Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Abses payudara adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu
infeksi bakteri. Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi
infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-
sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam
melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah menelan bakteri, sel
darah putih akan mati. Sel darah putih inilah yang mengisi rongga tersebut. (Soeparman,
2012)
Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan disekitarnya akan terdorong. Jaringan
pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas abses. Hal ini
merupakan mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut. Jika suatu
abses pecah didalam, maka infeksi bisa menyabar di dalam tubuh maupun dibawah
permukaan kulit, tergantung pada lokasi abses.

B. ETIOLOGI
Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan pada
kulit yang normal (Staphylococcus aureus). Bakteri seringkali berasal dari mulut bayi
dan masuk ke dalam saluran air susu melalui sobekan atau retakan di kulit (biasanya
pada puting susu). Mastitis biasanya terjadi pada wanita yang menyusui dan paling
sering terjadi dalam waktu 1-3 bulan setelah melahirkan. Sekitar 1-3% wanita menyusui
mengalami mastitis pada beberapa minggu pertama setelah melahirkan. Pada wanita
pasca menopause, infeksi payudara berhubungan dengan peradangan menahun dari
saluran air susu yang terletak di bawah puting susu. Perubahan hormonal di dalam tubuh
wanita menyebabkan penyumbatan saluran air susu oleh sel-sel kulit yang mati. Saluran
yang tersumbat ini menyebabkan payudara lebih mudah mengalami infeksi. (Soeparman,
2012)
Suatu Infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa cara :
1. Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka dari tusukan jarum tidak steril.
2. Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain.
3. Bakteri yang dalam keadaan normal, hidup di dalam tubuh manusia dan tidak
menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.

1
Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika :
1. Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi.
2. Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang.
3. Terdapat gangguan system kekebalan.
Abses Payudara merupakan komplikasi yang terjadi akibat adanya infeksi payudara.
Infeksi ini paling sering terjadi selama menyusui, akibat masuknya bakteri ke jaringan
payudara. Peradangan atau infeksi payudara atau yang disebut mastitis dapat disebabkan
oleh infeksi bakteri, perembesan sekresi melalui fisura di putting, dan dermatitis yang
mengenai putting. Bakteri seringkali berasal dari mulut bayi dan masuk ke dalam saluran
air susu melalui sobekan atau retakan dikulit (biasanya pada putting susu). Abses
payudara bisa terjadi disekitar putting, bisa juga diseluruh payudara.

C. PATOFISIOLOGI
Luka atau lesi pada putting terjadi peradangan masuk (organisme ini biasanya dari
mulut bayi) pengeluaran susu terhambat produksi susu normal penyumbatan
duktus terbentuk abses. Abses dikulit atau dibawah kulit sangat mudah dikenali,
sedangkan abses dalam seringkali sulit ditemukan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan
gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Jika tidak sedang menyusui, bisa ditemukan
mammografi atau biopsy payudara.
Pada penderita abses biasanya pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan jumlah
sel darah putih. Untuk menentukan ukuran dari lokasi bses dalam, bisa dilakukan
pemeriksaan roentgen, USG atau CT scan. Suatu abses seringkali membaik tanpa
pengobatan, abses pecah dengan sendirinya san mengeluarkan isinya. Kadang abses
menghilang secara perlahan karena tubuh menghancurkan infeksi yang terjadi dan
menyerap sisa-sisa infeksi. Abses tidak pecah dan bisa meninggalkan benjolan yang
keras.

2
PATHWAYS

D. GEJALA
Gejala dari abses tergantung pada lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu
organ atau syaraf. Gejala dan tanda yang sering ditimbulkan oleh abses payudara
diantaranya :
1. Tanda-tanda inflamasi pada payudara (merah, panas jika disentuh, membengkak dan
adanya nyeri tekan).
2. Teraba massa, suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak
sebagai suatu benjolan. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan
lebih putih karena kulit diatasnya menipis.
3. Gejala sistematik berupa demam tinggi, menggigil, malaise.
4. Nipple discharge (keluar cairan dari putting susu, bisa mengandung nanah)
5. Gatal-gatal

3
6. Pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan payudara yang
terkena.

E. PENANGANAN
Adapun penanganan untuk absees diantaranya adalah :
1. Untuk meringankan neri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses bisa ditusuk
dan dikelaurkan isinya dengan insisi. Insisi bisa dilakukan radial dari tengah dekat
pinggir areola, ke pinggir supaya tidak memotong saluran ASI.
2. Suatu abses tidak memliki aliran darah, sehingga pemberian antibiotic biasanya sia-
sia. Antibiotic bisa diberikan setelah suatu abses mongering dan hal ini dilakukan
untuk mencegah kekambuhan. Antibiotic juga diberikan jika abses menyebarkan
infeksi ke bagian tubuh lainnya.
3. Dapat diberikan parasetamol 500mg tiap 4 jam sekali bila diperlukan.
4. Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama 15 – 20 menit, 4 kali/hari.
5. Sebaiknya dilakukan pemijatan dan p emompaan air susu pada payudara yang
terkena untuk mencegah pembengkakan payudara.
6. Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri (misalnya acetaminophen
atau ibuprofen) karena kedua obat tersebut aman diberikan untuk ibu menyusui dan
bayinya.

4
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
1. Riwayat Kesehatan
Hal – hal yang perlu dikaji di antaranya adalah :
a. Abses di kulit atau dibawah kulit sangat mudah dikenali, sedangkan abses dalam
seringkali sulit ditemukan.
b. Riwayat trauma, seperti tertusuk jarum yang tidak steril atau terkena peluru.
c. Riwayat infeksi ( suhu tinggi ) sebelumnya yang secara cepat menunjukkan rasa
sakit diikuti adanya eksudat tetapi tidak bisa dikeluarkan.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik ditemukan :
a. Luka terbuka atau tertutup
b. Organ / jaringan terinfeksi
c. Massa eksudat
d. Peradangan
e. Abses superficial dengan ukuran bervariasi
f. Rasa sakit dan bila dipalpasi akan terasa fluktuaktif.
3. Pemeriksaan laboratorium dan diagnostic
a. Hasil pemeriksaan leukosit menunjukan peningkatan jumlah sel darah putih.
b. Untuk menentukan ukuran dan lokasi abses dilakukan pemeriksaan rontgen,
USG, CT, Scan, atau MRI.

B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen injuri biologi
2. Hipertermi
3. Kerusakan integritas kulit
4. Resiko infeksi

C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No NOC NIC
Keperawatan
1 Nyeri Akut b.d agen 👫    Pain level Pain Management
injuri biologi 👫    Pain control 1.             Lakukan pengkajian nyeri
👫     Comvort level secara komprehesif termasuk lokasi,

5
Kriteria Hasil : karakteristik, durasi, frekuensi,
1.      Mampu mengontrol kualitas, dan faktor presipitas.
nyeri 2.             Observasi reaksi nonverbal
2.      Melaporkan bahwa dari ketidaknyamanan
nyeri berkurang dengan 3.             Gunakan komunikasi
manajemen nyeri terapeutik untuk mengetahui nyeri
3.      Mampu mengenali pasien
(skala, intensitas, 4.             Berikan analgetik untuk
frekuensi, dan tanda mengurangi rasa nyeri
nyeri) 5.             Kalaborasikan dengan dokter
4.      Menyatakan rasa
nyeman setelah myeri Analhesic administration :
berkurang 1.                 Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan derajat
nyeri sebelum diberikan obat
2.                 Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan frekuensi
3.                 Pilih analgesik yang tepat
4.                 Evaluasi efektifitas
analgensik, tanda dan gejala
2 Hipertermia NOC: NIC :
Berhubungan Thermoregulasi  Monitor suhu sesering mungkin
dengan : Setelah dilakukan  Monitor warna dan suhu kulit
- penyakit/ trauma tindakan  Monitor tekanan darah, nadi dan
- peningkatan keperawatan RR
metabolisme selama………..pasien  Monitor penurunan tingkat
- aktivitas yang menunjukkan : kesadaran
berlebih Suhu tubuh dalam batas  Monitor WBC, Hb, dan Hct
- dehidrasi normal dengan kreiteria  Monitor intake dan output
DO/DS: hasil:  Berikan anti piretik:
kenaikan suhu  Suhu 36  Kelola Antibiotik:
tubuh diatas rentang – 37C ………………………..
normal  Nadi dan  Selimuti pasien
serangan atau RR dalam rentang  Berikan cairan intravena

6
konvulsi (kejang) normal  Kompres pasien pada lipat paha
kulit  Tidak ada dan
kemerahan perubahan warna kulit aksila
pertambahan dan tidak ada pusing,  Tingkatkan sirkulasi udara
RR  Tingkatkan intake cairan dan
takikardi nutrisi
Kulit teraba  Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
panas/ hangat  Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
 Monitor hidrasi seperti turgor
kulit,
kelembaban membran mukosa)
3 Kerusakan NOC : NIC : Pressure Management
integritas kulit Tissue Integrity : Skin  Anjurkan pasien untuk
berhubungan and menggunakan
dengan : Mucous Membranes pakaian yang longgar
Eksternal : Wound Healing : Hindari kerutan pada tempat tidur
- Hipertermia atau primer dan  Jaga kebersihan kulit agar tetap
hipotermia sekunder bersih
- Substansi kimia Setelah dilakukan dan kering
- Kelembaban tindakan Mobilisasi pasien (ubah posisi
- Faktor mekanik keperawatan selama….. pasien)
(misalnya : kerusakan integritas setiap dua jam sekali
alat yang dapat kulit Monitor kulit akan adanya
menimbulkan luka, pasien teratasi dengan kemerahan
tekanan, restraint) kriteria hasil: Oleskan lotion atau minyak/baby
- Immobilitas fisik  Integritas oil pada
- Radiasi kulit yang baik bisa derah yang tertekan
- Usia yang ekstrim dipertahankan Monitor aktivitas dan mobilisasi
- Kelembaban kulit (sensasi, elastisitas, pasien
- Obat-obatan temperatur, hidrasi, Monitor status nutrisi pasien
Internal : pigmentasi) Memandikan pasien dengan
- Perubahan status  Tidak ada sabun dan air
metabolik luka/lesi pada kulit hangat

7
- Tonjolan tulang  Perfusi  Kaji lingkungan dan peralatan
- Defisit imunologi jaringan baik yang
- Berhubungan  Menunjukka menyebabkan tekanan
dengan n pemahaman dalam Observasi luka : lokasi, dimensi,
dengan proses perbaikan kulit kedalaman luka, karakteristik,warna
perkembangan dan mencegah cairan, granulasi, jaringan nekrotik,
- Perubahan sensasi terjadinya sedera tandatanda
- Perubahan status berulang infeksi lokal, formasi traktus
nutrisi  Mampu  Ajarkan pada keluarga tentang
(obesitas, melindungi kulit dan luka dan
kekurusan) mempertahankan perawatan luka
- Perubahan status kelembaban kulit dan  Kolaburasi ahli gizi pemberian
cairan perawatan alami diae TKTP,
- Perubahan  Menunjukka vitamin
pigmentasi n terjadinya proses Cegah kontaminasi feses dan urin
- Perubahan penyembuhan luka  Lakukan tehnik perawatan luka
sirkulasi dengan
- Perubahan turgor steril
(elastisitas kulit)  Berikan posisi yang mengurangi
DO: tekanan
- Gangguan pada pada luka
bagian tubuh
- Kerusakan lapisa
kulit
(dermis)
- Gangguan
permukaan kulit
(epidermis)
4 Risiko infeksi NOC : NIC :
Faktor-faktor  Immune Status Pertahankan teknik aseptif
risiko :  Knowledge : Batasi pengunjung bila perlu
- Prosedur Infasif Infection Cuci tangan setiap sebelum dan
- Kerusakan control sesudah
jaringan dan  Risk control tindakan keperawatan

8
peningkatan Setelah dilakukan Gunakan baju, sarung tangan
paparan tindakan sebagai
lingkungan keperawatan alat pelindung
- Malnutrisi selama…… Ganti letak IV perifer dan
- Peningkatan pasien tidak mengalami dressing sesuai
paparan infeksi dengan kriteria dengan petunjuk umum
lingkungan patogen hasil: Gunakan kateter intermiten
- Imonusupresi  Klien bebas dari untuk
- Tidak adekuat tanda menurunkan infeksi kandung
pertahanan dan gejala infeksi kencing
sekunder  Menunjukkan Tingkatkan intake nutrisi
(penurunan Hb, kemampuan untuk Berikan terapi
Leukopenia, mencegah timbulnya antibiotik:.................................
penekanan infeksi Monitor tanda dan gejala
respon inflamasi)  Jumlah leukosit infeksi sistemik
- Penyakit kronik dalam dan lokal
- Imunosupresi batas normal Pertahankan teknik isolasi k/p
- Malnutrisi  Menunjukkan Inspeksi kulit dan membran
- Pertahan primer perilaku mukosa
tidak hidup sehat terhadap kemerahan, panas, drainase
adekuat (kerusakan  Status imun, Monitor adanya luka
kulit, gastrointestinal, Dorong masukan cairan
trauma jaringan, genitourinaria dalam Dorong istirahat
gangguan batas normal Ajarkan pasien dan keluarga
peristaltik) tanda dan
gejala infeksi
Kaji suhu badan pada pasien
neutropenia
setiap 4 jam

DAFTAR PUSTAKA

Nurarif H.A& Kusuma H. 2015. Aplikasi asuhan keparawatan berdasarkan diagnosa medis &
NANDA NIC-NOC. Jilid 1. Mediaction Jogja. Jogjakarta

9
Siregar, 2014. Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, EGC, Jakarta

Soeparman & Waspadji (2012), Ilmu Penyakit Dalam, Jld.II, BP FKUI, Jakarta.

10

Anda mungkin juga menyukai