DOI: 10.31289/diversita.v6i1.3582
Jurnal Diversita
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/diversita
Abstract
The purpose of this study is to determine the effectivities of sex education for improving the knowledge and skill of
teachers and parents as an effort to prevent sexual violence against children. This research uses quantitative
methods with the experiment. This experiment research was conducted in 4 session. The subject of this study were 25
people who are teachers and parents of three different kindergartens in the Rangkah Region. The measurement that
was used a questionnaire of understanding sexual violence that designed by Dina Setya Rahaman (2015), and consist
of 31 items with a reliability 0.61. Researcher analyzed data using paired samples statistics through the SPSS 21 for
windows application. The result of the analysis indicates that sex education can improve understanding of teachers
and parents related sexual violence. The significance of the gain score of sexual violence is 0.000 (sig. <0.005), so the
conclusion is there are significant differences related to understanding sexual violence between before and after the
sex education to teachers and parents.
Keywords: Sex Education; Sex Violence; Children.
How to Cite: Joni, I.D.A.M. & Surjaningrum, E. R. (2020). Psikoedukasi Pendidikan Seks Kepada Guru
dan Orang tua Sebagai Upaya Pencegahan Kekerasan Seksual Pada Anak, Jurnal Diversita, 6(1): 20-27.
20
I Dewa Ayu Maythalia Joni & Endang R. Surjaningrum, Psikoedukasi Pendidikan Seks
mempertontonkan alat kelamin pada anak, seksual pada anak. Pendidikan dapat
mempertontonkan gambar atau video yang diberikan saat anak usia golden age atau
menayangkan seksualitas, mengambil foto anak prasekolah dengan rentang usia 3-6
atau video anak dalam keadaan tidak tahun yang dapat dilakukan secara formal
memakai pakaian (tidak senonoh), maupun informal. Pendidikan seks usia
mengucapkan istilah yang mengandung dini dapat diberikan kepada anak dengan
unsur seksual maupun pornografi, hingga penjelasan kepada anak terkait kondisi
memperjualbelikan foto atau video yang tubuhnya, lawan jenis, serta penjelasan
mengandung unsur pornografi pada anak untuk menghindari diri dari kekerasan
(Maharani, 2015). seksual.
Sebagian besar pelaku merupakan Tujuan utama pendidikan seks adalah
orang yang dikenal oleh korban maupun sebagai upaya pencegahan pelecehan
keluarga. 30% pelaku kekerasan seksual maupun kekerasan seks terhadap anak di
pada anak paling sering dilakukan oleh bidang pendidikan dengan membantu anak
saudara laki-laki, ayah, paman, maupun dapat terampil dalam mengidentifikasi
sepupu. Sekitar 60% merupakan kerabat situasi-situasi berbahaya sehingga dapat
keluarga seperti teman dari keluarga mencegah terjadinya pelecehan seks, serta
pengasuh maupun tetangga sekitar, 10% mengajarkan pada anak bentuk-bentuk
selanjutnya dilakukan oleh orang asing sentuhan yang tidak baik, bagaimana cara
(Whealin, dalam Diana 2017). Oleh karena menolak atau mengakhiri interaksi dengan
itu, kekerasan seksual pada anak dapat pelaku atau orang yang mencurigakan,
dilakukan oleh siapa saja dan di mana saja serta bagaimana meminta pertolongan jika
termasuk di rumah maupun sekolah. berada di situasi membahayakan
Sekolah merupakan rumah kedua (Finkelhor, 2008). Hal tersebut
bagi anak di mana anak menghabiskan menunjukkan bahwa rangkaian pendidikan
waktu dengan guru yang berperan sebagai seks yang telah disebutkan dapat
orangtua di sekolah. Idealnya, orang tua berkontribusi untuk memproteksi anak
dan guru merupakan sosok yang sejak dini dalam lingkungan yang rentan
melindungi anak dari potensi bahaya pada terjadinya kejahatan perilaku seksual.
lingkungan sekitar. Peran guru secara Berdasarkan rangkuman wawancara
umum adalah mendorong siswa agar peneliti dengan kepala sekolah dan guru
mampu menyerap penyebaran informasi, pada tiga Taman Kanak-Kanak (TK) yang
pembentukan sikap, dan keterampilan terdapat di daerah Ploso, terjadinya
(Pramono, 2014). Hal tersebut termasuk kekerasan seksual pada anak dapat
pendidikan seks pada anak sebagai upaya disebabkan oleh perubahan jaman
untuk mencegah terjadinya kekerasan teknologi yang semakin canggih. Anak
seksual pada anak. dengan mudah dapat mengakses hal-hal
Pendidikan seks merupakan upaya yang kurang senonoh dari sosial media
yang sebaiknya diberikan sejak dini untuk tanpa memperoleh penjelasan yang benar
mengurangi jumlah korban kekerasan terkait seksualitas. Oleh karena itu,
22
I Dewa Ayu Maythalia Joni & Endang R. Surjaningrum, Psikoedukasi Pendidikan Seks
kerentanan anak usia dini menjadi korban seksual sebagai upaya pencegahan
kekerasan seksual disebabkan oleh terjadinya kekerasan seksual terhadap
pemahaman yang kurang terkait anak.
seksualitas serta orang-orang sekitar yang Tujuan penelitian ini adalah
memiliki tendensi untuk melakukan mengukur efektivitas pendidikan seks
kekerasan seksual pada anak. terhadap pengetahuan guru dan orang tua
Pada tahun 2016, terdapat kasus sebagai upaya pencegahan kekerasan
kekerasan seksual pada anak yang seksual pada anak. Dengan demikian
bersekolah di TK X daerah Ploso. Anak melalui penelitian ini, dapat memberikan
tersebut menjadi korban kekerasan kontribusi dalam dunia psikologi klinis
seksual yang dilakukan oleh bapak tirinya. serta pendidikan untuk mencegah
Hal tersebut dapat terjadi karena terjadinya kekerasan seksual pada anak.
kurangnya pemahaman bahaya potensi
terjadi kekerasan seksual pada anak yang METODE PENELITIAN
dilakukan oleh orang sekitar. Selain itu, Penelitian ini menggunakan
orang tua juga kerap mengenakan baju pendekatan kuantitatif dengan tipe
minim pada anaknya. eksperimen. Peneliti menggunakan dua
Menurut orang tua siswa pada tiga TK variable dalam penelitian ini yaitu,
di daerah Ploso, pemakaian baju minim pendidikan seks sebagai variabel bebas
pada anak merupakan hal yang biasa di (X) dan pemahaman orang tua terhadap
lingkungan. Namun hal tersebut dapat kekerasan seksual sebagai variabel terikat
meningkatkan potensi anak untuk menjadi (Y). Pendidikan seks merupakan
korban kekerasan seksual. pendidikan seksualitas yang komprehensif
Ketidakwaspadaan orang tua terhadap meliputi dimensi biologis, sosiokultural,
potensi bahaya dapat menjadi faktor psikologis dan spiritual agar individu
penunjang terjadinya kekerasan seksual. mampu melakukan proteksi diri dan
Guru dan orang tua sebagai membuat keputusan yang bertanggung
lingkungan mikrosistem terdekat anak jawab (Haffner, 1990).
dapat mengajarkan anak pendidikan seks Penelitian teknik sampling yang
untuk mencegah terjadinya kekerasan digunakan dalam penelitian ini adalah
seksual. Selain dapat mengajarkan purposive sampling yang mana peneliti
langsung pada anak, guru dan orang tua menetapkan kriteria seperti memiliki atau
dapat menyebarluaskan informasi yang terlibat dengan anak pra sekolah, bisa
didapatkan dari psikoedukasi pendidikan membaca dan menulis, mempunyai waktu
seks kepada orang tua lainnya melalui luang untuk mengikuti sesi penelitian,
organisasi, komunitas maupun interaksi serta memiliki keinginan untuk kooperatif
bersama tetangga sekitar. Dengan selama proses psikoedukasi berlangsung.
demikian, penelitian ini dapat memberikan Penelitian ini melibatkan 10 orang guru
pengaruh terhadap pengetahuan guru dan 15 orang tua murid dari 3 taman
maupun orang tua terhadap kekerasan kanak-kanak (TK) yang berbeda di daerah
23
Jurnal Diversita, 6 (1) Juni 2020: 20-27.
24
I Dewa Ayu Maythalia Joni & Endang R. Surjaningrum, Psikoedukasi Pendidikan Seks
25
Jurnal Diversita, 6 (1) Juni 2020: 20-27.
26
I Dewa Ayu Maythalia Joni & Endang R. Surjaningrum, Psikoedukasi Pendidikan Seks
27