Anda di halaman 1dari 26

1

KOMITE ETIK PENELITIAN


STIKes Yatsi Tangerang

FORMULIR ETIK PENELITIAN

1. Peneliti Utama
Nama : YESI OLINDA
NIM : 17214167

2. Judul Penelitian
“Hubungan Antara Parenting Style, Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang
Pendidikan Seksual (Underwear Rules) Dengan Pencegahan Child Sexual
Abuse Di Perum Wisma Mas 2, Rt. 12 Pasar Kemis ”.

3. Subjek?
Orang tua yang memiliki anak usia 0-18 tahun.

4. Perkiraan waktu penelitian untuk setiap subyek


Peneliti akan melakukan pengukuran skala likert untuk kuesioner The
Parenting Style and Dimension Questionnaire (PSDQ) dengan menagdaptasi
Parenting Practice Questionnaire (PPQ). Sedangkan untuk pengukuran
kuesioner Tingkat Pengetahuan Orangtua Tentang Pendidikan Seksual
(Underwear Rules) Terhadap Pencegahan Child Sexual Abuse menggunakan
skala guttman. Dari ke 2 kuesioner tersebut menggunakan lembar observasi
dengan sistem post-test sehingga memperlukan waktu sekitar 1 bulan.
3

5. Ringkasan proposal penelitian yang mencakup tujuan/objektif penelitian,


manfaat dari hasil penelitian dan alasan/latar belakang untuk melakukan
penelitian.
5.1 Tujuan
a) Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara parenting style, tingkat


pengetahuan orang tua tentang pendidikan seksual (underwear rules)
dengan pencegahan child sexual abuse di perum wisma mas 2, rt.12
pasar kemis.

b) Tujuan Khusus

1) Mengetahui hubungan antara parenting style dan tingkat


pengetahuan orang tua dengan pendidikan seksual (underwear
rules) dapat mencegah child sexual abuse.

2) Mengetahui pengaruh antara parenting style terhadap pencegahan


child sexual abuse.

3) Mengetahui pengaruh antara tingkat pengetahuan orang tua tentang


pendidikan seksual (underwear rules) terhadap pencegahan child
sexual abuse

5.2 Manfaat
a) Manfaat Penelitian
1) Untuk Peneliti
Menambah pengalaman/ keahlian pendidikan khususnya tentang
parenting style dan tingkat pengetahuan orang tua mengenai
pendidikan seksual (underwear rules) dalam mencegah child sexual
abuse.
4

2) Untuk Orang Tua


Dengan adanya penelitian ini diharapkan orang tua lebih faham
mengenai pendidikan seksual (khususnya masalah “underwear
rules”) dan cara berkomunikasi perihal sex education kepada anak-
anak dengan menerapkan program underwear rules, dan orang tua
mampu menjelaskan dengan baik.

3) Untuk Anak
Dengan adanya program underwear rules diharapkan anak lebih
mudah memahami dan mengetahui bagian-bagian tubuh yang tidak
boleh disentuh orang lain.

4) Untuk STIKes YATSI


Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi institusi sebagai sumber
informasi atau sumber ilmu pengetahuan dan khazanah pustaka.

6. Alasan/ Latar Belakang Penelitian


Anak merupakan generasi penerus bangsa yang memiliki cita-cita dan harapan
masa depan bagi pembangunan bangsa. Oleh karena itu, sudah sepatutnya
anak mendapat perlindungan dari orang tua, keluarga, masyarakat dan negara.
Namun faktanya sampai saat ini masih banyak kasus kejahatan yang dialami
oleh anak sehingga menyebabkan psikis anak terganggu dan tidak mampu
menjalankan kewajibannya dengan baik (Nurbaya, 2019).

Dalam perihal menjamin seseorang anak supaya kehidupannya bisa berjalan


secara normal, negeri sudah membagikan payung hukum ialah undang-
undang no 23 tahun 2002 tentang proteksi anak pasal 1 ayat 1 ialah anak yang
belum berumur 18 (delapan belas) tahun, tercantum anak yang masih dalam
isi. Serta saat ini sudah diganti jadi Undang- Undang No 35 Tahun 2014 yang
isinya menekankan perlunya sanksi pidana serta denda yang lebih berat untuk
pelakon kejahatan terhadap anak spesialnya dalam perihal kekerasan intim
5

yang tujuannya buat membagikan dampak jera untuk pelakon, serta mendesak
langkah konkrit buat memulihkan raga, psikis, serta sosial anak (Pn-
palopo.go.id, 2021).

Pemerintah wilayah Kabupaten Tangerang juga telah menghasilkan peraturan


wilayah (PERDA) Kabupaten Tangerang no 7 tahun 2018 tentang proteksi
wanita serta anak terhadap tindak kekerasan. Perda ini bertujuan buat
menjamin tiap hak- hak wanita serta anak atas kelangsungan hidup,
berkembang, serta kembang, menghindari wujud kekerasan terhadap wanita
serta anak Sebagaimana wujud kekerasan bisa berbentuk kekerasan raga,
psikis, intim, penelantyaran, serta eksploitasi (Perda, 2018).

Freud mendeskripsikan bahwa perkembangan psikoseksual anak melalui


beberapa tahap, yaitu tahap oral (0-01 tahun) merupakan tahap perkembangan
terjadi padatahun pertama dari kehidupan manusia. Fase anal (01-03 tahun)
merupakan tahap dimana kepuasan berpusat pada daerah anus. Fase falik (03-
06 tahun) yaitu anak mulai memperlihatkan dan senang memainkan alat
kelaminnya sendiri, kepuasan pada fase ini berada pada alat kelaminnya
sendiri. Fase laten (06-12 tahun) merupakan masa tenang, dimana setiap
sesuatu yang trekait dengan seksual akan ditekan atau dihambat. Fase genital
(≥ 12 tahun) pada fase ini anak mulai mengalami kematangan organ
reproduksi, anak mulai tertarik dengan lawan jenis.

Kekerasan seksual merupakan salah satu masalah yang sering terjadi pada
anak. Suatu paksaan, ancaman atau keterpercayaan seorang anak dalam
aktivitas seksual termasuk kedalam kekerasan seksual pada anak. Aktivitas
seksual tersebut meliputi melihat, meraba, penetrasi (tekanan), pencabulan dan
pemerkosaan. Dampak kekerasan seksual pada anak dapat berupa fisik,
psikologis, maupun sosial (Paramastri, 2018).
6

Angka kekerasan terhadap anak masih besar di Indonesia. Pada tahun 2018
Kementrian PPPA melaksanakan survey nasional menimpa kekerasan
terhadap anak, menciptakan sebanyak 62% anak wanita serta lelaki hadapi
satu ataupun lebih dari satu wujud kekerasan sejauh hidupnya. Survei itu pula
menciptakan kalau 1 dari 11 anak wanita serta 1 dari 17 anak lelaki hadapi
kekerasan intim, dan kalau 3 dari 5 anak wanita serta setengah dari seluruh
anak lelaki hadapi kekerasan emosional (Comini, 2020).

Prevalensi kekerasan terhadap wanita di Indonesia membuktikan konsistensi


dengan tren global: dekat satu dari 3 wanita sepanjang hidupnya sempat
hadapi kekerasan raga serta intim oleh pendamping serta bukan
pendampingnya. Survei pada tahun 2016 menciptakan kalau nyaris 10%
wanita sempat hadapi wujud kekerasan demikian dalam 12 bulan terakhir.
Berbeda dari sebagian besar negeri lain, wanita Indonesia lebih mungkin
mengalami kekerasan oleh orang lain pula, tidak hanya pendamping (Comini,
2020).

Di Indonesia data yang dikeluarkan oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia


(KPAI) yang dapat kita akses melalui laman (Kpai.Go.Id) dilihat dari kategori
anak berhadapan dengan hukum (ABH) setiap tahunnya memang menjadi
kasus tertinggi dari kategori lainnya seperti kategori keluarga dan pengasuhan
anak, dimana pada tahun 2011 sebanyak 695 kasus, tahun 2012 sebanyak
1413 kasus, tahun 2013 sebanyak 1428 kasus, tahun 2014 mengalami
peningkatan menjadi 2.208 kasus, tahun 2015 sebanyak 1221, dan di tahun
2016 sebanyak 733 kasus, dengan total keseluruhan 7698 kasus (KPAI, 2017).

Fenomena saat ini yang marak terjadi dan angka kejadiannya pun masih
sangat tinggi di kabupaten tangerang yaitu tentang kekerasan pada anak. Dari
data 4 tahun terakhir (2018-2021) tercatat: pada tahun 2018 terjadi pada anak
laki-laki 101 orang, dan anak perempuan 147 orang dengan total korban 248
orang, dengan berbagai macam jenis kasus, dan klasifikasi usia yang berbeda.
7

Pada tahun 2019 terjadi pada anak laki-laki 104 orang, dan anak perempuan
10 orang dengan total korban 275 orang (Dinas Pemberdayaan Perempuan
Dan Perlindungan Anak Kabupaten Tangerang, 2021).

Pada tahun 2020 terjadi pada anak laki-laki 66 orang, dan anak perempuan 86
orang dengan total korban 152 orang. Jenis kasus paling banyak terjadi yaitu:
kekerasan seksual pada anak dengan klasifikasi umur 0-18 tahun dengan total
kasus 71 orang dari 119 orang dengan kasus child abuse yang berbeda. Pada
tahun 2021 terhitung sejak bulan januari hingga april didapatkan laporan yang
terjadi pada perempuan sebanyak 33 orang, laki-laki 13 orang dengan total
keseluruhan 46 orang. Lagi- lagi jenis kasus paling banyak terjadi yaitu:
kekerasan seksual pada anak dengan klasifikasi umur 0-18 tahun dengan total
kasus 22 orang dari 30 orang dengan kasus child abuse yang berbeda.
Kemudian, didapatkan jumlah pengaduan/ laporan tentang perempuan dan
anak korban kekerasan pada kecamatan khususnya pasar kemis, termasuk
kedalam jumlah kasus terbesar ke-2 pada tahun 2020 setelah kecamatan
cikupa dengan total kasus 18 laporan kasus kekerasan (Dinas Pemberdayaan
Perempuan Dan Perlindungan Anak Kabupaten Tangerang, 2021).

Parenting style sangat berperan dalam tahap perkembangan anak. Pola asuh
pada anak dapat dibagi menjadi empat kategori yaitu authoritative
(demokratis), indulgent (permissive), authoritarian (otoriter) dan neglectful
(penelantaran). Dari keempat jenis pola asuh tersebut, dampaknya bagi
perkembangan anak juga berbeda-beda (Anggreani et al., 2018).

Banyaknya kasus child abuse, parenting style yang otoriter dapat dikaitkan
dengan risiko pelecehan anak, didukung oleh penelitian empiris bahwa indeks
observasi dari pola asuh otoriter dikaitkan dengan skor potensi pelecehan anak
dalam (Rodriguez, 2018).
8

Pola asuh orang tua sangat penting untuk mencegah terjadinya kejahatan
seksual baik itu anak pria maupun anak wanita. Langkah perlindungan anak
dari kejahatan seksual juga harus dilakukan. Dalam artian orang tua harus
menjadi tempat pencegahan dan perlindungan pertama anak-anaknya
(Nurbaya, 2019).

The Council of Europe (organisasi kemanusiaan dari Eropa) memperkenalkan


salah satu program Underwear Rule (dalam Syafrina Syaaf, 2014), underwear
rule merupakan suatu pedoman simpel untuk menunjang orang tua dalam
menarangkan kepada kanak- kanak tentang orang lain yang tidak boleh
memegang bagian badan mereka yang ditutup underwear, dan bagaimana
anak wajib bereaksi untuk mencari pertolongan misalnya perihal yang tidak di
idamkan terjadi.

Konsep Underwear Rule yang wajib disampaikan orangtua kepada anak-


anaknya, agar mudah diingat maka diaplikasikan sebagai P A N T S, yaitu:
 P (Privates are private)
 A (Always Remember Your Body Belongings To You)
 N (No Means No)
 T (Talk About Secrets That Upset You)
 S (Speak Up, Someone Can Help)

Ada beberapa tantangan menjadi orang tua yaitu: menjaga anak dari paparan
media yang tidak sehat, menjaga anak dari tetangga atau lingkungan yang
membahayakan, menjauhkan diri dan anak dari tindak kekerasan (purwati,
heny nyimas et.al, 2017).

Sedangkan tantangan bagi perawat sendiri yaitu: mengajarkan kepada orang


tua untuk siaga terhadap tanda-tanda perlakuan kekerasan pada anak (abuse)
contohnya anak yang menarik diri atau berperilaku kekerasan. Mengajarkan
kepada orang tua tentang faktor resiko anak mengalami kekerasan seperti:
9

depresi, sering dimarahi, perilaku penganiayaan, tidak aman (purwati, heny


nyimas et.al, 2017).

Dengan terus konsisten menerapkan program underwear rules ini diharapkan


anak dapat menjaga dirinya dari orang-orang yang berniat melakukan
kejahatan seksual sehingga anak dapat melakukan pencegahan dan
perlindungan terhadap dirinya. Program underwear rules ini juga dapat
memudahkan orang tua untuk membuka pembicaraan mengenai seks dengan
anak agar anak dapat melindungi dirinya dari kejahatan seksual (Nurbaya,
2019).

7. Masalah Etik (nyatakan pendapat anda tentang masalah etik yang


mungkin akan dihadapi).
Kurangnya waktu penelitian, dan ditakutkan responden mengundurkan diri
atau tidak menyelesaikan pengisian kuesioner pada saat dilakukan penelitian.

8. Bila penelitian ini menggunakan subyek manusia, sebutkan alasan untuk


melakukan penelitian ini langsung pada manusia.
Agar peneliti dapat mengetahui apakah ada hubungan antara parenting style
dengan tingkat pengetahuan orangtua tentang pendidikan seksula khususnya
masalah underwear untuk mencegah terjadinya kekerasan seksual pada anak.

9. Prosedur eksperimen (cara/metoda, frekuensi, dan interval intervensi


yang akan dilakukan).
Prosesur penelitian ini menggunakan teknik alat ukur skala likert untuk
mengukur parenting style dengan mengadaptasi Parenting Practice
Questionnaire (PPQ). Sedangkan untuk pengukuran kuesioner Tingkat
Pengetahuan Orangtua Tentang Pendidikan Seksual (Underwear Rules)
Terhadap Pencegahan Child Sexual Abuse menggunakan skala guttman.
Untuk melihat apakah ada atau tidak hubungan antara parenting style, tingkat
pengetahuan orangtua tentang pendidikan seksual (underwear rules) dengan
10

pencegahan child sexual abuse pada orang tua yang memiliki anak usia 0-18
tahun yang akan dilakukan penelitian yaitu:
9.1 Tahap Persiapan
Tahapan awal yang perlu peneliti lalui adalah sudah ACC Bab 1-4 dan
sudah lolos uji palgiat di bawah 20%. Selanjutnya mengajukan proposal
untuk dilakukan uji etik sehingga dinyatakan layak untuk melanjutkan
penelitian. Setelah mendapatkan surat izin dari Tim LPPM STIKes YATSI
Tangerang, peneliti mengajukan permohonan surat izin penelitian kepada
STIKes YATSI Tangerang yang akan ditujukan kepada Ketua RT. 12
Perum Wisma Mas 2. Seteleh semua surat sudah lengkap peneliti
mengkonfirmasi tempat penelitian dan menjelaskan apa yang ingin di
lakukan di kawasan perumahan tersebut, karna peneliti sudah melakukan
studi pendahuluan sebelumnya sehingga sudah tau apa yang ada di dalam
perumahan tersebut dan proses perizinanya. Peneliti menggunakan lembar
observasi ini di gunakan untuk mengukur parenting style apa yang
diterapkan oleh orangtua terhadap anaknya dan tingkat pengetahuan orang
tua tentang pendidikan seksual (underwear rules) terhadap pencegahan
child sexual abuse.

Peneliti akan memberikan penjelasan tentang prosedur penelitian, jika


partisipan sudah memahami dan bersedia ikut serta dalam penelitian maka
penelitian akan meminta partisipan menandatangani lembar persetujuan
menjadi partisipan dilanjutkan dengan mengisi lembar identitas partisipan
untuk melengkapi data dalam penelitian ini. Selanjutnya peneliti
melakukan kontrak waktu dan tempat untuk dilakukan proses pengisian
lembar kuesioner sesuia dengan keinginan partisispan. Pelaksanaan
pengisian kuesioner dapat dilakukan dari pagi dan sore hari sekitar pukul
08.00 sampai 15.00 tidak boleh menggangu waktu makan siang dan waktu
malam para responden. Peneliti juga akan langsung membina hubungan
saling percaya dengan partisipan. Selain itu, peneliti akan menyiapkan
11

peralatan yang akan digunakan selama proses pengisian kuesioner berupa


lembar persetujuan.

9.2 Tahap Pelaksanaan


Peneliti menyebar kuesioner penelitian secara bertahap dikarenakan
banyaknya cluster/ blok dan peneliti akan menyiapkan kertas lembar
kuesioner. Penelitian ini nantinya dilakukan pada orangtua yang memiliki
anak usia (0-18 tahun) di di perum wisma mas 2, rt.12 pasar kemis yang
berjumlah 191 orang dari total keseluruhan 207 orangtua yang sesuai
dengan kriteria.

Blok perum. Wisma mas 2, rt.12 Jumlah

Mahoni akasia 20 orang

Akasia jati 26 orang

Palem mahoni 20 orang

Sawit pinus 24 orang

Perintis raya 28 orang

Perintis satu 24 orang

Perintis dua 25 orang

Perintis tiga 24 orang

Total 191 orang

10. Bahaya langsung maupun tidak langsung yang mungkin akan terjadi dan
cara untuk mengatasinya.
Tidak ada bahaya yang akan ditimbulkan dalam penelitian ini dikarnakan
dalam penelitian ini tidak ada unsur yang memapilkan pornografi hanya untuk
mengetahui sejauh mana pemahaman orangtua terkait underwear rules agar
orangtua mampu berkomunikasi dengan anak mengenai sex education dengan
12

baik. Selain itu juga peneliti hanya melihat parenting style yang seperti apa
yang kebanyakan diterapkan oleh orang tua.

11. Pengalaman terdahulu (sendiri atau orang lain) dari tindakan yang
hendak diterapkan.
Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh (Dewi, 2016) tentang hubungan
pola asuh orangtua dengan perilaku kekerasan pada anak usia sekolah di dusun
kwarasan gampling sleman yogyakarta menunjukan bahwa ada hubungan
antar pola asuh orang tua dengan perilaku kekerasan pada anak usia
sekolah dengan nilai p = 0,033 (p<0,05) dan memiliki keeratan hubungan
sedang dengan nilai 0,423.

Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh (fitriani, 2020) di diwilayah


kerja Puskesmas Empagae. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa
adanya hubungan pengetahuan dengan pencegahan kekerasan seksual, bahwa
semakin tinggi pengetahuan orangtua, semakin mendukung sikap orangtua
dalam mencegah kekerasan seksual pada anak. Akan tetapi peneliti berarsumsi
bahwasanya pengetahuan tidak hanya dapat diukur dari pendidikan formal
semata karena pengetahuan juga dapat didapatkan berdasarkan pengalaman,
teman maupun keluarga ataupun lingkungan sekitar sehingga kita tidak boleh
menuntut bahwa orang yang tidak berpendidikan tidak memiliki pengetahuan.
Hal ini sejalan dengan penelitian terdahulu (maemunah, 2016) di Desa
Banjararum Mondoroko Utara RW 05 Singosari. Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan bahwa adanya hubungan pengetahuan ibu tentang sexual abuse
dengan sikap pencegahan sexual abuse pada anak 3- 6 tahun. Penelitian
tersebut menjelaskan bahwa semakin tinggi pengetahuan orangtua, semakin
mendukung sikap orangtua dalam mencegah sexual abuse.

12. Bila penelitian ini menggunakan klien yang sakit dan dapat memberi
manfaat untuk subyek yang bersangkutan, uraikan manfaat itu.
13

Penelitian ini dilakukan pada orangtua yang memiliki anak usia 0-18 tahun.
Manfaat penelitian ini bagi partisipan adalah partisipan lebih faham mengenai
pendidikan seksual (khususnya masalah “underwear rules”) dan cara
berkomunikasi perihal sex education kepada anak-anak dengan menerapkan
program underwear rules, dan orang tua mampu menjelaskan dengan baik.
Selain itu dapat mengetahui selain itu partisipan dapat mengetahui parenting
style yang seperti apa yang baik diterapkan dalam mengasuh anak.

13. Bagaimana cara memilih subjek?


Populasi dalam penelitian ini adalah orangtua yang memiliki anak usia (0-18
tahun). Teknik pengambilan sampel menggunakan probability sampling yaitu
cluster samplin. Sampel yang diambil berdasarkan pertimbangan peneliti
sendiri. sempel penelitian berjumlah 33 orang sesuai dengan kriteria inklusi
dan ekskusi.

Pengkaji mengambil semua orangtua baik ayah ataupun ibu yang memenuhi
kriteria yang dapat mewakili keberadaan dari suatu populasi yang benar. Agar
sampel tidak menyimpang maka kriteria inklusi dan eksklusi perlu
ditambahkan pada sampel yang akan digunakan.
a) Kriteria inklusi
1) Orangtua yang memiliki anak usia (0-18) tahun di wisma mas 2 rt. 12
2) Bersedia menjadi responden.
3) Dapat membaca dan menulis.

b) Kriteria eklusi
1) Orang lain seperti baby sitter dan saudara kandung yang mengasuh
anak usia (0-18) tahun.
2) Responden tidak/ kurang koperatif.
14

3) Responden mengundurkan diri sata penelitian sedang berlangsung.

14. Jelaskan cara pencatatan selama penelitian dan penyimpanan

data setelah penelitian?


Metode pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah dengan mengukur
parenting style dan tingkat pengetahuan orangtua tentang pendidikan seksual
(underwear rules) terhadap pencegahan child sexual abuse. Data penelitian
yang akan dilakukan yaitu 1) hanya menulis kode pada lembar data atau hasil
penelitian yang akan di sajikan dan hanya menulis initial responden di setiap
lembar observasi penelitian 2) membuat hasil lembar observasi dengan
menggunakan SPSS untuk mendapat hasil dari jenis pola asuh seperti apa
yang banyak diterapkan oleh orangtau dan tingkat pengetahuan orang tua
tentang pendidikan seksual khususnya underwear rules terhadap pencegahan
kekerasan seksual pada anak yang akan disimpan dalam bentuk soft file dan
print out, peneliti akan memberikan kode pada hasil kuesioner dan file
penyimpanan untuk setiap partisipan. 3) data penelitian hanya di laporkan dan
diberikan kepada pihak STIKes Yatsi dalam bentuk skripsi dan data lengkap
atau arsip tidak disebar luaskan ke khalayak ramai. Dan akan menyimpan data
hasil penelitian di laptop peneliti selama 3 tahun setelah itu akan di hapus
untuk menjaga kerahasiaan.

15. Bila penelitian ini menggunakan subyek manusia, jelaskan bagaimana


cara memberitahu dan mengajak subyek (lampirkan contoh surat
persetujuan menjadi subyek/partisipan penelitian dan rincian informasi
yang diberikan)

Peneliti akan mengidentifikasi calon partisipan yang sesuai dengan kriteria


yang akan dilakukan penelitian. Kemudian peneliti akan melakukan pemilihan
sempel dengan sistem cluster sampling, yaitu teknik pengambilan sampel
dengan cara mengelompokan sampel berdasarkan wilayah atau lokasi populasi
dengan responden pada setiap subpopulasi bersifat heterogen. Peneliti akan
15

memulai dengan perkenalan diri peneliti kepada responden kemudian


menjelasakan tentang tujuan, manfaat, prosedur penelitian, serta risiko yang
mungkin terjadi dalam penelitian ini. Jika responden setuju terlibat dalam
penelitian maka peneliti akan meminta responden untuk menandatangani
lembar informasi penelitian dan lembar persetujuan responden.

16. Bila penelitian ini menggunakan subyek manusia, apakah subyek dapat
ganti rugi bila ada gejala efek samping? Berapa besarnya penggantian
tersebut?
Penelitian ini tidak menimbulkan risiko bahaya yang mengancam jiwa
partisipan. Peneliti akan menerapkan etik penelitian secara konsisten untuk
meminimalkan risiko yang terjadi selama kegiatan penelitian. Selama proses
pengambilan data penelitian kemungkinan akan muncul perasaan kurang
nyaman dari partisipan karena kuesioner yang akan diisi oleh partisipan
lumayan banyak. Prinsip etik yang berkaitan dengan masalah tersebut adalah
beneficence dan non-malfeficence, di mana prinsip ini bertujuan peneliti harus
meminimalkan bahaya dan memberikan manfaat sebesar-besarnya untuk
partisipan (Polit & Beck, 2012). Selama proses pengisian kuesioner yang
mungkin muncul perasaan kurang nyaman pada partisipan yang dapat
diminimalisir dengan cara peneliti menjelaskan secara rinci maksud, tujuan,
dan manfaat penelitian yang dilakukan serta prinsip etik yang digunakan
selama proses penelitian; proses penelitian dilakukan di tempat yang dirasakan
nyaman, waktu pengambilan data disepakati bersama partisipan dan peneliti,
partisipan berhak untuk tidak memberikan informasi yang tidak ingin
disampaikan. Selama proses pengisian kuesioner partisipan dapat berhenti
sejenak bila merasa tidak nyaman atau berhenti tanpa ada paksaan ataupun
sanksi apapun.

17. Nama dan alamat tim peneliti dan sponsor


Nama peneliti : YESI OLINDA
Alamat Peneliti : Perum Wisma Mas 2, Blok J1. No. 2, Kutajaya 2,
16

Pasar Kemis, Tangerang-Banten


Sponsor : Tidak ada

INFORMASI PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Peneliti : YESI OLINDA

Nim : 17214167

Alamat : Perum Wisma Mas 2, Blok J1. No. 2, Kutajaya 2, Pasar Kemis,
Tangerang-Banten

No. Telp : 081373331374

Pekerjaan : Mahasiswa program studi S1 Keperawatan STIKes YATSI

Mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu menjadi partisipan penelitian yang akan


saya lakukan, dengan judul “Hubungan Antara Parenting Style, Tingkat
Pengetahuan Orang Tua Tentang Pendidikan Seksual (Underwear Rules) Dengan
Pencegahan Child Sexual Abuse Di Perum Wisma Mas 2, Rt. 12 Pasar Kemis”.
Bersama ini saya menjelaskan beberapa hal yang terkait dengan penelitian yang
akan saya lakukan yaitu:

1. Partisipasi orangtua bersifat sukarela tanpa paksaan. Orangtua di beri


kesempatan untuk menanyakan semua hal yang kurang jelas sehubungan
17

dengan penelitian. Orangtua mempunyai hak untuk menolak ikut serta dalam
penelitian ini. Orangtua juga berhak mengundurkan diri setiap saat tanpa
mendapatkan sanksi maupun kehilangan keuntungan yang menjadi hak
orangtua sebelum ikut dalam penelitian ini.
2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara parenting style dan
tingkat pengetahuan orang tua tentang pendidikan seksual (underwear rules)
dengan pencegahan child sexual abuse.

3. Manfaat penelitian adalah agar orangtua lebih faham mengenai pendidikan


seksual (khususnya masalah “underwear rules”) dan cara berkomunikasi
perihal sex education kepada anak-anak dengan menerapkan program
underwear rules, dan orang tua mampu menjelaskan dengan baik, serta pola
asuh yang baik untuk di terapkan dalam pengasuhan anak.
Penelitian ini akan dilakukan pengukuran mengenai parenting style dengan alat
ukur skala likert dan pengukuran tingkat pengetahuan orangtua tentang
pendidikan seksual (underwear rules) dengan pencegahan child sexual abuse
di Perum Wisma Mas 2, Rt. 12 Pasar Kemis, nantinya kuesioner ini akan diiisi
oleh orangtua yang memiliki anak usia 0-18 tahun.
4. Peneliti akan menjamin kerahasiaan informasi melalui penggunaan inisial pada
identitas serta kata sandi (password) pada pengaksesan data partisipan. Peneliti
akan menjamin data penelitian hanya di laporkan dan diberikan kepada pihak
Rukun Tetangga (RT) Perum Wisma Mas 2 sesuai intruksi dari kedua belah
pihak, serta STIKes Yatsi dalam bentuk skripsi dan data lengkap atau arsip
tidak disebar luaskan ke khalayak ramai. Peneliti akan menyimpan data hasil
penelitian di laptop peneliti selama 3 tahun setelah itu akan di hapus untuk
menjaga kerahasiaan.
5. Apabila siswi menyetujui untuk mengikuti proses penelitian ini, maka siswi di
persilahkan menandatangani lembar persetujuan dan dapat bekerjasama dalam
proses penelitian ini.
18

Demikian permohonan ini saya buat, atas kerjasama yang baik saya ucapkan
terimakasih.

Tangerang, 17 Juni 2021

(Peneliti)

(INFORMED CONSENT)
SURAT PERSETUJUAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama Inisial :

Setelah mendapat persetujuan keterangan secukupnya serta menyadari manfaat


dari penelitian yang berjudul “HUBUNGAN ANTARA PARENTING STYLE,
TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG PENDIDIKAN
SEKSUAL (UNDERWEAR RULES) DENGAN PENCEGAHAN CHILD
SEXUAL ABUSE DI PERUM WISMA MAS 2, RT. 12 PASAR KEMIS” saya
menyatakan bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini, yang
dilakukan oleh Yesi Olinda mahasiswa jurusan S1 Keperawatan STIKes YATSI
Tangerang. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan tanpa
paksaan dari pihak manapun.
19

Tangerang, 16 Juni 2021

(Responden)

LEMBAR KUESIONER

HUBUNGAN ANTARA PARENTING STYLE, TINGKAT PENGETAHUAN


ORANG TUA TENTANG PENDIDIKAN SEKSUAL (UNDERWEAR
RULES) DENGAN PENCEGAHAN CHILD SEXUAL ABUSE DI PERUM
WISMA MAS 2, RT. 12 PASAR KEMIS

KUESIONER PARENTING STYLE

Petunjuk Pengisian:
 Bacalah lembar penjelasan penelitian dengan seksama
 Mohon angket ini diisi untuk menjawab seluruh pernyataan yang ada.
 Isilah terlebih dahulu data demografi sesuai dengan keadaan/ kondisi
saudara saat ini dengan tanda centang (√)
 Berilah tanda silang (x) pada kolom yang tersedia dan pilihlah sesuai
keadaan yang sebenarnya.
 Ada lima alternatif jawaban, yaitu:
 Tidak setuju (TS)
 Cukup setuju (CS)
 Kurang setuju (KS)
 Setuju (S)
 Sangat setuju (SS)
20

A. Data demografi
1. Apa peran saudara sebagai otangtua?
a. Ayah
b. Ibu
2. Berapakah usia saudara saat ini?
a. 18 – 40 tahun
b. 41 – 60 tahun
c. ≥ (lebih dari) 61 tahun

3. Apa tingkat pendidikan terakhir saudara?


a. Tidak sekolah
b. Sekolah dasar (SD)
c. Sekolah menengah pertama (SMP)
d. Sekolah menengah atas/kejuruan (SMA/SMK)
e. Perguruan tinggi
4. Apa status pekerjaan saudara saat ini?
a. Bekerja
b. Tidak bekerja
5. Berapa penghasilan saudara/ keluarga dalam sebulan?
a. ≤ (kurang dari) Rp. 4.230.792,62
b. Rp. 4.230.792,62
c. ≥ (lebih dari) Rp. 4.230.792,62

No. Pertanyaan TS CS KS S SS
Saya bertanggung jawab atas perasaan dan
1.
kebutuhan anak saya
Saya menggunakan hukuman fisik sebagai cara
2.
untuk mendisiplinkan anak
3. Saya mempertimbangkan keinginan anak lebih
21

dulu sebelum memintanya melakukan sesuatu


Bila anak menanyakan mengapa dia harus
melakukan sesuatu, saya menjawab karena
4.
saya yang menyuruh, atau saya adalah orang
tuanya dan hal itu yang saya inginkan
Saya menjelaskan pada anak bagaimana
5. perasaan saya tentang perilakunya yang baik
dan yang buruk
Saya memukul anak ketika anak tidak
6.
mematuhi aturan
Saya meyakinkan anak untuk berbicara
7.
mengenai perasaan dan masalah-masalahnya

Saya merasa kesusahan dalam mendisiplinkan


8.
anak
Saya meyakinkan anak untuk menyatakan
9. perasaannya dengan bebas, meskipun dia tidak
setuju dengan saya
Saya memberikan hukuman pada anak berupa
larangan melakukan haknya dengan sedikit
10.
penjelasan (misal dilarang menonton tv,
bermain dengan teman atau bermain game)
Saya memberikan alasan mengapa aturan harus
11.
ditaati pada anak
Saya memberikan kenyamanan dan pengertian
12.
ketika anak marah

Saya berteriak atau menghardik anak ketika


13.
anak berlaku tidak pantas atau nakal

Saya memberikan pujian pada anak ketika


14.
melakukan kebaikan
Saya membiarkan anak melakukan sesuatu
15.
yang dapat membahayakan dirinya
Ketika saya sangat marah, saya melampiaskan
16.
kepada anak
22

Saya lebih sering menggunakan ancaman


17.
sebagai bentuk hukuman

Saya mempertimbangkan pilihan anak dalam


18. merencanakan sesuatu untuk keluarga (misal
liburan bersama)

Saya menghukum anak ketika tidak patuh


19. dengan tidak emosi dan tetap memberikan
kenyamanan

Saya menggunakan ancaman untuk


20. menghukum anak dan tidak benar-benar
melakukannya
Saya menghargai pendapat anak dan
21.
mendorongnya untuk mengungkapkan
Saya mengijinkan anak untuk terlibat dalam
22.
membuat peraturan keluarga
Saya memarahi dan mengkritik anak supaya dia
23.
memperbaiki kelakuannya
24. Saya memanjakan anak
Saya memberikan alasan/ penjelasan lebih dulu
25.
pada anak mengapa peraturan harus ditaati
Saya menggunakan ancaman sebagai bentuk
26. hukuman dengan sedikit atau tanpa
pertimbangan
Saya meluangkan waktu dengan suasana hangat
27.
dan akrab dengan anak
Saya menghukum anak dengan mengurung
28. anak sendirian dengan tidak memberikan
penjelasan/ sedikit penjelasan
Saya membantu anak untuk memahami
dampak dan konsekuensi dari perilakunya
29. dengan cara mengajak anak untuk
membicarakan tentang akibat dari tindakannya
sendiri
30. Secara terang-terangan saya memarahi atau
23

mengkritik anak bila perilaku anak tidak sesuai


dengan yang saya harapkan
Saya menjelaskan konsekuensi dari perilaku
31.
yang dilakukan anak
Saya menampar anak ketika tidak suka dengan
32.
apa yang dilakukannya atau dikatakannya
24

Kuesioner Tingkat Pengetahuan Orangtua Tentang Pendidikan Seksual


(Underwear Rules) Terhadap Pencegahan Child Sexual Abuse

Petunjuk Pengisian:
 Bacalah lembar penjelasan penelitian dengan seksama.
 Isilah pertanyaan dengan jawaban yang sesuai dengan kondisi saudara saat
ini dengan memberikan tanda centang (√) untuk jawaban yang dianggap
tepat pada kolom “BENAR” atau pada kolom “SALAH”.

No. Pertanyaan Benar Salah

Kekerasan seksual pada anak adalah suatu perbuatan yang


1. dilakukan orang dewasa dimana anak sebagai pemuas kebutuhan
seksual

Mengajak anak melihat pornografi pada film/ gambar adalah


2.
bentuk kekerasan seksual

Memasukan jari atau benda asing pada alat kelamin anak


3
merupakan suatu kekerasan seksual secara fisik terhadap anak

Keluarga (ayah, kakak, kakek, paman, dll) dan tetangga/ orang


4.
asing dapat menjadi pelaku kekerasan seksual pada anak

Anak dijanjikan barang yang disukai dan diinginkan agar


5.
mengikuti perintah pelaku kekerasan seksual

Anak menarik diri secara tiba-tiba dari lingkungan dapat


6.
dicurigai mengalami perlakuan kekerasan seksual

Tanda-tanda anak yang mengalami kekekrasan seksual:


 Anak mengeluh sakit perut saat BAK (Buang Air Kecil)
dan mengalami pelebaran pada anus tanpa diketahui
penyebabnya dapat dicurigai terjadinya kekerasan
7. seksual.
 Sulit berjalan atau duduk karena nyeri diarea genital atau
anal
 Memiliki penyakit menular seksual, bahkan sampai
dengan kehamilan
25

Anak boleh dekat dengan siapapun (dalam pengawasan orangtua)


8.
untuk mengajarkan anak tentang sosialisasi

Orangtua mengajarkan pendidikan seksual kepada anak sejak


9.
dini

Membekali anak informasi yang bertanggung jawab tentang


10.
seksual dapat terhindar dari sumber yang menyimpang

Anak tidak perlu diberikan informasi tentang perbedaan peran


11.
dan bentuk tubuh laki-laki dan perempuan

Menjelaskan alat kelamin sesuai dengan fungsinya adalah cara


12.
yang baik untuk diajarkan

Orangtua dapat mengajarkan pendidikan seksual hanya ketika


13. anak bertanya dan pendidikan seksual tidak cukup jika hanya
diberikan satu kali kepada anak

Program underwear rules adalah panduan orangtua dalam


14. memberikan pendidikan seksual dengan aturan area tubuh yang
ditutupi pakaian dalam harus dilindungi

Program underwear rules mempermudah komunikasi orangtua


15.
dalam mengajarkan pendidikan seksual pada anak

Program underwear rules mengajarkan kepada anak untuk peduli


16.
dan melindungi dirinya sendiri dari sentuhan orang lain

Tidak boleh ada orang yang melihat atau menyentuh area tubuh
17.
anak yang ditutupi pakaian dalam dan begitupun sebaliknya

Siapapun tidak boleh menyentuh area yang tertutupi pakaian


18. dalam anak, termasuk tim kesehatan yang akan melakukan
pemeriksaan

Bagian yang boleh disentuh oleh orang lain mulai dari atas
kepala ke bahu, dan dari lutut ke bawah. Sedangkan bagian yang
19.
tidak boleh disentuh yaitu dari bawah bahu ke atas lutut termasuk
pakaian yang tertutup oleh underwear

Pelaku mengancam untuk merahasiakan kejadian kekerasan


20. seksual yang dialami anak kepada orangtua, dimana rahasia
tersebut membuat anak menjadi takut, sedih, dan gelisah

21. Anak dapat menceritakan kecemasan akibat kekerasan seksual


26

kepada orang lain yang dipercaya seperti orangtua, guru, polisi,


dan perawat

Orangtua perlu memberikan dukungan agar tumbuh rasa percaya


22. diri anak untuk menceritakan rahasia kekerasan seksual yang
dialami oleh anak

Anda mungkin juga menyukai