Isi
Epidermis terdiri dari lapisan epitel skuamosa bertingkat berkeratin. Epidermis terdiri dari
empat jenis sel utama : keratinosit, melanosit, sel Langerhans dan sel Merkel. Keratinosit
merupakan sel yang akan menyusun 4/5 lapisan pada epidermis yang memiliki fungsi untuk
menghasilkan keratin untuk membantu melindungi kulit dan jaringan di bawahnya dari abrasi.
Melanosit merupakan sel epidermis yang akan menghasil melanin yakni pigmen kuning-merah
atau coklat-hitam yang memberi warna kulit dan menyerap sinar ultraviolet (UV). Sel Langerhans,
disebut juga sel dendritik epidermal, berasal dari sumsm tulang merah dan bermigrasi di epidermis.
Sel ini berperan pada sistem imun melawan mikroba yang menyerang kulit dan mudah rusak oleh
sinar UV. Sel Merkel adalah sel epidermis yang paling sedikit. Sel-sel ini terletak pada lapisan
epidermis yang paling dalam; disini sel berhubungan dengan prosesus pipih neuron sensorik (sel
saraf), struktur yang disebut diskus Merkel (taktil). Selain itu epidermis memiliki jumlah lapisan
yang bergantung pada jenis kulitnya. Pada kulit tipis memiliki 4 lapisan yakni stratum basalis,
stratum spinosum, strutm granulamatosum dan stratum korneum. Sedangkan pada ujung jari,
telapak tangan dan telapak kaki memiliki jenis kulit tebal dengan 5 lapisan yakni stratum basalis,
stratum spinosum, stratum granulamatosum, stratum lusidum dan stratum korneum. Berikut adalah
gambaran lapisan pada epidermis. (Tortorra, 2014).
Lapisan epidermis terdiri atas :
a. Stratum Germinativum
Lapisan terbawah epidermis. Di dalam stratum germinativum juga terdapat sel-sel
melanosit, yaitu sel-sel yang tidak mengalami keratinisasi dan fungsinya hanya membentuk
pigmen 7 melanin dan memberikannya kepada sel-sel keratinosit melalui dendrit-dendritnya.
Satu sel melanosit melayani sekitar 36 sel keratinosit. Kesatuan ini diberi nama unit melanin
epidermal (Eroschenko, 2012).
b. Stratum Spinosum
Memiliki sel yang berbentuk kubus dan seperti berduri. Intinya besar dan oval. Setiap sel
berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein. Cairan limfe masih ditemukan
mengitari sel-sel dalam lapisan malphigi ini (Eroschenko, 2012).
c. Stratum Granulosum
Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal, berbutir kasar, berinti
mengkerut. Di dalam butir keratohyalin terdapat bahan logam, khususnya tembaga yang
menjadi katalisator proses pertandukan kulit (Eroschenko, 2012).
d. Stratum Lucidum
Terletak tepat di bawah stratum korneum, merupakan lapisan yang tipis, jernih,
mengandung eleidin. Antara stratum lucidum dan stratum granulosum terdapat lapisan keratin
tipis yang disebut rein's barrier (Szakall) yang tidak bisa ditembus (Eroschenko, 2012).
e. Stratum Korneum
Terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses
metabolisme, tidak berwarna, dan sangat sedikit mengandung air. Lapisan ini sebagian besar
terdiri atas keratin, jenis protein yang tidak larut dalam air, dan sangat resisten terhadap bahan-
bahan kimia. Hal ini berkaitan dengan fungsi kulit untuk memproteksi tubuh dari pengaruh
luar. Secara alami, sel-sel yang sudah mati di permukaan kulit akan melepaskan 6 diri untuk
beregenerasi. Permukaan stratum korneum dilapisi oleh suatu lapisan pelindung lembab tipis
yang bersifat asam, disebut mantel asam kulit (Eroschenko, 2012).
Selanjutnya lapisan kedua yakni Dermis yang Terdiri dari bahan dasar serabut kolagen dan
elastin yang berada di dalam substansi dasar yang bersifat koloid dan terbuat dari gelatin
mukopolisakarida. Serabut kolagen dapat mencapai 72% dari keseluruhan berat kulit manusia
bebas lemak. Di dalam dermis terdapat adneksa-adneksa kulit seperti folikel rambut, papila
rambut, kelenjar keringat, saluran keringat, kelenjar sebasea, otot penegak rambut, ujung
pembuluh darah dan ujung saraf, juga sebagian serabut lemak yang terdapat pada lapisan lemak
bawah kulit. (Eroschenko, 2012).
Hipodermis atau lapisan subkutis (tela subcutanea) tersusun atas jaringan ikat dan jaringan
adiposa yang membentuk fasia superficial yang tampak secara anatomis. Hipodermis ini terdiri
dari sel-sel lemak, ujung saraf tepi, pembuluh darah dan pembuluh getah bening, kemudian dari
beberapa kandungan yang terdapat pada lapisan ini sehingga lapisan hipodermis ini memiliki
fungsi sebagai penahan terhadap benturan ke organ tubuh bagian dalam, memberi bentuk pada
tubuh, mempertahankan suhu tubuh dan sebagai tempat penyimpan cadangan makanan
(Eroschenko, 2012).
Anatomi kuku
Kuku adalah bagian tubuh yang terdapat atau tumbuh di ujung jari. Kuku tumbuh dari sel mirip
gel lembut yang mati, mengeras, dan kemudian terbentuk saat mulai tumbuh dari ujung jari. Kulit
ari pada pangkal kuku berfungsi melindungi dari kotoran. Fungsi utama kuku adalah melindungi
ujung jari yang lembut dan penuh urat saraf, serta mempertinggi daya sentuh. Secara kimia, kuku
sama dengan rambut yang antara lain terbentuk dari keratin protein yang kaya akan sulfur.
Bagian-Bagian Pada Kuku
Kuku terdiri dari lapisan protein yang disebut dengan keratin. Jenis protein ini bisa juga
ditemukan pada rambut dan kulit. Setiap kuku terdiri dari beberapa bagian, termasuk:
1. Matriks kuku, merupakan pembentuk jaringan kuku yang baru.
2. Dinding kuku (Nail Wall), merupakan lipatan-lipatan kulit yang menutupi bagian pinggir dan
atas.
3. Dasar kuku (Nail Bed), merupakan kulit yang berada di bawah nail plate. Sel-sel pada dasar
nail bed berfungsi untuk memproduksi nail plate baik di jari tangan atau kaki. Selain itu, sel-
sel ini juga berfungsi menggenggam nail plate.
4. Alur kuku (Nail Grove), merupakan celah antar dinding dan dasar kuku.
5. Akar kuku (Nail Root), merupakan bagian proksimal kuku.
6. Lempeng kuku(Nail Plate), merupakan bagian dari kuku yang paling kelihatan. Nail plate
merupakan bagian keras yang Anda lihat saat memperhatikan kuku jari.
7. Nail fold, merupakan kulit yang membingkai setiap nail plate dari ketiga sisi.
8. Lunula, merupakan bagian lempeng kuku yang berwarna putih, didekat akar kuku berbentuk
bulan sabit, sering tertutup oleh kulit.
9. Kutikula (Eponikium), merupakan dinding kuku bagian proximinal, kulit arinya menutupi
bagian permukaan lempeng kuku. Kutikula merupakan jaringan yang melapisi nail plate pada
dasar kuku Anda. Bagian ini berfungsi melindungi sel-sel keratin baru yang muncul secara
perlahan dari nail bed.
10. Hiponikium, merupakan dasar kuku, kulit ari dibawah kuku yang bebas dari daging (free edge)
yang menebal.
Jenis-Jenis Effloresensi
Efloresensi kulit merupakan suatu kelainan klinis pada kulit yang terbagi atas efloresensi primer
dan sekunder.
a. Efloresensi Primer
1. Makula
Makula merupakan lesi datar, secara jelas terlihat sebagai daerah dengan warna
yangberbeda dengan jaringan di sekitarnya atau membran mukosa. Makula tidak dapat
dipalpasi.Bentuknya bervariasi dan pinggirannya tidak jelas. Makuloskuamosa merupakan
suatu istilah baru untuk menggambarkan makula yang tidak dapat dipalpasi, yang hanya
dapat jelas terlihatsetelah dibuat goresan ringan.
2. Papula
Papul adalah peninggian kurang dari 0,5 cm, yang secara signifikan menonjol di
ataspermukaan kulit. Pencahayaan oblik dengan lampu sorot dalam ruangan gelap
kadangkaladiperlukan untuk mendeteksi elevasi papul. Papul yang diselubungi oleh
skuama disebut lesi papuloskuamosa. Beberapa bentuk dan permukaan papul antara lain
sessile, bertangkai,berbentuk kubah, mendatar di atas, kasar, licin, berjonjot, mammillated,
akuminata, dan umbilikasi. Contoh klinis adalah liken planus.
3. Nodul
Berdasarkan komponen anatomi yang terutama ditemukan, nodul dibagi menjadi lima
tipe utama: (1) epidermal, (2) epidermal-dermal, (3) dermal, (4) dermal-subdermal, (5)
subkutan. Pada kulit, suatu nodul adalah lesi solid, berbentuk bundar atau elips, dapat
diraba bila diameternya lebih dari 0,5 cm. Namun hal ini tidak menjadi pertimbangan
utama dalam mendefinisikan nodul. Kedalaman dan atau terabanya substansi,
membedakan suatu nodul dari papul yang besar atau plak, daripada diameternya. Tumor,
kadang termasuk ke arah nodul, merupakan terminologi general untuk semua massa, jinak
atau ganas. Gumma adalah lesi nodul granulomatus spesifik sifilis tersier.
4. Plakat
Plak merupakan suatu elevasi padat menyerupai “plateau”, melingkupi area permukaan
luas, lebih tinggi dari kulit yang sehat dan berdiameter lebih dari 0,5 cm. Peninggian plak
tidak signifikan. Plak mungkin terbentuk akibat pelebaran atau penyatuan papul-papul,di
karakteristikan berdasarkan ukuran, bentuk, warna, dan perubahan permukaannya.
Contohnya adalah psoriasis.
5. Urtika/ Wheal
Wheal adalah kulit yang bengkak dengan karakteristik akan berkurang dan hilang
dalam beberapa jam. Lesi ini disebut juga hives atau urtikaria, merupakan edema akibat
keluarnya plasma melalui dinding pembuluh darah dermis bagian atas.Wheal dapat berupa
papul kecil berukuran diameter 2-4 mm atau plak besar lebih dari 10 cm. Bentuknya
bervariasi (bundar,oval, serpiginosa, atau anular) dapat ditemukan pada pasien yang sama.
Batas dari wheal ,walaupun jelas, tetapi tidak stabil dan berpindah dari area yang terkena
ke area yang tidak terkena di sebelahnya.
6. Vesikel dan Bula
Vesikel adalah rongga atau peninggian yang berisi cairan, berukuran kurang atau
samadengan 0,5 cm, sedangkan bula (blister) ukurannya lebih dari 0,5 cm. Cairan yang ada
di dalam rongga menghasilkan tekanan yang sama ke semua arah sehingga memberikan
bentuk sferis.Vesikel tidak teraba di daerah dengan stratum korneum tebal misal telapak
tangan, setelahruptur keberadaannya dapat ditunjukkan melalui skuama berbatas tegas,
translusen atau koleretresidual.
7. Pustula
Pustul adalah rongga yang menonjol dan berbatas tegas di epidermis atau infundibulum
yang berisi pus. Eksudat purulen, berisi leukosit dengan atau tanpa debris seluler, dapat
mengandung bakteri atau steril. Pulasan gram dan biakan eksudat dari pustul harus
dilakukan bila kemungkinan adanya infeksi.
8. Kista
Skuama merupakan lapisan datar atau pengelupasan pada lapisan terluar stratum
korneum. Kumpulan sel-sel jaringan tanduk yang saling melekat dengan deskuamasi
protein-protein filamen, skuama tidak dapat dilihat pada permukaan kulit dalam keadaan
normal, karena epidermis mengalami pergantian sel secara teratur setiap 27 hari.
2. Krusta
Krusta merupakan deposit yang keras yang terjadi bila serum, darah, atau eksudat
purulen mengering di permukaan kulit.
3. Erosi
Erosi adalah lesi yang basah, berbatas tegas, dan terdepresi yang disebabkan hilangnya
sebagian atau seluruh epitelium mukosa atau epidermal.
4. Eksoriasi
Ulkus adalah defek dengan hilangnya epidermis dan minimal bagian atas
(papillary)dermis. Pemutusan dermis dan destruksi struktur adneksa menghalangi re-
epitelisasi, dan defek sembuh dengan skar. Ada beberapa gambaran yang membantu
menentukan penyebab ulkus, seperti pada bagian medial siku atau di atas titik tekanan.
6. Likenifikasi
Likenifikasi adalah penebalan reaktif epidermis yang diinduksi oleh gesekan berulang
dikulit, dengan perubahan kolagen di dermis superfisial yang mendasarinya.
7. Fisura
Fisura adalah hilangnya kontinuitas permukaan kulit atau mukosa secara linear yang
disebabkan oleh regangan berlebihan atau penurunan elastisitas jaringan.
8. Atropi
Atrofi menunjukkan pengurangan ukuran sel, jaringan, organ, atau bagian tubuh.
Pengurangan jumlah sel epidermal berakibat epidermis tipis. Epidermis yang atrofi
mengkilap,transparan, setipis kertas dan mengkerut, dan mungkin tidak setahan kulit
normal.
9. Skar
Skar terbentuk dari proliferasi jaringan fibrosa yang menggantikan jaringan kolagen
normal sebelumnya setelah luka atau ulserasi dermis retikular. Warna skar merah muda
atau merah segera sebelum menjadi hipo atau hiperpigmetasi.
10. Komedo
Komedo adalah infundibulum folikel rambut yang dilatasi serta disumbat oleh keratin
dan lipid. Bila unit pilosebaseus terbuka ke permukaan kulit dengan sumbatan keratin yang
terlihat, lesi disebut komedo terbuka. Warna hitam dari komedo disebabkan oksidasi
komponen sebaseus pada infundibulum.
11. Poikiloderma
Daftar Pustaka
1. Sherrwood, L .2019, Atlas Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, Edisi 9, EGC: Jakarta..
2. Tanto, Christ, dkk. 2016. Kapita Selekta Kedokteran, Ed:5 , Jilid II. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia.
3. Tortora, GJ., Derrickson, B. (2012). Principles of Anatomy and Physiology 12th Ed. Hoboken:
John Wiley & Sons, Inc
4. Zein, Umar. 2013. Varisela (Varicella). Departemet of Internal Medicine, Faculty of Medicine
Prima Indonesia University