Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Motivasi adalah suatu dorongan terhadap diri kita agar kita melakukan
sesuatu hal. Dorongan yang kita dapat itu bisa bersumber dari mana saja,
entah itu dari diri kita sendiri atu pun dari hal atau orang lain. Dorongan yang
kita sebut motivasi itu juga yang menjadi suatu sumber tenaga dalam kita
mengerjakan suatu hal agar kita mencapai suatu tujuan yang kita inginkan.
Dalam hal ini kegiatan yang kita lakukan dapat berbentuk negatif ataupun
positif meskipun motivasi kita semua awalnya “baik”.
Motivasi ada banyak jenisnya antara lain motivasi belajar, motivasi
berprestasi, motivasi agresi, motivasi berafiliasi, dll. Dalam hal ini motivasi
berprestasi yang akan menjadi topik utamanya. Hal itu dikarenakan motivasi
inilah yang sangat umum di masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud motivasi....?
b. Bagaimana contoh macam-macam motivasi.....?
c. Bagaimana indikator motivasi......?
d. Bagaimana pengukuran motivasi......?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Untuk mengetahui pengertian motivasi
b. Untuk mengetahui macam-macam motivasi dan dapat membedakan
motivasi

1.4 Metode pengumpulan data


Dalam pengumpulan data, kami menggunakan metode pengmpulan data
sekunder yaitu mengumpulkan data-data yang sudah tersedia dari media-
media pendidikan yang ada.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Motivasi
a. Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari bahasa Latin, movere yang berarti bergerak atau
bahasa Inggrisnya to move. Motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat
dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat (driving force).
Motif tidak berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan dengan faktor lain, baik
faktor eksternal, maupun faktor internal. Hal-hal yang mempengaruhi
motif disebut motivasi.
Jadi motivasi adalah keadaan dalam diri individu atau organisme yang
mendorong perilaku kearah tujuan. Sedang menurut Plotnik, motivasi
mengacu pada berbagai faktor fisiologi dan psikologi yang menyebabkan
seseorang melakukan aktivitas dengan cara yang spesifik pada waktu
tertentu.
Motivasi adalah suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan
perilaku tertentu, dan memberi arah dan ketahanan (persistence) pada
tingkah laku tersebut.
Motivasi adalah suatu proses yang menghasilkan intensitas, arah dan
ketentuan individual dalam usaha untuk mencapai suatu tujuan. Dimana
intensitas adalah seberapa kerasnya seseoang berusaha, sedangkan
ketentuan adalahukuran seseorang senerapa lama seseorang dapat
mempertahankan usahanya.
Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) penggerak
seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya
dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri
individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu
(motivasi ekstrinsik).

b. Konsep Motivasi
Konsep motivasi yang dijelaskan oleh suwanto adalah sebagai berikut:
1. Model Tradisional
Untuk memotivasi pegawai agar gairah kerja meningkat perlu
diterapkan sistem insentif dalam bentuk uang atau barang kepada
pegawai yang berprestasi.
2. Model Hubungan Manusia
Untuk memotivasi pegawai agar gairah kerjanya meningkat
adalah dengan mengakui kebutuhan sosial mereka dan membuat mereka
merasa berguna dan penting.
3. Model Sumber Daya Manusia
Pegawai dimotivasi oleh banyak faktor, bukan hanya uang atau
barang tetapi juga kebutuhan akan pencapaian dan pekerjaan yang
berarti.
c. Pengertian Motivasi Diri
Motivasi Diri adalah motivasi yang berasal dari dalam diri kita
sendiri. Motivasi diri merupakan sebuah kemampuan kita untuk
memotivasi diri kita tanpa memerlukan bantuan orang lain. Kita memiliki
kemampuan untuk mendapatkan alasan atau dorongan untuk bertindak.
Proses mendapatkan dorongan bertindak ini pada dasarnya sebuah proses
penyadaran akan keinginan diri sendiri yang biasanya terkubur. Setiap
orang memiliki keinginan yang merupakan dorongan untuk bertindak,
namun seringkali dorongan tersebut melemah karena faktor luar.
Melemahnya dorongan ini bisa dilihat dari hilangnya harapan dan ketidak
berdayaan.
Memotivasi diri adalah proses menghilangkan faktor yang
melemahkan dorongan kita. Rasa tidak tidak berdaya dihilangkan menjadi
pribadi yang lebih percaya diri. Sementara harapan dimunculkan kembali
dengan membangun keyakinan bahwa apa yang diinginkan bisa kita capai.
Dengan demikian jika sebuah sumbat motivasi (dalam hal ini ketidak
berdayaan dan tanpa harapan) dihilangkan, maka aliran energi dalam tubuh
kita bisa mengalir kembali.
Membangun impian adalah salah satu cara memotivasi diri
sendiri. Namun, membangun impian bisa tidak berguna jika hambatan-
hambatan pada diri sendiri masih ada. Inilah mengapa banyak orang yang
tidak mau bermimpi, sebab ada sebuah faktor yang masih belum
diselesaikan, yaitu faktor keberdayaan. Jadi, sebaiknya sebelum kita
membangun mimpi, kita harus membangin rasa percaya diri terlebih
dahulu. Jika tidak, membangun impian bisa percuma. Buat apa mimpi
besar jika kita tidak percaya diri untuk mencapainya?
Impian yang besar tanpa kepercayaan diri seperti mimpi di siang
bolong, angan-angan, atau khayalan belaka. Mereka mengatakan ingin,
tapi tidak ada tindakan yang terjadi. Hanya ada dua penyebab, harapan
meraih mimpi yang tidak ada dan/atau mereka merasa tidak mampu
meraih impian tersebut
d. Jenis Motivasi
1. Motivasi Intrinsik
Motivasi yang berasal dari dalam diri yaitu yang didorong oleh
faktor kepuasan dan ingin tahu .Jenis motivasi ini timbul dari dalam
diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi
atas dasar kemauan sendiri.yang kemudian disebut juga dengan
motivasi intrinsik.
Menurut Syaiful Bahri (2002:115) motivasi intrinsik yaitu motif-
motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak memerlukan
rangsangan dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada
dorongan untuk melakukan sesuatu. Sejalan dengan pendapat diatas,
dalam artikelnya Siti Sumarni (2005) menyebutkan bahwa motivasi
intrinsik adalah motivasi yang muncul dari dalam diri seseorang.
Sedangkan Sobry Sutikno (2007) mengartikan motivasi intrinsik
sebagai motivasi yang timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa
ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan, motivasi
intrinsik adalah motivasi yang muncul dari dalam diri seseorang tanpa
memerlukan rangsangan dari luar.
Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang berasal dari
rangsangan di dalam diri setiap individu. Ia terdiri daripada dorongan
dan minat individu untuk me-lakukan suatu aktivitas tanpa mengharap
ataupun meminta ganjaran. Sebagaimana yang sudah dibicarakan,
Bruner (1966) mengaitkan motivasi intrinsik ini dengan naluri ingin
tahu dan dorongan mencapai kemudahan belajar bagi murid yang baru
masuk sekolah. Bagaimanapun, bukan semua motivasi intrinsik
diwujudkan secara nyata, akan tetapi ada juga motivasi intrinsik yang
dibentuk melalui pembelajaran dan pengalaman yang membawa
kepuasan. Contohnya, kebisaaan membaca buku cerita dan bermain
alat musik merupakan gerakan motivasi intrinsik yang dibentuk
berdasarkan pembelajaran dan pengalamannya.
Harter (1981) mengenal pasti lima dimensi kecenderungan
motivasi intrinsik dalam bidang pembelajaran. Dimensi-dimensi ini
adalah insentif bekerja untuk memuaskan minat dan sifat ingin tahu,
percobaan untuk mencapai penguasaan yang bebas, penilaian yang
bebas berkenaan dengan apa yang hendak dilakukan di dalam kelas
dan semangat untuk dapat meraih keberhasilan.
Pelajar yang lebih cenderung ke arah motivasi intrinsik menyukai
pekerjaan yang menantang. Mereka mempunyai insentif yang lebih
untuk belajar memanfaatkan kepuasan diri sendiri daripada
mengambil hati guru untuk mendapatkan nilai yang baik. Mereka
lebih suka mencoba mengatasi masalah dengan sendirinya daripada
bergantung pada bantuan ataupun bimbingan guru. Mereka juga
menerapkan suatu sistem penguasaan target dan taraf pencapaian yang
memperbolehkan mereka membuat penilaian yang bebas berkenaan
dengan keberhasilan ataupun kegagalan mereka di dalam kelas tanpa
bergantung pada guru untuk mendapatkan hasil ataupun penilaian.
Sebagai contoh konkrit, seorang siswa itu melakukan belajar,
karena betul-betul ingin mendapat pengetahuan, nilai atau
keterampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara konstruktif,
tidak karena tujuan yang lain-lain. “intrinsik motivations are inherent
in the learning situations and meet pupil-needs and purposes”. Itulah
sebabnya motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk
motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan
berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkait
dengan aktivitas belajarnya. Seperti tadi dicontohkan bahwa seorang
belajar, memang benar-benar ingin mengetahui segala sesuatunya,
bukan karena ingin pujian atau ganjaran.
2. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik diwujudkan dalam bentuk rangsangan dari
luar yang bertujuan menggerakkan individu untuk melakukan suatu
aktivitas. Motivasi yang berasal dari luar yaitu perangsang ataupun
stimulus dari luar (sebagai contohnya ialah nilai, hadiah serta bentuk-
bentuk penghargaan lainnya) adalah ‘motivasi ekstrinsik’. Jenis
motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah
karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga
dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.
Menurut A.M. Sardiman (2005:90) motivasi ekstrinsik adalah
motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang
dari luar. Sedangkan Rosjidan, et al (2001:51) menganggap motivasi
ekstrinsik adalah motivasi yang tujuan-tujuannya terletak diluar
pengetahuan, yakni tidak terkandung didalam perbuatan itu sendiri.
Sobry Sutikno berpendapat bahwa motivasi ekstrinsik adalah motivasi
yang timbul akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena ajakan,
suruhan atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan
demikian seseorang mau melakukan sesuatu.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan, motivasi
ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dan berfungsi karena adanya
pengaruh dari luar. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif
dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh
itu seseorang itu belajar,karena tahu besok paginya akan ujian dengan
harapan akan mendapatkan nilai baik, sehingga akan dipuji oleh
pacarnya,atau temannya. Jadi yang penting bukan karena belajar ingin
mengetahui sesuatu, tetapi ingin mendapatkan nilai yang baik,atau
agar mendapat hadiah. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan
yang dilakukannya, tidak secara langsung bergayut dengan esensi apa
yang dilakukannyn itu. Oleh karena itu motivasi ekstrinsik dapat juga
dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar
dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak
secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.
e. Faktor Motivasi Diri
Saya membaca disuatu artikel di salah satu blog yang membahas
tentang apa yang menjadi salah satu faktor terkuat dari motivasi diri.
Menurut penulisnya,dalam berbagai buku NLP disebutkan bahwa hanya
ada dua faktor motivasi diriyaitu mengejar kenikmatan dan menghindari
kesengsaraan atau rasa sakit. Namun jika dipersempit lagi, hanya ada satu
faktor motivasi, yaitu cinta. Semakin besar cinta kita, akan semakin besar
motivasi yang bangkit.
Contohnya, hanya karena putus cinta, kita mampu berbuat nekat
untuk bunuh diri. Berarti itu menggmbarkan betapa kuatnya cinta
sehingga bias menghilangkan akal sehat seseorang dan menggerakkan
dirinya melakukan aksi bunuh diri. Tapi, cinta juga bisa menghasilkan
perilaku ajaib yang positif, seperti ada seorang pecandu narkoba yang
sudah benar-benar tidak dapat ditolong lagi, ketika dia menemukan
seseorang yang bisa mengerti dirinya, dan dapat membimbingnya
menjadi lebih baik, si pecandu itu pun jatuh cinta kepadanya, si pecandu
akan dengan tiba-tiba dan tidak diperkirakan, segera merubah perilaku
negatifnya itu menjadi manusia yang lebih baik, hanya agar seseorang
yang istimewa itu tetap berada di sisinya untuk selamanya.
Joe Vitale menyadari kekuatan cinta sebagai motivator utama
setelah dia melihat film 50 First Dates (2004) (50 Kencan Pertama) yang
menggambarkan usaha seorang pria yang setiap hari berusaha membuat
seroang wanita jatuh cinta kepadanya. Usaha ini dilakukan setiap hari,
karena sang gadis pujaan memiliki ingatan yang mampu mengingat cuma
1 hari. Ini hanya salah satu dari sekian kisah cinta dalam film.
Anda bisa memanfaatkan kekuatan cinta ini untuk
mendapatkan motivasi diri. Tentu saja, tidak sebatas cinta terhadap lawan
jenis, tetapi cinta kepada hal lainnya juga. Saat Anda mencintai pekerjaan
Anda, Anda akan memiliki motivasi yang cukup saat bekerja. Lihatlah
pemasin sepak bola, di tengah jadwal yang ketat, mereka
tetap enjoy bermain di lapangan, karena mereka mencintai profesinya
sebagai pesebak bola.

F. Aspek motivasi
Tiga aspek motivasi menurut Walgito, yaitu:
1. Keadaan yang mendorong dan kesiapan bergerak dalam diri organism yang
timbul karena kebutuhan jasmani, keadaan lingkungan, keadaan mental (berpikiri
dan ingatan).
2. Perilaku yang timbul dan terarah karena keadaan tersebut.
3. Sasaran atau tujuan yang dikejar oleh perilaku tersebut.

G. Ciri-ciri motivasi
menurut Plotnik ciri-ciri motivasi, yaitu sebagai berikut:
1. Anda terdorong berbuat atau melaksanakan suatu kegiatan.
2. Anda langsung mengarahkan energi anda, untuk mencapai suatu tujuan
tertentu.
3. Anda mempunyai intensitas perasaan-perasaan yang berbeda tentang
pencapaian tujuan itu.

H. Fungsi Motivasi
Dalam kegiatan belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Belajar akan menjadi
optimal kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan akan makin
berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas
usaha bagi para siswa.
Sehubungan dengan hal tersebut, Sardiman A.M. mengemukakan tiga fungsi
motivasi sebagai berikut :
1) Mendorong manusia untuk berbuat
2) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.
3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbutan apa yang harus
dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan.
Disampingitu, ada juga fungsi-fungsi lain seperti mendorong usaha dan
pencapaian prestasi. Intensitas motivasi seseorang siswa akan sangat menentukan
tingkat pencapaian prestasi belajar.

I. Bentuk-bentuk Motivasi
Penerapan tugas sebagai salah satu bentuk/cara untuk membangkitkan motivasi
belajar siswa tentu dibutuhkan kehandalan guru sebagai penggerak untuk
bagaimana siswa itu termotivasi dan maju untuk melakukan tugas-tugas yang
diberikan yaitu :
1. Memberi angka.
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegatan belajarnya. Banyak
siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai angka/nilai yang baik.
Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat
kuat.
2. Hadiah
Hadiah juga dapat dikatakan sebagai motivasi.
3. Saingan/Kompensis.
Saingan atau kompensis dapat juga dikatakan sebagai alat motivasi
untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual
maupun kelompok dapat meningkatkan motivasi belajar sisiwa.
4. Ego-Involment.
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya
tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras
mempertaruhkan harga diri, adalah salah satu bentuk motivasi yang cukup
penting.
5. Pujian
Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas
dengan baikperlu dierikan pujian. Pujian ini adalah bentuk Reinforcement
yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik.
6. Hukuman
Hukuman sebagai reinforment yang negatif tetapi kalau diberikan
secara tepat dan bijak bisa jadi alat motivasi.

J.Teori-teori Motivasi
a. Teori Abraham H. Maslow ( Teori Kebutuhan )
Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow, pada intinya
berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat kebutuhan, yaitu:
1. Kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti: rasa lapar, haus, istirahat
dan sebagainya.
2. Kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi
juga mental, psikologikal dan intelektual.
3. Kebutuhan akan kasih sayang (love needs)
4. Kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin
dalam berbagai simbol-simbol status.
5. Aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi
seorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya, sehingga
berubah menjadi kemampuan nyata.
b. Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)
Dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai berprestasi
atau Need for Achievement (N.Ach), yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-
beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan
prestasi. Murraysebagaimana dikutip oleh Winardi, merumuskan kebutuhan akan
prestasi tersebut sebagai keinginan: “Melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan
yang sulit. Menguasai, memanipulasi, atau mengorganisasi obyek-obyek fisik
manusia, atau ide-ide melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin dan se-
independent mungkin sesuai kondisi yang berlaku. Mengatasi kendala-kendala,
mencapai standar tertinggi. Mencapai performa puncak untuk diri sendiri. Mampu
menang dalam persaingan dengan pihak lain. Meningkatkan kemampuan diri
melalui penerapan bakat secara berhasil”.
Menurut McClelland, karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high
achivers) memiliki tiga ciri umum yaitu:
a. Sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan
moderat.
b. Menyukai situasi-situasi dimana kinerja mereka timbul, karena upaya-upaya
mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran.
c. Menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka,
dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.

c. Teori Clyton Alderfer (Teori ERG)


Teori alderfer dikenal dengan akronim “ERG”. Akronim “ERG” dalam teori
Alderfer merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah yaitu:
E = Existence (kebutuhan akan eksistensi)
R = Relatedness(kebutuhan untuk berhubungan dengan pihak lain)
G = Growth (kebutuhan akan pertumbuhan)

Jika makna ketiga istilah tersebut didalami, akan tampak dua hal penting.
Pertama, secara konseptual terdapat persamaan antara teori atau model yang
dikembangkan oleh Maslow dan Alderfer. Karena “Existance” dapat dikatakan
identik dengan hierarki pertama dan kedua dalam teori
Maslow, “Relatedness” senada dengan hierarki kebutuhan ketiga dan keempat
menurut konsep Maslow dan “Growth” mengandung makna sama dengan “Self
actualization” menurut Maslow.
Kedua, teori Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu,
diusahakan pemuasannya secara serentak. Apabila teori Alderfer disimak lebih
lanjut akan tampak bahwa:
a. Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula
keinginan untuk memuaskannya.
b. Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi semakin besar,
apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan.
c. Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi,
semakin besar keinginan untuk memuaskan kebutuhan yang lebih mendasar.
Tampaknya pandangan ini didasarkan kepada sifat pragmatisme oleh manusia.
Artinya, karena menyadari keterbatasannya, seorang dapat menyasuaikan diri
pada kondisi obyektif yang dihadapinya, antara lain dengan memusatkan
perhatiannya kepada hal-hal yang mungkin dicapainya.

d. Teori Herzberg (Teori Dua Faktor)


Ilmuwan ketiga yang diakui telah memberikan kontribusi penting, dalam
pemahaman motivasi Herzberg. Teori yang dikembangkannya dikenal dengan
“Model Dua Faktor” dari motivasi, yaitu faktor motivasional dan
faktor hygieneatau pemeliharaan.
Menurut teori ini, yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang
mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dari dalam
diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene atau
pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber
dari luar diri, yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupannya.
Menurut Herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional antara lain ialah
pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan
dalam karier dan pengakuan orang lain.

e. Teori Keadilan
Inti teori ini terletak pada pandangan, bahwa manusia terdorong untuk
menghilangkan kesenjangan, antara usaha yang dibuat bagi kepentingan
organisasi dengan imbalan yang diterima. Artinya, apabila seorang pegawai
mempunyai persepsi bahwa imbalan yang diterimanya tidak memadai, dua
kemungkinan dapat terjadi, yaitu:
a. Seorang akan berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar, atau
b. Mengurangi intensitas usaha yang dibuat, dalam melaksanakan tugas yang
menjadi tanggungjawabnya.

f. Teori Penetapan Tujuan (Goal Setting Theory)


Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan, memiliki empat
macam mekanisme motivasional, yakni:
a. Mengarahkan perhatian
b. Mengatur upaya
c. Meningkatkan persistensi
d. Menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan

g. Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan)


Victor H. Vroom, dalam bukunya yang berjudul Work and
Motivationmengetengahkan suatu teori yang disebut sebagai “Teori Harapan”.
Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai
oleh seseorang dan perkiraan yang bersangkutan, bahwa tindakannya akan
mengarah kepada hasil yang diinginkannyaitu. Artinya, apabila seseorang sangat
menginginkan sesuatu dan jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang
bersangkutan akan berupaya mendapatkannya.
Dinyatakan dengan cara yang sangat sederhana, teori harapan berkata bahwa jika
seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu
cukup besar, yang bersangkutan akan sangat terdorong untuk memperoleh hal
yang diinginkannyaitu. Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal yang
diinginkannya itu tipis, motivasinya untuk berupaya akan menjadi rendah.

h. Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku


Berbagai teori atau model motivasi yang telah dibahas dimuka, dapat digolongkan
sebagai model kognitif motivasi, karena didasarkan pada kebutuhan seseorang
berdasarkan persepsi orang yang bersangkutan, berarti sifatnya sangat subyektif.
Perilakunya pun ditentukan oleh persepsi tersebut.
Padahal, dalam kehidupan organisasional disadari dan diakui bahwa kehendak
seseorang ditentukan pula oleh berbagai konsekuensi eksternal dari perilaku dan
tindakannya. Artinya, dari berbagai faktor di luar diri seseorang, turut berperan
sebagai penentu dan pengubah perilaku.
Dalam hal ini, berlakulah apa yang dikenal dengan “Hukum Pengaruh” yang
menyatakan, bahwa manusia cenderung untuk mengulangi perilaku yang
mempunyai konsekuensi yang menguntungkan dirinya dan mengelakkan perilaku
yang mengakibatkan timbulnya konsekuensi yang merugikan.

i. Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi


Bertitik tolak dari pandangan bahwa tidak ada satu model motivasi yang
sempurna, dalam arti masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, para
ilmuwan terus-menerus berusaha mencari dan menemukan sistem motivasi yang
terbaik, dalam arti menggabung berbagai kelebihan model-model tersebut menjadi
satu model. Tampaknya terdapat kesepakatan di kalangan para pakar, bahwa
model tersebut ialah apa yang tercakup dalam teori yang mengkaitkan imbalan
dengan prestasi seorang individu.
K. Modal Motivasi Menuju Sukses
“Dosa terbesar adalah ketakutan, rekreasi terbaik adalah belajar, kesulitan terberat
adalah keputusasaan, guru terbaik adalah pengalaman, rahasia yang paling berarti
adalah kematian, kehormatan terbesar adalah kepercayaan, keuntungan yang baik
adalah anak yang soleh, pemberian yang terbaik adalah partisipasi, dan modal
terbesar adalah rasa percaya diri”.

1.Keberanian
Keberanian adalah modal pertama menuju sukses, tanpa keberanian manusia tidak
akan pernah bisa mencapai kesuksesan. Contohnya dalam berbisnis, jika tidak
memiliki keberanian untuk memulai dan hanya dibayang-bayangi rasa takut untuk
menanggung kerugian, sudah tentu manusia takkan pernah merasakan manisnya
kesuksesan dalam berbisnis.
Dari: Sayyidina Ali bin Abu Thalib ra.
Kesuksesan selalu dicapai dengan sebuah proses setelah melewati berbagai
hambatan. jadi jangan takut gagal, karena kegagalan juga sebuah proses
pembelajaran. Tentu kemampuan manusia juga akan semakin meningkat.
Sebenarnya kata gagal hanyalah milik orang yang berhenti mencoba, berhenti
berinovasi, berhenti berbuat.
Di samping keberanian modal pertama untuk mencapai sukses, ada hal lain yang
sangat penting juga untuk diketahui yaitu selalu berfikir positif, selalu optimis
akan berhasi. Berfikir positif dan optimis dapat dicapai dengan selalu berinteraksi
dengan orang-orang yang bermental positif dan optimis dalam melakukan banyak
hal, serta dengan komunitas yang sama visinya. Karena hal tersebut dapat
mengalirkan energi positif.
2. Keyakinan
Keyakinan bersumber dari nurani . keyakina menentukan sikap dan tindakan.
Keyakinan adalah sesuatu yang diyakini dan hidup dalam batin yang entah secara
sadar atau tidak, dapat menentukan sikap-sikap dan tindakan. Keyakinan bisa
berwujud aturan atau hukum, yang menyatakan sebab-akibat yang akan hidup
didalam hati.
3. Percaya Diri
Kebanyakan orang gagal bukan karena tidak memiliki pengetahuan atau
kemampuan. Mereka merasabahwa kekurangan-kekurangan mereka akan
membuat mereka gagal. Mereka gagal karena tidak percaya diri. Ada hubungan
langsung antara rasa percaya diri dan kesuksesan :
a. Semakin seorang yakin dan percaya akan kemampuan dirinya, semakin mantap
ia dalam bertindak.
b. Semakin mantap tindakannya, akan semakin baik pula hasilnya.
c. Hasil yang baik, kembali menumbuhkan rasa percaya diri yang lebih besar.
Demikian siklus terus berputar, kesuksesan demi kesuksesan semakin bertumbuh.
Untuk menumbuhkan rasa percaya diri mulailah langkah-langkah berikut :
a. Memulai dari yang kita ketahui dan kita mampu.
b. Meraih kesuksesan kecil.
c. Mencoba hal yang sedikit lebih besar.
d. Meraih kesuksesan yang lebih besar.
Demikian seterusnya, terus tumbuh dan tumbuh, sampai tidak terasa telah sampai
pada puncak kesuksesan itu.
4. Menata Hati dan Pikiran
Banyak orang yang merasa telah berjuang, berusaha dengan sangat keras, namun
saja dia belum merasa pernah mencapai kesuksesan seperti yang diharapkannya.
Semakin hari hidupnya semakin sulit dan terhimpit dalam keterpurukan ekonomi
yang sangat mengenaskan. Beban kehidupan seakan semakin menggunung
dipundaknya yang telah semakin rapuh dimakan usia. Hingga akhirnya dia sangat
lelah, letih dalam berjuang menyusuri hidup dalam kehidupannya, semua motivasi
dalam dirinya semakin terasa menghilang. Pada saat itulah, dia membutuhkan
dukungan dari keluarga, sahabat serta teman-temannya.
Hati nurani adalah pusat makna tertinggi kehidupan manusia atau the ultimate
meaning, yang paling berpengaruh dalam diri kita. Sedangkan otak adalah hamba
yang sangat patuh, mengikuti setiap perintah hati nurani kita dalam kehidupan.
Keberhasilan dan kebahagiaan yang menjadi impian indah banyak manusia,
sesungguhnya sangat dipengaruhi oleh impian hati nurani kita, bukan ditentukan
oleh kecerdasan otak kita saja. Hati yang memiliki impian indah menjadi
pemenang dalam kehidupan, akan berkreasi dan menciptakan berbagai hal yang
positif di dunia ini dan memerintahkan otak melakukan hal yang positif pula.
5. Memulai Sukses dari Dalam Diri
Psikolog terkenal William James tanpa ragu-ragu pernah berkata, penelitian
terbesar dari generasi saya adalah bahwa manusia dapat mengubah hidupnya
dengan mengubah sikapnya. Intinya sikap adalah hal kecil yang dapat membuat
perubahan besar dalam kehidupan seseorang. Dibalik perubahan sikap itu selalu
ada kata kuncinya yaitu keyakinan.
Mulailah dengan memiliki keyakinan bahwa keberhasilan, kesuksesan,
kegelisahan, semuanya disebabkan faktor dari dalam diri manusia sendiri.
Keyakinan bahwa yang menciptakan itu semua sebenarnya adalah hati dan
pikirannya. Berbagai faktor dari luar lainnya, sesungguhnya tidak mencerminkan
diri pribadi manusia. Namun, hati dan pikiran yang ada dalam diri itulah, yang
mengidentifikasinya. Itulah mengapa menyalahkan faktor luar adalah tindakan
yang kurang bijaksana. Keyakinan seperti ini akan mengubah sikap manusia
menjadi seorang pemenang.
Manusia adalah makhluk yang memiliki karunia kesempurnaan fisik, kecerdasan
emosional dan kecerdasan spiritual. Dengan kecerdasannya, ia mampu mengelola
hati dan pikirannya. Bahkan mampu memahami bagaimana proses berpikir itu
sendiri. Banyak orang kurang menyadari hal ini, tidak mengetahui, pura-pura
tidak tahu, atau bahkan tidak mau tahu bahwa mereka memiliki kemampuan
mengelola hati dan pikirannya. Sehingga mereka tidak pernah sadar, bahwa
mereka telah menjadi budak atau hamba dari hati dan pikiran mereka sendiri.
Bukannya memimpin hati dan pikirannya, malahan seumur hidupnya
dikendalikan oleh hati dan pikirannya sendiri
6. Mengonsep Diri dan Menata Visi Hidup
Kunci keberhasilan hidup adalah konsep diri positif. Konsep diri memainkan
peran yang sangat besar dalam menentukan keberhasilan hidup seseorang. Proses
pembentukan konsep diri, dimulai sejak anak masih kecil. Konsep diri yang jelek
akan mengakibatkan rasa percaya diri, tidak berani mencoba hal-hal baru, tidak
berani mencoba hal-hal yang menantang, takut gagal, takut sukses, merasa bodoh,
rendah diri, merasa diri tidak berharga, merasa tidak layak untuk sukses, pesimis,
dan msih banyak perilaku inferior lainnya.
Sebaliknya orang yang konsep dirinya baik akan selalu optimis, berani mencoba
hal-hal baru, berani sukses, berani gagal, percaya diri, antusias, merasa diri
berharga, berani menetapkan tujuan hidup, bersikap dan berfikir positif, dan dapat
menjadi seorang pemimpin yang handal.
Konsep diri dapat didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau
penilaian seseorang terhadap dirinya. Seseorang dikatakan mempunyai konsep diri
negatif, jika ia meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya,
tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak
disukai, dan kehilangan daya tarik terhadap hidup.
Orang dengan konsep diri negatif akan cenderung bersikap pesimistik, terhadap
kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Ia tidak melihat tantangan sebagai
kesempatan, namun lebih sebagai halangan. Orang dengan konsep diri negatif,
akan mudah menyerah sebelum berpereang dan jika gagal, akan ada dua pihak
yang disalahkan, entah itu menyalahkan diri sendiri (secara negatif) atau
menyalahkan orang lain.

2.2 Indikator Motivasi


Dalam menilai motivasi pada siswa diperlukan aspek-aspek yang terukur.
Menurut Keke T. Aritonang (2008: 14), motivasi belajar siswa meliputi beberapa
dimensi yang dapat dijadikan indikator.
Ketekunan dalam belajar (subvariabel)
1) Kehadiran di sekolah (indikator)
2) Mengikuti PBM di kelas (indikator)
3) Belajar di rumah (indikator)
Ulet dalam menghadapi kesulitan (subvariabel)
1) Sikap terhadap kesulitan (indikator)
2) Usaha mengatasi kesulitan (indikator)
Minat dan ketajaman perhatian dalam belajar (subvariabel)
1) Kebiasaan dalam mengikuti pelajaran (indikator)
2) Semangat dalam mengikuti PBM (indikator)
Berprestasi dalam belajar (sub variabel)
1) Keinginan untuk berprestasi (indikator)
2) Kualifikasi hasil (indikator)
Mandiri dalam belajar (sub variabel)
1) Penyelesaian tugas/PR (indikator)
2) Menggunakan kesempatan di luar jam pelajaran (indikator)

Abin Syamsuddin Makmun ( 2003: 40) mengemukakan bahwa untuk memahami


motivasi dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya:
1) Durasi kegiatan.
2) Frekuensi kegiatan.
3) Presistensi pada kegiatan.
4) Ketabahan, keuletan, dan kemampuan dalam menghadapi rintangan dan
kesulitan.
5) Devonasi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan.
6) Tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan.
7) Tingkat kualifikasi prestasi/produk (output) yang dicapai dari kegiatan yang
dilakukan.
8) Arah sikap terhadap sasaran kegiatan.

Menurut Martin Handoko (1992: 59) untuk mengetahui kekuatan motivasi belajar
siswa dapat dilihat dari beberapa indikator sebagai berikut:
1) Kuatnya kemauan untuk berbuat.
2) Jumlah waktu yang disediakan untuk belajar.
3) Kerelaan meninggalkan kewajiban/tugas yang lain.
4) Ketekunan dalam mengerjakan tugas.

Sejalan dengan pendapat diatas, menurut Sardiman (2009: 81) indikator motivasi
belajar sebagai berikut:
1) Tekun menghadapi tugas.
2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).
3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah orang dewasa.
4) Lebih senang bekerja mandiri.
5) Dapat mempertahankan pendapatnya.

Berdasarkan indikator-indikator di atas dapat disimpulkan bahwa


motivasi belajar yang akan diungkap yaitu:
1) Kuatnya kemauan untuk berbuat.
2) Jumlah waktu yang disediakan untuk belajar.
3) Kerelaan meninggalkan kewajiban/tugas yang lain.
4) Ketekunan dalam mengerjakan tugas.
5) Dapat mempertahankan pendapatnya.
6) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).
7) Lebih senang bekerja mandiri.
8) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah orang dewasa.

2.3. Pengukuran Motivasi


a. Pengukuran Motivasi Kerja
Pengukuran motivasi belajar, dapat dilakukan dengan membuat sebuah
instrumen pengukur yang memiliki rentangan. Rentangan tersebut kemudian
diberi nilai secara kontinum dari yang tertinggi sampai yang terendah, berbentuk
kode yaitu secara berturut-turut kode, misalnya:

1) kode SS (Sangat Setuju) dengan nilai 5,


2) kode S (Setuju) dengan nilai 4,
3) kode R (Ragu-ragu) dengan nilai 3,
4) Kode TS (Tidak Setuju) dengan nilai 2,
5) Kode STS (Sangat Tidak Setuju) dengan nilai 1.
Model-model pengukuran motivasi kerja telah banyak dikembangkan, diantaranya
oleh McClelland (Mangkunegara, 2005:68) mengemukakan 6 (enam) karakteristik
orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi, yaitu :
1. Memiliki tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi,
2. Berani mengambil dan memikul resiko,
3. Memiliki tujuan realistik,
4. Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk
merealisasikan tujuan,
5. Memanfaatkan umpan balik yang konkrit dalam semua kegiatan yang
dilakukan, dan
6. Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah
diprogramkan.
Edward Murray (Mangkunegara, 2005:68-67) berpendapat bahwa karakteristik
orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi adalah sebagai berikut :
1. Melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya,
2. Melakukan sesuatu dengan mencapai kesuksesan,
3. Menyelesaikan tugas-tugas yang memerlukan usaha dan keterampilan,
4. Berkeinginan menjadi orang terkenal dan menguasai bidang tertentu,
5. Melakukan hal yang sukar dengan hasil yang memuaskan,
6. Mengerjakan sesuatu yang sangat berarti,
7. Melakukan sesuatu yang lebih baik dari orang lain.
Sebuah tindakan dapat dikatakan sebagai memiliki motivasi tinggi, jika perilaku
itu menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Individu menunjukkan tanggapan yang menggejolak dengan bentuk-bentuk
tanggapan-tanggapan yang bervariasi.

2. Kekuatan dan efisiensi perilaku mempunyai hubungan yang bervariasi dengan


kekuatan determinan.

3. Motivasi mengarah perilaku pada tujuan tertentu.

4. pengaruh positif menyebabkan suatu perilaku tertentu cenderung untuk diulang-


ulang.

5. Kekuatan perilaku akan melemah, bila akibat dari perbuatan itu bersifat tidak
mengenakkan.

2.4 Tips Untuk Memotivasi Diri


Terkadang kita merasakan kejenuhan, tidak bersemangat dalam menjalani hidup.
Anda merasa butuh adanya motivasi dari orang lain.Mungkin cara ini bisa
berhasil. Namun, untuk kemudian bisa berubah dan bersemangat, kuncinya ada
pada diri Anda sendiri.Tidak ada seorang pun yang bisa memberikan motivasi
lebih baik, selain diri kita sendiri. Ada beberapa tips untuk memotivasi dirisendiri,
yaitu :

1. Menuliskan tujuan pada selembar kertas.


Untuk bisa memotivasi diri, Anda harus memahami tujuan yang hendak
Anda capai. Lakukan refleksi, apa yang sebenarnya Anda inginkan.
Kemudian, Anda harus mengembangkan perencanaan jangka pendek
maupun jangka panjang.
Pilihan yang Anda tentukan, haruslah realistis, sesuai logika. Anda tidak bisa
memilih jalan yang Anda rasa tidak sanggup untuk menjalankannya. Akhirnya,
Anda akan menemukan kegagalan dan keputusasaan, sebelum mencapai tujuan
tersebut.
Tempelkan lembaran kertas yang berisi tujuan pada ruang yang sering Anda lihat.
Anda bisa memilih di cermin kamar, lemari, dinding, atau tempat mana saja yang
Anda sering melihat dan membacanya. Setiap hari, sekurangnya baca tulisan itu 5
kali, agar selalu teringat dengan tujuan yang ingin Anda capai dan
memiliki motivasi diri untuk mencapainya.
Setiap hari pula, catatlah apa saja hal yang telah Anda lakukan untuk semakin
mendekatkan Anda dengan untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan cara ini, Anda
akan menyadari apakah tujuan itu masih jauh, semakin dekat atau hampir tercapai.

2. Berhenti menunda
Menunda adalah kebiasaan yang bisa membunuh impian dan motivasi diri
Anda. Tetapkan batas waktu untuk mencapai satu tujuan, dan berpeganglah
dengan batas waktu yang Anda tentukan sendiri. Dengan memiliki perasaan
dikejar batas waktu, Anda akan lebih fokus dan berusaha untuk memenuhi
tujuan tersebut.
Namun berhati-hatilah, jangan sampai menentukan batas waktu yang membuat
Anda stres dan frustasi, dan hanya akan merusak mental dan pikiran Anda.
Pikirkanlah batas waktu yang tepat dan tetap membuat Anda nyaman dalam
menjalaninya.

3. Reward untuk diri sendiri


Cobalah untuk memberikan hadiah atau menghargai diri Anda sendiri
ketika berhasil menyelesaikan satu bagian dalam perencanaan untuk
mencapai tujuan Anda. Ini akan menjadikan Anda memiliki harapan,
menyuntikkan motivasi diri Anda, agar bisa menyelesaikan bagian-bagian
berikutnya untuk memperoleh hadiah yang lebih baik.
Ingat, jika Anda telah menyelesaikan satu rencana, segeralah membuat rencana
baru dan pastikan batas waktunya. Orang yang sukses akan selalu mencari cara
untuk mengembangkan diri mereka dan kehidupan mereka.

4. Bersenang-senanglah
Dalam melakukan pekerjaan, Anda sering dihadapkan dengan masalah
ataupun beban pikiran yang berat. Rasa humor yang cukup, bisa menjadi
salah satu kunci untuk sukses. Cobalah untuk tidak terlalu berat
memikirkan masalah dan pekerjaan.
Belajarlah untuk menikmati apa yang Anda lakukan setiap hari, sehingga bisa
tetap memiliki motivasi diri dan merasa antusias. Dengan tetap memiliki perasaan
tersebut, Anda bisa membantu diri sendiri mengontrol tingkat stres yang Anda
miliki.
Motivasi diri sendiri memiliki keuntungan tersendiri dan juga memacu diri untuk
bisa lebih berkembang, lebih baik, dan mengarah pada kesuksesan.
Dengan memotivasi diri sendiri, berarti Anda juga bisa menciptakan jalan-jalan
baru untuk melangkah mencapai tujuan Anda.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Makalah yang telah disusun dengan sebaik mungkin ini diharapkan dapat
membantu para pembaca khususnya mahasiswa dalam pembahasan tentang teori
dan konsep motivasi dalam hal ini motivasi berprestasi, selain itu makalah ini
diharapkan dapat memberikan perbandingan pendangan dengan apa yang telah
diperoleh dilingkungan pendidikan.
Pengumpulan data dengan teliti dan valid adalah pedoman yang dipegang dalam
pembuatan makalah ini, dengan demikian pekerjaan dapat diselesaikan dengan
baik akan mendapat hasil yang sempurna. Saya mengharapkan semua data dan
pengetahuan yang didapat dari sumber-sumber yang sah dimana saya mancari
data dapat bermanfaat dimasa yang akan datang.
Daftar Pustaka

Jaali, Haji. (2008). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara


Riduwan.(2008). Belajar Mudah Penelitian. Bandung: ALFABETA
Suparno, A. Suhaenah. (2000). Membangun Kompetensi Belajar. Jakarta: Dikti
Depdiknas
http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2010/03/hakikat-motivasi-
belajar.html
http://4jipurnomo.wordpress.com/makalah-tentang-motivasi/
http://ekookdamezs.blogspot.com/2011/05/pengertian-bentuk-dan-fungsi-
motivasi.html

Anda mungkin juga menyukai