Pendahuluan
Faringitis kronik merupakan suatu peradangan kronik pada faring. Terdapat dua bentuk yaitu
faringitis kronik hiperplastik dan faringitis kronik atrofi. Faktor predisposisi proses radang kronik
di laring ini ialah rhinitis kronik, sinusitis, iritasi kronik oleh rokok, minum alkohol, inhalasi uap
yang merangsang mukosa faring dan debu. Faktor predisposisi proses radang kronik di laring ini
ialah rhinitis kronik, sinusitis, iritasi kronik oleh rokok, minum alkohol, inhalasi uap yang
merangsang mukosa faring dan debu. Faktor lain penyebab terjadinya faringitis kronik adalah
pasien yang biasa bernafas melalui mulut karena hidung nya tersumbat (contoh : deviasi septum).
Secara patologis faringitis kronik ditandai dengan hipertrofi mukosa, subepiteleial limfoid folikel
dan tampak granul pada faring.
Isi
Faringitis kronik atrofi sering timbul bersamaan dengan rhinitis atrofi. Pada rhinitis atrofi udara
pernafasan tidak diatur suhu serta kelembabanya, sehingga menimbulkan rangsangan serta infeksi
pada faring. Pasien mengeluh tenggorok kering dan tebal serta mulut berbau. Pada pemeriksaan
tampak mukosa faring ditutupi oleh lender yang kental dan bila diangkat tampak mukosa kering.
Pengobatan ditujukan pada rhinitis atrofi nya dan untuk faringitis kronik atrofi ditambahkan
dengan obat kumur dan menjaga kebersihan mulut.
Biasanya disebabkan karena pajanan iritan dalam waktu yang lama. Adapun faktor – faktor
predisposisi terjadinya proses radang kronik berupa rhinitis kronik, sinusitis, perokok lama,
alkohol, ataupun pasien yang terbiasa bernafas dengan mulut karena sumbatan hidung.
Faringitis kronik atrofi sering timbul bersamaan dengan rhinitis atrofi. Pada rhinitis atrofi udara
pernafasan tidak diatur suhu serta kelembabanya, sehingga menimbulkan rangsangan serta infeksi
pada faring. Sedikit nya produksi mucus oleh kelenjar menyebabkan pembentukan krusta yang
kemudian dapat menginfeksi dan membuat bau mulut.
Pasien mengeluh tenggorok kering dan tebal serta mulut berbau. Pada pemeriksaan tampak
mukosa faring ditutupi oleh lender yang kental dan bila diangkat tampak mukosa kering. Gejala
utama dari faringitis atrofika adalah rasa kering dan tebal pada faring atas. Usaha pasien untuk
mengeluarkan sekresi yang melekat terdiri dari usaha membatukkan. Dalam beberapa hal terjadi
fetor.
Pengobatan ditujukan pada rhinitis atrofi nya dan untuk faringitis kronik atrofi ditambahkan
dengan obat kumur dan menjaga kebersihan mulut. Tujuan dari terapi tersebut untuk
menghilangkan krusta dan mengalirkan sekresi mucus. Krusta dapat di hilangkan dengan
menyemprotkan larutan alkaline atau dengan irigasi faring. Mandl’s paint dapat dipakai secara
lokal untuk memberikan efek melegakan. Potassium iodide 325 mg secara oral selama beberapa
hari berguna untuk sekresi mucus dan mencegah pembentukan krusta.
Pengobatan konservatif. Diberikan antibiotika berspektrum luas atau sesuai dengan uji
resistensi kuman, dengan dosis yang ade kuat. Lama pengobatan bervariasi tergantung dari
hilangnya tanda klinis berupa secret purulen kehijauan. Untuk membantu menghilangkan bau
busuk akibat hasil proses infeksi serta secret purulen dan krusta, dapat dipakai obat cuci hidung.
Larutan yang dapat digunakan adalah larutan garam hipertonik.
Pengobatan operatif. Jika dengan pengobatan konservatif tidak ada perbaikan, maka dilakukan
operasi. Teknik operasi antara lain operasi penutupan lubang hidung atau penyempitan lubang
hidung dengan implantasi atau dengan jabir osteoperiosteal. Tindakan ini diharapkan akan
mengurangi turbulensi udara dan pengeringan sekret, inflamasi mukosa berkurang, sehingga
mukosa akan kembali normal. Penurutupan rongga hidung dapat dilakaukan pada nares anterior
atau pada koana selama 2 tahun. Untuk menutup koana selama 2 tahun. Untuk menutup koana
dipakai flap palatum.
Akhir – akhir ini bedah sinus endoskopik fungsional (BSEF) sering dilakukan pada kasus
rhinitis atrofi. Dengan melakukan pengangkalan sekat – sekat tulang yang mengalami
osteomielitis, diharapkan infeksi tereradikasi, fungsi ventilasi dan drenase sinus kembali normal,
sehingga terjadi regenarasi mukosa.
Kesimpulan
Faringitis kronik merupakan suatu peradangan kronik pada faring. Terdapat dua bentuk yaitu
faringitis kronik hiperplastik dan faringitis kronik atrofi. Faktor predisposisi proses radang kronik
di laring ini ialah rhinitis kronik, sinusitis, iritasi kronik oleh rokok, minum alkohol, inhalasi uap
yang merangsang mukosa faring dan debu. Faringitis kronik atrofi sering timbul bersamaan dengan
rhinitis atrofi. Pada rhinitis atrofi udara pernafasan tidak diatur suhu serta kelembabanya, sehingga
menimbulkan rangsangan serta infeksi pada faring. Pasien mengeluh tenggorok kering dan tebal
serta mulut berbau. Pada pemeriksaan tampak mukosa faring ditutupi oleh lender yang kental dan
bila diangkat tampak mukosa kering. Pengobatan ditujukan pada rhinitis atrofi nya dan untuk
faringitis kronik atrofi ditambahkan dengan obat kumur dan menjaga kebersihan mulut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Iskandar, Nurbaiti dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan
Leher, Jakarta : FK UI. 2012.
2. Klarisa, Cindya. Kapita Selekta Kedokteran edisi IV. Jakarta : FK UI. 2014.
3. Debruyne, F. Buku Saku Ilmu Kesehatan Tenggorok, Hidung dan Telinga edisi 12. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2010.
4. Johnson, Jonas T. Bailey’s Head and Neck Surgery Otolaryngology Fifth Edition. Baltimore :
Lippincott Williams and Wilkins, a Wolters Kluwer Business. 2014.
5. Adams, George. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteraan EGC.
2012.