Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

PADA GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN “LUKA BAKAR”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 :

1. SRI ASTUTI 70300117002


2. NUR AINAH ABNI ABDULLAH 70300117007
3. FINA EKAWATI 70300117009
4. ARIANTI 70300117011
5. SRI WINDAYANTI 70300117013
6. NOFIANTI RAHMAN 70300117021
7. ABDUL MALIK R. HI. TASAKA 70300117027

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah Swt. yang telah memberikan
rahmatNya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Laporan
Pendahuluan dan Konsep Asuhan Keperawatan pada Gangguan Integumen yaitu
“Luka Bakar”. Selawat serta salam kami curahkan kepada Nabi Muhammad Saw.,
kepada keluarganya, sahabatnya dan kepada kita semua selaku umatnya.Adapun
tujuan penyusunan Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini salah
satunya yaitu untuk memenuhi tugas. Kami berharap semoga ini bermanfaat.Kami
Sadar akan keterbatasan dan kemampuan yang kami miliki, maka kami mohon
maaf atas segala kekurangan yang terdapat dalam penyusunannya. Saran dan
kritik kami harapkan untuk meningkatkan kualitas LP dan Konsep ASKEP Luka
Bakar ini. Kami berharap semoga ini dapat bermanfaat.

Samata, 16 September 2019

Tim Penyusun

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................2


DAFTAR ISI ...........................................................................................................3
BAB I KONEP DASAR MEDIS ...........................................................................4
A. Definisi Luka Bakar .......................................................................................4
B. Klasifikasi Luka
Bakar.............................................................................................................4
C. Etiologi Luka Bakar .....................................................................................11
D. Patofisiologi Luka Bakar ..............................................................................12
E. Manifestasi Klinis Luka Bakar .....................................................................13
F. Pemeriksaan Penunjang Luka
Bakar.............................................................................................................14
G. Penatalaksanaan Luka
Bakar.............................................................................................................15
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ...............................................................24
A. Pengkajian Keperawatan ..............................................................................24
B. Diagnosa Keperawatan .................................................................................27
C. Intervensi Keperawatan................................................................................27
BAB IV PENUTUP ..............................................................................................33
A. Kesimpulan...................................................................................................33
B. Saran .............................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................36
LAMPIRAN
BAB I

KONSEP DASAR MEDIS

A. Definisi
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan
yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan
kimia, listrik dan radiasi ( Rembulan, 2017).

Sumber: http://kabarotomatis.blogspot.com/2017/06/gambaran-kesan-melecur-di-badan-
arwah.html?m=1
Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan
mortalitas tinggi yang memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal
(fase syok) sampai fase lanjut (Nugroho, 2012).
B. Klasifikasi
Menurut Majid & Prayogi (2013), Klasifikasi derajat luka bakar
berbeda-beda untuk masing-masing negara, oleh karena itu sangat
bergantung terhadap management terapi atau pengobatan yang digunakan
oleh negara tersebut. Klasifikasi luka bakar yang lama diperkenalkan oleh
dupuitrent yaitu mengklasifikasikan derajat luka bakar kedalam enam
kategori yaitu:
1. Luka bakar derajat 1
Luka bakar yang diakibatkan oleh jilatan api, benda panas, dan
cairan panas yang suhunya tidak mencapai titik didih, atau akibat
cairan kimia. Biasanya bentuk luka bakar berupa kemerahaan dan
proses penyembuhan terjadi tanpa meninggalkan perut. Waktu
penyembuhan antara beberap jam samapi beberapa hari.
2. Luka bakar derajat 2
Luka bakar yang diakibatkan terkena benda panas atau cairan
panas yang suhuya mencapai titik didih atau lebih tinggi. Lapisan
kulit supervisial hanya sedikit yang rusak dan penyembuhannya
tanpa meninggalakan jaringan perut. Pada awalnya terdapat
vesikel yang kemudian akan terasa sakit dan warnanya menjadi
hitam
3. Luka bakar derajat 3
Luka bakar ini adalah akibat cairan yang suhunya diatas titik didih
pada keadaan ini laisan supervisial kulit seluruhnya rusak sehingga
pada penyembuhan akan meninggalkan jaringan perut. Ujung
persyarafan juga terbakar sehingga mengakibatkan rasanyaa nyeri
yang berat. Pada proses penyembuhan dapat terjadi jaringan perut
yang mengandung semua elemen kulit, sehingg atidak
menimbulkan kontraktur.
4. Luka bakar derajat 4
Luka bakar yang menimbulakn kerusakan pada seluruh jaringan
kulit ujung saraf juga ikut rusak, sehingga pada luka bakar ini rasa
nyeri tidak ada. Pada proses penyembuhan akan membentuk
jaringan perut yang akan mengalami kontraksi dan deformitas.luka
terkelupas pada hari kelima atau keenam dan proses penyembuhan
akan berjalan lambat
5. Luka bakar derajat 5
Luka bakar pada keadaan ini timbul kerusakan fasia otot dan
hampir selalu menimbulkan deformitas
6. Luka bakar derajat 6
Pada luka bakar derajat ini biasanya fatal, pasien tidak meninggal
maka bisanya mengakibatkan kerusakan anggota tubuh.
Klasifikasi luka bakar pada saat sekarang dibedakan berdasasrkan
kedalamaan, luas, lokasi da berat ringan luka bakar
1. Berdasarkan kedalamanya luka bakar dibagi menjadi:
a. Luka bakar derajat 1

Sumber: https://rsgm.maranatha.edu/2017/04/19/mengenal-luka-bakar
Karakteristik luka bakar derajat 1:
1) Kedalaman: Luka derajat satu hanya mengenai epidermis luar, kulit
kering dan secara klinis tampak sebagai daerah hiperemia eritema.
2) Luka tampak berwarna pink cerah sampai merah ( eritema ringan
sampai berat)
3) Kulit nampak memucat bila ditekan
4) Edema minimal tidak ada plester
5) Kulit hangat /kering
6) Terasa nyeri/hyperethetic, dan nyeri berkurang dengan pendinginan
7) Dapat sembuh spontan kurang lebih 3-7 hari
b. Luka bakar derajat 2

Sumber: https://rsgm.maranatha.edu/2017/04/19/mengenal-luka-bakar
Karakteristik luka bakar derajat 2 :
1) Kedalaman: Luka derajat dua mengenai lapisan epidermis yang
lebih dalam dan mencapai kedalaman dermis tetapi masih ada
elemen epitel yang tersisa, seperti sel epitel basal, kelenjar sebasea,
kelenjar keringat, dan folikel rambut.
2) Penyebabnya: kontak dengan bahan air atau bahan padat, jilatan
apai pada pakaian, jilatan langsung ada kimiawi,atau ultra violet
3) Penampilan : terdapat gelembung (blister/bula) besar dan lembab
dan ukuranya bertambah besar dan pucat bial ditekan dengan ujung
jari, serta apabila tekanan dilepas akan berisi kembali. Timbul
gelembung-gelembung berisi cairan berwarna jernihtetapi kental,
rasa nyeri atai sakit yang mengganggu , dan bila gelembung
tersebut pecah akan terlihat kulit yang berwarna kemerah-merahan
4) Warna: berbintik-bintik yang kurang jelas, putih, coklat,pink, atau
merah coklat
5) Perasaan: sangat nyeri
6) Waktu penyembuhan: pada superficial partial thicknes dapat
sembuh kurang lebih 14-21 hari, sedangkan pada deep partial
thickness dapat sembuh kurang lebih 21-28 hari. Apabilaa kerusaka
mengenai kelenjar keringat, kelenjar lemak, atau akar rambut maka
proses penyembuhaan menjadi lebih lama lagi sekitar 2-3 minggu
serta berpotensi menimbulkan cacat pada kulit
c. Luka bakar derajat 3

Sumber: https://rsgm.maranatha.edu/2017/04/19/mengenal-luka-bakar
Karakteristik luka bakar derajat 3:
1) Kedalamanya : mengenai semua lapisan kulit, lemak subkutan dan
dapat juga mengenaai permukaan otot, persarafan, dan pembuluh
darah, serta tulang
2) Penyebabnya: kontak dengan bahan cair atau padat, jilatan apai,
bahan kimia, maupun dengan kontak dengan arus listrik
3) Penampilan: luka bakar tampak kering disertai kulit mengelupas
dengan tekstur kasar atau keras, pembuluh darah seperti arang
yang terlihat dibawah kulit yang mengelupas, jarang ada
gelembung, dinding sangat tipis, tidak membesar, dan tidak pucat
bila dditekan. Luka tabmapak bervariasi dari berwarna putih, merah
sampai dengan coklat atau hitam dan terdapat edema.
4) Sensasi nyeri : sedikit nyeri atau bahkan tidak terasa nyeri karena
serabu-serabut sarafnay telah rusak, dan rambut mudah lepas bila
dicabut
5) Waktu penyembuhan : sulit terjadi penyembuhan luka secara
spontan, dengan waktu penyembuhan sekita 3-5 bulan serta
memerlukan transplantasi kulit untuk memperbaiki jaringan kulit
yang hilang
2. Klasifikasi berdasarkan luasnya luka bakar
Luka bakar juga bisa diklasifikasikan berdasrkan luasnya luka
bakar, yaitu dengan menghitung seberapa luas luka bakar tersebut.
Beberapa ahli membuat suatu metode yang digunakan untuk
menetukan luasnya luka bakar. Beberapa metode yang digunakan
untuk menentukan luasnya luka bakar adalah metode rule of nine;
Lund dan Browder serta hand palm. Ukuran luka bakar dapat
ditentukan dengan menggunakan salah satu dari metode tersebut.
Untuk mengetahui ukuran lukabakar ditentukan dengan
menghitung presentase dari permukaan tubuh yang terkena luka
bakar. Akurasi dari perhitungan bervariasi menurut metode yang
digunakan dalam menentukan luas luka bakar.
Metode rule of nine merupakan suatu metde yang dapat
digunakan dalam menghitung perkiraan luas luka bakar secara
cepat. Dasar dari metode ini dalah bahwa tubuh dibagi kedalaam
bagianbagian anatomik, dimana setiap bagian mewakili sembilan
persen (9%) kecuali pada daerah genitalia yaitu ( 1%). Metode ini
dikembangkan oleh wallace, dimana membagi tubuh manusia
menjadi 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan naama ‘Rule Of
Nine’ atau Rule Of Wallace
Rumus ‘Rule Of Nine atau Rule Of Wallace pada orang
dewasa adalah sebagai berikut:
a) Kepala dan Leher :9%
b) Lengan masing-masing 9% :18%
c) Badan depan 18% badan belakang 18% :36%
d) Tungkai masing-masing :36%
e) Genitalia/perineum :1%
Total : 100%
Sedangkan rumus Rule Of Nine atau Rule Of Wallace pada
anak yaitu:
a) Kepala dan lehe :18%
b) Lengan masing-masing 9% :18%
c) Badan depaan 18% badan belakang 18% :36%
d) Tungkai masing-masing 13,5% :27%
e) Genitalia/perineum :1%
Total : 100%
Metode lund dan Browder, merupakan modifikasi dari
persentasi bagian–bagian tubuh berdasarkan usia pasien, yang
dapat memberikan yang lebih akurat tentang luas luka bakar.
Selain dari kedua tersebut diatas, dapat juga digunakan cara lainya
yaity menggunakan metode hand palm metode ini adalah suatu
metode untuk menetukan luas atau persentasi luka bakar dengan
menggunakan telapak tangan luas luka bakar sebesar telapak
tangan dihitung 1% dari permukaan tubuh yang mengalami luka
bakar
3. Lokasi luka bakar
Berat ringan luka bakar tergantung pula oleh lokasi atau
temapat luka bakar. Luka bakar yang mengenai kepala, leher, dan
dada sring kali berkaitan dengan komplikasi pada paru-paru
(pulmoner). Luka bakar yang mengenai wajah dapat menyebabkan
abrasi kornea, sedangkan luka bakar mengenai wajah dapar
menyebabkan abrasi kornea, sedangkan luka bakar yang mengenai
lengan dan persendian seringkali menimbulkian gangguan aktivis
fisik, sehingga membutuhkan terapi fisik dan okupasi serta dapat
menimbuljan implikasi terhadap kehilangan waktu bekerja dan atau
ketidakmampuan untuk bekerja secara permanen.apabila luka bakar
mengenai daerah merineum mudah terkontaminais oleh urine atau
faces sehingga mudah terjadi radang atau infeksi pada luka bakar
tersebut. Luka bakar mengenai daerah dada dapat meyebaabkan
tidak adekuatnya ekspansindinding dada sehingga pasien
mengalami sesak napas dan terjadinya insufisiensi pulmoner
4. Berat ringannya luka bakar
Beberapa pertimbangan untuk mengetahui berat ringanya luka
bakar adalah sebagai berikut:
a. Presentasi area atau luasnya luka bakar pada permukaan tubuh
b. Kedalaman luka bakar
c. Anatomi luka bakar
d. Usia pasien
e. Riwayat pengobatan yang lalu dan
f. Trauma yang menyertai
Menurut American Burn Asociaton (ABA), yaitu perkumpulan
luka bakar di amerika serikat, mengklasifikasi berat ringanya luka
bakar kedalam 3 kategori, yaitu:
a. Luka bakar berat
1) 25% pada orang dewasa
2) 25% pada anak dengan usia kurang dari 10 tahun
3) 20% pada anak orang dewasa dengan usia lebih dari 40 tahun
4) Luka bakar mengenai wajah,mata, telinga, lengan, kaki, dan
perineum yang mengakibatklan gangguan funsional, kosmetik
atau menimbulkan disabilitas
5) Luka bakar karena listrik tegangan tinggi
6) Semua luka bakar yang disertai cidera inhalasi atau trauma yang
berat
b. Luka bakar sedang
1) 15-25 % mengenai orang dewasa
2) 10-20 % pada anak usia kurang dari 10 tahun
3) 10-20 % pada orang dewasa usia lebih dari 40 tahun
c. Luka bakar ringan
1) Luka bakar dengan luas kurang dari 10 %
2) Tidak ada resiko gangguan kosnetik, fungsional atau disabiliti
Sedangkan menurut American college of surgeon, berat
ringanya luka bakar dibagi kedalam tiga kategori yaitu:
a. Parah-kritis
1) Luka bakar derajat 2, dengan luas bakar 30 % atau lebih
2) Luka bakar derajat 3, dengan luas luka bakar 10 % atau lebih
3) Luka bakar derajat 3 pada tangan, kaki dan wajah denagn
adanya komplikasi pernafasan, jantung fraktur, dan jaringan
lunak yang luas
b. Sedang- moderate
1) Luka bakar derajat 2, dengan luas luka bakar 15-30 %
2) Luka bakar derajat e3, dengan luas luka bakar 1-10%
c. Ringan-minor
1) Luka bakar derajat 2, dengan luas luka bakar kurang dari 15%
2) Luka bakar derajat 3, dengan luas luka bakar kurang dari 1%
C. Etiologi
Ada beberapa penyebab dari terjadinya luka bakar, diantaranya
adalah:
1. Luka Bakar karena Suhu Tinggi (Thermal Burn)
Luka bakar karena panas (Suhu tinggi) merupakan luka bakar
yang disebabkan karena terpapar atau kontak dengan api, cairan
panas atau objek-objek panas lainnya seperti gas dan bahan padat:
gas, cairan, bahan padat (solid).
2. Luka Bakar karena Bahan Kimia (Chemical Burn)
Luka bakar kimia disebabkan oleh adanya kontak jaringfan kulit
dengan asam atau basa kuat (zat kimia). Konsentrasi zat kimia,
lamanya kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar menentukan
luasnya cidera karena zat kimia. Luka bakar kimia dapat terjadi
misalnya karena kontak dengan zat-zat pembersih untuk keperluan
rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam
bidang industri, pertanian dan militer. Lebih dari 25 000 produk zat
kimia diketahui dapat menyebabkan luka bakar kimia
3. Sengatan listrik (electrical Burn)
Luka bakar yang disebabkana oleh karen adanya kontak
antara tubuh manusia dengan energi listrik. Berat ringanya luka
dipengaruhi oleh luka lamanya kontak, tingginya voltage dan
cara gelombang elektrik samapai mengenai tubuh
4. Radiasi (Radiation Injury)
Luka bakar radiasi disebabkan oleh karena tubuh manusia
yang terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe cidera ini
seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada
industri atau dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik
pada dunia kedokteran. Contoh lain adalah terpaparnya tubuh
manusia yang terlalu lama oleh sinar matahari juga merupakan
salah satu tipe luka bakar radiasi.
D. Patofisiologi
Pada dasarnnya luka bakar itu terjadi akibat paparan suhu yang tinggi,
akibatnya akan merusak kulit dan pembuluh darah tepi maupun pembuluh
darah besar dan akibat kerusakan pembuluh darah ini mengakibatkan
cairan plasma sel darah, protein dan albumin, mengalami gangguan
fisiologi. Akibanya terjadilah kehilangan cairan yang massif,
terganggunya cairan didalam lumen pembuluh darah. Suhu tinggi juga
merusak pembuluh darah yang mengakibatkan sumbatan pembuluh darah
sehingga beberapa jam setelah terjadi reaksi tersebut bisa mengakibatkan
radang sistemik, maupun kerusakan jaingan lainya. Dari kilasan diatas
maka pada luka bakar juga dapar terjadi sok hipovolemik (burn syok).
1. Fase akut
Fase akut luka bakar disebut juga sebagai fase awal atau fase
syok. Dalam fase akut ini penderita akan mengalami ancaman
gangguan airway( jalan nafas), breathing (mekanisme bernafas),
dan circulation ( sirkulasi). Gangguan jalan nafas tidak hanya
terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih
dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cidera inhalasi
dalam 48-72 jam pasca trauma. Cidera inhalasi adalah penyebab
kematian utama penderita luka bakar pada fase akut. Pada fase
akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
akibat cidera karena panas yang berdampak pada sistemik
2. Fase subakut
Fase subakut berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah
yang terjadi adalah adanya kerusakan atau kehilangan jaringan
akibat kontak dengan sumber panas. Luka yang terjadi akan
menyebabkan:
a) Proses imflamasi dan infeksi
b) Permasalahaan pada penutupan lukan dengan fokus perhatian pada luka
yang terbuka, jaringan epitel dan atau pada struktur organ fungsional
3. Fase lanjut
Fase lanjut akan berlangsung sempai terjadinya jaringan
parut akibat luka dan permulihaan fungsi organ-organ
fungsional. Permasalahan yang muncul pada fase ini adalah
adanya penyulit berupa parut yang hipertropik, keloid, gangguan
pigmentasi, deformitas, dan kontraktur.
E. Manifestasi Klinis
Berat ringanya luka luka bakar tergantung pada jumlah jaringan yang
terkena dan kedalaman luka bakar,
1. Luka bakar derajat 1
Merupakan luka bakar yang paling ringan. Kulit yang terbakar
menjadi merah, nyeri, sangat sensitif terhadap sentuhan dan
lembab atau memebengkak. Jika ditekan, darah yang terbakar akan
memutih dan belum terbentuk bula
2. Luka bakar derajat 2
Menyebebkan kerusakan yang lebih dalam. Kulit melepuh,
dasarnya nampak merah atau keputihan dan terisi oleh cairan
kental yang jernih. Jika disentuh warnannya berubah menjadi putih
dan terasa nyeri.
3. Luka bakar derajat 3
Menyebabkan kerusakan yang paling dalam. Permukaan bisa
berwarna putih dan lembut atau berwarna hitam, hangus, dan kasar.
Kerusakan sel darah merah pada daerah yang terbakar bisa
menyebabkan luka bakar berwarna merah terang. Kadang daerah
yang terbakar melepuh dan rambut/bulu ditempat tersebut mudah
tercabut dari akarnya. Jika disentuh, tidak timbul rasa nyeri karena
ujung saraf pada kulit telah mengalami kerusakan. Jaringan yang
terbakar bisa mati. Jika jaringan mengalami kerusakan akibat luka
bakar, maka cairan akan merembes dari pembuluh darah dan
menyebabkan pembengkakan. Pada luka bakar yang luas,
kehilangan jumlah besar cairan karena perembesan tersebut bisa
menyebabkan terjadinya syok. Tekanan darah rendah sehungga
darah yang mengalir keotak dan organ lainya sangat sedikit.
F. Pemeriksaan Penunjang (Diagnostik)
1. Laboratorium : Hb, Ht, Leucosit, Trhobosit, Gula darah, Elektrolit,
Kreatinin, Ureum, Protein, Albumin, Hapusan luka, Urine lengkap,
AGD ( bila diperlukan ), dll.
2. Rontgen : foto thorax, dan lain-lain
3. EKG
4. CVP : Untuk mengetahui tekanan vena sentral, diperlukan pada
luka bakar lebih dari 30 % dewasa dan lebih dari 20 % pada anak
G. Penatalaksanaan
Menurut Rizal (2009), secara umum penatalaksanaan luka bakar
secara sistematik dapat dilakukan dengan menggunakan rumus 6C, yaitu
clothing cooling, cleaning,chemoprophylaxis, covering, and comforting.
Pada pertolongan pertama dapat dilkukan langkah clothing dan cooling
dan selanjutnya dilaakukan pada fasilitas kesehatan
1. Clothing
Yaitu suatu upaya untuk menyingkirkan semua pakaian yang
Panas atau terbakar. Apabila bahan pakaian yang menempel dan
tidak dapat dilepaskan maka dibiarkan untuk sampai paada fase
pembersihan (cleaning)
2. Cooling
Yaitu suatu upaya untuk mendinginkan daerah yang terkena
luka bakar dengan menggunakan air yang mengalir selama 20
menit. Harus dihindari terjadinya hipotermia (penurunan suhu
dibawah normal, terutama anak dan orang tua). Cara ini efektif
samapai dengan 3 jam setelah kejadian luka bakar, kompres dengan
air dingin ( air sering diganti agar efektif tetap membersihkan rasa
dingin) yang berfungsi untuk menghilangkan rasa nyeri pada luka
yang terlokalisasi. Jangan mengompres denga menggunakan es
karena dapat menyebabkan pembuluh darah mengkerut (
vasokonstriksi) sehingga justru akan memperberat derajat luka dan
risiko hipertemia. Untuk luka bakar karena zat kimia dan luka
bakar didalam daerah mata, siram dengan air mengalir yang
banyalk selama 15 menit atau lebih bila penyebabnya luka bakar
berupa bubuk maka singkirkan terlebih dahulu dari kulit baru
disiram air yang mengalir
3. Cleaning
Adalah upaya untuk membersihkan luka dengan bantuan obat
anastesi untuk mengurangi rasa nyeri dengan membuang jaringan
yang sudah mati atau dilakukan proses debridemen, proses
penyembuhan akan lebih cepat dan risiko infeksi berkurang.
4. Chemoprophylaxis
Yaitu memberikan agen antui tetanus yang dapat diberikan pada
luka yang lebih dalam dari superficial partial-thickness. Pemberian
krim silver sulfadiazim untuk penanganan infeksi, dapat diberikan
kecuali [pada luka bakar superficial. Krim silver sulfadiazim tidak
boleh diberikan pada luka bakar yang mengenai wajah, riwayat
alergi sulfa, perempuan hamil, bayi baru lahir dan ibu menyusui
dengan bayi kurang dari 2 bulan
5. Covering
Yaitu upaya penutupan luka bakar dengan kasa, yang
disesuaikan denga derajat luka bakar. Luka bakar superfisial tidak
perlu ditutup dengan kasa atau bahan lainya. Pembalutan luka( yang
dilakukan setelah pendinginan) bertujuan untuk engurangi
pengeluaran panas yang terjadi akibat hilangnya lapisan kulit akibat
luka bakar. Jangan diberikan mentega, minyak, oli atau larutan
lainya, karena dapat menghambat proses penyembuhan dan
peningkatan resiko infeksi
6. Comforting
Yaitu memberika rasa nyaman pada klien dengan memberikan
obat penurunan rasa nyeri (analgetik).faktor fisiologis yang dapat
mempengruhi nyeri meliputi kedalaman luka, luas dan tahapan
penyembuhan luka. Untuk tipe luka bakar partial ini thickness akan
terasa sangat nyeri akibat simulasi pada ujung saraf. Berbeda dengan
luka bakar full thickness yang tidak mengalami rasa nyeri karena
ujung-ujung saraf telah mengalami kerusakan. Namun demikian
ujung-ujung saraf yang terletak pada bagian tepi luka akan sangat
sensitif. Faktor-faktor psikologis yang dapat mempengaruhi persepsi
seseorang terhadap nyeri adalah kecemasan, ketakutan dan
kemampuan klien untuk menggunakan kopingnya. Sedangkan
faktor-faktor sosial meliputi pengalaman masa lalu tentang nyeri,
kepribadian, latarbelakang keluarga, dan perpisahan keluarga dan
rumah. persepsi nyeri dan respon terhadap rangsang nyeri bersifat
individual oleh karena itu maka rencana penanganan perawatan
dilakukan bersifat individual.
Penatalaksanaaan luka bakar
1. Fase gawat darurat(fase resusitasi)
Fase gawat darurat diawali pada saat terjadi luka bakar dan
diakhiri saat membaiknya permiabilitas kapiler, yang biasanya
terjadi pada 48-72 jam setelah luka bakar. Tujuan utama pemulihan
selama fase ini adalah untuk mencegah shock hipovolemik dan
memelihara fungsi dari organ vital. Penatalaksaanaan pada fase
gawat darurat diantaranya meliputi perawatan sebelum di rumah
sakit, penanganan instalasi gawat darurat(IGD) dan periode
resusitasi.
2. Perawatan sebelum dirumah sakit (pre- hospital care)
Perawatan sebelum klien dibawah ke rumah sakit dimulai pada
tempat kejadian luka bakar dan berakhir ketika sampai di institusi
pelayanan instalasi gawat darurat. Pre-hospital care dimulai dengan
memindahkan atau menghindarkan klien ddari sumber penyebab
luka bakar atau menghilangkan sumber panas .
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan pada fase pra rumah
sakit diantaranya adalah:
a. Jauhkan penderita dari sumber luka bakar
b. Padamkan pakaian yang terbakar
c. Hilangakn zat kimia penyebab luka bakar
d. Siram dengan air sebanyak-banyaknya bila karena zat kimia
e. Matiakn listrik atau jauhakn dari sumber listrik dengan menggunakan
objek yang kering ddan tidak menghantarkan arus(nonconductive).
f. Kaji ABC(Airway,Breathing, Circulation): perhatikan jalan nafas (
Airway) pastikan pernafasan adekuat dan kaji sirkulasi
g. Kaji adanya trauma yang lain
h. Pertahankan suhu tubuh
i. Perhatikan kebutuhan untuk pemberian cairan intravena
j. Segera bawa kerumah sakit
3. Penatalaksanaan luka bakar di instalasi gawat darurat(IGD)
Penatalaksaan luka bakar di IGD merupakan kelanjutan dari
tindakan yang sudah diberikan pada waktu kejadian. Jika
pengkajian dan atau penanganan yang dilakukan tidak adekuat,
maka penaangana pra rumah sakit diberikan di IGD
Langkah-langkah pentalaksanaan luka bakar di IGD:
a. Gunakan sarung tangan steril bila melakukan pemeriksaan penderita
b. Bebaskan dari pakaian yang terbakar
c. Lakukan pemeriksaan yang teliti dan menyeluruh untuk memastikan adanya
trauma lain yang menyertai
d. Bebaskan jalaan nafas, dan bila terjadi distress jakan nafas dapat dipasangkan
endotrakheal tube (ETT), sedangkan trakheostomi dilakukan hanya bila ada
indikasi
e. Pasang intravenous kateter (IV line ) yang cukup besar dan berikan cairan
ringer lktat dengan jumlah 30-50 cc/jam untuk dewasa dan 20-30 cc/ jam
untuk anak-anak diatas 2 tahun serta 1 cc/kg/jam untuk anak dibawah 2
tahun
f. Lakukan pemasangan foley kateter untuk monitor jumlah produksi urin. Catat
jumlah urine setiap jam
g. Lakukan pemasangan nasogastrik tube (NGT) untuk melakukan dekompresi
lambung dengan penghisapan secara intermiten
h. Berikan morfin intravena dan hindari penggunaan secara intramuscular untuk
menghilangkan rasa nyeri hebat
i. Timbang berat badan
j. Berikan tetanus toksoid bila duperlukan (1500 unit untuk dewasa) pemberian
tetanus toksoid booster bila penderita tidak mendapatkanya dalam 5 tahun
terakhir
k. Pencucian luka dilakukan dikamar operasi dengan generaal anestesi.luka
dicuci, debridemen dan didesinfeksi dengan salvon 1:30 setelah bersih tutup
dengan tulle kemudian olesi denga silver sulfadiazine sampai tebal.luka
dirawat secara tertutup dan dibalut dengan kasa steril yang tebal pada hari ke
5 kasa dibuka dengan dan korban dimandikan dengan air dicampur salvon
1:30
l. Lakukan eskaratomi, yaitu suatu prosedur yang dilakukan untuk membuang
jaringan yang mati ( eskar) dengan tehnik eksisi tangensial berupa eksisi lapis
demi lapis jaringan nekrotik sampai didapatkan permukaan yang berdarah.
Fasiatomi dilakukan pada luka bakar yang mengenai kaki dan tangan
melingkar, agar bagian distal tidak nekrose karena pembendungan.
Selain itu, Penatalaksanaan luka bakar juga dapat dilakukan dengan
alternatif pengobatan lain seperti madu dan gel eksttrak daun cina. Hal ini
terbukti dari banyaknya penelitin yang telah dilakukan.
1. Madu
Madu telah digunakan sebagai obat sejak jaman kuno. Ayurveda
(pengobatan India) mendefinisikan madu sebagai sari kehidupan dan
merekomendasikan penggunaannya sebagai pengobatan. Papyrus dari
mesir kuno menyebutkan pengobatan luka bakar dengan menggunakan
madu. Tentara rusia dan tentara Cina juga menggunakan madu untuk
mengobati luka pada Perang Dunia I. Literatur lain juga menunjukan
bahwa madu dapat mengurangi tingkat infeksi.
Dunia kedokteran saat ini telah banyak membuktikan madu sebagai
obat yang unggul. Sebuah laporan menunjukkan luka yang dibalut dengan
madu menutup pada 90 % kasus. Ada beberapa hasil penelitian yang
melaporkan bahwa madu sangat efektif digunakan sebagai terapi topikal
pada luka melalui peningkatan jaringan granulasi dan kolagen serta
periode epitelisasi secara signifikan.
Jauh sebelum para ahli membuktikan berbagai macam manfaat madu,
Al-Qur’an telah menjelaskan terlebih dahulu tentang madu dan
manfaatnya, tepatnya dalam Q.S An Nahl Ayat 68-69:
Terjemahan: "Dan Rabbmu mengilhamkan kepada lebah: ‘Buatlah
sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat
yang dibikin manusia.’ (QS. 16:68) Kemudian makanlah dari tiap-tiap
(macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Rabbmu yang telah
dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang
bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang
menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda (kebesaran Rabb) bagi orang-orang yang
memikirkan. (QS. 16:69)” (an-Nahl: 68-69)
Tafsir Ibnu Katsir surah An-Nahl ayat 68-69
Yang dimaksud dengan wahyu di sini adalah ilham, petunjuk dan
bimbingan bagi lebah, agar ia menjadikan gunung-gunung sebagai rumah
yang menjadi tempat tinggal, juga pepohonan, serta tempat-tempat yang
dibuat oleh manusia. Kemudian lebah-lebah itu membuat rumah-
rumahnya dengan penuh ketekunan dalam menyusun dan menatanya, di
mana tidak ada satu bagian pun yang rusak.
Selanjutnya, Allah Ta’ala memberi izin kepada lebah-lebah itu dalam
bentuk ketetapan qadariyyah (Sunnatullah) dan pengerahan untuk
memakan segala macam buah-buahan, berjalan di berbagai macam jalan
yang telah dimudahkan oleh Allah, di mana ia bisa dengan
sekehendaknya berjalan di udara yang agung ini dan juga daratan yang
membentang luas, juga lembah-lembah, serta gunung-gunung yang tinggi
menjulang. Kemudian masing-masing dari mereka kembali ke rumah-
rumah mereka, tanpa ada satu pun yang keliru memasuki rumahnya baik
sebelah kanan maupun kirinya, tetapi masing-masing memasuki
rumahnya sendiri-sendiri, yang di dalamnya terdapat ribuan anak-anaknya
dengan persediaan madu. Dia membangun sarang dari bahan yang ada di
kedua sayapnya, lalu memuntahkan madu dari dalam mulutnya, dan
bertelur dari duburnya.
Firman Allah Ta’ala: yakhruju mim buthuuniHaa syaraabum mukhtalifun
alwaanuHuu fiiHi syifaa-ul lin naasi (“Dari perut lebah itu keluar
minuman [madu] yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat
obat yang menyembuhkan bagi manusia.”) Ada yang berwarna putih,
kuning, merah, dan warna-warna lainnya yang indah sesuai dengan
lingkungan dan makanannya.
Firman-Nya: fiiHi syifaa-ul lin naasi (“Terdapat obat yang
menyembuhkan bagi manusia,”) maksudnya, di dalam madu itu terdapat
obat penyembuh bagi manusia. Sebagian orang yang berbicara tentang
thibbun Nabawi (ilmu kedokteran Nabi) mengatakan, jika Allah
mengatakan: “fiiHisy-syifa’ lin nas”, berarti madu itu menjadi obat bagi
segala macam penyakit, tetapi Dia mengatakan, “fiiHi syifa’ linnas”, yang
berarti bahwa madu itu bisa dipergunakan untuk obat penyakit
kedinginan, karena madu itu panas. Penyakit itu selalu diobati dengan
lawannya.
Dalil yang menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan firman Allah
Ta’ala: fiiHi syifaa-ul lin naasi (“Di dalamnya terdapat obat yang
menyembuhkan bagi manusia,”) yaitu madu.Hadits yang diriwayatkan
oleh al-Bukhari dan Muslim dalam kitab ash-Shahihain dari Abu Sa’id al-
Khudri, bahwasanya ada seseorang yang datang kepada Rasulullah, lalu
orang itu berkata: “Sesungguhnya saudaraku sakit perut.” Maka beliau
bersabda: “Berilah dia minum madu.” Kemudian orang itu pergi dan
memberinya minum madu. Setelah itu orang tersebut
datang dan berkata: “Ya Rasulullah, aku telah memberinya minum madu
dan tidak bereaksi kecuali bertambah parah.” Maka beliau berkata: “Pergi
dan beri dia minum madu lagi.” Kemudian orang itu pun pergi dan
memberinya minum madu. Setelah itu orang tersebut datang lagi dan
berkata: “Ya Rasulullah, dia semakin bertambah parah.” Maka Rasulullah
bersabda: “Mahabenar Allah dan perut saudaramu yang berdusta. Pergi
dan berilah dia minum madu.” Kemudian dia pun pergi dan memberinya
minum madu hingga akhirnya saudaranya itu sembuh.
Ada beberapa ahli ilmu kedokteran mengatakan: “Pada perut orang
itu terdapat banyak endapan sisa-sisa makanan, dan setelah diberi asupan
madu, yang memang madu itu panas, maka endapan kotoran itu terlepas
dan segera terdorong keluar sehingga hal itu membuat perutnya
bertambah sakit. Maka orang badui itu pun berpikir bahwa madu itu
hanya akan membahayakannya, padahal ia sangat bermanfaat bagi
saudaranya tersebut. Kemudian dia memberinya minum untuk yang kedua
kalinya dan sakitnya semakin bertambah dan semakin keras mendorong.
Kemudian dia memberinya minum untuk yang ketiga kalinya. Ketika
madu itu semakin mendorong sisa-sisa makanan yang sudah rusak dan
membahayakan bagi badan, perutnya bertahan dan tekanannya pun
menjadi normal sehingga semua penyakit terdorong keluar berkat
petunjuk Rasulullah yang mendapatkan wahyu dari Rabbnya.
Dalam kitab ash-Shahihain juga disebutkan, dari `Aisyah ra, bahwa
Rasulullah saw pernah tertarik oleh manisan dan madu. Ini adalah lafazh
al-Bukhari. Dalam kitab Shahih al-Bukhari disebutkan dari Ibnu `Abbas,
di mana dia bercerita, Rasulullah bersabda: “Kesembuhan itu ada pada
tiga hal, yaitu pada pembekaman, pada minum madu, atau pembakaran
dengan api. Aku melarang umatku dari kayy (pengobatan dengan cara
pembakaran).”

.
2. Ekstrak daun petai cina
Daun petai cina (Leucaena glauca, Benth) mengandung senyawa
golongan flavonoid, Saponin, dan tanin. Berdasarkan penelitian
sebelumnya telah terbukti bahwa golongan senyawa tersebut mempunyai
aktivitas sebagai penyembuh luka bakar. flavonoid merupakan senyawa
aktif yang dapat berperan dalam proses penyembuhan luka bakar karena
dapat menghambat pertumbuhan bakteri pada jaringan hidup (Harris,
2011), meningkatkan jumlah fibroblast (Sumartiningsih, 2009) dan
meningkatkan produksi IL-2 dan proliferasi (Titisanti, 2005; Nopitasari,
2006).
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan data baik data subjektif maupun data
objektif. Data subjektif diperoleh berdasarkan hasil wawancara baik
dengan klien maupun orang lain. Sedangkan Data Objektif diperoleh
berdasarkan hasil observasi dan pemeriksaan fisik.
Pengkajian data merupakan tanggung jawab yang sangat penting bagi
tim. Kepada klien atau yang lainnya perlu ditanyakan tentang kejadian
tentang kecelakaan luka bakar tersebut. Informasi yang diperlukan
meliputi waktu injuri, tingkat kesadaran pada waktu kejadian, apakah
ketika injuri terjadi klien berada di ruangan tertutup atau terbuka, adakah
trauma lainnya, dan bagaimana mekanisme injurinya. Jika klien terbakar
karena zat kimia, tanyakan tentang zat kimia apa yang menjadi
penyebabnya, konsentrasinya, lamanya terpapar dan apakah dilakukan
irigasi segera setelah injuri. Sedangkan jika klien menderita luka bakar
karena elektrik, maka perlu di tanyakan sumbernya, tipe arus dan
voltagenya yang dapat di gunakan untuk menentukan luasnya injuri.
Informasi lain yang di perlukan tentang riwayat kesehatan klien masa lalu
seperti kesehatan umum klien. Informasi yang lebih khusus, adalah
berkaitan dengan penyakit-penyakit jantung, pulmoner, endokrin, dan
penyakit ginjal karena itu semua mempunyai implikasi terhadap tindakan
yang akan di lakukan. Di samping itu perlu pula di ketahui tentang riwayat
alergi klien, baik terhadap obat maupun yang lainya.
Adapun pengkajian keperawatan pada klien luka bakar adalah sebagai
berikut:
1. Data boigrafi
Langkah awal adalah melakukan pengkajian terhadap data biografi
klien yang meliputi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, ras, dan
lain-lain.
2. Luas luka bakar
Untuk menentukan luias luka bakar dapat digunakan salah satu
metode yang ada,yaitu metode “rule of nine”.
3. Kedalaman luka bakar
Kedalaman luka bakar dapat di kelompokkan menjadi tiga macam
yaitu luka bakar derajat 1, derajat 2, dan derajad 3.
4. Lokasi atau area luka
Luka bakar yang mengenai tempat-tempat tertentu memerlukan
perhatian khusus, oleh karena akibatnya yang dapat menimbulkan
berbagai masalah. Seperti, jika luka bakar mengenai area wajah,
leher dan dada dapat mengganggu jalan nafas dan ekspansi dada
yang diantaranya disebabkan karena edema pada laring.
Sedangkan jika mengenai ekstermitas maka dapat menyebabkan
penurunan sirkulasi ke daerah ekstermitas karena terbentuknya
edema dan jaringan skar. Oleh karena itu pengkajian terhadap
jalan nafas (airway) dan pernafasan (breathing) serta sirkulasi
(sirculation) sangat diperlukan. Luka bakar yang mengenai mata
dapat menyebabkan terjadinya laserasi kornea, kerusakan retina
dan menurunnya tajam penglihatan.
5. Masalah kesehatan lain
Adanya masalah kesehatan yang lain yang dialami oleh klien perlu
dikaji. Masalah kesehatan tersebut mungkin masalah yang dialami
oleh klien sebelum terjadi luka bakar seperti diabetes melitus, atau
penyakit pembuluh perifer dan lainnya yang akan menghambat
penyembuhan luka. Disamping itu perlu pula diwaspadai adanya
injuri lain yang terjadi pada saat peristriwa luka bakar terjadi
seperti fraktur atau trauma lainnya. Riwayat alergi perlu diketahui
baik alergi terhadap makanan, obat-obatan ataupun yang lainnya,
serta riwayat pemberian imunisasi yang lalu.
6. Data penunjang
a) Sel Darah Merah (RBC) : dapat terjadi penurunan sel darah merah (Red
Blood Cell) karena kerusakan sel darah merah pada saat injuri dan juga
disebabkan oleh menurunnya produksi sel darah merah karena depresi
sumsum tulang.
b) Sel Darah Putih (WBC) : dapat terjadi leukositosis (Peningkatan sel darah
putih (White Blood Cell)) sebagai respon inflamasi terhadap injuri.
c) Gas Darah Arteri (ABG) : hal yang penting pula diketahui adalah nilai gas
darah arteri terutama jika terjadi injuri inhalasi. Penurunan PaO2 atau
peningkatan PaCO2.
d) Karboksihemoglobin (COHb) : kadar COHb (Karboksihemoglobin) dapat
meningkat lebih dari 15% yang mengindikasikan keracungan
karbonmonoksida.
e) Serum elektrolit :
1) Potasium (K) pada permukaan akan meningkat karena injuri
jaringan atau kerusakan sel darah merah dan menurunnya fungsi
renal; hipoklemia dapat terjadi ketika diuresis di mulai;
magnesium mungkin mengalami penurunan.
2) Sodium (Na) pada tahap permulaan menurun seiring dengan
kehilangan air dari tubuh; selanjutnya dapat terjadi hipernatremia.
f) Sodium urine : jika leboh besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan
resusitasi caiiran, sedamgkan jika kurang dari 10 mEq/L menunjukkan
tidak adekuatnya resusitasi cairan.
g) Alkaline pospatase : meningkat akibat berpindah caitran
interstietitial/kerusakan pompa sodium.
h) Glukosa serum : meningkat sebagai refleksi respon terhadap stress.
i) BUN/kreatinin : meningkat yang merefleksikan menurunnya perfusi atau
fungsi renal, namun demikian kreatinin mungkin meningkat karena injuri
jaringan.
j) Urine : adanya albumin, Hb, dan meoglobin dalam urine mengindikasikan
kerusakan jaringan yang dalam dan kehilangan/pengeluaran protein.
Warna urine merah kehitaman menunjukkan adanya mioglobin.
k) Rontgen dada : untuk mengetahui gambaran paru terutama pada injuri
inhalasi.
l) Bronhoskopi : untuk mendiagnosa luasnya injuri inhalasi. Mungkin dapat
ditemukan adanya edema, perdarahan dan atau ulserasi pada saluran anafas
bagian atas.
m) ECG : untuk mengetahui adanya gangguan irama jantung pada luka bakar
karena elektrit.
n) Foto luka : sebagai dokumentasi untuk membangdingkan perkembangan
penyembuhan luka bakar
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI) 2016 adalah sebagai berikut:
1. Gangguan citra tubuh
2. Defisit pengetahuan
3. Ansietas
4. Risiko infeksi
5. Gangguan rasa nyaman
6. Gangguan integritas kulit
7. Pola nafas tidak efektif
8. Gangguan ventilasi spontan
9. Risiko ketidakseimbangan cairan
10. Risiko perfusi serebral tidak efektif
11. Defisit nutrisi
12. Penuruna curah jantung
13. Risiko perfusi renal tidak efektif
C. Intervensi Keperawatan
1. Ganguan citra tubuh
a) Identifikasi budaya, agama, jenis kelamin, dan umur terkait citra tubuh
b) Monitor apakah pasien bisa melihat bagian tubuh yang berubah
c) Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
d) Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap diri
e) Diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang perubahan citra tubuh
f) Anjurkan menggunakan alat bantu (mis. Pakaian, wig, kosmteik)
g) Latih fungsi tubuh yang dimiliki
2. Defisit pengetahuan
a) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
b) Sedaiakan materi dan media pendidikan kesehatan
c) Berikan kesempatan untuk bertanya
d) Jelakan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
e) Ajurkan perilaku hidup bersih dan sehat
3. Ansietas
a) Monitor tanda-tanda ansietas
b) Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
c) Pahami situasi yang menyebabkan ansietas
d) Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
e) Informasikan secara fakual mengenai diagnosis, pengobatan dan
progenesis
f) Latihan tekhnik relaksasi
g) Kolaborasi pemberian obat ansietas, jika perlu
4. Risiko infeksi
a) Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
b) Berikan perawatan kulit pada daerah edema
c) Pertahankan teknik aseptic pada pasien beresiko tinggi
d) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
e) Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
f) Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
5. Gangguan rasa nyaman
a) Identifikasi lokasi karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
b) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
c) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
d) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
e) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
f) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
g) Jelaskan strategi merdakan nyeri
h) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
6. Gangguan integritas kulit
a) Identifikasi penyebab luka bakar
b) Identifikasi durasi terkena luka bakar dan riwayat penanganan luka
sebelumnya
c) Monitor kondisi luka
d) Lepakan balutan lama dengan menghindari nyeri dan perdarahan
e) Bersihkan luka dengan cairan steril
f) Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein
g) Kolaborasi prosedur debridement
7. Pola nafas tidak efektif
a) Monitor pola napas
b) Monitor bunyi napas tambahan
c) Posisikan semi-fowler atau fowler
d) Berikan oksigen, jika perlu
e) Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikai
f) Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu
8. Gangguan ventilasi spontan
a) Identifikasi efek perubahan posisi terhadap status pernapasan
b) Monitor status respirasi dan oksigenasi
c) Pertahankan kepatenan jalan napas
d) Berikan posisi semi-fowler atau fowler
e) Anjurkan melakukan teknik relaksasi napas dalam
f) Kolaborasi pemberian bronchodilator, jika perlu
9. Risiko ketidakseimbangan cairan
a) Monitor status hidrasi (mis. Frekuensi nadi, akral, pengisian kapiler,
kelembapan mukosa, turgor kulit, tekanan darah)
b) Catat intake out-put dan hitungbalans cairan 24 jam
c) Berikan asupan cairan sesuai kebuuhan
d) Berikan cairan intravena
e) Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu
10. Risiko perfusi serebral tidak efektif
a) Monitor tanda dan gejala peningkatan TIK (mis. Tekanan darah
meningkat, tekanan nadi melebar, bradikardia, pola napas ireguler,
kesadaran menurun)
b) Monitor status pernapasan
c) Monitor cairan serebro-spinalis (mis. Warna, konsistensi)
d) Berikan posisi semi fowler
e) Pertahankan suhu tubuh normal
11. Defisit nutrisi
a) Identifikasi status nutrisi
b) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
c) Monitor asupan makanan
d) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
e) Lakukan oral hygne sebelum makan, jika perlu
f) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
g) Anjurkan posisi duduk, jika mampu
h) Kolaborasi dengan ahli gizi menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan, jika perlu
12. Penurunan curah jantung
a) Identifikasi tandadan gejala primer penurunan curah jantung (meliputi
dyspnea, kelehana, edema, ortopnea, paroxysmal nocturnal dyspnea,
peningkatan CVP)
b) Monitor tekanan darah (termasuk tekana darah ortostatik, jika perlu)
c) Monitor saturasi oksigen
d) Monitor EKG 12 sadapan
e) Berikan dukungan emosional dan spiritual
f) Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stress, jika perlu
g) Berikan oksigen untuk mempertahnkan saturasi oksigen >94%
h) Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
i) Kolaborasi pemberian antiartmia, jika perlu
13. Risiko perfusi renal tidak efektif
a) Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)
b) Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit, CRT)
c) Persipkan intubasi, jika perlu
d) Jelaskan penyebab/faktor risiko syok
e) Jelaskan tanda dan gejala awal syok
f) Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
A. PATOFISIOLOGI & PENYIMPANGAN KDM (Sumber: NANDA, 2015)
Bahan Kimia Termis Radiasi Listrik Petir

LUKA BAKAR - Gangguan citra tubuh


-Defisit pengetahuan
Biologis Psikologis -Ansietas

Pada Wajah Di Ruang Tertutup Kerusakan Kulit

Kerusakan -Risiko infeksi


Keracunan Gas Penguapan
Mukosa -Gangguan rasa nyaman
-Gangguan integritas
Oedema CO Mengikat HB Peningkatan
kulit
Laring Pembuluh Darah
HB Tidak Mampu
Obstruksi Mengikat O2 Ekstravasasi cairan (H202, Elektolit )
Jalan Nafas
Gangguan
Tekanan onkotik menurun
Gagal Nafas ventilasi spontan

Pola nafas Cairan intravascular Hipovelemia dan


-Kekurangan menurun hemokonsentrasi
tidak efektif
volume cairan
Gagal fungsi -Risiko perfusi
Gangguan sirkulasi
hepar serebral tidak
marko
efektif
Hipoxia
hepatik Daya tahan
tubuh Gangguan perfusi Gangguan sirkulasi
Hambatan organ penting
pertumbuhan Pelepasan
Gangguan perfusi
katekolamin Imun
Penurunan
curah jantung Gg Neurologi Hepar Laju metabolisme
Gagal jantung meningkat
Neurologi
Kebocoran kapiler
Sel otak mati Kardiovaskuler Glukogenalisis
Hipoxia
Otak
Risiko perfusi Hipoxia
Defisit nutrisi
serebral tidak efektif sel ginjal Ginjal

Fungsi Ginjal Dilatasi lambung Gl Traktus

Risiko perfusi renal tidak efektif MULTI SISTEM ORGAN FAILURE


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Luka bakar adalah kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti air, api, bahan kimia, listrik dan radiasi.
2. Klasifikasi luka bakar pada saat sekarang dibedakan berdasasrkan
kedalamaan, luas, lokasi da berat ringan luka bakar.
3. Ada beberapa penyebab dari terjadinya luka bakar, diantaranya adalah:
a. Luka Bakar karena Suhu Tinggi (Thermal Burn)
Luka bakar karena panas (Suhu tinggi) merupakan luka bakar
yang disebabkan karena terpapar atau kontak dengan api, cairan
panas atau objek-objek panas lainnya seperti gas dan bahan padat:
gas, cairan, bahan padat (solid).
b. Luka Bakar karena Bahan Kimia (Chemical Burn)
Luka bakar kimia disebabkan oleh adanya kontak jaringfan kulit
dengan asam atau basa kuat (zat kimia). Konsentrasi zat kimia,
lamanya kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar menentukan
luasnya cidera karena zat kimia. Luka bakar kimia dapat terjadi
misalnya karena kontak dengan zat-zat pembersih untuk keperluan
rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam
bidang industri, pertanian dan militer. Lebih dari 25 000 produk zat
kimia diketahui dapat menyebabkan luka bakar kimia
c. Sengatan listrik (electrical Burn)
Luka bakar yang disebabkana oleh karen adanya kontak antara
tubuh manusia dengan energi listrik. Berat ringanya luka
dipengaruhi oleh luka lamanya kontak, tingginya voltage dan cara
gelombang elektrik samapai mengenai tubuh
d. Radiasi (Radiation Injury)
Luka bakar radiasi disebabkan oleh karena tubuh manusia yang
terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe cidera ini seringkali
berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri atau dari
sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran.
Contoh lain adalah terpaparnya tubuh manusia yang terlalu lama oleh
sinar matahari juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi
4. Pada dasarnnya luka bakar itu terjadi akibat paparan suhu yang tinggi,
akibatnya akan merusak kulit dan pembuluh darah tepi maupun
pembuluh darah besar dan akibat kerusakan pembuluh darah ini
mengakibatkan cairan plasma sel darah, protein dan albumin,
mengalami gangguan fisiologi. Akibanya terjadilah kehilangan cairan
yang massif, terganggunya cairan didalam lumen pembuluh darah.
Suhu tinggi juga merusak pembuluh darah yang mengakibatkan
sumbatan pembuluh darah sehingga beberapa jam setelah terjadi reaksi
tersebut bisa mengakibatkan radang sistemik, maupun kerusakan
jaingan lainya.Luka bakar terjadi dalam 3 fase, yaitu Fase akut, Fase
sub akut dan Fase lanjut
5. Berat ringanya luka luka bakar tergantung pada jumlah jaringan yang
terkena dan kedalaman luka bakar
a. Luka bakar derajat 1: Kulit yang terbakar menjadi merah, nyeri,
sangat sensitif terhadap sentuhan dan lembab atau memebengkak.
Jika ditekan, darah yang terbakar akan memutih dan belum
terbentuk bula
b. Luka bakar derajat 2: Menyebebkan kerusakan yang lebih dalam.
Kulit melepuh, dasarnya nampak merah atau keputihan dan terisi
oleh cairan kental yang jernih. Jika disentuh warnannya berubah
menjadi putih dan terasa nyeri.
c. Luka bakar derajat 3: Menyebabkan kerusakan yang paling dalam.
Permukaan bisa berwarna putih dan lembut atau berwarna hitam,
hangus, dan kasar.
6. Pemeriksaan penunjang pada pasien luka bakar, yaitu:
a. Laboratorium : Hb, Ht, Leucosit, Trhobosit, Gula darah, Elektrolit,
Kreatinin, Ureum, Protein, Albumin, Hapusan luka, Urine lengkap,
AGD ( bila diperlukan ), dll.
b. Rontgen : foto thorax, dan lain-lain
c. EKG
d. CVP : Untuk mengetahui tekanan vena sentral, diperlukan pada
luka bakar lebih dari 30 % dewasa dan lebih dari 20 % pada anak
7. Menurut Rizal (2009), secara umum penatalaksanaan luka bakar secara
sistematik dapat dilakukan dengan menggunakan rumus 6C, yaitu
clothing cooling, cleaning,chemoprophylaxis, covering, and
comforting. Terdapat 3 fase penatalaksanaan luka bakar yaitu fase
resusitasi, fase pre-hospital dan fase perawatan luka bakar di IGD
8. Madu dan petai cina dapat menjadi pilihan pengobatan alteratif bagi
pasien dengan luka bakar. Hal ini telah dijelaskan dalam Al-Qur’an
perihal manfaat madu dan juga telh teruji berdasarkan beberapa
penelitian dan ilmu kedokteran.
9. Pengkajian keperawatan luka bakar terdiri dari Data demografi, luas
luka bakar, kedalaman luka bakar, lokasi atau area luka, masalah
kesehatan lain dan data penunjang (Sel darah merah, sel darah putih,
gas darah arteri, karboksihemoglobin, serum elektrolit, sodium urine,
alkaline pospatase, glukosa serum, kreatinin, urine, rontgen dada,
bronhoskopi, ECG, dan foto luka). Pengkajian yang tepat dan
sistematis diperlukan untuk merumuskan diagnosa dan intervensi yang
tepat pada klien luka bakar.
B. Saran
Dalam menangani luka bakar, perawat harus tetap memegang prinsip
steril sesuai medis tidak boleh dilakukan sembarangan karena bisa
mempengaruhi waktu kesembuhan luka bakar. Setiap individu baik tua,
muda, maupun anak-anak diharapkan selalu waspada dan berhati-hati
setiap kali melakukan kegiatan/aktivitas terutama pada hal-hal yang dapat
memicu luka bakar.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’anul Karim

Majid, Abdul & Agus. 2013. “Perawatan Pasien Luka Bakar”. Yogyakarta:
Gosyen Publishing
Kristanti, Paula dkk. 2013. “Asuhan Keperawatan Gawat Darurat”. Jakarta:
Trans Info Media
Musliha. 2010. “Keperawatan Gawat Darurat”. Yogyakarta: Nuha Medika
Nurarif A.H. dan Kusuma H. 2015. “APLIKASI Asuhan Keperawatan
berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC”. Jogjakarta : MediAction
Rembulan, Vidianka. (2015). “Potency of Honey in Treatment of Burn Wounds”.
2015, Vol.4 No.1
Sari, S., Safitri, W & Utami, R. (2018). “Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan
Metode Demonstrasi terhadap Praktik Pertolongan Pertama Luka Bakar
pada Ibu Rumah Tangga di Garen RT.01/RW.04 Pandean Ngemplak
Boyolali”. 2018
Dewantari, Dwi & Sugihartini, Nining. (2015). "Formulasi dan Uji Aktivitas Gel
Ekstrak Daun Petai Cina (Leucaena Glauca, Benth) sebagai sediaan Obat
Luka Bakar". 2015, Vol.2 No.5
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. “Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia”.
Edisi
1. Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. “Standar Intervensi Keperawatan Indonesia”.
Edisi
1. Cetakan 2. Jakarta: DPP PPNI
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai