Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN

SMALL GROUP DISCUSSION LBM 1


BLOK INTEGUMEN
“Pelindung Tubuhku Ajaib“

Dosen : dr. Nurkomariah Zulhijjah, S.Ked


Nama : Denana prihaswari
NIM : 021.06.0018
Kelas : A

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM
TAHUN PELAJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya dan dengan
kemampuan yang saya miliki,penyusunan laporan hasil SGD(Small Group Discussion)LBM
1yang berjudul “Pelindung Tubuhku Ajaib”
Laporan ini disusun untuk membahas mengenai hasil SGD hasil belajar mahasiwa yang
menjadi syarat nilai SGD.Dalam penyusunanlaporan ini saya mendapat banyak bantuan,masukan
dari berbagai pihak ,maka dari itu dalamkesempatan ini saya mengucapkan terimakasih kepada:

1. dr. Nurkomariah Julhijjah,S.Ked


Sebagai dosen fasilitator kelompok SGD 4 yang selalu dan senantiasa memberikan saran
serta bimbingan dalam melaksanakan SGD.

2. Sumber dan jurnal ilmiah sebagai reverensi saya dan teman-teman angota kelompok
dalam berdiskusi
3. Serta kepada teman-teman yang memberikan masukan kepada saya

Mengingat pengetahuan dan pemahaman saya terbatas dalam menyusun laporan hasil
SGD ini,maka kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat saya harapkan demi
kesempurnaan hasil laporan yang sudah saya buat.saya berharap semoga hasil laporan SGD ini
bermanfaan bagi banyak orang.

Mataram,jum,at 7 November 2023

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii


BAB I PENDAHULUAN

1.1 Skenario ................................................................................................

1.2 Deskripsi Masalah .................................................................................

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................

BAB III PENUTUP

3.14........................................................................................................

Kesimpulan ...............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

Skenario :

PELINDUNG TUBUHKU AJAIB

Rani adalah seorang mahasiswi fakultas kedokteran semester I yang akan menjalani
blok integument. Rani mulai membaca referensi-referensi untuk meningkatkan prior
knowledge sehingga siap menjalani blok tersebut. Rani baru mengetahui jika sistem
integument itu tidak hanya kulit tetapi terdapat juga bagian lain dalam tubuh manusia yang
termasuk ke dalam sistem tersebut dan memiliki fungsi serta perannya masing-masing
sebagai bentuk proteksi dari lingkungan eksternal. Pada saat membaca, rani melihat gambar
adanya kelenjar di kulit. Ranipun bertanya-tanya apakah itu kelenjar? Untuk apa ada di
kulit?. Rani juga terkadang merasa kulitnya panas, dingin, basah (lembab) ataupun kering.
Apa yang menyebabkan kondisi atau yang dirasakan pada kulitnya dapat berubah-ubah?.
Rani juga memperhatikan mukanya berminyak, terdapat banyak komedo dan kadang-
kadang ada jerawat bernanah. Ranipun ingin mengetahui istilah dalam kedokteran untuk
kelainan yang muncul di kulit seperti bintik-bintik, bintil-bintil berisi air, gambaran di kulit
orang panu, dll.
Deskripsi Masalah :
Pada skenario diatas menjelaskan bahwa sistem integument merupakan sistem organ
yang sangat luas dan memiliki peran penting bagi tubuh. Sistem integument terdiri atas kulit,
rambut, kuku serta adneksa-adneksa kulit seperti kelenjar sebasea dan kelenjar minyak. Kulit
merupakan organ tubuh terbesar yang menutupi seluruh permukaannya. Kulit berfungsi
sebagai pelindung tubuh dari cedera dan patogen. Kulit juga mengatur suhu tubuh,
mengendalikan kehilangan cairan yang tak terasa (insensible fluid loss), serta menyimpan
vitamin D, lemak, dan air. Pada dasarnya kulit yang melapisi tubuh manusia memang ditutupi
oleh rambut. Ada bagian yang hanya ditutupi oleh rambut halus ada juga yang ditutupi oleh
rambut yang lebih panjang dan kasar. Setiap pori di kulit memiliki folikel rambut dan setiap
rambut yang tumbuh dari masing-masing folikel ini bisa berbeda-beda panjang dan
ketebalannya. Kadang di satu bagian tubuh bisa-bisa saja tumbuh satu atau beberapa rambut
yang lebih panjang dan lebih tebal dari bagian lainnya. Hal ini adalah hal yang normal-normal
saja.
Adapun pertanyaan Rani pada skenario mengapa kulitnya mengalami kondisi yang
berubah-berubah kadang dingin dan panas, merupakan salah satu fungsi dari kulit sebagai
termoregulasi. Kulit melakukan fungsi ini dengan cara mengekskresikan keringat dan
mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah kulit. Di waktu suhu dingin, peredaran darah
di kulit berkurang guna mempertahankan suhu badan. Pada waktu suhu panas, peredaran
darah di kulit meningkat dan terjadi penguapan keringat dari kelenjar keringat sehingga suhu
tubuh dapat dijaga tidak terlalu panas.
Rani juga bertanya mengapa mukanya berminyak, dan kadang-kadang terdapat
jerawat bernanah. Muka yang berminyak disebabkan oleh produksi dari kelenjar sebasea
berlebihan sehingga menghasilkan sebum (minyak) yang berlebih, sehingga akan
menyebabkan muka berminyak. Adapun jerawat dapat disebabkan akibat adanya sumbatan
pada folikel rambut, sehingga jika produksi dari kelenjar sebasea berlebih maka akan terjadi
penumpukan sebum pada folikel rambut dan terjadilah peradangan. Sehingga akan terdapat
kulit kemerahan di sekitar jerawat yang merupakan tanda-tanda dari inflamasi.
Adapun istilah dalam kedokteran untuk kelainan yang muncul di kulit seperti bintik-
bintik, bintil-bintil berisi air, gambaran di kulit orang panu, disebut denggan efloresensi.
Efloresensi atau ruam merupakan kelainan kulit dan selaput lendir yang dapat dilihat dengan
mata telanjang (secara objektif) dan bila perlu dapat diperiksa dengan perabaan. Efloresensi
kulit dapat terjadi akibat perjalanan proses patologik. Kadang-kadang perubahan ini dapat
dipengaruhi keadaan dari luar, misalnya trauma garukan dan pengobatan yang diberikan,
sehingga perubahan tersebut tidak biasa lagi. Efloresensi terbagi menjadi primer, sekunder,
dan khusus.
Skenario di atas mengingatkan kita bahwa sebelum mempelajari penyakit-penyakit
system integument, terlebih dahulu kita harus mempelajari anatomi dan fisiologi, serta
efloresensi kulit. Dasar-dasar inilah yang akan membantu kita dalam mendiagnosis dan
memberikan terapi kepada pasien. Oleh karena itu pada diskusi SGD LBM 4 ini kami
membahas lebih lanjut tentang embriologi sistem integument, anatomi dan fisiologi sistem
integument, serta efloresensi.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Ebriologi Kulit dan Adneksanya (Kku,Rambut,dan Kelenjar)
A. Kulit, Kelenjar Keringat dan Sebasea
Kulit terdiri atas 2 lapisan utama yaitu epidermis dan dermis. Epidermis merupakan
jaringan epitel yang berasal dari ektoderm, sedangkan dermis berupa jaringan ikat agak
padat yang berasal dari mesoderm. (Tortora, 2019)
1. Epidermis
Epidermis berasal dari ektoderm, yang menutup permukaan embrio. Pada
awalnya, pada sekitar minggu keempat setelah fertilisasi, epidermis hanya terdiri dari
selapis sel ektodermal. Pada awal minggu ketujuh, satu lapis sel, yang disebut lapisan
basal, membelah dan membentuk lapisan sel-sel pipih pelindung superfisial yang
disebut periderm. Sel-sel peridermal secara kontinu mengelupas, dan pada bulan
kelima perkembangan sekresi dan kelenjar sebasea bercampur dengannya dan rambut
membentuk zat berlemak yang disebut verniks kaseosa (vernix = pernis; kaseosa =
keju). (J.Tortora, 2020).
a. Stratum basale atau stratum germinativum, berperan dalam menghasilkan sel-sel
baru. Lapisan ini kemudian membentuk hubungan dan cekungan yang tercermin di
permukaan kulit sebagai sidik jari.
b. Stratum spinosum yang tebal terdiri dari sel-sel polyhedral besar yang mengandung
tonofibril halus.
c. Stratum granulosum mengandung granula kertohialin kecil di sel-selnya.
d. Stratum korneum (lapisan tanduk) yang membentuk permukaan mirip sisik keras
pada epidermis, disusun oleh sel-sel mati yang terkemas rapat dan mengandung
keratin. (Tortora, 2019)
2. Dermis
Dermis berasal dari mesoderm yang terletak di sebelah dalam ectoderm
permukaan. Mesoderm menjadi jaringan ikat embironik yang tersusun longgar, disebut
mesenkim. Pada minggu le-11, sel mesenkim berdiferensiasi menjadi fibroblast dan
mulai membentuk kolagen dan serat elastik. Dengan terbentuknya krista epidermal,
bagian dermis superfisial menonjol ke dalam epidermis dan berkembang menjadi
papila dermal yang mengandung lengkung kapiler, korpuskel sentuh, dan ujung saraf
bebas (J.Tortora, 2020).
3. Kelenjar keringat
Kelenjar keringat berasal dari seratum basalis epidermis, tetapi mulai tumbuh
pada dermis. Kelenjar keringat muncul pada minggu 20 pada tangan dan kaki,
kemudian baru pada daerah lain, dimana pars sekresi dari kelenjar ini melingkar seperti
perkembangan kelenjar didalam dermis. (Tortora, 2019)
4. Kelenjar sebasea
Sebagian besar kelenjar sebasea (minyak) berkembang sebagai pertumbuhan
keluar dari samping folikel rambut pada sekitar bulan keempat dan tetap berhubungan
dengan folikel
B. Kuku
Kuku tangan dan kaki terbentuk pada minggu ke 10, dimana berawal dari
terbentuknya dasar kuku pada tiap puncak dari jari yang berasal dari rigi epitetelium yang
menebal. Dasar kuku kemudian dibungkus oleh lipatan epidermis yang disebut lipatan
kuku. Dimana kuku terbentuk dari bagian proximal yang tumbuh melewati dasar kuku dan
mengalami keratinisasi. (Tortora, 2019)
C. Rambut
Folikel rambut terbentuk pada minggu 9 – 12. Berasal dari sel-sel yang berbentuk
kantong disebut tunas rambut yang berinvaginasi ke dermis dimana tunas rambut
berdiferensiasi menjadi bulbus rambut, glandula sebacea dan struktur lainnya. Papila
rambut berasal dari diferensiasi sel mesenkim yang berlokasi disekitar sel epitel bulbus
rambut yang akhirnya rambut tumbuh disebabkan aktivitas sel epitel dari bulbus rambut.
Rambut ini dikenal sebagai lanugo, yang dilepas waktu lahir dan diganti oleh rambut yang
lain. (Tortora, 2019)

2. Anatomi dan Histologi Kulit dan Adneksanya


A. Kulit

Gambar Anatomi Sistem Integumen

Epidermis terdiri dari epitel skuamosa bertingkat berkeratin. Epidermis terdiri dari 4 jenis
sel utama yaitu (J.Tortora, 2020):
1. Keratinosit : Tersusun 4-5 lapis dan menghasilkan protein keratin.
2. Melanosit : Berasal dari sel neural crest (krista saraf). Melanin adalah pigmemn
kuning-merah atau cokelat-hita, yang membereri warna kulit dan menyerap sinar UV
yang sifatnya merusak. (Eroschenko, 2020) (J.Tortora, 2020).
3. Sel Langerhans : Disebut juga sel dendritic epidermal berasal dari sumsum tulang
merah dan bermigrasi ke epidermis, tempat sel Menyusun fraksi kecil sel epidermal.
Perannya pada respon imun melawan mikroba yang menyerang kulit, dan mudah
rusak oleh sinar UV. Perannya dalam sistem imun yaitu membantu sel lain mengenali
mikroba penyerang dan menghancurkannya (J.Tortora, 2020).
Sel Langerhans mengenali, memfagosit, dan merespons antigen asing dan
kemudian menyajikannya ke limfosit T untuk respon imun. Sehingga fungsinya
sebgai sel penyaji Antigen (APC) dan merupakan bagian dari pertahan imunologi
kulit (Eroschenko, 2020).
4. Sel Markel : Merupakan sel yang kuantitasnya paling sedikit. Terletak pada epidermis
yang paling dalam berhubungan dengan prosesus pipih neuron sensorik (sel saraf),
struktur yang disebut diskus markel (taktil) atau Akson tak bermielin aferen
sensorik.

Gambar : 4 sel utama epidermis


Disebagian besar regio tubuh epidermis memiliki 4 stara atau lapisan. Stratum basale,
spinosum, granulosum, korneum tipis disebut kulit tipis. Dibagian paling terpajan gesekan,
seperti pada ujung jari, telapak tangan, telapak kaku memiliki 5 lapis yaitu stratum basale,
spinosum, granulosum, lusidum, dan stratum korneum tebal yang disebut kulit tebal
(J.Tortora, 2020).

Gambar : Lapisan pada Epidermis


1. Stratum Basale : paling dalam adalah stratum basale (basal = dasar). Sitoskeleton
dalam keratinosit stratum basale meliputi filamen intermedia yang tersebar, disebut
filamen intermedia keratin (tonofilamen). Melanosit dan sel Merkel dengan diskus
Merkel terkaitnya tersebar di antara keratinosit lapisan basal. Stratum basale dikenal
juga sebagai stratum germinativum (germ-= berkecambah) untuk menunjukkan
perannya dalam pembentukan sel-sel baru.
2. Stratum Spinosum : Di superfisial stratum basale terdapat stratum spinosum
(spinos- seperti duri). Stratum ini terutama terdiri dari banyak keratinosit yang
tersusun dalam 8-10 lapis. Sel-sel pada lapisan yang lebih superfisial menjadi agak
gepeng. Keratinosit pada stratum spinosum, yang dihasilkan oleh sel-sel punca pada
lapisan basal.
3. Stratum Granulosum : Pada sekitar pertengahan epidermis, stratum granulosum
(granulos= butir kecil) terdiri dari tiga sampai lima lapisan keratinosit gepeng yang
mengalami apoptosis. Gambaran sel yang membedakan pada lapisan ini adalah
adanya granul berwarna gelap dari protein yang disebut keratohialin, yang
membuat filamen intermedia keratin menjadi keratin. Stratum granulosum
menandakan transisi di antara lapisan yang lebih dalam dan aktif secara metabolis
dengan sel- sel mati pada lapisan yang lebih superfisial.
4. Stratum Lusidum : (lucid= jernih) hanya terdapat pada kulit tebal di area seperti
ujung jari, telapak tangan dan kaki. Terdiri dari 4-6 keratinosit mati, jernih gepeng
banyak mengandung keratin dan membrane plasma yang menebal.
5. Stratum Korneum : Stratum korneum (corne=tanduk atau seperti tanduk) terdiri dari
25-30 lapis keratinosit mati gepeng, tetapi ketebalannya berkisar dari beberapa sel
pada kulit tipis sampai 50 atau lebih lapis sel pada kulit dan tebal. Sel-selnya adalah
paket-paket keratin sangat tipis, gepeng tertutup membran plasma, yang tidak lagi
memiliki nukleus atau semua organel internal. Sel ini adalah produk akhir proses
diferensiasi keratinosit. Sel-sel dalam setiap lapis saling tumpah tindih seperti sisik
pada kulit ular.

Dermis Bagian kulit kedua, yang lebih dalam, dermis, terdiri dari jaringan ikat tak
teratur padat yang mengandung kolagen dan serat elastik. Berdasarkan struktur jaringannya,
dermis dapat dibagi menjadi regio papilaris superfisial tipis dan regio retikularis tebal yang
lebih dalam.
 Regio papilaris membentuk sekitar 1/5 ketebalan lapisan keseluruhan. Regio ini
terdiri dari serat kolagen tipis dan serat elastik halus. Luas permukaannya bertambah
besar karena papila dermal (puting), struktur kecil, berbentuk puting yang menonjol
ke permukaan bawah epidermis. Semua papila dermal mengandung lengkung kapiler
(pembuluh darah). Beberapa juga mengandung reseptor taktil yang disebut badan
Meissner . (J.Tortora, 2020).
 Regio retikularis (reticul=seperti jaring), yang menempel pada lapisan subkutan,
terdiri dari berkas serat kolagen tebal, fibroblast yang tersebar, dan berbagai sel yang
mengembara (seperti makrofag).
Hipodermis Lapisan ini terdiri dari jaringan areolardan adiposa. Regio ini berisi ujung-
ujung saraf yang disebut badan pacini (berlamela) yang sensitive tehadap tekanan
(J.Tortora, 2020).

Lapisan Hipodermis merupakan sebuah lapisan subkutan di bawah retikularis dermis


disebut hipodermis. Lapisan ini berupa jaringan ikat lebih longgar dengan serat kolagen halus
terorientasi terutama sejajar terhadap permukaan kulit, dengan beberapa di antaranya menyatu
dengan yang dari dermis. Pada daerah tertentu, seperti punggung tangan, lapis ini
meungkinkan gerakan kulit di atas struktur di bawahnya (Schunke, 2021).
Kuku adalah bagian tubuh yang terdapat atau tumbuh di ujung jari. Kuku tumbuh dari
sel mirip gel lembut yang mati, mengeras, dan kemudian terbentuk saat mulai tumbuh dari
ujung jari. (Tortora, 2019)
Setiap kuku terdiri dari beberapa bagian, termasuk:

 Matriks kuku, merupakan pembentuk jaringan kuku yang baru.


 Dinding kuku (Nail Wall), merupakan lipatan-lipatan kulit yang menutupi bagian
pinggir dan atas.
 Dasar kuku (Nail Bed), merupakan kulit yang berada di bawah nail plate.
 Alur kuku (Nail Grove), merupakan celah antar dinding dan dasar kuku.
 Akar kuku (Nail Root), merupakan bagian proksimal kuku.
 Lempeng kuku(Nail Plate), merupakan bagian dari kuku yang paling kelihatan. Nail
plate merupakan bagian keras yang Anda lihat saat memperhatikan kuku jari.
 Nail fold, merupakan kulit yang membingkai setiap nail plate dari ketiga sisi.
 Lunula, merupakan bagian lempeng kuku yang berwarna putih, didekat akar kuku
berbentuk bulan sabit, sering tertutup oleh kulit.
 Kutikula (Eponikium), merupakan dinding kuku bagian proximinal, kulit arinya
menutupi bagian permukaan lempeng kuku. Kutikula merupakan jaringan yang
melapisi nail plate pada dasar kuku Anda. Bagian ini berfungsi melindungi sel-sel
keratin baru yang muncul secara perlahan dari nail bed.
 Hiponikium, merupakan dasar kuku, kulit ari dibawah kuku yang bebas dari daging
(free edge) yang menebal. (Difiore, 2018).
Kuku adalah lempeng sel epitel berkeratin pada permukaan dorsal setiap falangs distal.
Lempeng kuku yang sesuai dengan stratum korneum kulit, terletak diatas dasar epidermis yang
disebut dasar kuku. Pada dasar kuku ini hanya terdapat stratum basale dan stratum spinosum.
Stratum ujung kuku yangmelipat di atas pangkal kuku disebut sponychium, sedangkan di
bawah ujung bebas kuku terdapat penebalan stratum corneum membentuk hyponychium.
(Difiore, 2018).

Folikel rambut dikelilingi pema-datan komponen fibrosa dermis. Di antara komponen


tersebut dengan epitel folikel terdapat membran vitrea non-seluler, yang merupakan membran
basal sangat tebal dari lapis luar epitel folikel, yang disebut sarung akar rambut luar. Pada
bagian bulbus pili, sarung akar rambut luar ini hanya setebal satu sel sesuai stratum basal
epidermis. Mendekati permukaan kulit, tebalnya beberapa lapis sel dan memiliki strata
menyerupai epidermis kulit tipis. (Difiore, 2018).

Pada permulaan perkembangan semua sel pada folikel aktif bermitosis akan tetapi
kemudian setelah folikel terdiferensiasi sempurna hanya sel-sel bagian bawah bulbus, yaitu sel
matriks, yang tetap aktif bermitosis. Sel-sel tersebutlah yang akan mengisi berbagai bagian
rambut, yaitu medula, korteks, dan kutikula. (Difiore, 2018)

1. Medula rambut
Medula rambut terletak paling tengah, biasanya terlihat lebih. Sel-selnya
berbentuk poligobal, tersusun jarang satu sama lain. Di dalam sitoplasmanya dapat
terlihat sedikit pigmen melanin. (Difiore, 2018)
2. Korteks rambut
Korteks rambut merupakan bagian terbesar rambut, mengandung beberapa
lapisan konsentris yang terdiri atas sel panjang terkeratinisasi. Melanin biasanya
terjepit di antara dan di dalam sel-sel ini, sehingga mewarnai rambut. (Difiore, 2018)
3. Kutikula rambut
Kutikula rambut merupakan bagian paling luar akar dan batang rambut mengandung
sel-sel paling tipis, mirip sisik, dengan ujung bebas ke arah ujung distal. (Difiore,
2018)
Kelenjar sebasea merupakan kelenjar holokrin yang terdapat pada seluruh kulit yang
berambut. (Difiore, 2018).

Kelenjar keringat ada dua jenis, yaitu kelenjar keringat merokrin dan apokrin, yang
berbeda cara sekresinya. Kelenjar merokrin bergetah encer (banyak mengandung air),
terdapat di seluruh permukaan tubuh kecuali daerah yang berkuku; fungsinya menggetahkan
keringat yang berguna untuk ikut mengatur suhu tubuh. Kelenjar apokrin hanya terdapat pada
kulit daerah tertentu, misalnya areola mamma, ketiak, sekitar dubur, kelopak mata, dan labium
mayus. Kelenjar ini bergetah kental dan baru berfungsi setelah pubertas. Kelenjar bergetah lilin
seperti kelenjar serumen dan kelenjar Moll juga tergolong kelenjar ini. Baik kelenjar merokrin
maupun apokrin dilengkapi dengan sel mioepitel. (Difiore, 2018)

3. Fisiologi Kulit dan Adneksanya


a) Kulit
Adapun fungsi utama kulit adalah (Sharewood, 2020) :
 Fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi)

Jika didefinisikan secara umum, termoregulasi merupakan fungsi yang berperan untuk
mengatur suhu tubuh. (Sharewood, 2020)

Proses termoregulasi yang terdapat pada kulit bertujuan untuk menurunkan dan
menyesuaikan suhu tubuh. Sebaliknya, apabila kondisi tubuh berada di lingkungan
dingin, maka keringat tidak akan diproduksi. Saat kondisi dingin berlangsung, tubuh
akan memecah lemak yang ada dalam lapisan kulit. Kemudian, lemak akan diubah
menjadi energi panas. Dengan begitu, tubuh pun akan terasa lebih. (Sharewood, 2020)

 Fungsi proteksi

Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisik atau mekanik
(tarikan, gesekan, dan tekanan), gangguan kimia ( zat-zat kimia yang iritan), dan
gagguan bersifat panas (radiasi, sinar ultraviolet), dan gangguan infeksi luar.
(Sharewood, 2020).

 Fungsi absorpsi

Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat tetapi
cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitupun yang larut lemak.
Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2 dan uap air memungkinkan kulit ikut
mengambil bagian pada fungsi respirasi. (Sharewood, 2020)

 Fungsi ekskresi

Kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau sisa
metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dan ammonia. (Sharewood,
2020)
 Fungsi persepsi

Rangsangan panas  badan ruffini di dermis dan subkutis, rangsangan dingin


 badan krause yang terletak di dermis, rangsangan rabaan  badan meissner yang
terletak di papila dermis, dan rangsangan tekanan  badan paccini di epidermis.
(Sharewood, 2020).

 Fungsi pembentukan pigmen

Sel pembentuk pigmen (melanosit) terletak di lapisan basal dan sel ini berasal
dari rigi saraf. (Sharewood, 2020)

 Fungsi kreatinisasi

Fungsi ini memberi perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.

 Fungsi pembentukan/sintesis vitamin D

 Fungsi Pengembuhan Luka

Fase penyembuhan luka :

 Vascular response : beberapa detik setelah terjadinya luka pada tipe apapun,
respon tubuh dengan penyempitan pembuluh darah (konstriksi) untuk
menghambat perdarahan dan mengurangi pajanan terhadap bakteri. Pada saat
yang sama, protein membentuk jaringan fibrosa untuk menutup luka. Ketika
trombosit bersama protein menutup luka, luka menjadi lengket dan lemb
membentuk fibrin. Setelah 10-30 menit setelah terjadinya luka, pembuluh
darah melebar karena serotonin yang dihasilkan trombosit. Plasma darah
mengaliri luka dan melawan toxin yang dihasilkan microorganisme,
membawa oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan untuk penyembuhan luka dan
membawa agen fagosit untuk melawan bakteri maupun jaringagan yang
rusak.

 Infmamasi : Bagian luka akan menjadi hangat dan merah karen aprose
fagositosis. Fase inflamasi terjadi 4-6 hari seteah injury. Tujuan inflamasi
untuk membatasi efek bakteri dengan menetralkan toksin dan penyebaran
bakteri.

 Proliferasi/resolusi : penumpukan deposit kolagen pada luka, angiogenesis


(pembentukan pembuluh darah baru), proliferasi dan pengecilan lebar luka.
Fase ini berhenti 2 mgg setelah terjadinya luka, tetapi proses ini tetap
berlangsung lambat 1- 2 tahun. Fibroblast mensistesis kolagen dan
menumbuhkan sel baru. Miofibroblas menyebabkan luka menyempit, bila
tidak terjadi penyempitan akan terjadi kematian sel. (Sharewood, 2020)

b) Kelenjar
1. Kelenjar sebasea Kelenjar sebasea menyekresi zat berminyak yang disebut sebum,
campuran trigliserida, kolesterol, protein, dan garam anorganik. Sebum menutup
permukaan rambut dan membantu menjaganya dari ke keringan dan menjadi rapuh.
Sebum juga mencegah evaporasi berlebih air dari kulit, menjaga kulit agar tetap lunak
dan lembut, dan meng hambat pertumbuhan beberapa bakteri (J.Tortora, 2020).
2. Kelenjar sudorifera atau kelenjar keringat yan terdiri 3-4 juta kelenjar di dalam
tubuh. Sel-sel kelenjar ini mengeluarkan keringat, atau perspirasi, ke dalam folikel
rambut atau ke permukaan kulit melalui pori-pori. Kelenjar keringat dibagimenjadi dua
jenis utama, ekrin dan apokrin, didasarkan pada struktur dan jenis sekresinya.
c) Rambut
Rambut tumbuh mengikuti siklus 3 fase anagen (pertumbuhan), katagen (involusi)
dan telogen (istirahat). Panjang masing-masing fase berbeda pada lokasi kulit yang
berbeda. Pada kulit kepala, fase anagen berlangsung kira-kira selama 3 tahun, fase
katagen 3 minggu dan fase telogen 3 bulan.
Setiap folikel rambut melalui siklus pertumbuhan, yang terdiri dari tahap
pertumbuhan, tahap regresi, dan tahap istirahat. Selama tahap pertumbuhan, sel-sel
matriks rambut membelah. Saat sel baru dari matriks rambut bertambah di dasar akar
rambut, sel-sel yang telah ada pada akar rambut didorong ke atas dan rambut tumbuh
lebih panjang. Sementara terdorong ke atas, sel-sel rambut mengalami keratinisasi dan
mati. Setelah tahap pertumbuhan adalah tahap regresi, bila sel-sel matriks rambut
berhenti membelah, folikel rambut atrofi (mengecil), dan rambut berhenti tumbuh.
Setelah tahap regresi, folikel rambut masuk tahap istirahat. Setelah tahap istirahat,
siklus pertumbuhan baru mulai kembali. Akar rambut lama rontok atau terdorong ke luar
folikel rambut, dan rambut baru mulai tumbuh di tempatnya. Rambut kulit kepala berada
pada tahap pertumbuhan selama 2-6 tahun, tahap regresi selama 2-3 minggu, dan tahap
istirahat selama sekitar 3 bulan. (J.Tortora, 2020).
4. Jelaskan kelainan kulit
Efloresensi adalah kelainan kulit yang dapat dilihat dengan mata telanjang (secara objektif).
(Siregar, 2016) .
Ada 2 macam (Siregar, 2016) :
 Primer  Kelainan kulit yang terjadi pada permulaan penyakit. Seperti, macula, papula,
nodula, vesikula, bula, urtikari, pustula.
 Sekunder  Kelainan kulit yang terjadi selama perjalanan penyakit/pengaruh
lingkungan. Seperti, skuama, erosi, ekslorasi, krusta, sikatrik, ulkus
a. Efloresensi Skunder
Gambar Penjelasan
perubahan warna kulit tanpa perubahan
bentuk, seperti pada tinea versikolor,
morbus Hansen.
Eritema adalah makula yang berwarna
merah, seperti pada dermatitis, lupus

Gambar 1. Efloresensi Makula/Patch eritematosus.

Papula adalah penonjolan padat di atas


permukaan kulit, berbatas tegas, berukuran
kurang dari 1 cm.

Gambar 2. Efloresensi Papula


Nodula sama seperti papula tetapi
diameternya lebih besar dari 1 cm,
misalnya pada prurigo nodularis.

Gambar 4. Efloresensi Nodula


Vesikula adalah gelembung yang berisi
cairan serosa dengan diameter kurang dari
1 cm, misalnya pada varisela, herpes
zoster.

Gambar 5. Efloresensi Vesikula


Bula adalah vesikel dengan diameter lebih
besar dari 1 cm, misal pada pemfigus, luka
bakar. Jika vesikel/bula berisi darah
disebut vesikel/bula hemoragik. jika bula
berisi nanah disebut bula purulen.

Gambar 6. Efloresensi Bula


Pustula adalah vesikel berisi nanah, seperti
pada variola, varisela, psoriasis pustulosa.

Gambar 7. Efloresensi Pustula


Urtika adalah penonjolan di atas
permukaan kulit akibat edema setempat
dan dapat hilang perlahan-lahan, misalnya
pada dermatitis medikamentosa, dan
gigitan serangga
Gambar 8. Efloresensi Urtika
Tumor penonjolan di atas permukaan kulit
berdasarkan pertumbuhan sel maupun
jaringan tubuh.
Kista penonjolan di atas permukaan kulit berupa
kantong yang berisi cairan serosa atau
padat atau setengah padat, seperti pada
kista epidermoid.
b. Efloresensi primer
Gambar Penjelasan
Skuama adalah pelepasan lapisan tanduk
dari permukaan kulit. Dapat berupa sisik
halus (TV), sedang (dermatitis) atau kasar
(psoriasis). Skuama dapat berwarna putih
(psoriasis), coklat (TV), atau seperti sisik
Gambar 1. Efloresensi Skuama Abdomen ikan (iktiosis).
dan Kapitas
Krusta adalah onggokan cairan darah,
kotoran, nanah, dan obat yang sudah
mengering di atas permukaan kulit,
Krusta dapat berwama hitam (pada
jaringan nekrosis), merah (asal darah)
Gambar 5. Efloresensi Krusta
atau coklat (asal darah, nanah, serum).
Erosi adalah kerusakan kulit sampai
stratum spinosum. Kulit tampak menjadi
merah dan keluar cairan serosa, misalnya
pada dermatitis kontak.

Gambar 2. Efloresensi Erosi


Ekskoriasi adalah kerusakan kulit sampai
ujung stratum papilaris sehingga kulit
tampak merah disertai bintik-bintik
perdarahan. Ditemukan pada dermatitis
Gambar 3. Efloresensi Ekskoriasi
kontak dan ektima.
Ulkus adalah kerusakan kulit (epidermis
dan dermis) yang memiliki dasar,
dinding, tepi dan isi. Misai, ulkus
tropikum, ulkus durum.

Gambar 4. Efloresensi Ulkus


Rhagaden Rhagaden adalah belahan-belahan kulit
dengan dasar yang sangat kecil/dalam
misal pada keratoskisis, keratodermia.
Parut (sikatriks) adalah jaringan ikat yang
menggantikan epidermis dan dermis yang
sudah hilang.

Gambar 6. Efloresensi Sikatriks

Ada beberapa efloresensi khusus yaitu (Siregar, 2016) :

o Kanalikuli yaitu ruam kulit berupa saluran-saluran pada stratum korneum, yang
timbul sejajar dengan permukaan kulit, seperti yang terdapat pada skabies.
o Milia (= white head) ialah penonjoian di atas permukaan kulit yang berwarna putih
yang ditimbulkan oleh penyumbatan saluran kelenjar sebasea, seperti pada akne
sistika.
o Komedo (= blackhead) ialah ruam kulit berupa bintik-bintik hitam yang timbul
akibat proses oksidasi udara terhadap sekresi kelenjar sebasea di permukaan kulit,
seperti pada akne.
o Eksantema adalah ruam permukaan kulit yang timbul serentak dalam waktu singkat
dan tidak berlangsung lama, biasanya didahului demam, seperti pada demam
berdarah.
o Roseola ialah eksantema lentikular berwarna merah tembaga seperti pada sifilis dan
frambusia.
o Purpura yaitu perdarahan di dalam/di bawah kulit yang tampak kemerahan, dan
tidak hilang pada penekanan kulit, seperti pada dermatitis medikamentosa.
BAB III

KESIMPULAN

Jadi dapat disimpulkan dari Laporan SGD LBM 4 yang berjudul “Pelindung Tubuhku
Ajaib” bahwa pelindung tubuh yang dimaksud dalam scenario adalah system integument.
Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan, dan
menginformasikan kita dari lingkungan sekitar. Sistem ini seringkali merupakan bagian dari
sistem organ terbesar yang mencakup kulit, rambut, kuku, kelenjar keringat, dan kelenjar
minyak. Kulit memiliki 3 lapisan yaitu epidermis, dermis dan subkutis.

Epidermis berasal dari ectoderm yang menutupi permukaan embrio. Pada minggu ke 4
setelah fertilisasi, epidermis hanya mengandung satu lapisan sel yang disebut basal layer.
Epidermis bersifat avascular dan memiliki 4 sel berupa melanosit, keratosit, sel Langerhans,
dan sel grainstain. Dan juga memiliki 5 lapisan yaitu startum crneum, stratum lusidum, stratum
granulosum, stratum spinosum, dan stratum basal.

Dermis berasal dari mesoderm dibawah ectoderm permukaan. Dermis bersifat vascular.
Dermis memiliki 2 lapisan yaitu stratum papilaris dan stratum retikularis. Pada dermis terdapat
kelenjar minyak yang menghasilkan sebum untuk melembabkan kulit dan kelenjar keringat
yang mengeluarkan keringat untuk mengeluarkan panas tubuh. Kelenjar sebasea/minyak
bermuara di dalam folikel rambut.

Sistem integumen mampu memperbaiki dirinya sendiri apabila terjadi kerusakan yang tidak
terlalu parah (self-repairing) dan mekanisme pertahanan tubuh pertama (pembatas antara
lingkungan luar tubuh dengan dalam tubuh). Fungsi kulit sebagai proteksi, sekresi, absorbsi,
pembentukan vitamin D, dan termoregulasi suhu. Efloresensi kulit merupakan Morfologi
(wujud kelainan kulit yang terjadi) dimana setiap penyakit kulit memiliki gejala tertentu.
Efloresensi kulit dibagi tiga yaitu primer, sekunder dan khusus. Efloresensi primer meliputi,
macula, papula, nodula, vesikula, bula, pustula, urtika, tumor dan kista. Efloresensi sekunder
meliputi, skuama, krusta, erosi, ekskoriasi, ulkus, parut, keloid, abses, likenifikasi, guma, dan
hiperpigmentasi. Efloresensi khusus meliputi kanalikuli, milia, komedo,telangiektasi,
eksantema, roseola, purpura, borrow.
DAFTAR PUSTAKA

Anggowarsito, J. L. 2014. Aspek fisiologi penuaan kulit. Jurnal Widya Medika, 2(1), 56-61.

Chalik, Raimundus 2016. Anatomi Fisiologi Manusia. Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.

Guyton & Hall. 2016. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi revisi berwarna ke-13. Elsevier :
Singapore.

H. Netter, Frank., 2014. Atlas of Human Anatomy 6th Edition. Penerbit Elsevier. Philadelphia.

L. Mescher, Anthony. 2013. Junqueira's Basic Histology Text and Atlas Thirteenth Edition.
Mc Graw Hill Lange.

Linuwih SW Menaldi,S. 2016. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia

Liwang, ferry et al 2020. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Edisi V. Media Aescalapius,
Jakarta.

Sadler, T.W. 2012. Langman Embriologi Kedokteran Edisi 12. Lippincott Williams & Wilkins,
a Wolters Kluwer business.

Sherwood, Lauralee 2020. Fisiologi Manusia dari Sel Ke Sistem Edisi 9. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.

Siregar, R.S. 2016. Saripati Penyakit Kulit Edisi 3. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sonny J, HISTOFISIOLOGI KULIT Jurnal Biomedik (JBM), Volume 5, Nomor 3, Suplemen,


November 2018.

Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiadi S, editors 2014. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Edisi VI. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Sylvia, P. 2016. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit vol. 2 edisi 6. EGC,
Jakarta.

Tortora, GJ., Derrickson, B. (2019). Principles of Anatomy and Physiology 12th Ed. Hoboken:
John Wiley & Sons, Inc.

Anda mungkin juga menyukai