakar).

d. Disability

Area batas kesemutan, penurunan reflek tendon dalam pada cedera

ekstremitas, aktivitas kejang (syok listrik), kerusakan retinal,

penurunan ketajaman pengelihatan.

36
e. Exposure

Area kulit tidak terbakar mungkin dingin/lembab.

2. Pengkajian Sekunder

a. Head To Toe

1) keadaan umum : Datang dengan keadaan kotor,mengeluh panas

sakit, gelisah, penurunan tingkat kesadaran apabila luka bakar

mencapai derajat cukup berat.

2) TTV : Tekanan darah menurun, nadi cepat, suhu dingin, pernafasan

lemah sehingga tanda tidak adekuatnya pengembalian darah pada

48 jam pertama.

3) Pemeriksaan kepala dan leher

(a) Kepala dan rambut : Bentuk kepala, penyebaran rambut, warna

rambut setalah terkena luka bakar, adanya lesi akibat luka

bakar, grade dan luas luka bakar.

(b) Mata : Kelengkapan, edema, kelopak mata, lesi, benda asing

yang menyebabkan gangguan penglihatan, bulu mata yang

rontok.

(c) Hidung : Catat adanya perdarahan, mukosa kering, sekret,

sumbatan dan bulu hidung yang rontok

(d) Mulut : Sianosis karena kurangnya suplay darah ke otak, bibir

kering.

(e) Telinga : Bentuk, gangguan pendengaran karena benda asing,

perdarahan dan serumen.

37
(f) Leher : Posisi trakea, denyut nadi karotis mengalami

peningkatan sebagai kompensasi untuk mengatasi kekurangan

cairan.

4) Pemeriksaan thorak / dada

Inspeksi bentuk thorak, irama parnafasan, ekspansi dada tidak

maksimal, vokal fremitus kurang bergetar karena cairan yang

masuk ke paru, auskultasi suara ucapan egoponi, suara nafas

tambahan ronchi.

5) Abdomen

Inspeksi bentuk perut membuncit karena kembung, palpasi adanya

nyeri pada area epigastrium.

6) Genetalia

Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor / terdapat lesi

merupakan tempat pertumbuhan kuman yang paling nyaman,

sehingga potensi sebagai sumber infeksi dan indikasi untuk

pemasangan kateter.

7) Muskuloskletal

Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka baru

pada muskuloskleletal, kekuatan otot menurun karen nyeri.

8) Pemeriksaan neurologi

Tingkat kesadaran dinilai dengan GCS. Nilai bisa menurun bila

suplay darah ke otak kurang (syok hipovolemik) dan nyeri yang

hebat (syok neurogenik).

38
9) Pemeriksaan kulit

Kaji daerah yang mengalami luka bakar (luas dan kedalaman luka).

Prinsip pengukuran prosentase luas luka bakar menurut kaidah 9

(rule of nine).

b. AMPLE

1. A : Alergi

Adakah alergi pada pasien, seperti obat-obatan, plester, makanan)

2. M : Medikasi/obat-obatan

Obat-obatan yang diminum seperti sedang menjalani pengobatan

hipertensi, kencing manis, jantung, dosis, atau penyalahgunaan

obat

3. P : Pertinent medical history

Riwayat medis pasien seperti penyakit yang pernah diderita,

obatnya apa, berapa dosisnya, penggunaan obat-obatan herbal)

4. L : Last meal

Obat atau makanan yang baru saja dikonsumsi, dikonsumsi berapa

jam sebelum kejadian, selain itu juga periode menstruasi termasuk

dalam komponen ini.

5. E : Events

Hal-hal yang bersangkutan dengan sebab cedera (kejadian yang

menyebabkan adanya keluhan utama/ kronologi kejadian).

39
K. Diagnosa Keperawatan yang Muncul pada Klien dengan Luka Bakar

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik.

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.

3. Perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan atau interupsi aliran

darah arteri / vena.

4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengankerusakan permukaan kulit

lapisan kulit.

40
L. Intervensi

Diagnosa Keperawatan Tujuan / kriteria hasil Intervensi Rasional


Nyeri akut berhubungan Tujuan : 1. Berikan analgesik narkotik yang 1. Analgesik narkotik diperlukan untuk
dengan agen cidera fisik. diresepkan dan sedikitnya 30 menit memblok nyeri
Pasien dapat sebelum prosedur perawatan luka
mendemonstrasikan 2. Evaluasi keefektifannya 2. Absorbsi obat IM buruk pada pasien,
hilang dari dengan luka bakar luas yang disebabkan
ketidaknyamanan oleh perpindahan interstitial berkenaan
Kriteria hasil : dengan peningkatan permeabilitas
kapiler
menyangkal nyeri, 3. Anjurkan analgesik IV bila luka bakar
melaporkan perasaan luas 3. panas dan air hilang melalui jaringan
nyaman, Ekspresi luka bakar, menyebabkan hipotermia
wajah dan postur tubuh
rileks 4. Pertahankan pintu kamar tertutup, 4. tindakan eksternal ini membantu
tingkatkan suhu ruangan dan berikan menghemat kehilangan panas
selimut ekstra untuk memberikan
kehangatan
5. Bantu dengan pengubahan posisi setiap 5. menghilangkan tekanan pada tonjolan
2 jam bila diperlukan tulang dependen
Kekurangan volume Tujuan : 1. Awasi tanda vital, CVP, perhatikan 1. Memberikan pedoman untuk
cairan berhubungan kapiler menggantikan cairan dan mengkaji
dengan kehilangan Pasien dapat respon kardiovaskuler
cairan aktif. mendemonstrasikan 2. Awasi pengeluaran urine dan berat 2. Penggantian cairan dititrasi untuk
status cairan dan jenisnya meyakinkan rata-rata pengeluaran urine
biokimia membaik. 30-50cc/jam pada orang dewasa
KH : 3. Observasi warna urine dan hemates 3. Urine berwarna merah pada kerusakan
sesuai indikasi otot masif karena adanya darah dan
Tak ada manifestasi keluarnya mioglobin
dehidrasi, Elektrolit 4. Resolusi oedema perkirakan drainase 4. Permeabilitas kapiler, perpindahan

41
serum dalam batas luka dan kehilangan yang tampak protein, proses inflamasi dan kehilangan
normal, cairan
5. Timbang berat badan setiap hari, ukur 5. Penggantian cairan tergantung pada
haluaran urine diatas 30 lengan, ekstremitas yang terbakar tiap berat badan pertama dan perubahan
ml/jam. hari sesuai indikasi selanjutnya memperkirakan luasnya
oedema
6. Kolaborasi dengan tim medis : awasi 6. Observasi ketat fungsi ginjal dan
hasil pemeriksaan mencegah statis atau reflek urine
memungkinkan infus cairan cepat
Perfusi jaringan Tujuan : 1. Kaji warna, sensasi, gerakan, dan nadi 1. Pembentukan edema dapat terjadi
berhubungan perifer. secara cepat menekan PD sehingga
dengan penurunan atau Aliran darah pasien ke mempengaruhi sirkulasi PD ke jaringan
interupsi aliran darah jaringan perifer adekuat perifer.
arteri / vena. KH : 2. Tinggikan ekstremitas yang sakit. 2. Untuk meningkatkan aliran balik vena
dan dapat menurunkan edema.
 nadi perifer teraba 3. Ukur TD pada ektremitas yang 3. Untuk mengetahui kekuatan aliran
dengan kualitas dan mengalami luka bakar. darah ke daerah yang mengalami luka
kekuatan yang sama bakar.
 pengisian kapiler 4. Dorong latihan gerak aktif. 4. Untuk meningkatkan sirkulasi darah
baik lokal dan sistemik.
 warna kulit normal 5. Lakukan kolaborasi dalam 5. Untuk meningkatkan volume sirkulasi
tidak sianosis mempertahankan penggantian cairan. dan perfusi jaringan.
6. Kolaborasi dalam mengawasi
elektrolit terutama natrium, kalium, 6. Mengawasi terjadinya penurunan curah
dan kalsium. jantung.
7. Lakukan kolaborasi untuk
menghindari injeksi IM atau SC. 7. Perubahan perfusi jaringan dan
pembentukan edema mengganggu
absorpsi obat.

42
Kerusakan integritas Tujuan : 1. Kaji/catat ukuran, warna, kedalaman 1. Memberikan informasi dasar tentang
kulit berhubungan luka, perhatikan jaringan nekrotik dan kebutuhan penanaman kulit dan
dengankerusakan Menunjukkan kondisi sekitar luka. kemungkinan petunjuk tentang sirkulasi
permukaan kulit lapisan regenerasi jaringan pada aera graft.
kulit. KH : 2. Lakukan perawatan luka bakar yang 2. Menyiapkan jaringan untuk penanaman
tepat dan tindakan kontrol infeksi. dan menurunkan resiko
Mencapai infeksi/kegagalan kulit.
penyembuhan tepat 3. Pertahankan penutupan luka sesuai 3. Kain nilon/membran silikon
waktu pada area luka indikasi. mengandung kolagen porcine peptida
bakar. yang melekat pada permukaan luka
sampai lepasnya atau mengelupas secara
spontan kulit repitelisasi.
4. Tinggikan area graft bila 4. Menurunkan pembengkakan /membatasi
mungkin/tepat. Pertahankan posisi resiko pemisahan graft. Gerakan jaringan
yang diinginkan dan imobilisasi area dibawah graft dapat mengubah posisi
bila diindikasikan. yang mempengaruhi penyembuhan
optimal.
5. Pertahankan balutan diatas area graft 5. Area mungkin ditutupi oleh bahan
baru dan/atau sisi donor sesuai dengan permukaan tembus pandang tak
indikasi. reaktif.
6. Cuci sisi dengan sabun ringan, cuci, 6. Kulit graft baru dan sisi donor yang
dan minyaki dengan krim, beberapa sembuh memerlukan perawatan khusus
waktu dalam sehari, setelah balutan untuk mempertahankan kelenturan.
dilepas dan penyembuhan selesai.
7. Lakukan program kolaborasi : 7. Graft kulit diambil dari kulit orang itu
Siapkan / bantu prosedur sendiri/orang lain untuk penutupan
bedah/balutan biologis. sementara pada luka bakar luas sampai
kulit orang itu siap ditanam.

43
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kulit adalah organ kompleks yang memberikan pertahanan tubuh pertama

terhadapkemungkinan lingkungan yang merugikan. Kulit melindungi tubuh terhadap

infeksi, mencegahkehilangan cairan tubuh, membantu mengontrol suhu tubuh, berfungsi

sebagai organ eksretoridan sensori, membantu dalam proses aktivasi vitamin D, dan

mempengaruhi citra tubuh. Luka bakar adalah hal yang umum, namun merupakan bentuk

cedera kulit yang sebagian besar dapat dicegah

Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, jenis yang

beratmemperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan

cederaoleh sebab lain .Biaya yang dibutuhkan juga cukup mahal untuk penanganannnya.

Penyebab lukabakar selain karena api ( secara langsung ataupun tidak langsung ), juga

karena pajanan suhutinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka bakar karena

api atau akibat tidak langsung dari api ( misalnya tersiram panas ) banyak terjadi pada

kecelakaan rumah tangga.

Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak

dengan sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ke

tubuh (flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas),

akibat sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan matahari.

B. Saran

1. Untuk mahasiswa sebaiknya dalam memberikan asuhan keperawatan

pada klien dengan luka bakar diharapkan mampu memahami konsep

dasar luka bakar serta konsep asuhan keperawatan

44
2. Untuk institusi pendidikan hendaknya lebih melengkapi literatur yang

berkaitan dengan penyakit ini.

3. Diharapkan seorang Perawat agar dapat lebih profesional dengan

pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki sehingga dapat melakuan

penanganan luka bakar dengan cepat dan tepat.

45
DAFTAR PUSTAKA

1. Digiulio, Marry. (2014).Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta: Rapha

Publishing

2. Kartikawati, Dewi. (2011). Dasar-dasar Keperawatan Gawat Darurat

Jilid 1. Jakarta: Salemba Medika

3. Musliha. (2010). Perawatan Gawat Darurat Dengan Pendekatan NANDA

NIC-NOC. Yogyakarta: Nuha Medika

4. Nurarif, Amin Huda. (2013).Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan

NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction Publishing

5. Oman, Kathleen S. (2008). Panduan Belajar Keperawatan Emergenci.

Jakarta: EGC

6. Padila. (2012). Perawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika

7. Patty, Pamela. (2010). Pedoman Keperawatan Emergency. Jakarta: EGC

46

Anda mungkin juga menyukai