Oleh:
Yulianti I4A012073
Pembimbing:
BANJARMASIN
November, 2019
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
BAB II PENYEBAB.................................................................................. 3
BAB IV PENUTUP...................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
yang dapat menyebabkan suara parau. Pada peradangan ini seluruh mukosa laring
Pembengkakan ini melibatkan pita suara yang memicu terjadinya suara parau
Laringitis kronik adalah proses inflamasi pada mukosa pita suara dan
laring yang terjadi dalam jangka waktu lama. Infeksi pada laring dapat dibagi
menjadi laringitis akut dan laringitis kronis, infeksi maupun non infeksi, inflamasi
lokal maupun sistemik yang melibatkan laring. Laringitis akut biasanya terjadi
mendadak dan berlangsung dalam kurun waktu kurang dari 7 hari dan biasanya
muncul dengan gejala yang lebih dominan seperti gangguan pernafasan dan
beberapa minggu.
Laringitis kronis ini dapat timbul pada anak – anak maupun dewasa.
Angka kejadian untuk laringitis kronik ini lebih banyak diderita oleh pria dari
pada wanita. Etiologi dari laringitis kronik dapat disebabkan oleh infeksi virus,
iii
Pengobatan untuk laringitis kronik adalah dengan cara menganjurkan
pasien untuk tidak banyak bicara, menjauhkan pasien dari faktor pemicu seperti
asap, dan debu. Pemberian antibiotik dapat diberikan apabila terdapat tanda–tanda
infeksi. Dalam tinjauan pustaka ini akan dibahas lebih lanjut mengenai penyebab
iv
BAB II
PENYEBAB
disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan. Laringitis dapat dibagi menjadi akut
dan kronik. Pada laringitis akut, onset penyakit mendadak dan umumnya self
tiga minggu. Hal ini dapat terjadi karena proses penyakit yang berbeda, mulai dari
Laringitis kronis kurang lazim dalam praktek primer tetapi merupakan indikasi
Infeksi bakteri seperti difteri juga dapat menjadi penyebabnya, tapi hal ini
jarang terjadi. Laringitis dapat juga terjadi saat menderita suatu penyakit atau
setelah sembuh dari suatu penyakit, seperti salesma, flu atau radang paru-paru
(pnemonia).3
Laringitis kronis bisa juga disebabkan oleh bakteri tuberkulosis. Penyakit ini
disebut dengan laringitis tuberkulosa. Penyakit ini hampir selalu sebagai akibat
v
sembuh tetapi laringitis tuberkulosanya menetap. Hal ini terjadi karena struktur
mukosa laring yang sangat lekat pada kartilago serta vaskularisasi yang tidak
sebaik paru, sehingga bila infeksi sudah mengenai kartilago, pengobatannya lebih
lama. Infeksi kuman ke laring dapat terjadi melalui udara pernafasan, sputum
yang mengandung kuman, atau penyebaran melalui aliran darah atau limfe.
serta subglotik.4,5
Selain itu juga dapat disebabkan oleh kuman treponema palidum, namun
sudah sangat jarang dijumpai pada bayi ataupun orang dewasa. Penyakit ini
disebut dengan laryngitis luetika. Laring tidak pernah terinfeksi pada stadium
pertama sifilis. Pada stadium kedua, laring terinfeksi dengan tanda-tanda adanya
edema yang hebat dan lesi mukosa berwarna keabu-abuan. Sumbatan jalan nafas
Gejala klinis yang ditemukan adalah suara parau dan batuk yang kronis.
Disfagia timbul bila gumma terdapat dekat introitus esofagus. Pada penyakit ini,
pasien tidak merasakan nyeri, mengingat kuman ini juga menyerang saraf-saraf di
perifer. Pada pemeriksaan, bila guma pecah, maka ditemukan ulkus yang sangat
dalam, bertepi dengan dasar yang keras, berwarna merah tua serta mengeluarkan
eksudat yang berwarna kekuningan. Ulkus ini tidak menyebabkan nyeri dan
menjalar sagat cepat, sehingga bila tidak terbentuk proses ini akan menjadi
vi
perikondritis. Diagnosis dapat ditegakkan dengan tes serologi (RPR,VDRL, dan
Pada laringitis kronis akibat alergi, pasien biasanya memiliki onset bertahap
dengan gejala yang ringan. Pasien dapat mengeluhkan adanya akumulasi mukus
mukus endolaringeal tebal dalam kadar ringan hingga sedang, eritema dan edema
lipatan pita suara serta inkompetensi glotis episodik selama fase fonasi.3
Alkohol dapat menyebabkan iritasi kimia pada laring dan merokok dapat
mengiritasi laring, dapat menyebabkan peradangan dan penebalan pita suara. Pada
penelitian ilmiah oleh Byeon (2015) didapatkan perokok memiliki faktor risiko
1,5 kali lebih tinggi untuk terjadi kelainan pada laringfseperti timbulnyanodul,
dengan bukan perokok. Pada perokok berat emiliki faktor resiko 3,9 kali untuk
terjadinya disfoni dan pada perokok sangat berat memiliki faktor resiko 4 kali
dapat menyebabkan laringitis kronik, disebabkan karena asam dari lambung yang
vii
mengiritasi mukosa. Selama 30 tahun terakhir, penelitian menyatakan bahwa
radang tenggorokan pada populasi yang besar dilaporkan dengan pasien yang
memiliki GERD.1
spesifik, seperti suara parau, disfagia, odinofagia, rasa tersangkut, batuk kronis,
dan berdehem. Selain itu, juga bisa menyebabkan kondisi lain seperti nodul pita
suara, perubahan laring premaligna maupun maligna, sinusitis dan otitis media.3
Biasanya terjadi pada penyanyi atau pemandu sorak karena terlalu banyak
menggunakan suara, dengan terlalu banyak bicara, berbicara terlalu keras atau
tenggorokan. Selain itu ada juga suara serak, Perubahan pada suara dapat
bervariasi tergantung pada tingkat infeksi atau iritasi, bisa hanya sedikit serak
hingga suara yang hilang total, rasa gatal dan kasar di tenggorokan, sakit
mukosa yang menebal, permukaannya tidak rata dan hiperemis. Bila terdapat
BAB III
PENANGANAN
viii
Pengobatan yang dilakukan tergantung pada penyebab terjadinya laryngitis
dan simtomatis.
antituberkulosa:8
obat-obat ini.
ix
Bila penyebabnya adalah zat yang dihirup, maka hindari zat penyebab iritasi
tersebut. Dengan menghirup uap hangat dari baskom yang diisi air panas mungkin
bisa membantu. Bila anak yang masih berusia batita atau balita mengalami
dexamethasone.9
fexofenadine dipilih karena tidak memiliki efek samping dehidrasi. Sekresi alcoh
Untuk laringitis kronis yang juga berhubungan dengan kondisi lain seperti
merokok harus dihentikan. Untuk mencegah kekeringan atau iritasi pada pita
suara:7,9
a. Jangan merokok, dan hindari asap rokok dengan tidak menjadi perokok
b. Minum banyak air. Cairan akan membantu menjaga agar lendir yang
x
abnormal peda pita suara dan meningkatkan pembengkakan. Berdehem juga
4. Refluks laringofaringeal
tata laksana yang dapat digunakan untuk menangani laringitis akibat refluks
adalah:11,12
c. Makan dalam porsi kecil tapi lebih sering, dan menghindari makan 3 – 4
Penggunaan PPI dinilai dapat memperbaiki gejala iritasi laring pada pasien
H2, terapi suara, atau prosedur pembedahan juga dinilai dapat memperbaiki suara
5. Vocal Hygiene
xi
Semua pasien laringitis direkomendasikan untuk melakukan vocal hygiene.
Hal ini bertujuan untuk mengontrol gejala dan mengurangi iritasi pada laring.
b. Menjaga lubrikasi lokal dan hidrasi sistemik: Hal ini dapat dilakukan
c. Perubahan gaya hidup: Gaya hidup yang diubah untuk menjaga kesehatan
6. Rujukan
mendapat tata laksana emergensi yang adekuat. Pasien dengan gejala yang
THT.
xii
badan yang signifikan tanpa diketahui penyebabnya, disfagia atau odinofagia, atau
xiii
BAB IV
PENUTUP
Laringitis kronik adalah proses inflamasi pada mukosa pita suara dan laring
yang terjadi dalam jangka waktu yang menetap lebih dari tiga minggu. Hal ini
dapat terjadi karena proses penyakit yang berbeda, mulai dari proses inflamasi,
seperti laringitis alergi dan refluks laringofaring, untuk gangguan autoimun seperti
yang mendasari. Biasanya disebabkan oleh iritasi asap rokok, sehingga pasien
diagnosa dini, dan tepatnya penatalaksanaan. Pasien dengan gejala yang menetap
xiv
DAFTAR PUSTAKA
5. Dhillon RS, East CA. Ear, Nose, and Throat and Head and Neck Surgery. 2 nd
Edition. Churcill Livingstone. 2000. Hal.56-68.
7. Banovetz JD. Gangguan Laring Jinak. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Edisi
ke-6. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. 1997. h. 378-396.
10. Krouse JH, Altman KW. Rhinogenic laryngitis, cough, and the unified airway.
Otolaryngol Clin North Am. 2010;43(1):111-21. doi: 10.1016/j.otc. 2009.
11:005.
11. Guo H, Ma H, Wang J. Proton Pump Inhibitor Therapy for the Treatment of
Laryngopharyngeal Reflux: A Meta-Analysis of Randomized Controlled
Trials. J Clin Gastroenterol. 2016. 50(4):295-300.
xv
13. Stachler RJ, Francis DO, Schwartz SR, Damask CC, Digoy GP, Krouse HJ.
Clinical practice guideline: hoarseness (dysphonia). Otolaryngol Head Neck
Surg. 2018. 158(1).
xvi