Dosen Pengampu :
Dra. Kasmiati,M.Pd
Disusun Oleh :
Dini Sanita A1F121085
PEMBAHASAN :
A. Definisi Kekerasan Seksual
Kekerasan Seksual adalah setiap perbuatan merendahkan, menghina, melecehkan, dan/atau
menyerang tubuh, dan/atau fungsi reproduksi seseorang, karena ketimpangan relasi kuasa
dan/atau gender, yang berakibat atau dapat berakibat penderitaan psikis dan/atau fisik
termasuk yang mengganggu kesehatan reproduksi seseorang dan hilang kesempatan
melaksanakan pendidikan dengan aman dan optimal. Apa itu “ketimpangan relasi kuasa
dan/atau gender”?
Menurut Komnas Perempuan (2017), “ketimpangan relasi kuasa dan/atau gender” adalah
sebuah keadaan terlapor menyalahgunakan sumber daya pengetahuan, ekonomi dan/ atau
penerimaan masyarakat atau status sosialnya untuk mengendalikan korban. Berdasarkan
jenisnya, kekerasan seksual dapat digolongkan menjadi kekerasan seksual yang dilakukan
secara: verbal, nonfisik, fisik, dan daring atau melalui teknologi informasi dan komunikasi.
Sejauhmana media sosial dan dunia maya mempengaruhi jumlah kasus kekerasan
pada anak?
Memang media sosial ini kan alat saja sebenarnya, sama kaya tools lain. Bisa fungsinya
tergantung bagaimana kita memegang alat itu, negatif atau positif. Dalam konteks kekerasan
pada anak, memang banyak kasus-kasus yang bermula dari media sosial atau internet.
Kemudian saling mem-bully antara mereka, termasuk kekerasan seksual terjadi. Terakhir
terkait dengan 'bikini party' ini. Itu Karena internet jangkauannya luas sekali yah. Tapi itu
bisa dicegah. Dampaknya memang pada pemakai anak-anak yang tidak tahu dan mengilah,
termasuk pornografi online juga tidak bisa mengelak dari anak-anak.
Pernah melaporkan konten yang menimbulkan pelecehan seksual atau kekerasan
anak?
Sering, laporan kan ada web yang terkait pornografi. Kami sampaikan ke Kominfo, dan
menurut mereka sering diblokir. Tapi banyak muncul nama baru. Tapi isi yang hampir sama.
Jumlahnya banyak, saya nggak hafal. Itu sudah dilakukan sejak lama.
Adakah perbandingan jumlah kekerasan atau pelecehan pada anak sebelum dan
sesuadah media sosial ini ramai?
Kalau kontribusinya seberapa besar, kita belum pernah meneliti. Tetapi dari sisi pengaruhnya
cukup dahsyat lewat media sosial. Kekerasan yang berakibat pada anak. Justru kekerasan
seksual banyak. Contoh kasus yang prostitusi online kemarin ini. Kan lewat media sosial
juga. Malah pelakunya anak-anak. Korbannya anak-anak.
Dari media sosial atau internet, mana yang paling banyak? Psikis atau seksual?
Yang banyak sih dari media sosial kecenderungannya dari pornografi yah.
Kecenderungannya media online yang pornografi yang menjadi pemicu pada anak-anak
untuk mempraktikkan pada video-video yang mereka lihat. Kekerasan seksual banyak sekali.
Selain itu psikis, itu juga banyak. Dampaknya juga besar sekali. Misal Saya dari
Banjarnegara, karena dialog anak. Mereka banyak bercerita tentang apakah ada yang pernah
mendapat bullying dari teman-temannya? Katanya nggak ada, karena tidak seraya fisik.
Begitu saya tanya apakah pernah ada yang dipalak kakak kelas? Pada ngacung, ada banyak.
Lalu adanya pernah dilecehkan, saling menghina, dan di mana yang paling berat. Katanya di
media sosial, diledek.
Apakah media sosial bisa memancing perlakukan kekerasan dan pelecehan seksual
pada anak?
Sebenarnya bisa secara langsung. Media sosial bukan hanya tulisan, tapi gambar, video dan
sebagainya. Mereka bisa akses. Jadi tentang kekerasan itu, mereka belajar dari media sosial
itu.
Agar anak tidak terpengaruh dampak negatif, siapa yang harus mengawasi?
Pertama keluarga, ini sangat penting. Bagaimana komunikasi anak dengan orangtua, di rumah
kan dalam keluarga perkotaan, ayah ibunya sibuk kerja, itu intensitas terbatas, tapi kualitas
dengan masing-masing gatget. Di rumah sih di rumah, tapi masing-masing dengan gadgetnya.
Sehingga interaksi terbatas. Ini perlu warning untuk orangtua. Saya yakin jika komunikasi
anak dengan orangtua yang baik, dia masih merasa nyaman tinggal di rumah. Ada yang bisa
diberikan contoh, keteladanan. Banyak anak-anak yang negerasi Alay, sebenernya kan dari
komunikasi orangtua yang kurang dan kuurang kasih sayang, mereka cari pelariannya di luar
itu di luar rumah.
Soal pengasuhan dan pengawasan orangtua. Megasuh tidak hanya membesarkan, tapi
memberikan nilai-nilai kepada anak. Apa yang bisa dilakukan dan apa yang tidak boleh. Apa
yang membahayakan dan apa yang tidak membahayakan. Nah yang kayak gitu kan, nilai
yang menjadi perilaku dari keseharian mereka.
Ketika anak-anak paham soal itu, jika ditawarkan apapun dia tahu, saya nggak ikut ah. Kalau
saya nggak ikut, saya masih punya teman. Nah itu kekhawatirannya. Mereka merasa kalau
tidak ikut gabung ngk akan dapat teman. Misal kasus Bikini Party itu, klau mereka berpikir
nggak ikut pun mereka punya teman, saya yakin ngk ada anak yang ikut. Karena lingkungan
pergaulan, dorongan atau iming-iming dari iklan-iklan yang ditawarkan bisa mempunyai
penasaran yang tinggi.
Apakah harus ada pembatasan dan pelarangan usia anak tertentu tidak boleh pegang
gadget atau internet?
Agak sulit yah, karena walau pun ada larangan. Siapa yang bisa mengawasi anak tidak akses
internet, facebook, twitter. Sementara di kehidupan sekarang itiu sudah menjadi kebutuhan.
Tiggal bagaimana mengisi kontenna. Saya melihat itu alat. Memilih konten tergantung kita.
Kalau merang anak, mungkin di rumah hbut aturan. tapi beda di sekolah atau di lingkungan.
Kita tidak bisa megawasi.
Anda melihat media sosial dan internet sebagai ancaman pemicu kkerasan dan
pelecehan seksual pada anak?
Untuk yang tertentu bisa mengancam, tapi problemnya mengancam pada yang addic. Ada
orang yang tidak bisa lepas dengan HP. tapi ada anak-anak yang biasa. Tapi tergantung
bagaimana ke pengasuhan. Ini bisa jadi ancaman, tapi ada sisi positifnya juga.
DAFTAR PUSTAKA
Komnas Perempuan (2020). Catatan Kekerasan Terhadap Perempuan Thaun 2019. Diakses
dari https://drive.google.com/file/d/18fePLROxYEoNbDuFvH9IEshykn_y9RpT/view
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2020). Cara Puspeka Kemendikbud Kurangi
Tingkat Kekerasan Berbasis Gender. Diakses
dari https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/11/cara-puspeka-kemendikbud-
kurangi-tingkat-kekerasan-berbasis-gender
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2020). Kemendikbud Dorong Penciptaan Kampus
Merdeka yang Sehat secara Holistik. Diakses
dari https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/12/kemendikbud-dorong-
penciptaan-kampus-merdeka-yang-sehat-secara-holistik