Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laringitis adalah peradangan pada laring yang sering menyebabkan
suara serak atau kehilangan suara. Secara umum, laringitis dapat bersifat akut
atau kronis. Laringitis kronis sering terjadi pada perokok dan penderita
gastroesofageal refluks (GERD). Selain itu, penggunaan suara secara berlebih
atau bernyanyi berlebihan juga dapat menyebabkan laringitis kronis serta
seiring bertambahnya usia, pita suara juga dapat kehilangan kemampuan
untuk bergetar, dan membuat lebih rentan terhadap laringitis kronik (Bailly
dkk, 2012). Pada penelitian ilmiah oleh Biyon (2015) didapatkan perokok
memiliki faktor resiko 1,5 kali lebih tinggi untuk terjadi kelainan pada laring
seperti timbulnya nodul, polip, khista intrakordal, reinke edema, granuloma
laring, keratosis laring, laringitis, papilloma laring, kelumpuhan pita suara dan
neoplasma ganas laring dibandingkan dengan bukan perokok, pada perokok
berat (40.5 – 55.5 pack years) memiliki faktor risiko 3,9 kali untuk terjadinya
disfoni (OR=3.86,95% CI [1.69-8.79]) dan pada perokok sangat berat (>55.5-
156 pack years) memiliki faktor risiko 4 kali terjadi disfoni (OR=3.89,95% CI
[1.22-13.00]) (Biyon,2015). Cigarette years lebih mudah untuk mengukur
derajat merokok dibandingkan pack years. Istilah batang perhari lebih sering
digunakan dibanding dengan bungkus perhari, dan ukuran satu bungkus
rokok mungkin berbeda dari satu negara ke negara lain, waktu ke waktu dan
merk ke merk. Ada kesepakatan bahwa sebungkus rokok di definisikan
memiliki isi 20 batang tetapi ada beberapa peneliti yang mengabaikan
(Indrayan dkk,2008). Sehingga pada penelitian kali ini peneliti ingin meneliti
hubungan derajat merokok terhadap laringitis kronik, derajat merokok diukur
dengan menggunakan indeks brinkman yaitu jumlah rata-rata batang rokok
yang dihisap sehari dikalikan lama merokok dalam tahun.
Prevalesi perokok aktif terus meningkat dari tahun ke tahun dan
jumlah perokok di Indonesia menduduki peringkat ke tiga di dunia. Lebih dari
60 juta penduduk Indonesia menghisap rokok di berbagai kalangan umur dan
jenis kelamin. Indonesia merupakan salah satu negara dengan angka kematian
akibat merokok dengan jumlah mencapai 400.000 orang pertahun
(depkes,2013). Pada seorang yang telah terdiagnosis menderita laringitis
kronik apabila secara continue merokok akan mengakibatkan iritasi mukosa
saluran nafas atas dan merangsang kelenjar mukus untuk memproduksi mukus
secara berlebihan sehingga menyumbat saluran nafas (Badii,2012). Laringitis
kronik merupakan tanda awal dari kanker laring, faktor risiko yang paling
berpengaruh untuk terjadi kanker laring adalah merokok (Pichandi dkk,2011).

1
B. Tujuan
1. Apa itu laringitis?
2. Apa penyebab dari laringitis?
3. Bagaimana patofisiologi laringitis ?
4. Apa saja tanda gejala laringitis ?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang dari laringitis?
6. Apa saja penatalaksanaan therapy dari laringitis?
7. Bagaimana contoh kasus laringitis ?
C. Manfaat
1. Untuk mengetahui apa itu laringitis?
2. Untuk mengetahui apa penyebab dari laringitis?
3. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi laringitis ?
4. Untuk mengetahui apa saja tanda gejala laringitis ?
5. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang dari laringitis?
6. Untuk mengetahui apa saja penatalaksanaan therapy dari laringitis?
7. Untuk mengetahui bagaimana contoh kasus laringitis ?

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Laringitis merupakan salah satu penyakit yang sering dijumpai pada
daerah laring. Laringitis merupakan suatu proses inflamasi pada laring yang
dapat terjadi baik akut maupun kronik.
Laringitis adalah peradangan pada laring yang terjadi karena banyak
sebab, inflamasi laring sering terjadi terlalu banyak menggunakan suara,
pemajanan terhadap debu, bahan kimia, asap, volutan lainnya atau sebagai
bagian dari infeksi saluran nafas atas, kemungkinan juga disebabkan oleh
infeksi yang terus terisolasi yang hanya mengenai pita suara (Smeltzer, 2009 :
551)
Laringitis juga merupakan suatu radang laring yang disebabkan
terutama oleh virus dan dapat pula disebabkan oleh bakteri. Berdasarkan onset
dan perjalannnya laringitis dapat dibedakan menjadi laringitis akut dan
laringitis kronis. Laringitis akut biasanya terjadi mendadak dan berlangsung
dalam kurun waktu kurang lebih 3 minggu. Bila gejala lebih dari 3 minggu
dinamakan laringitis kronis.
B. Etiologi
Laringitis dapat disebabkan proses inflamasi atau penyalah gunaan
suara. Membrane laringeal berlanjut dengan pelapis saluran pernafasan atas
dan infeksi pada area lain pada hidung dan tenggorok dapat melibatkan laring.
Edema pita suara atau plika vokalis akibat iritasi kronis pada saluran
pernafasan atas menghambat mobilitas normal pita suara atau plika vokalis
yang menyebabkan suara yang abnormal.
Laringitis juga dapat terjadi akibat penyakit refluks gastroesofageal.
Pada sindrom ini, sfingter kardiak pada antara lambung dan esophagus
relaksasi sehingga asam lambung dapat masuk ke esophagus. Refluks secret
lambung, terutama saat tidur dapat menyebabkan aspirasi secret lambung ke
laring dan dapat menyebabkan iritasi kimiawi atau rasa terbakar pada
membrane mukosa pelapis laring. Klien dengan GERD dapat mengeluh serak
atau parau, karna iritasi kimiawi asam lambung pada pita suara atau
plikapokalis,peningkatan produksi mukus karna kecinderungan alami tubuh
untuk melindungi membrane yang mengalami iritasi, sensasi benda asing atau
sakit tenggorok batuk kronis dan asma juga dapat berhubungan dengan
manifestasi GERD.
Penyebab inflamasi ini hampir selalu virus. Infasi bakteri mungkin
sekunder. Laringitis biasanya berkaitan dengan rimtis atau nasofaring, infeksi
mungkin berkaitan dengan pemajanan terhadap perubahan suhu mendadak,
defisiensi diet, mal nutrisi, dan tidak ada imunitas, laringitis umum terjadi
pada musim dingin dan mudah di tularkan (Smeltzer, 2009 : 551)

3
Laringitis bisa menyerang semua usia termasuk anak-anak, hampir
setiap orang dapat terkena laringitis baik akut maupun kronis, penyebab
laringitis akut adalah bakteri yang menyebabkan radang lokal atau virus yang
menyebabkan peradangan sistemik. Biasanya merupakan perluasan radang
saluran nafas atas oleh bakteri haemophilus influenza, staphylococcus,
streptococcus, dan pneumonia. Laringitis kronis non spesifik dapat di
sebabkan faktor eksogen (rangsang fisik oleh penyalahgunaan suara,
rangsangan kimia,infeksi kronik saluran nafas atas atau bawah, asap rokok).
Atau faktor endogen (bentuk tubuh,kelamin metabolic). Sedangkan yang
spesifik disebabkan tuberculosis.

C. Patofisiologi
Laringitis akut merupakan inflamasi dari mukosa laring dan pita suara
yang berlangsung kurang dari 3 minggu. Para influenza virus yang merupakan
penyebab terbanyak dari laringitis, masuk melalui inhalasi dan infeksi sel dari
epitelium saluran nafas local yang bersilia, ditandai dengan edema dari
laminapropia, submucosa, dan adventitia, di ikuti dengan infiltrasi saluran
dengan histosit,limfosit, sel plasma dan lekosit polimorfonuklear (PMN).
Terjadi pembengkakan dan kemerahan dari saluran nafas yang terlibat.
Kebanyakan di temukan pada dinding lateral dari trakea dibawah pita suara.
Karena trakea subglotis dikelilingi oleh katolago trikoid, maka pembengkakan
terjadi pada lumen saluran nafas dalam, menjadikannya sempit bahkan sampai
hanya sebuah celah. Laringitis akut terjadi akibat infeksi bakteri atau virus,
penggunaan suara yang berlebihan, inhalasi volutan lingkungan, laringitis
kronik dapat terjadi setelah laringitis akut yang berulang, dan juga dapat di
akibatkan oleh penyakit traktus urinarius atas kronik, merokok, pajanan
terhadap iritan yang bersifat konstan, dan konsumsi alcohol berlebihan. Tanda
dari laringitis kronik ini yaitu nyeri tenggorokan yang tidak signifikan, suara
serak, dan terdapat edema pada laring (Astari, 2011).
Laringitis pada anak sering di derita oleh anak usia 3 bulan hingga 3
tahun , dan biasanya di sertai implamasi pada trakea dan bronkus dn di sebut
sebagai penyakit croup . penyakit ini sering kali di sebabkan oleh virus, yaitu
virus parainfluenza, adenovirus, virus influenza A dan B, RS V, dan virus
campak. Selain itu, M pneumoniae juga dapat menyebabkan croup. Infeksi
oleh bakteri dan virus menyebabkan inflamasi an edema pad laring, trakea,
dan bronkus, sehingga menyebabkan obstruksi jalan nafas dan menimbulkan
gejala, yaitu berupa afonia, suara stridor, dan batuk. Produksi mukus dapat
terjadi dan menyebabkan obstruksi jalan nafas semakin parah . tidak terdapat
gangguan menelan. gejala ini biasanya muncul saat malam hari dan dapat
membaik pagi hari. Penyakit croup dapat sembuh sendiri dalam waktu 3
sampai 5 hari (astari ,2011).

4
D. Manifestasi klinis
Serak atau parau adalah manifestasi yang sering terjadi pada gangguan
laring dan dapat di sebabkan inflamasi pita suara, gerakan pita suara yang
abnormal, atau tumor ganas atau jinak pada pita suara. Semua masalah ini
mengganggu mobilitas normal pita suara dan menyebabkan perubahan suara.
Suara abnormal juga dapat terjadi karena penyalahgunaan suara. Berteriak,
menjerit dan berbicara keras dalam waktu lama akan menyebabkan edema
pita suara dan terbentuknya nodul atau polip-penonjolan membrane mukosa
yang mengalami peradangan.
Pada laringitis akut terdapat gejala radang umum,seperti demam,
malaise, gejala rinofarigitis, batuk di sertai suara paru sampai tidak bersuara
sama sekali (afoni). Gejala yang mula-mula timbul adalah rasa kering di
tenggorokan, nyeri ketika menelan atau berbicara. Sering di sertai batuk
kering dan lama kelamaan akan timbul batuk dengan dahak yang kental pada
keadaan lanjut sering menimbulkan gjala sumbatan jalan nafas bagian atas
sampai sianosis. Hal ini sering terjadi pada anak pada pemeriksaam
laringoskopi tampak mukosa laring kemerahan dan membengkak. Gerakan
pita suara tidak terganggu kecuali bila sudah terjadi edema pada pita suara.
Pada laringitis kronis, serak merupakan gejala yang paling sering di temukan.
Gejala serak berubah-ubah sepanjang hari, namun paling parah pada pagi hari.
Sering di sertai batuk dan mendehem oleh karena adanya secret yang lengket
dan kental di tenggorok.
Laringitis kronis di tandai dengan suara serak yang bersisten, laringitis
kronis mungkin sebagai komplikasi dari sinusitis kronis dan bronchitis kronis
(smeltzer,2009)

E. Pemeriksaan penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu:
 Laringoskopi, yang menunjukan adanya pita suara yang membengkak
dan kemerahan
 Kultur eksudat pada kasus laringitis yang lebih berat
 Biopsy yang biasanya dilakukan pada pasien laringitis kronik dengan
riwayat merokok atau ketergantungan alcohol.
 Pemeriksaan laboratorium CBC (complete blood cell count)
 Pemeriksaan photo thorax pada tanda dan gejala yang berat .

F. Penatalaksanaan dan therapy


Terapi laringitis ditunjukan pada faktor penyebab jika dicurigai
laringitis karena inflamasi, terapi inflamasi harus dilakukan. Antibiotik dapat
digunakan jika diduga terjadi infeksi bacterial. Pada kasus berat, steroid

5
sistemik dapat diberikan untuk mengurangi inflamasi dan edema. Pelembapan
tambahan dapat meningkatkan kelembapan untuk mengencerkan secret dana
gen mukolitik dapat diberikan untuk mengencerkan dan mempermudah
gerakan mukus. Klien dengan laringitis dapat di istirahatkan dari suara untuk
mempermudah pengurangan edema pada pita suara. Perhatikan, bahwa klien
juga harus menghindari berbisik yang dapat meningkatkan gesekan berlebihan
pada pita suara.
Refluks gastroesofageal diobati secara simtomatis. Klien di
indtruksikan untuk mengangkat kepala tempat tidur 15-20cm untuk
meminimalkan refluks, menghindari berbaring pada sisi kanan, menghindari
makan atau minum 2-3 jam sebelum tidur, menghindari kafein, alcohol dan
tembakau yang dapat meningkatkan secret lambung, dan diminta untuk
mengonsumsi antasid dan penyekat reseptor histamin -2 (famotidin [Pepcid],
ranitidine[zantac], omeprazole[Prilosec]) untuk menetralkan dan mengurangi
produksi asam lambung.
Laringitis kronis dapat terjadi akibat infeksi berulang, alergi, paparan
iritan kronis, penyalahgunaan suara jangka panjang atau refluks esophagitis
karena isi lambung yang asam. Laringitis kronis ditandai dengan sensasi gatal
menggelitik di tenggorokan, suara parau, dan ponasi yang nyeri atau sulit.
Menejemen meliputi koreksi atau pengangkatan isitasi, sebagai tambahan
tindakan yang meningkatkan kenyamanan. Latihan ulang suara jangka
panjang dapat dibutuhkan jika penggunaan suara yang tidak tepat atau
berlebihan adalah penyebab utama laringitis kronis. Hal ini meliputi : (1)
belajar menggunakan suara tanpa usaha paksaan, dan (2) membentuk atau
mengeluarkan kata-kata dengan menggunakan diafragma tanpa berteriak.
Penatalaksanaan laringitis akut termasuk mengistirahatkan suara,
menghindari merokok, istirahat di tempat tidur, dan menghirup uap dingin
atau aerosol. Jika laringitis merupakan bagian dari infeksi pernafasan yang
lebih luas akibat organisme bakteri atau jika lebih parah, terapi antibiotic yang
tepat perlu diberikan. Sebagian besar dapat sembuh dengan pengobatan
konservatif ;namun laringitis cenderung lebih parah pada pasien lansia dan
dapat di perburuk oleh pneumonia (smeltzer,2009). Dalam buku
penatalaksanaan penyakit dan kelainan THT ( fakultas kedokteran).
Penatalaksanaa laringitis akut:
1. perawatan umum
a. istirahat bicara dan bersuara selama 2-3 hari
b. di anjurkan menghirup udara lembab
c. menghindari iritasi pada laring dan faring,misalnya
merokok,makanan pedas atau minuman dingin.
d. penderita dapat berjalan.kecuali bila ada tanda sumbatan jalan
nafas ,penderita harus dirawat terutama pada anak-anak
2. perawatan khusus therapy medika mentosa

6
a. antibodikah golongan penisilin anak 50 mg /kg dibagi dalam 3 dosis,
dewasa 3x 500 mg perhari bila alergi terdapat penisilin dapat
diberikan eritrosin/ Bactrim.
b. kortikos eroid diberikan untuk mengatasi edema laring.

3. therapy bedah tergantung pada stdium sumbatan laring pada anak bila
terjadi gejala sumbatan jalan nafas menurut klasifikasi J ackson, dilakukan
therapy sebagai berikut:
 Stadium I : terawatt, observasi,pemberian O2 therapy adekuat.
 Stadium II-III : trakeostomi
 Stadium IV : intubasi dan oksigenasi ,kemudian dilanjutkan dengan
trakeostomi. Untuk laringitis kronis, pengobatannya termasuk
mengistirahatkan suara, menghilangkan setiap infksi traktus res piratorius
primer yang munkin ada ,dan membatasi merokok penggunaan kortikosteroid
topical, sepeti inhalasi beklomentason dipropionate (vanceril), dapat
digunakan (smeltzer,2009) dalam buku penatalaksanaan penyakit dan
kelainan THT (fakultas kedokteran).penatalaksanaan pada laringitis kronis
adalah menghindari dan mengobati faktor-faktor penyebab degan:
1. istirahat bersuara (vokal rest) , tidak banyak bicara atau bersuara keras.
2. antibiotika, bila terdapat tanda infeksi.
3. ekspektoral

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Contoh Kasus

7
Tn.Y berusia 35 tahun di rawat RS.Hermina mengeluh suaranya hilang,
Tn.Y merasa tenggorokannya kering, nyeri ketika menelan, dan berbicara
serta batuk kering yang kelama-lamaan batuknya berdahak kental, disertai
demam yang sudah berlangsung sekitar 3 hari yang lalu, pasien mengeluh
tidak nafsu makan karena sakit ketika menelan, pasien mengatakan skala
nyeri 4, pasien tampak meringis ketika menelan, pasien hanya mampu
menghabiskan ¼ porsi makan dan susah tidur karena rasa gatal dan nyeri di
tenggorokan disertai batuk. Hasil pemeriksaan TD : 110/70 mmHg, N: 102
x/menit, Rr : 25x/menit, S : 39ºC.
1. Pengkajian
 Nama : Tn. Y
 Usia 35 Tahun
 Jenis kelamin : Laki-laki
2. Analisa Data
No. Data Fokus Diagnosa Keperawatan

1. Ds:pasien mengatakan Domain 12 : Kenyamanan


Tenggorokan kering, nyeri Kelas 1 : Kenyamanan Fisik
ketika menelan dan berbicara. 00132 : Nyeri akut
P : Laringitis
Q : sakit seperti teriris
R : didaerah tenggorokan
S : skala 4
T : ketika menelan dan
berbicara
Do: pasien tampak meringis
2. Ds : Pasien Mengatakan Domain 11:Keamanan/
Demam sejak 3 hari yang lalu Perlindungan
Do : Kulit teraba panas S : Kelas 6 : Termoregulasi
39OC, N : 102x/mnt , RR : 25 00007 : Hipertermia
x/mnt
3. Ds:pasien mengatakan tidak Domain 2 : Nutrisi
nafsu makan karena sakit Kelas 1 : makan
ketika menelan . 00103 : Gangguan Menelan
Do: pasien hanya mampu
menghabiskan ¼ porsi
makan, pasien tampak
meringis

8
3. Intervensi
No. Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1. Domain 12 Domain 4 : Domain 1 :fisiologis
Kenyamanan Pengetahuan dasar
Kelas 1 tentang kesehatan Kelas E:peningkatan
Kenyamanan dan prilaku kenyamanan fisik
Fisik Kelas Q :prilaku 1400 : manajemen
00132 Nyeri akut sehat nyeri
1605 :kontrol 1.lakukan pengkajian
nyeri nyeri komprehensif
Setelah di lakukan yang meliputi lokasi
tindakan karakteristik, onset
keperawatan atau durasi, frekuensi,
selama 1 jam kualitas, intensitas
kriteria hasil yang atau beratnya nyeri
diharapkan : dan faktor pencetus .
160502 mengenali 2.pastikan perawatan
kapan nyeri analgesic bagi pasien
terjadi (2-4) di lakukan dengan
160501 pemantauan yang
menggambarkan ketat.
faktor penyebab 3.gali bersama pasien
(2-4) faktor-faktor yang
160504 dapat menurunkan
menggunakan atau memperberat
tindakan nyeri.
pengurangan 4. kolaborasi dengan
nyeri tanpa pasien, orang terdekat
analgesic (2-4) dan tim kesehatan
160505 lainnya untuk memilih
menggunakan dan
analgesic yang mengimplementasikan
direkomendasikan tindakan penurun
(2-4) nyeri non
faramakologi sesuai
kebutuhan
2. Domain 11 : Domain 2 : Domain 2 : fisiologis
Keamanan / kesehatan kompleks (lanjutan)
perlindungan fisiologi Kelas M :

9
Kelas 6 : Kelas I : Termoregulasi
Termoregulasi Pengaturan 3740 : perawatan
00007 : Regulasi demam
Hipertermia 0800 : 1. pantau suhu dan
Termoregulasi tanda-tanda vital
Setelah dilakukan 2. beri obat atau
tindakan cairan IV
keperawatan 3. Dorong konsumsi
selama kriteria cairan
hasil yang 4. fasilitasi istirahat,
diharapkan : terapkan pembatasan
080012 denyut aktivitas : jika
nadi radial (2-4) diperlukan
080013 Tingkat 5. pastikan tanda lain
pernafasan (2-4) dari infeksi yang
080015 terpantau pada orang
melaporkan tua, karena hanya
kenyamanan suhu menunjukkan demam
(2-4) ringan atau tidak
080001 demam sama sekali
peningkatan suhu selama proses infeksi.
kulit (2-4)
080019
hipertermia (2-4)
Domain 2 Nutrisi Domain 2 : Domain 1 :fisiologis
Kelas 1 makan kesehatan dasar
00103 Gangguan fisiologi Kelas D :dukungan
Menelan Kelas K : nutrisi
pencernaan dan 1860 :terapi menelan
nutrisi F
1010 :status 1. kolaborasikan
menelan dengan anggota tim
Setelah di lakukan kesehatan yang lain
tindakan untuk menyediakan
keperawatan rencana terapi yang
selama 31-45 berlanjut bagi pasien
menit di harapkan 2.Jelaskan
masalah rasionalisasi latihan
keperawatan menelan ini pada
dapat di atasi pasien / keluarga.
dengan keteria 3.sediakan/gunakan

10
hasil alat bantu sesuai
101013 kebutuhan.
peningkatan usaha 4. instruksikan pasien
menelan (2-4) untuk tidak berbicara
101008 jumlah selama makan. Jika
menelan sesuai diperlukan.
dengan ukuran
dan tekstur bolus
(2-4)
101009 durasi
makan dengan
respek pada
jumlah yang
dikonsumsi (2-4)
101010 reflek
menelan sesuai
dengan waktunya
(2-4)

4. Implementasi

No. Implementasi Evaluasi Paraf


1 1.melakukan S : Pasien mengatakan nyeri
pengkajian nyeri saat makan dan berbicara
komprehensif yang sudah berkurang
meliputi lokasi P : Laringitis
karakteristik, onset atau Q : Seperti teriris
durasi, frekuensi, R : Di tenggorokan
kualitas, intensitas atau S : Skala 2
beratnya nyeri dan T: Saat makan dan berbicara
faktor pencetus . O : Pasien tampak tidak
2.memastikan meringis lagi
perawatan analgesic A : Masalah Pasien sebagian
bagi pasien di lakukan Teratasi
dengan pemantauan P : Lanjutkan Intervensi
yang ketat. 1.lakukan pengkajian nyeri
3. menggali bersama komprehensif yang meliputi
pasien faktor-faktor lokasi karakteristik, onset atau
yang dapat menurunkan durasi, frekuensi, kualitas,

11
atau memperberat nyeri. intensitas atau beratnya nyeri
4. berkolaborasi dengan dan faktor pencetus .
pasien, orang terdekat 4.kolaborasi dengan pasien,
dan tim kesehatan orang terdekat dan tim
lainnya untuk memilih kesehatan lainnya untuk
dan memilih dan
mengimplementasikan mengimplementasikan
tindakan penurun nyeri tindakan penurun nyeri non
non faramakologi faramakologi sesuai kebutuhan
sesuai kebutuhan
2 1. memantau suhu dan S : Pasien mengatakan
tanda-tanda vital demamnya sudah turun
2.memberi obat atau O : Kulit teraba hangat, S :
cairan IV 38,0OC, N : 89x/mnt , RR :
3. mendorong konsumsi 22x/mnt
cairan A : Masalah pasien sebagian
4. memfasilitasi teratasi
istirahat, terapkan P : Lanjutkan Intervensi
pembatasan aktivitas : 1. pantau suhu dan tanda-tanda
jika diperlukan vital
5. memastikan tanda 2. fasilitasi istirahat, terapkan
lain dari infeksi yang pembatasan aktivitas : jika
terpantau pada orang diperlukan
tua, karena hanya 3. pastikan tanda lain dari
menunjukkan demam infeksi yang terpantau pada
ringan atau tidak orang tua, karena hanya
demam sama sekali menunjukkan demam ringan
selama proses infeksi. atau tidak demam sama sekali
selama proses infeksi.
3 1. berkolaborasikan S : Pasien Mengatakan sudah
dengan anggota tim dapat menelan makanan
kesehatan yang lain O : Pasien mampu
untuk menyediakan menghabiskan 1 porsi
rencana terapi yang makanan dan tampak tidak
berlanjut bagi pasien meringis lagi.
2.menjelaskan A : Masalah Pasien teratasi
rasionalisasi latihan P : Hentikan Intervensi
menelan ini pada pasien
/ keluarga.
3.menyediakan/gunakan
alat bantu sesuai

12
kebutuhan.
4. menginstruksikan
pasien untuk tidak
berbicara selama
makan. Jika diperlukan.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Laringitis merupakan salah satu penyakit yang sering dijumpai pada
daerah laring. Laringitis merupakan suatu proses inflamasi pada laring yang
dapat terjadi baik akut maupun kronik. Penyebab inflamasi ini hampir selalu
virus. Infasi bakteri mungkin sekunder. Biasanya ditandai dengan suara yang
serak dan parau. Serta nyeri pada tenggorokan atau daerah laring. Cara
menangani masalah pada laringitis ini dengan meminimalkan penggunaan
suara serta kurangi meroko karena akan menyebabkan keparahan pada daerah
inflamasi.
B. Saran
Bagi para pembaca yang telah mengetahui tentang laringitis. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pada pembaca dan penyusun. Kami
menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini, oleh
karena itu kami meminta kritik dan saran yang dapat membangun untuk
memperbaiki malah ini menuju kesempurnaan.

13

Anda mungkin juga menyukai