DISUSUN OLEH :
Kelas/Kelompok : B/SGD 9
NIM : 019.06.0078
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM
2021/2022
i|LBM4
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya dan dengan kemampuan yang kami miliki, penyusunan makalah SGD
(Small Group Discussion) LBM IV yang berjudul “Kepalaku Gatal” dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Penyusun
ii | L B M 4
DAFTAR ISI
Halaman
COVER…………………………………………………………………………….i
BAB I .......................................................................................................................1
PENDAHULUAN…………. ……………………………………………………..1
1.1 Skenario LBM IV…...................................................................................1
PEMBAHASAN ......................................................................................................4
PENUTUP..............................................................................................................20
3.1 Kesimpulan..............................................................................................20
iii | L B M 4
BAB I
PENDAHULUAN
SKENARIO
Kepalaku Gatal
1|LBM 4
Penyebab pasien pada skenario mengalami keluhan kulit kepala bersisik
disertai gatal
Selain itu , hal tersebut juga dapat disebabkan oleh adanya suatu infeksi
akibat mikroorganisme. Yang dimana akan menghasilkan lipase dan fosfolipase.
Kedua enzim tersebut dapat memecah trigliserida menjadi asam lemak bebas.
Mikroorganisme mengonsumsi asam lemak jenuh yang diperlukan untuk proliferasi
dan meninggalkan peningkatan jumlah asam lemak bebas tak jenuh yang
menyebabkan iritasi. Yang dimana pada individu yang rentan , asam lemak tak
jenuh menyebabkan kerusakan fungsi sawar kulit, menyebabkan iritasi baik secara
langsung atau tidak langsung, hiperproliferasi dan pengelupasan yang lebih lanju
Serta mikroorganisme juga dapat menginduksi pelepasan sitokin proinflamasi
sehingga akan menimbulkan keluhan berupa gatal.
Penggunaan topi akan meningkatkan suhu pada kulit kepala sehingga sebagai
mekanisme kompensasi tubuh akan mendinginkan permukaan dengan cara
berkeringat. Proses berkeringat ini dapat beresiko dalam meningkatkan kelembapan
kulit kepala sehingga menjadi tempat yang optimal bagi pertumbuhan
mikroorganisme. Akibatnya akan terjadi proses overgrowth flora normal pada kulit
kepala yang dapat menjadi patogen opportunistik. Kemudian mikroorganisme ini
akan menyebabkan terjadinya inflamasi yang dapat memperberat keluhan pasien
2|LBM 4
Hubungan antara stress dengan keluhan yang dirasakan
Pada saat seseorang mengalami stress akan terjadi penurunan imun tubuh
sehingga tubuh akan menjadi rentan untuk melawan patogen dari dunia luar
sehingga rentan untuk mengalami inflamasi. Kulit kepala memiliki banyak flora
normal yang dapat menjadi patogen opportunistik apabila mengalami overgrowth.
Selain itu stress ataupun depresi menyebabkan adanya perubahan neuroendokrin
sehingga kekebalan tubuh akan mengganggu kemampuan kulit untuk merespons
tantangan dari lingkungan luar. Selain itu juga , sel mast memainkan peran kunci
dalam respon imunologis yang berlebebihan terhadap stress dengan memicu
peradangan neurogenic.
3|LBM 4
BAB II
PEMBAHASAN
DATA TUTORIAL
PEMBAHASAN
Jenis-Jenis Skuama
Jenis
No Keterangan Gambar
Skuama
Eczema craquelé
4|LBM 4
2. Exfoliativa Skuama seperti lekukan pada
epidermis
Reaksi obat
Actinic keratosis
Keratosis pilaris
5|LBM 4
5. Ichtyosiform Skuama berbentuk lempeng
poligonal yang teratur yang
disusun pada baris-baris
paralel atau pola berlian
(seperti ikan)
Ichthyosis vulgaris
Cutaneous horn
Lamellar ichthyosis
6|LBM 4
8. Pityriosiform Skuama kecil dan seperti
kulit padi
Pityriasis rosea
Dermatitis seboroik
Lichen planus
7|LBM 4
Definisi , Etiologi , Manifestasi Klinis Diagnosis Sementara
a) Dermatitis seboroik
- Definisi : Merupakan istilah yang digunakan untuk segolongan kelainan kulit
yang didasari oleh faktor konstitusi, dengan predileksi di daerah kaya kelenjar
sebasea (Panduan Praktis Klinis,2017)
- Etiologi : Idiopatik , stress, adanya penyakit parah seperti HIV/AIDS,
Pityrosporum ovale (jamur lipofilik dari genus Malassezia yang dianggap
sebagai flora normal kulit yang terdapat di lapisan atas stratum korneum dan
merupakan flora normal kulit manusia yang dapat berasosiasi pada keadaan
ketombe dan dermatitis seboroik), serta adanya penyakit neurologis (Panduan
Praktis Klinis,2017)
- Manifestasi Klinis : Munculnya bercak merah dan kulit kasar. Kelainan awal
hanya berupa ketombe ringan pada kulit kepala (pityriasis sika) sampai
keluhan lanjut berupa keropeng yang berbau tidak sedap dan terasa gatal
(Panduan Praktis Klinis,2017).
- Tempat Predileksi : Kulit kepala, glabella, belakang telinga, belakang leher,
alis mata, kelopak mata, liang telinga luar, lipatan nasolabial , sternal, areola
mammae, lipatan bawah mammae pada wanita, interskapular, umbilicus, lipat
paha, dan daerah angogenital (Panduan Praktis Klinis,2017).
- Faktor Resiko : Genetik , faktor kelelahan , stress emosional, infeksi,
defisiensi imun, jenis kelamin pria lebih sering daripada wanita, usia bayi
bulan 1 dan usia 18-40 tahu , serta kurang tidur (Panduan Praktis
Klinis,2017).
b) Tinea Kapitis
- Definisi : Kelainan pada kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh
spesies dermatofita (Panduan Praktis Klinis,2017).
- Etiologi : Jamur Tricophyton dan Microsporum, terutama T. rubrum, T.
mentagrophytes dan M. gypseum(Panduan Praktis Klinis,2017).
- Manifestasi Klinis : Adanya bercak di kepala, gatal dan sering disertai
rontoknya rambut di tempat lesi tersebut (Panduan Praktis Klinis,2017).
8|LBM 4
- Tempat Predileksi: Daerah kulit kepala dan rambut (Panduan Praktis
Klinis,2017).
- Faktor resiko: Hygiene pribadi dan sanitasi lingkungan yang buruk, kontak
langsung dengan penderita ,bergantian handuk dengan penderita , kontak
dengan binatang peliharaan seperti anjing dan kucing, lingkungan yang kotor
dan panas, serta udara yang lembab(Panduan Praktis Klinis,2017).
- Klasifikasi :
Gray Patch (Ringworm) : Biasanya disebabkan oleh genus Microsporum
dan sering ditemukan pada anak-anak. Penyakit ini dimulai dengan papul
merah kecil di sekitar rambut , melebar, dan membentuk bercak yang
menjadi pucat dan bersisik. Manisfestasi klinis pada pasien biasanya rasa
gatal, warna rambut menjadi abu-abu, serta rambut mudah patah
(Widaty,2017)
Kerion : Reaksi peradangan yang berat , berupa pembengkakan yang
menyerupai sarang lebah dengan sel radang yang padat disekitarnya
(Widaty,2017)
Black dots: Paling sering disebabkan oleh Tricophyton tonsurans dan
Tricophyton violaceum. Rambut yang terkena infeksi patah, tepat pada
muara folikel, dan yang tertinggal adalah ujung rambut yang penuh spora.
Ujung rambut yang hitam di dalam folikel rambut ini memberi gambaran
khas , yaitu black dot. Ujung rambut yang patah terkadang masuk ke
bawah permukaan kulit (Panduan Praktis Klinis,2017).
c) Psoriasis vulgaris
- Definisi : Penyakit peradangan kulit kronik dengan dasar genetic yang kuat
denga karakteristik perubahan pertumbuhan dan diferensiasi sel epidermis
disertai manifestasi vaskuler , juga diduga adanya pengaruh sistem saraf
(Jacoeb,2017).
- Etiologi : Idiopatik , namun dikaitkan dengan adanya pemendekan turn over
epidermis , predisposisi genetic, infeksi, stress, trauma, obat-obatan tertentu,
serta perubahan iklim (Jacoeb,2017).
9|LBM 4
- Manifestasi Klinis : Plak eritematosa diikuti skuama putih disertai titik-titik
perdarahan bila skuama dilepas,berukuran dari seujung jarum sampai dengan
plakat menutupi sebagian besar area tubuh , umumnya simetris (Jacoeb,2017).
- Tempat Predileksi: Tempat yang mudah mengalami trauma , seperti siku,
lutut, kulit kepala, telinga, lumbosakral, pantat, genital dan luas tubuh)
(Jacoeb,2017).
- Faktor Resiko : Faktor pencetus, berupa infeksi, stress, trauma, obat-obatan
tertentu, serta perubahan iklim (Jacoeb,2017).
d) SLE ( Systemic Lupus Erythematous)
- Definisi : Penyakit autoimun multisystem yang merupakan penyakit autoimun
yang menyebabkan inflamasi sistemik di mana organ, jaringan, dan sel
mengalami kerusakan yang dimediasi oleh autoantibodi pengikat jaringan dan
kompleks imun (Panduan Praktis Klinis,2017).
- Etiologi : Interaksi antara kerentanan gen (termasuk alel HLA- DRB1,IRF5,
STAT4, HLA-A1, DR3, dan B8), pengaruh hormonal, dan faktor lingkungan.
Interaksi ketiga faktor ini akan menyebabkan terjadinya respon imunyang
abnormal (Panduan Praktis Klinis,2017).
- Manifestasi Klinis : Ruam malar (butterfly rash) yaitu suatu eritema datar
atau menimbul yang menetap di daerah pipi, cenderung menyebar ke lipatan
nasolabial, bercak eritema yang menimbul dengan adherent keratotic scaling
dan follicular plugging, pada lesi lama dapat terjadi parut atrofi (bercak
discoid), bercak di kulit yang timbul bertambah akibat paparan sinar matahari,
pada anamnesis atau pemeriksaan fisik (Fotosensitif), ulkus mulut (Ulkus
mulut atau nasofaring, biasanya tidak nyeri), gangguan ginjal (proteinuria),
gangguan saraf (kejang, psikosis), gangguan darah (anemia hemolitik,
leukopenia, limfopenia, trombositopenia), gangguan imunologi (Anti-dsDNA
diatas titer normal, Anti-Sm(Smith) (+), dan Antibodi fosfolipid (+)) (Petty
dan Laxer,2015).
- Tempat Predileksi : Sendi, kulit, ginjal, otak, hati dan lesi dasar pada organ
tersebut adalah suatu vaskulitis yang terjadi oleh karena pembentukan dan
pengendapan kompleks antigen-antibodi
10 | L B M 4
- Faktor Resiko : Usia yang semakin tua, jenis kelamin perempuan, serta
Interaksi antara faktor genetik, faktor yang didapat dan faktor lingkungan
dianggap berperan penting dalam disregulasi sistem imun(Petty dan
Laxer,2015).
e) Pityriasis rocea
- Definisi : Erupsi kulit akut yang sembuh sendiri , dimulai dengan sebuah lesi
inisial berbentuk eritema dan skuama halus, kemudian disusul oleh lesi-lesi
yang lebih kecil di badan , lengan, dan tungkai atas yang tersusun sesuai
dengan lipatan kulit (Panduan Praktis Klinis,2017).
- Etiologi : Belum diketahui secara pasti, namun beberapa penelitian
mengatakan berhubungan dengan reaktivasi Human Herpes Virus (HHV)-7
dan HHV-6 (Panduan Praktis Klinis,2017).
- Manifestasi Klinis : Lesi kemerahan (mother patch)yang awalnya satu
kemudian diikuti dengan lesi yang lebih kecil yang menyerupai pohon cemara
terbalik. Lesi ini kadang dikeluhkan terasa gatal ringan (Panduan Praktis
Klinis,2017).
- Tempat Predileksi : Badan , lengan atas bagian proksimal dan paha atas
(Panduan Praktis Klinis,2017).
- Faktor Resiko : Usia (remaja, dan meningkat pada dewasa muda) (Panduan
Praktis Klinis,2017).
Dermatitis seboroik
11 | L B M 4
Tinea Kapitis
(Kerion)
(Gray Patch)
(Black dots)
12 | L B M 4
Psoriasis vulgaris
Pityriasis rocea
13 | L B M 4
Pemeriksaan Penunjang masing-masing Diagnosis Sementara
a) Dermatitis seboroik
- Pemeriksaan KOH : Dapat ditemukan spora berbentuk bulat atau oval akibat
keterlibatan Malassezia spp., namun hasil KOH positif tidak menjadi kriteria
diagnosis DS karena DS tidak disebabkan semata-mata oleh pertumbuhan
Malassezia spp. yang berlebih, melainkan merupakan respons abnormal
pejamu terhadap Malassezia spp. di kulit (Kemenkes,2019).
- Pemeriksaan Histopatologi : Didapatkan adanya akantosis (penebalan
epidermis biasanya dihasilkan oleh pembentukan papula dan plak) dengan
spongiosis ringan (kelainan dengan adanya pengumpulan cairan di ruang
antar sel yang satu dengan sel yang lain sehingga menjadi renggang)
(Kemenkes,2019)
Akantosis
Spongiosis
14 | L B M 4
b) Tinea Kapitis
- Pemeriksaan KOH : Pemeriksaan mikrospkopis dengan KOH 10% dapat
membuktikan adanya infeksi jamur dengan cepat, namun tidak dapat
menunjukkan spesies. Pada ektotriks terlihat artrokonidia yang kecil di sekitar
batang rambut dan pada infeksi endotriks terlihat rantai artrokonidia di dalam
batang rambut (Kemenkes,2019)
- Pemeriksaan Biakan Jamur: Spesimen bahan diinokulasikan di media agar
Sabouroud atau media kultur yang mengandung antibiotik untuk pemeriksaan
kultur jamur. Pertumbuhan koloni jamur diobservasi dalam waktu 1 sampai 6
minggu, dan memberikan gambaran morfologi yang berbeda-beda. Pada
Trichopyton violaceum pada agar Saboraud’s dextrose adanya koloni yang
timbul berwarna krem, bentuk radier, bagian tengah menonjol cone-shaped
(verucosa), konsistensi waxy berwarna ungu, permukaan menjadi velvety
dengan aeril miselium(Kemenkes,2019)
15 | L B M 4
c) Psoriasis Vulgaris
- Uji Karvleks : Didapatkan hasil yang positif yang dimana apabila lesi yang
berskuama tebal digores akan terlihat bentukan seperti bercak lilin dan
berwarna keabuan (Jacoeb,2017).
- Uji Auspitz : Didapatkan hasil yang positif apabila lesi yang berskuama tebal
digores terus menerus akan terlihat bentuka bintik-bintik merah akibat
perdarahan karena papilla dermis yang memanjang (Jacoeb,2017).
- Uji Khoebner : Apabila jila lesi digaruk akan muncul lesi baru di tempat lain
dan mempunyai gambaran yang sama dengan lesi yang lama(Jacoeb,2017).
16 | L B M 4
- Pemeriksaan Dermoskopi: Adanya gambaran cincin yang menunjukkan
bentukan rete ridge yang memanjang dengan bentukan klinis auspitz
sign(Jacoeb,2017)
- Pemeriksaan Histopatologi: Tampak akantosis dengan pemanjangan rete
ridges yang teratur, mikroabses Munro yang merupakan kumpulan sel
neutrofil pada lapisan stratum korneum di epidermis(Jacoeb,2017)
17 | L B M 4
e) Pityriasis rocea
- Pemeriksaan Histopatologi : Adanya akantosis ringan dan parakeratosis
fokal
- Pemeriksaan Dermoskopi : Adanya gambaran perifer yang menunjukan
gambaran titik pembuluh darah,
Berdasarkan hasil dari UKK yang diberikan pada sesi 2, kelompok kami
menetapkan status dermatologis pada pasien di skenario, yaitu :
18 | L B M 4
Psoriasis vulgaris dapat dihindarkan. Kemudian , pada Tinea capitis juga terdapat
lesi yang hampir mirip , terutama pada tinea capitis jenis gray patch. Namun, pada
gray patch , terjadi adanya kerusakan pada batang rambut sehingga rambut mudah
patah dan rontok serta disertai dengan perubahan warna rambut menjadi abu-abu.
Namun, pada skenario pasien tidak mengeluhkan adanya rambut rontok. Sedangkan
pada Pityriasis versicolor , biasanya ditandai dengan lesi khasnya berupa adanya lesi
kemerahan (mother pacth) yang awalnya satu kemudian disusun oleh lesi-lesi yang
lebih kecil , dan biasanya tersusun sesuai dengan lipatan kulit atau yang sering
disebut dengan christmast tree atau pohon cemara terbalik, akan tetapi pada pasien
di skenario tidak terdapat adanya gambaran UKK yag menunjukkan kriteria tersebut.
Serta yang terakhir yaitu Sistemic Lupus Eritematous (SLE) yang dimana penyakit
ini merupakan suatu penyakit autoimun yang dapat melibatkan banyak organ dengan
manifestasi klinis yang beragam. Pada SLE lesi khasnya berupa adanya ruam yang
eritema datar atau menimbul pada daerah pipi dan cenderung menyebar ke lipatan
nasolabial. Akan tetapi, pada pasien di skenario juga tidak menunjukkan adanya
manifestasi klinis tersebut. Sehingga kami menetapkan bahwa pasien pada skenario
mengalami Dermatitis Seboroik. Selain dari pemeriksaan fisik , diagnosis ini juga
ditunjang dari keluhan pasien yang dirasakan memberat jika pasien merasakan
stress. Yang dimana stress merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya
Dermatitis seboroik, yang kita ketahui pada orang dewasa penyakit ini bersifat
kronis dan dapat relaps (kambuh-kambuhan). Selain itu, berdasarkan data
epidemiologi , DS biasanya lebih sering terjadi pada pria , karena berhubungan
dengan adanya peningkatan kadar hormone androgen. Namun, untuk menegakkan
diagnosis Dermatitis seboroik, umumnya dapat berdasarkan gambaran lesi kulit
yang terlihat, karena pada dasarnya setiap penyakit kulit memiliki gambaran
khasnya masing-masing.
19 | L B M 4
Epidemiologi Dermatitis Seboroik
20 | L B M 4
imunitas, yaitu mutasi genetik reseptor sel T dan protein yang penting dalam
diferensiasi epidermis Peranan kelenjar sebasea dalam pathogenesis dermatitis
seboroik masih diperdebatkan , sebab pada remaja dengan kulit berminyak yang
mengalami dermatitis seboroik , menunjukkan sekresi sebum yang normal pada laki-
laki dan menurun pada perempuan. Selain itu , jumlah sebum yang diproduksi bukan
faktor utama pada kejadian Dermatitis seboroik. Permukaan kulit pasien Dermatitis
seboroik kaya akan lipid trigliserida dan kolesterol, namun rendah asam lemak dan
skualen. Malassezia spp., merupakan ragi lipofilik dan flora normal kulit,
memproduksi lipase dan menginisiasi respons inflamasi melalui pelepasan asam
oleat dan asam arakidonat dari sebum. Kandungan lemak sebum penting untuk
proliferasi Malassezia spp. dan pembentukan faktor proinflamasi. Semakin banyak
sebum, populasi Malassezia spp. meningkat dan faktor proinflamasi semakin banyak
diproduksi sehingga menyebabkan peradangan. Malassezia sp dan
Propionibacterium acnes, memiliki enzim lipase yang aktif , enzim ini yang dapat
mentransformasi trigliserida menjadi asam lemak bebas. Asam lemak bebas bersama
dengan reactive oxygen species (ROS) bersifat antibakteri yang akan mengubah
flora normal kulit. Malasezzia merupakan mikroorganisme komensal pada kulit,
yang pada kondisi normal tidak dapat menginduksi terjadinya reaksi imun. Pada
pasien DS terjadi reaksi imun yang abnormal terhadap toksin yeast dan aktivitas
lipase, ditandai dengan adanya peningkatan immunoglobulin (IgA dan IgG). Yang
dimana koloni jamur mempunyai kemampuan untuk berproliferasi di permukaan
kulit hingga menimbulkan reaksi inflamasi dan secara klinis nampak berupa skuama
(Widaty,2016)
21 | L B M 4
Peran jamur Malassezia pada dermatitis seboroik di kulit kepala
22 | L B M 4
jamur , perlu dipertimbangkan pemberian ketokonazol krim 2% (Panduan Praktis
klinis,2017).
Selain obat topical, pasien juga dapat diberikan obat oral sistemik, contohnya
Antihistamin sedative yaitu klorfeniramin meleat 3x4 mg per hari selama 2 minggu ,
setirizin 1x10 mg per hari selama 2 minggu. Selain itu, dapat pula diberikan
Antihistamin non sedatif yaitu Loratadin 1x10 mg selama maksimal 2 minggu
(Panduan Praktis Klinis,2017). Selain pengobatan farmakologis , dapat pula
dilakukan pengobatan secara non farmakologis , dengan meminta pasien untuk
memperhatikan faktor predisposisi terjadinya keluhan seperti , stress emosional dan
kurang tidur. Selain itu , pasien juga diminta untuk menhindari garukan yang dapat
menyebabkan lesi iritasi, menghindari bahan-bahan yang dapat menimbulkan iritasi
dan hindari menggunakan pendingin ruangan (air conditioner) atau udara dengan
kelembapan rendah di lingkungan kerja. Diet juga disarankan untuk mengkonsumsi
makanan rendah lemak (Panduan Praktis Klinis , 2017).
23 | L B M 4
Perjalanan penyakit yang kronik dan berulang berdampak pada kehidupan
psikososial, sehingga menimbulkan gangguan kualitas hidup yang meliputi rasa
tidak nyaman, stigmatisasi, kehilangan rasa percaya diri, dan keterbatasan dalam
aktivitas sosial. Oleh karena itu, tata laksana secara keseluruhan harus ditujukan
selain untuk memperbaiki gejala klinis serta meningkatkan kualitas hidup. Edukasi
mengenai penyakit perlu diberikan pada pasien karena stres psikologis merupakan
salah satu faktor yang dapat memicu timbulnya kembali dermatitis seboroik
sehingga menjadi saling terkait satu sama lain (Kemenkes,2019).
24 | L B M 4
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
25 | L B M 4
DAFTAR PUSTAKA
Handoko, Ronny P, dkk. 2017. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Ikatan Dokter Indonesia. 2015. Panduan Praktis Klinik Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta, Indonesia.
Soetomo,dr. 2019. Panduan Praktik Klinis. SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin. Surabaya, Indonesia.
Tanto, Christ, dkk. 2016. Kapita Selekta Kedokteran, Ed:5 , Jilid II. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia.
Widaty , Sandra , Aninda Marina. 2016. Pilihan Pengobatan Jangka Panjang Pada
Dermatitis Seboroik. Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
26 | L B M 4