Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN BRONKOPNEUMONIA

A. PENGERTIAN
Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya menyerang di
bronkeoli terminal. Bronkeoli terminal tersumbat oleh eksudat mokopurulen yang
membentuk bercak-barcak konsolidasi di lobuli yang berdekatan. Penyakit ini sering
bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran pernafasan atas, demam infeksi yang spesifik
dan penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh.(Sudigdiodi dan Imam Supardi, 2016)
Bronchopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola
penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi
dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. (Smeltzer & Suzanne C,
2011)
Menurut Whaley & Wong, Bronchopneumonia adalah bronkiolus terminal yang
tersumbat oleh eksudat, kemudian menjadi bagian yang terkonsolidasi atau membentuk
gabungan di dekat lobulus, disebut juga pneumonia lobaris.
Bronkho pneumonia adalah salah satu peradangan paru yang terjadi pada jaringan
paru atau alveoli yang biasanya didahului olehinfeksi traktus respiratus bagian atas
selama beberapa hari. Yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti
bakteri, virus, jamur dan benda asing lainnya. (Dep. Kes. 2015).
Bronkopneumonia adalah Radang dinding bronkus kecil disertai atelektasis daerah
percabangannya (Muda, 2013).
Kesimpulannya bronchopneumonia adalah jenis infeksi paru yang disebabkan oleh
agen infeksius dan terdapat di daerah bronkus dan sekitar alveoli.

B. ETIOLOGI
Secara umun individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan oleh adanya
penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen.
Orang  yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ
pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia
yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa,
mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M. Nettiria, 2014) antara lain:
1. Bakteri      : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
2. Virus         : Legionella pneumoniae

1
3. Jamur        : Aspergillus spesies, Candida albicans
4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru
5. Terjadi karena kongesti paru yang lama.
Etiologi menurut reevas, (2011), antara lain :
1. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram posifif
seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan  streptococcus pyogenesis. Bakteri
gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
2. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan
udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah
serta kompos.
4. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya
menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi.

C. PATHOFISIOLOGI
Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang
disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophillus influenzae atau karena aspirasi
makanan dan minuman.
Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut masukl ke saluran
pernafasan bagian bawah dan menyebabkan terjadinya infeksi kuman di tempat tersebut,
sebagian lagi masuk ke pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernafasan dengan
ganbaran sebagai berikut:
1. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh
darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli.
2. Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam saluran
pencernaan dan menginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora normal
dalam usus, peristaltik meningkat akibat usus mengalami malabsorbsi dan kemudian
terjadilah diare yang beresiko terhadap gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit. (Soeparman, 2014).

2
Kuman penyebab bronchopneumonia masuk ke dalam jaringan paru-paru melaui
saluran pernafasan atas ke bronchiolus, kemudian kuman masuk ke dalam alveolus ke
alveolus lainnya melalui poros kohn, sehingga terjadi peradangan pada dinding bronchus
atau bronchiolus dan alveolus sekitarnya.
Kemudian proses radang ini selalu dimulai pada hilus paru yang menyebar secara
progresif ke perifer sampai seluruh lobus. Dimana proses peradangan ini dapat dibagi
dalam empat (4) tahap, antara lain :
1. Stadium Kongesti (4 – 12 jam)
Dimana lobus yang meradang tampak warna kemerahan, membengkak, pada
perabaan banyak mengandung cairan, pada irisan keluar cairan kemerahan (eksudat
masuk ke dalam alveoli melalui pembuluh darah yang berdilatasi)
2. Stadium Hepatisasi (48 jam berikutnya)
Dimana lobus paru tampak lebih padat dan bergranuler karena sel darah merah
fibrinosa, lecocit polimorfomuklear mengisi alveoli (pleura yang berdekatan
mengandung eksudat fibrinosa kekuningan).
3. Stadium Hepatisasi Kelabu (3 – 8 hari)
Dimana paru-paru menjadi kelabu karena lecocit dan fibrinosa terjadi konsolidasi di
dalam alveolus yang terserang dan eksudat yang ada pada pleura masih ada bahkan
dapat berubah menjadi pus.
4. Stadium Resolusi (7 – 11 hari)
Dimana eksudat lisis dan reabsorbsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali pada
struktur semua (Sylvia Anderson Pearce, 2010).

3
PATHWAYS
Jamur, virus, bakteri
(penyebab)

Saluran pernafasan atas

Kuman berlebih kuman terbawa infeksi saluran


di bronkus disaluran cerna pernafasan bawah

proses peradangan infeksi saluran dilatasi pembuluh


pencernaan darah

akumulasi secret peningkatan flora eksudat plasma masuk


di bronkus normal dlm usus alveoli

Bersihan jalan peristaltik usus gangguan difusi


nafas tidak efektif dalam plasma

mucus di bronkus malabsorsi Ketidakefektifan


Bersihan jalan nafas
bau mulut tak sedap diare

anoreksia edema antara kapiler


Resiko dan alveoli
ketidakseimbangan
elektrolit
intake iritan PMN eritosit

suplai O2
edema paru
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh hipoksia pergeseran dindng paru

metabilic anaerob capliance paru

akumulasi asam laktat

fatique

Intoleransi aktivitas

4
D. KLASIFIKASI
Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang memuaskan, dan pada
umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan etiologi. Beberapa ahli telah
membuktikan bahwa pembagian pneumonia berdasarkan etiologi terbukti secara klinis
dan memberikan terapi yang lebih relevan.Pembagian secara anatomis :
1. Pneumonia lobaris
2. Pneumonia lobularis (bronkopneumonia)
3. Pneumonia interstisialis (bronkiolitis)
4. Pembagian secara etiologi :
a. Bakteri : Pneumococcus pneumonia, Streptococcus pneumonia, Staphylococcus
pneumonia, Haemofilus influenzae.
b. Virus : Respiratory Synctitial virus, Parainfluenzae virus, Adenovirus
c. Jamur : Candida, Aspergillus, Mucor, Histoplasmosis,
Coccidiomycosis,    Blastomycosis, Cryptoccosis.
d. Corpus alienum
e. Aspirasi
f. Pneumonia hipostatik

E. MANIFESTASI KLINIS
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran pernafasan
bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita bronchopneumonia
mengalami tanda dan gejala antara lain :
1. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
a. Nyeri pleuritik
b. Nafas dangkal dan mendengkur
c. Takipnea
2. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
a. Mengecil, kemudian menjadi hilang
b. Krekels, ronki,
3. Gerakan dada tidak simetris
4. Menggigil dan demam 38,8  C sampai 41,1C, delirium
5. Diafoesis
6. Anoreksia

5
7. Malaise
8. Batuk kental, produktif Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi
kemerahan atau berkarat
9. Gelisah
10. Sianosis Area sirkumoral, dasar kuku kebiruan
11. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati
(Barbara C. long, 2011).

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan cara:
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
Pada kasus bronchopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis
(meningkatnya jumlah neutrofil).
b. Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam.
Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes sensitifitas
untuk mendeteksi agen infeksius.
c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa.
d. Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia
e. Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen
mikroba.
2. Pemeriksaan Radiologi
a. Rontgenogram Thoraks
Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi
pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali dijumpai pada infeksi
stafilokokus dan haemofilus.
b. Laringoskopi/ bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas tersumbat oleh
benda padat. (Sandra M, Nettina, 2014)

G. KOMPLIKASI 
1. Atelektasis        : Pengembangan paru yang tidak sempurna.
2. Emfisema          : Terdapatnya pus pada rongga pleura.
3. Abses paru        : Pengumpulan pus pada jaringan paru yang meradang.

6
4. Infeksi sistomik
5. Endokarditis     : Peradangan pada endokardium.
6. Meningitis         : Peradangan pada selaput otak.

H. PENATALAKSANAAN
1. Antibiotic seperti ; penisilin, eritromicin, kindomisin, dan sefalosforin.
2. Terapi oksigen (O2)
3. Nebulizer, untuk mengencerkandahak yang kental dan pemberian  bronkodilator.
4. Istirahat yang cukup
5. Kemoterafi untuk mikoplasma pneumonia dapat diberikan eritromicin 4x 500 mg/
hari atau tetrasiklin 3-4 x 500mg/ hari.

7
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penentuan
masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi, pemeriksaan
fisik.
1. Identitas klien
2. Riwayat keperawatan
a. Keluhan utama.
klien sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, diserai pernapasan
cuping hidupng, serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang disertai
muntah dan diare.atau diare, tinja berdarah dengan atau tanpa lendir, anoreksia
dan muntah.
b. Riwayat penyakit sekarang.
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian
atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-
40oC dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.
c. Riwayat penyakit dahulu.
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun.
d. Riwayat kesehatan keluarga.
Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran pernapasan dapat
menularkan kepada anggota keluarga yang lainnya.
e. Imunisasi.
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat
penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena system pertahanan
tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder.
f. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
g. Nutrisi.
Riwayat gizi buruk atau meteorismus (malnutrisi energi protein = MEP).
3. Pemeriksaan fisik
a. Sistem kardiovaskuler.
Takikardi, iritability.
b. Sistem pernapasan.

8
Sesak napas, retraksi dada, melaporkan klien sulit bernapas, pernapasan cuping
hdidung, ronki, wheezing, takipnea, batuk produktif atau non produktif,
pergerakan dada asimetris, pernapasan tidak teratur/ireguler, kemungkinan
friction rub, perkusi redup pada daerah terjadinya konsolidasi, ada
sputum/sekret. Orang tua cemas dengan keadaan anaknya yang bertambah sesak
dan pilek.
c. Sistem pencernaan.
klien malas minum atau makan, muntah, berat badan menurun, lemah. Pada
orang tua yang dengan tipe keluarga anak pertama, mungkin belum memahami
tentang tujuan dan cara pemberian makanan/cairan personde.
d. Sistem eliminasi.
klien menderita diare, atau dehidrasi,
e. Sistem saraf.
Demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis terus pada anak-
anak atau malas minum, ubun-ubun cekung.
f. Sistem lokomotor/muskuloskeletal.
Tonus otot menurun, lemah secara umum,
g. Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan.
h. Sistem integumen.
Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis, pucat, akralbhangat,
kulit kering, .
i. Sistem penginderaan.
Tidak ada kelainan.
4. Pemeriksaan diagnostik dan hasil
Secara laboratorik ditemukan lekositosis, biasanya 15.000 - 40.000 / m dengan
pergeseran ke kiri. LED meninggi. Pengambilan sekret secara broncoskopi dan
fungsi paru-paru untuk preparat langsung; biakan dan test resistensi dapat
menentukan/mencari etiologinya. Tetapi cara ini tidak rutin dilakukan karena sukar.
Pada punksi misalnya dapat terjadi salah tusuk dan memasukkan kuman dari luar.
Foto roentgen (chest x ray) dilakukan untuk melihat :
a. Komplikasi seperti empiema, atelektasis, perikarditis, pleuritis, dan OMA.
b. Luas daerah paru yang terkena.
c. Evaluasi pengobatan
9
1) Pada bronchopnemonia bercak-bercak infiltrat ditemukan pada salah satu
atau beberapa lobur.
2) Pada pemeriksaan ABGs ditemukan PaO2 < 0 mmHg.
(Sudigdiodi dan Imam Supardi, 2016)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum ditandai dengan adanya ronchi, dan ketidakefektifan batuk.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan proses infeksi pada jaringan paru
(perubahan membrane alveoli) ditandai dengan sianosis, PaO2 menurun, sesak nafas.
3. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi terhadap infeksi saluran nafas ditandai
dengan peningkatan suhu tubuh, mengigil, akral teraba panas.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan metabolisme sekunder terhadap demam dan proses infeksi ditandai
dengan nafsu makan menurun, BB turun, mual dan muntah, turgor kulit tidak elastis.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
O2 dengan kebutuhan oksigen ditandai dengan tidak mampu berpartisipasi dalam
kegiatan sehari-hari sesuai kemampuan tanpa bantuan.
6. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan suhu
tubuh,kehilangan cairan karena berkeringat banyak, muntah atau diare.
7. Resiko infeksi berhubungan dengan resiko terpajan bakteri patogen

10
C. RENCANA KEPERAWATAN
N DIAGNOSA NOC NIC
O KEPERAWATAN
1 Bersihan Jalan Nafas NOC:    Pastikan kebutuhan oral /
tidak    Respiratory status : tracheal suctioning.
efektif berhubungan Ventilation    Berikan O2  ……l/mnt,
dengan:    Respiratory status : metode………
      Infeksi, disfungsi Airway patency    Anjurkan pasien untuk
neuromuskular,    Aspiration Control istirahat dan napas dalam
hiperplasia dinding Setelah dilakukan tindakan    Posisikan pasien untuk
bronkus, alergi jalan keperawatan selama memaksimalkan ventilasi
nafas, asma, trauma …………..pasien    Lakukan fisioterapi dada jika
      Obstruksi jalan menunjukkan keefektifan perlu
nafas : spasme jalan jalan nafas dibuktikan    Keluarkan sekret dengan
nafas, sekresi tertahan, dengan kriteria hasil : batuk atau suction
banyaknya mukus,    Mendemonstrasikan    Auskultasi suara nafas, catat
adanya jalan nafas batuk efektif dan suara adanya suara tambahan
buatan, sekresi nafas yang bersih, tidak    Berikan bronkodilator :
bronkus, adanya ada sianosis dan dyspneu    ………………………
eksudat di alveolus, (mampu mengeluarkan    ……………………….
adanya benda asing di sputum, bernafas dengan    ………………………
jalan nafas. mudah, tidak ada pursed    Monitor status hemodinamik
DS: lips)    Berikan pelembab udara
      Dispneu    Menunjukkan jalan Kassa basah NaCl Lembab
DO: nafas yang paten (klien    Berikan antibiotik :
      Penurunan suara tidak merasa tercekik, …………………….
nafas irama nafas, frekuensi …………………….
      Orthopneu pernafasan dalam rentang    Atur intake untuk cairan
      Cyanosis normal, tidak ada suara mengoptimalkan keseimbangan.
      Kelainan suara nafas abnormal)    Monitor respirasi dan status
nafas (rales,    Mampu O2
wheezing) mengidentifikasikan dan    Pertahankan hidrasi yang
      Kesulitan berbicara mencegah faktor yang adekuat untuk mengencerkan
      Batuk, tidak penyebab. sekret

11
efekotif atau tidak ada    Saturasi O2 dalam    Jelaskan pada pasien dan
      Produksi sputum batas normal keluarga tentang penggunaan
      Gelisah    Foto thorak dalam batas peralatan : O2, Suction, Inhalasi.
      Perubahan norma
frekuensi dan irama
nafas
2 Gangguan NOC: NIC :
Pertukaran gas          Respiratory Status          Posisikan
: pasien untuk
Berhubungan dengan : Gas exchange memaksimalkan ventilasi
-ketidakseimbangan          Keseimbangan asam
         Pasang mayo bila perlu
perfusi ventilasi Basa, Elektrolit          Lakukan fisioterapi dada
-perubahan membran          Respiratory Status : jika perlu
kapiler-alveolar ventilation          Keluarkan sekret dengan
         Vital Sign Status batuk atau suction
DS: Setelah          Auskultasi suara nafas, catat
dilakukan
- sakit kepala ketika tindakan keperawatan adanya suara tambahan
bangun selama ….          Berikan bronkodilator ;
Gangguan
- Dyspnoe pertukaran pasien teratasi -………………….
- Gangguan dengan kriteria hasi: -………………….
penglihatan          Mendemonstrasikan          Barikan pelembab udara
DO:          Atur intake untuk cairan
peningkatan ventilasi dan
- Penurunan CO2 oksigenasi yang adekuat mengoptimalkan keseimbangan.
- Takikardi          Memelihara          Monitor respirasi dan status
- Hiperkapnia kebersihan paru paru dan O2
- Keletihan          Catat pergerakan dada,amati
bebas dari tanda tanda
- Iritabilitas distress pernafasan kesimetrisan, penggunaan otot
- Hypoxia          Mendemonstrasikan tambahan, retraksi otot
- kebingungan batuk efektif dan suara supraclavicular dan intercostal
- sianosis          Monitor suara nafas, seperti
nafas yang bersih, tidak
è -warna kulit abnormal ada sianosis dan dyspneu dengkur
(pucat, kehitaman) (mampu          Monitor
mengeluarkan pola nafas :
- Hipoksemia sputum, mampu bernafas bradipena, takipenia, kussmaul,
- hiperkarbia dengan mudah, tidak ada hiperventilasi, cheyne stokes,
- AGD abnormal pursed lips) biot

12
- pH arteri abnormal          Tanda tanda          Auskultasi suara nafas, catat
vital
-frekuensi dan dalam rentang normal area penurunan / tidak adanya
kedalaman          AGD
nafas dalam batas ventilasi dan suara tambahan
abnormal normal          Monitor TTV, AGD,
         Status neurologis elektrolit dan ststus mental
dalam batas normal          Observasi sianosis
khususnya membran mukosa
         Jelaskan pada pasien dan
keluarga tentang persiapan
tindakan dan tujuan penggunaan
alat tambahan (O2, Suction,
Inhalasi)
         Auskultasi bunyi jantung,
jumlah, irama dan denyut
jantung

3 Hipertermia NOC: NIC :


Berhubungan dengan : Thermoregulasi    Monitor suhu sesering
         penyakit/ trauma mungkin
         peningkatan Setelah dilakukan    Monitor warna dan suhu kulit
metabolisme tindakan keperawatan    Monitor tekanan darah, nadi
         aktivitas yang selama………..pasien dan RR
berlebih menunjukkan :    Monitor penurunan tingkat
         dehidrasi Suhu tubuh dalam batas kesadaran
normal dengan kreiteria    Monitor WBC, Hb, dan Hct
DO/DS: hasil:    Monitor intake dan output
         kenaikan suhu          Suhu  36 – 37C    Berikan anti piretik:
tubuh diatas rentang          Nadi dan RR dalam    Kelola Antibiotik:
normal rentang normal ………………………..
         serangan atau          Tidak ada perubahan    Selimuti pasien
konvulsi (kejang) warna kulit dan tidak ada    Berikan cairan intravena
         kulit kemerahan pusing, merasa nyaman    Kompres pasien pada lipat
         pertambahan RR paha dan aksila
         takikardi    Tingkatkan sirkulasi udara

13
         Kulit teraba    Tingkatkan intake cairan dan
panas/ hangat nutrisi
   Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR
   Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
   Monitor hidrasi seperti turgor
kulit, kelembaban membran
mukosa)

4 Ketidakseimbangan NOC:      Kaji adanya alergi makanan


nutrisi kurang dari a.     Nutritional status:      Kolaborasi dengan ahli gizi
kebutuhan tubuh Adequacy of nutrient untuk menentukan jumlah kalori
Berhubungan dengan : b.     Nutritional Status : dan nutrisi yang dibutuhkan
Ketidakmampuan food and Fluid Intake pasien
untuk memasukkan c.     Weight Control      Yakinkan diet yang dimakan
atau mencerna nutrisi Setelah dilakukan mengandung tinggi serat untuk
oleh karena faktor tindakan keperawatan mencegah konstipasi
biologis, psikologis selama….nutrisi kurang      Ajarkan pasien bagaimana
atau ekonomi. teratasi dengan indikator: membuat catatan makanan
DS:          Albumin serum harian.
         Nyeri abdomen          Pre albumin serum      Monitor adanya penurunan
         Muntah          Hematokrit BB dan gula darah
         Kejang perut          Hemoglobin      Monitor lingkungan selama
         Rasa penuh tiba-          Total iron binding makan
tiba setelah makan capacity      Jadwalkan pengobatan  dan
DO:          Jumlah limfosit tindakan tidak selama jam
         Diare makan
         Rontok rambut      Monitor turgor kulit
yang berlebih      Monitor kekeringan, rambut
         Kurang nafsu kusam, total protein, Hb dan
makan kadar Ht
         Bising usus      Monitor mual dan muntah
berlebih      Monitor pucat, kemerahan,

14
         Konjungtiva pucat dan kekeringan jaringan
         Denyut nadi konjungtiva
lemah      Monitor intake nuntrisi
     Informasikan pada klien dan
keluarga tentang manfaat nutrisi
     Kolaborasi dengan dokter
tentang kebutuhan suplemen
makanan seperti NGT/ TPN
sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan.
     Atur posisi semi fowler atau
fowler tinggi selama makan
     Kelola pemberan anti
emetik:.....
     Anjurkan banyak minum
     Pertahankan terapi IV line
     Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oval

5 Intoleransi aktivitas NOC : NIC :


Berhubungan dengan          Self
: Care : ADLs      Observasi adanya
         Tirah Baring atau
         Toleransi aktivitas pembatasan klien dalam
imobilisasi          Konservasi eneergi melakukan aktivitas
         Kelemahan Setelah dilakukan     Kaji adanya faktor yang
menyeluruh tindakan keperawatan menyebabkan kelelahan
        Ketidakseimbanga selama …. Pasien     Monitor nutrisi  dan sumber
n antara suplei oksigen bertoleransi terhadap energi yang adekuat
dengan kebutuhan aktivitas dengan Kriteria     Monitor pasien akan adanya
Gaya hidup yang Hasil : kelelahan fisik dan emosi secara
dipertahankan.          Berpartisipasi dalam berlebihan
DS: aktivitas fisik tanpa     Monitor respon kardivaskuler
         Melaporkan disertai peningkatan terhadap aktivitas (takikardi,
secara verbal adanya tekanan darah, nadi dan disritmia, sesak nafas,

15
kelelahan atau RR diaporesis, pucat, perubahan
kelemahan.          Mampu melakukan hemodinamik)
         Adanya dyspneu aktivitas sehari hari     Monitor pola tidur dan
atau ketidaknyamanan (ADLs) secara mandiri lamanya tidur/istirahat pasien
saat beraktivitas.          Keseimbangan      Kolaborasikan dengan
DO : aktivitas dan istirahat Tenaga Rehabilitasi Medik
dalam merencanakan progran
         Respon abnormal terapi yang tepat.
dari tekanan darah      Bantu klien untuk
atau nadi terhadap mengidentifikasi aktivitas yang
aktifitas mampu dilakukan
         Perubahan ECG :      Bantu untuk memilih
aritmia, iskemia aktivitas konsisten yang sesuai
dengan kemampuan fisik,
psikologi dan sosial
     Bantu untuk mengidentifikasi
dan mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan
     Bantu untuk mendpatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi
roda, krek
     Bantu untuk
mengidentifikasi aktivitas yang
disukai
     Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu luang
     Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
     Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif beraktivitas
     Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri
16
dan penguatan
     Monitor respon fisik, emosi,
sosial dan spiritual

6 Defisit Volume NOC: NIC :


Cairan          Fluid balance      Pertahankan catatan intake
Berhubungan dengan:         Hydration dan output yang akurat
         Kehilangan          Nutritional Status :     Monitor status hidrasi
volume cairan secara Food and Fluid Intake ( kelembaban membran mukosa,
aktif Setelah dilakukan nadi adekuat, tekanan darah
         Kegagalan tindakan keperawatan ortostatik ), jika diperlukan
mekanisme selama….. defisit volume     Monitor hasil lab yang sesuai
pengaturan cairan teratasi dengan dengan retensi cairan (BUN ,
kriteria hasil: Hmt , osmolalitas urin, albumin,
DS :          Mempertahankan total protein )
         Haus urine output sesuai     Monitor vital sign setiap
DO: dengan usia dan BB, BJ 15menit – 1 jam
         Penurunan turgor urine normal,      Kolaborasi pemberian cairan
kulit/lidah          Tekanan darah, nadi, IV
         Membran suhu tubuh dalam batas     Monitor status nutrisi
mukosa/kulit kering normal      Berikan cairan oral
         Peningkatan          Tidak ada tanda tanda     Berikan penggantian
denyut nadi, dehidrasi, Elastisitas nasogatrik sesuai output (50 –
penurunan tekanan turgor kulit baik, 100cc/jam)
darah, penurunan membran mukosa lembab,     Dorong keluarga untuk
volume/tekanan nadi tidak ada rasa haus yang membantu pasien makan
         Pengisian vena berlebihan      Kolaborasi dokter jika tanda
menurun          Orientasi terhadap cairan berlebih muncul meburuk
         Perubahan status waktu dan tempat baik      Atur kemungkinan tranfusi
mental          Jumlah dan irama     Persiapan untuk tranfusi
         Konsentrasi urine pernapasan dalam batas     Pasang kateter jika perlu
meningkat normal      Monitor intake dan urin
         Temperatur tubuh
         Elektrolit, Hb, Hmt output setiap 8 jam
meningkat dalam batas normal

17
         Kehilangan berat
         pH urin dalam batas
badan secara tiba-tiba normal
         Penurunan          Intake
urine oral dan
output intravena adekuat
         HMT meningkat
         Kelemahan

7 Risiko infeksi NOC : NIC :


         Immune Status       Pertahankan teknik aseptif
Faktor-faktor risiko :          Knowledge :      Batasi pengunjung bila perlu
         Prosedur Infasif Infection control       Cuci tangan setiap sebelum
         Kerusakan          Risk control dan sesudah tindakan
jaringan dan Setelah dilakukan keperawatan
peningkatan paparan tindakan keperawatan      Gunakan baju, sarung tangan
lingkungan selama…… pasien tidak sebagai alat pelindung
         Malnutrisi mengalami infeksi dengan      Ganti letak IV perifer dan
         Peningkatan kriteria hasil: dressing sesuai dengan petunjuk
paparan          Klien
lingkungan bebas dari umum
patogen tanda dan gejala infeksi       Gunakan kateter intermiten
         Imonusupresi          Menunjukkan untuk menurunkan infeksi
         Tidak adekuat kemampuan untuk kandung kencing
pertahanan sekunder mencegah timbulnya      Tingkatkan intake nutrisi
(penurunan Hb, infeksi       Berikan terapi
Leukopenia,          Jumlah leukosit antibiotik:.................................
penekanan respon dalam batas normal       Monitor tanda dan gejala
inflamasi)          Menunjukkan infeksi sistemik dan lokal
         Penyakit kronik perilaku hidup sehat       Pertahankan teknik isolasi
         Imunosupresi          Status imun, k/p
         Malnutrisi gastrointestinal,       Inspeksi kulit dan membran
         Pertahan primer genitourinaria dalam batas mukosa terhadap kemerahan,
tidak adekuat normal panas, drainase
(kerusakan kulit,       Monitor adanya luka
trauma jaringan,       Dorong masukan cairan
gangguan peristaltik)       Dorong istirahat

18
      Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
      Kaji suhu badan pada pasien
neutropenia setiap 4 jam

DAFTAR PUSTAKA

Depatemen Kesehatan RI (2015). Asuhan Keperawatan Anak Dalam Kontek Keluarga.

Jakarta.

19
Long, B. C. (2011). Perawatan Madikal Bedah. Jilid 2. Bandung :Yayasan Ikatan Alumni

Pendidikan Keperawatan

Nettina, Sandra M. (2014). Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta :EGC

Rcevers, Chalene. J et all.2013.Keperawatan medical Bedah. Jakarta: Salemba Medika 

Smeltzer, Suzanne. 2011. Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah.Vol 1.Jakarta : EGC

Soeparma, Sarwono Waspadji. (2016). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta :Balai Penerbit

FKUI

Sylvia A. Price, Lorraine Mc Carty Wilson. (2010). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-

Proses Penyakit. Jakarta :EGC

Zul Dahlan. 2015. Ilmu Penyakit Dalam Edisi III. Jakarta :  Balai penerbit FK UL

20

Anda mungkin juga menyukai