Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH HAK AZASI ANAK

”Menganalisis Penyebab dan Upaya Mencegah Kekerasan Seksual terhadap Anak


Dibawah Umur”

Dosen Pengampu:
Dr. I Nyoman Subrata, S.Ag.SH., M.Ag

Disusun Oleh:
Ni Luh Kristina Manikari
18 / 2011031024
Semester 6
Kelas A Pagi Denpasar

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS DHARMA ACARYA
UNIVERSITAS HINDU NEGERI I GUSTI BAGUS SUGRIWA DENPASAR

2023
PENDAHULUAN
Masalah kekerasan seksual merupakan salah satu bentuk kejahatan yang melecehkan dan
menodai harkat kemanusiaan, serta patut dikategorikan sebagai jenis kejahatan melawan
kemanusiaan (crime againts humanity) atau kesusilaan. Kejahatan kesusilaan secara umum
merupakan perbuatan atau tindakan melanggar kesusilaan atau immoral yang sengaja merusak
kesopanan dan tidak atas kemauan si korban yaitu dengan paksaan dan melalui ancaman
kekerasan. Tindakan yang dapat dikatagorikan sebagai tindakan yang dapat melanggar
kesusilaan ialah persetubuhan.
Kekerasan seksual adalah sebuah tindakan pelecehan seksual terhadap seseorang tanpa
adanya persetujuan dari pihak yang bersangkutan. Ini juga termasuk tindakan seksual terhadap
anak yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada anak atau individu yang terlalu muda untuk
menyatakan persetujuan, ini disebut dengan pelecehan seksual terhadap anak. Adapun jenis
pelecehan seksual yaitu pelecehan jenis kelamin, perilaku cabul ataupun menggoda, pemaksaan
seksual, mengajak berhubungan intim dengan menjanjikan suatu imbalan sehingga menyinggung
perasaan, serta sentuhan fisik yang disengaja dengan tujuan seksualitas tanpa persetujuan.
Kekerasan seksual pada anak adalah suatu bentuk pelecehan seksual pada anak di mana
seorang anak digunakan sebagai pelampiasan kepuasan seksual orang dewasa atau remaja yang
lebih tua. Bentuk kekerasan seksual terhadap anak dapat berupa kontak seksual langsung, orang
dewasa atau orang yang lebih tua yang memperlihatkan hal tidak senonoh (alat kelamin, puting
wanita, dll.) kepada seorang anak dengan maksud untuk memuaskan hasrat seksual mereka
sendiri atau untuk menindas dan memikat anak tersebut, meminta atau menekan seorang anak
untuk berhubungan seksual, menampilkan pornografi kepada seorang anak, atau menggunakan
seorang anak untuk memproduksi pornografi anak (Wikipedia, 2022).
Idealnya, anak adalah pewaris dan penerus masa depan bangsa. Realitanya, kondisi anak
Indonesia masih dan terus memburuk. Dunia anak yang seharusnya diwarnai dengan kegiatan
bermain, belajar, dan mengembangkan minat serta bakatnya untuk masa depan, namun
kenyataanya banyak terjadi tindakan kekerasan baik itu fisik maupun seksual. Kekerasan fisik
adalah perbuatan yang menimbulkan rasa sakit atau berpotensi menyebabkan sakit yang
dilakukan oleh orang lain, yang dapat terjadi satu kali atau lebih. Kekerasan fisik, misalnya
dipukul, ditendang. Sedangkan yang disebut kekerasan seksual pada anak adalah keterlibatan
anak dalam aktivitas seksual yang tidak dipahaminya. Kekerasan seksual dapat berupa perlakuan
tidak senonoh dari orang lain, kegiatan yang menjurus pada pornografi, perkataan-
perkataan porno, dan melibatkan anak dalam bisnis prostitusi.

1
PEMBAHASAN

Beragam Penyebab Kekerasan Seksual Terhadap Anak


Berita tentang kasus kekerasan seksual terus bermunculan akhir-akhir ini. Sasarannya
tidak hanya pada jenis kelamin atau usia tertentu. Banyak sekali kasus kekerasan seksual yang
korbannya adalah anak di bawah umur dan balita. Sayangnya, pelecehan seksual seringkali
terjadi di lingkungan yang dekat dengan korban, seperti rumah, tempat bermain, dan sekolah.
Pelakunya juga bisa dari orang-orang terdekat, seperti teman, anggota keluarga, atau pihak-pihak
yang terlibat di sekolah. Lingkungan sekitar harus menjadi tempat yang aman bagi anak untuk
mengekspresikan kreativitasnya dan mengeksplorasi hal-hal baru yang disukainya. Namun
kenyataannya, kini ruang aman bagi anak semakin tergerus. Ditambah dengan ketidakberdayaan
anak untuk menolak dan ketakutan akan ancaman membuat mereka enggan melaporkan
kekerasan kepada orang terdekatnya. Penyebab terjadinya kekerasan seksual sangat beragam,
diantaranya :
1. Pertama adalah kuatnya hubungan kekuasaan antara pelaku dan korban yang
seharusnya menjadi orang yang melindunginya namun justru menjadi orang yang
dengan leluasa melakukan tindakan kekerasan seksual terhadap anak di bawah umur.
Relasi kuasa tidak hanya dilakukan oleh anggota keluarga terdekat, praktik incest
(hubungan sedarah), maupun mereka yang merupakan orang tua tiri dan kerabat jauh,
melainkan oleh orang-orang yang memiliki pengaruh sangat kuat, seperti seseorang
yang harus menjadi panutan, yaitu guru di berbagai lembaga.
2. Kedua, dalam berbagai kasus juga terjadi perkosaan berkelompok atau penyerangan
seksual yang dilakukan oleh banyak orang, yang berkelompok terdiri dari orang-
orang dewasa yang dipengaruhi oleh alkohol, narkoba, dan konten pornografi.
Ironisnya, dalam beberapa kasus dilakukan oleh anak kepada anak karena telah
melihat pornografi melalui media online. Meningkatnya konten pornografi, kekerasan
dan konten negatif lainnya sangat mempengaruhi potensi untuk meniru anak-anak
yang sangat berprestasi, sehingga seringkali tidak dapat menahannya dan memilih
anak-anak di bawah usianya yang juga lebih lemah dalam hubungan daripada permen.
3. Ketiga, faktor ancaman, kekerasan dan intimidasi terhadap anak. Anak-anak menjadi
sasaran kelompok orang dan individu yang menyalurkan kejahatan seksual melalui
tindakan kekerasan. Beberapa di antaranya adalah ancaman terhadap anak itu sendiri,
juga mengancam orang-orang terdekat anak, sehingga keadaan yang sulit mau tidak
mau akan disegani oleh anak.
4. Keempatnya adalah persuasi dan umpan materi, hanya uang dari 2000 hingga ratusan
ribu. Pada anak yang tidak memahami situasi yang dilakukan seseorang untuk
melakukan aktivitas seksual, anak tersebut malah menganggap bahwa itu adalah
bagian dari “kasih sayang” seseorang yang diterimanya dan kemudian melakukan apa
yang diminta oleh pelaku.

Cara Mencegah Terjadinya Kasus Kekerasan Seksual

2
Untuk itu, isu kekerasan seksual yang sebenarnya menjadi prioritas dan tujuan utama
penyelenggaraan perlindungan anak segera mendapat perhatian serius dari berbagai pihak dalam
rangka menekan dan menghapuskan terjadinya kekerasan seksual. Beberapa strategi dan
perkembangan penting yang sedang dilakukan saat ini, antara lain :
1. Pertama, pada aspek hulu, pola asuh sebagai benteng utama bagi anak, memahami situasi
dan kondisi, serta pendidikan sejak dini untuk mengidentifikasi ancaman kekerasan
seksual di sekitar mereka. Pengenalan bagian tubuh yang dapat dan tidak dapat diakses
oleh orang lain, fungsi organ tubuh, perlindungan organ tubuh dan apa resikonya jika
tidak digunakan sesuai fungsinya. Tentu saja, orang tua dan anggota keluarga dekat
dituntut untuk memberikan pendidikan dini ini, serta diperkuat oleh aspek proses belajar
mengajar di sekolah oleh guru dan integrasi ke dalam bahan ajar. Agar anak memahami,
menjaga dan melindungi organ dan reproduksinya secara santun. Penting untuk
mendorong penggunaan literasi digital dan iklan layanan masyarakat bagi orang tua dan
menjangkau masyarakat untuk membangun akselerasi pendidikan ini. Konten positif dan
layanan KIE (Komunikasi, Informasi dan Pelatihan) serta konvensional, penting untuk
meningkatkan strategi penggunaan semua perangkat teknologi, melalui media massa dan
media sosial secara masif dan terstruktur.
2. Kedua, pendidikan seksual (sex education) yang seringkali dituding belum menjadi
pendidikan massal di lembaga pendidikan dan di masyarakat membutuhkan pemetaan
daerah terhadap situasi terkini kejahatan seksual yang dilaporkan ke berbagai lembaga
perlindungan anak. Ada kebutuhan mendesak untuk meningkatkan pendidikan publik,
memperkuat sekolah, termasuk pendidik dan tenaga kependidikan, serta memperkuat
keterampilan anak dalam memerangi kejahatan seksual.
3. Ketiga, pada aspek regulasi, adanya komitmen pemerintah terhadap pencegahan dan
penanganan kekerasan seksual juga melahirkan undang-undang no. 12/2022 tentang
TPKS. Dalam pasal 79, penguatan aspek pencegahan dilakukan melalui bidang
pendidikan; sarana dan prasarana umum; , tata kelola kelembagaan dan tata kelola;
ekonomi dan pekerjaan, jaminan sosial; budaya; teknologi Informasi; keagamaan; dan
keluarga. Selanjutnya, pelaksanaan pencegahan tindak pidana kekerasan seksual
dilakukan dengan mempertimbangkan (a) situasi konflik; (B). bencana; (C). letak
geografis wilayah; Dan). situasi khusus lainnya. Dan mandat yang sangat penting,
pencegahan tindak pidana kekerasan seksual, dilakukan dalam butir (a). rumah sosial;
(B). satuan pendidikan; dan C). tempat-tempat lain di mana kekerasan seksual berpotensi
terjadi (Kholidah, 2022).
4. Keempat, dalam aspek penegakan hukum, adanya peningkatan pidana pokok dan adanya
tambahan pidana bagi pelaku kejahatan seksual terhadap anak di bawah umur dalam
revisi ketiga undang-undang perlindungan anak di bawah umur mengandung amanat
yang harus dimiliki oleh seluruh aparat penegak hukum. berupaya memberikan
perlindungan hukum yang berlandaskan keadilan bagi korban sekaligus menciptakan efek
jera bagi pelaku. Hal ini menunjukkan bahwa penjatuhan pidana penjara hingga 15 tahun
bagi pelaku kekerasan terhadap anak terlalu ringan dibandingkan dengan penderitaan
yang dialami anak sepanjang hidupnya. Namun komitmen saja tidak cukup, kekuatan

3
ketertiban harus terus dilakukan untuk memperkuat komitmen tersebut dalam perilaku
dan budaya hukum yang harus terus diekspresikan.
5. Kelima, Pemeriksaan/pengawasan efektif. Hal ini bertujuan untuk mengikis kesenjangan
kebijakan, pencegahan dan penanganan khususnya penegakan hukum yang harus terus
dipantau dan dievaluasi, serta advokasi agar ketimpangan tersebut segera diperbaiki.
sesuai amanat undang-undang TPKS, pengawasan terhadap undang-undang TPKS
dilakukan oleh seluruh lembaga HAM di Indonesia seperti Komnas HAM, KPAI,
Komnas Perempuan dan KND (Komisi Nasional Disabilitas) yang memiliki peran
penting dalam memastikan pelaksanaan pencegahan dan pengobatan oleh pemerintah.
Hal ini memastikan bahwa perlindungan anak dari kejahatan seksual adalah perlindungan
hak-hak dasar, yang merupakan bagian dari hak asasi manusia yang harus dilindungi,
diwujudkan dan dimajukan. Beberapa isu pengawasan yang krusial adalah penguatan
aspek regulasi, mengikis kesenjangan implementasi pencegahan dan penanganan KS
lintas sistem dan kasus, serta partisipasi masyarakat yang perlu dikelola dengan tetap
menjaga sinergi dan kerjasama dengan masyarakat.
6. Terakhir, peran pemerintah dan masyarakat hendaknya menyatu dalam komitmen mereka
untuk mencabut ikatan budaya yang menghalangi perlindungan anak. Perbedaan cara
pandang dan pemikiran tentang urgensi setiap individu atau kelompok untuk melindungi
anak dan menjadi sumber keyakinan terkadang bertentangan dengan semangat ramah
anak, misalnya pendidikan seks masih dianggap tabu, mencela kekerasan seksual masih
dianggap aib, merupakan aib bagi keluarga dan lingkungan pendidikan karena bersifat
mubah dan tersembunyi, harus mulai digerus demi kepentingan terbaik bagi anak dan
penegakan hukum, sehingga budaya dakwah dan pendidikan menjadi prioritas utama.
Kebutuhan literasi budaya ramah anak, tafsir agama ramah anak, dan inklusi
keberagaman yang memperkuat pengarusutamaan perlindungan anak merupakan nilai-
nilai ideologis yang perlu dikembangkan, dalam nilai-nilai parenting kebangsaan
Indonesia.
Keadilan restoratif menekankan pada penyelesaian perkara pidana yang
melibatkan pelaku, korban, keluarga pelaku/korban, dan pihak terkait lainnya secara
bersama-sama untuk mencari penyelesaian yang adil, serta menekankan pemulihan pada
keadaan semula dan bukan pembalasan. Usia tanggung jawab pidana Anak-anak berusia
minimal 12 tahun. Batasan usia anak di bawah umur yang dapat dipidana paling sedikit
14 tahun dan batas usia anak di bawah umur yang dapat dipidana paling sedikit 14 tahun.
Singkatnya, untuk anak di bawah umur 12-18 tahun dengan pidana kurang dari 7 tahun
dan baru pertama kali melakukan tindak pidana, diversi tetap dituntut. Sedangkan jika
ancaman hukumannya 7 tahun atau lebih dan bahkan dia telah melakukan tindak pidana,
maka akan dilakukan proses hukum formal (Solihah, 2023).

4
PENUTUP

Kesimpulan
Penyebab terjadinya kekerasan seksual :
• Pertama adalah kuatnya hubungan kekuasaan antara pelaku dan korban.
• Kedua, perkosaan berkelompok atau penyerangan seksual yang dilakukan oleh
banyak orang.
• Ketiga, faktor ancaman, kekerasan dan intimidasi terhadap anak.
• Keempat adalah persuasi dan umpan materi.
Cara Mencegah Terjadinya Kasus Kekerasan Seksual :
 Menerapkan Pendidikan Seksual (sex education).
 Membentuk Tim Khusus Pencegahan Kekerasan Seksual.
 Adanya Prosedur Operasi Standar (POS).
 Seleksi Guru yang Ketat.
 Peran pemerintah dan masyarakat hendaknya menyatu dalam komitmen mereka
untuk mencabut ikatan budaya yang menghalangi perlindungan anak.

5
6
DAFTAR PUSTAKA

Kholidah, S. N. (2022, 09 10). Peran Sekolah dalam Mengatasi Kekerasan Seksual. Retrieved
from https://geotimes.id/opini/peran-sekolah-dalam-mengatasi-kekerasan-seksual/
Solihah, A. M. (2023, 01 22). Lindungi Korban: Catatan Awal Tahum Kekerasan Terhadap
Anak. Retrieved from Detik News: https://news.detik.com/kolom/d-6529306/lindungi-
korban-catatan-awal-tahun-kekerasan-seksual-terhadap-anak.
Wikipedia. (2022, 09 08). Kekerasan Seksual. Retrieved from
https://id.wikipedia.org/wiki/Kekerasan_seksual

Anda mungkin juga menyukai