Anda di halaman 1dari 3

Jayaprana Dan Layonsari

Film diawali dengan seorang kakek yang sedang duduk di tepi sungai sambil bercerita
tentang wabah yang dahulu pernah menyerang wilayah tersebut. Wabah tersebut membunuh
semua masyarakat baik yang masih muda maupun tua. Di antara beberapa mayat, terdapat
seorang anak yang diselamatkan oleh seseorang pemuda. Dan dimulailah cerita ini. Pada
suatu hari sang penguasa datang berkunjung ke sebuah sekolah.Saat itu Paman sedang
mengajar anak-anak membaca. Yang Mulia tertarik dengan seorang anak yang bernama
Nyoman Jayaprana. Disinilah awal pertemuan Nyoman Jayaprana dengan Yang Mulia Raja
dari Kalianteng.Jayaprana yang masih kecil ditugaskan untuk menjaga gedung lontar yang
ada disana. Sepulangnya dari sekolah, Jayaprana dan teman-temannya bermain petak umpet
di sebuah tempat. Film kemudian berpindah ke beberapa tahun setelahnya. Dimana Jayaprana
sudah menjadi pemuda yang gagah dan sering diperebutkan oleh gadis-gadis disana.
Jayaprana hidup sebagai abdi di istana. Ia sudah mengabdi disana saat masih kecil bersama
dengan temannya Metri
Disisi lain saat Jayaprana hendak mengembalikan lontar, ia mendengar Demang dan
para penagih pajak sedang mencuri beberapa uang pajak. Jayaprana yang ketahuan langsung
dimarahi dan direndahkan oleh Demang. Disaat Yang mulia sedang sibuk berdiskusi
mengenai peta dan wilayah yang ada, Jayaprana bersama dengan teman masa kecilnya yaitu
Metri sedang membaca beberapa lontar. Sesekali Jayaprana menggoda Metri dengan
rayuannya yang manis.Yang mulia yang kebetulan sedang berkeliling melihat betapa
cantiknya Metri dan hendak menjadikannya selir. Tak beberapa lama Metri pun menikah
dengan Yang Mulia. Disaat itu juga mereka melaksanakan malam pertama yang iringi dengan
merdu dari Jayaprana. Jayaprana yang ada disana mendapatkan perintah dari Yang Mulia
untuk segera mencari istri.Keesokan harinya Jayaprana dan temannya mulai mecari di sebuah
pasar. Disana Jayaprana bertemu dangan gadis yang sangat cantik. Ia lantas menemui gadis
tersebut sembari mengembalikan kain yang tadi terjatuh dipasar, gadis tersebut bernama
Nyoman Sekarsari. Di istana Yang Mulia berniat datang menghadiri undangan yang didah
diterima. Setelah itu datanglah Agung Badung yang merupakan orang terkaya di Badung
menemuSekarsarii . Ia berniat untuk menikahi Sekarsari, namun lamaran tersebut ditolak oleh
Sekarsari. Agung . Badung yang marah kemudian mengancam Sekarsari lalu pergi. Sambil
bernyanyi dam menari, teman Jayaprana menyarankan agar ia segera menikahi Sekarsari
supaya tidak di ambil orang. Keesokan hari saat Yang Mulia baru pulang dari undangan ia
bercerita bahwa ia mendapatkan banyak keberuntungan lalu bertanya kepada Jayaprana
mengenai calon istri, Jayaprana langsung menyampaikan bahwa ia sudah menemukan calon
istri yang tepat. Yang Mulia pun langsung membuat surat pernikahan untuk Jayaprana dan
Sekarsari. Selang beberapa hari Jayaprana dan Sekarsari akhirnya menikah. Mereka
dibuatkan rumah oleh yang mulia sebagai hadiah. Mereka pun mulai merasakan kebahagiaan
dengan hubungan mereka.
Tapi di sela kebahagiaan itu, ternyata Yang Mulia memiliki rasa cinta ke Sekarsari. Disaat
Jayaprana sedang bersama sang istri, ia dipanggil oleh Yang Mulia ke istana.Yang Mulia yang
tidak bisa tidur lantas bercerita tentang musibah kekeringan yang dialami oleh wilayah
Kalianget dan kutukan yang akan menimpanya. Saat Jayaprana kembali kerumah, sang isti
sangat cemas akan hal tersebut. Tetapi Jayaprana mengatakan bahwa ia tidak apa-apa.
Sementara itu kondisi Yang Mulia mulai tidak karuan karna cintanya kepada Sekarsari,
Paman Kesatrya dan Demang yang merupakan pejabat yang korup mulai mendiskusikan
rencana untuk membunuh Nyoman Jayaprana. Paman Kesatrya mengancam akan membunuh
Demang dan mengatakan bahwa sangat berat untuk bisa membunuh Jayaprana karna ia tidak
memiliki dosa. Demang pun mengatakan jika Jayaprana tidak dibunuh, maka Yang Mulia
tidak akan bisa memimpin Kerajaan Kalianget. P Keesokan harinya terdapat berita
perampokan yang terjadi di Teluk Terima. Jayaprana yang merupakan abdi setia Yang Mulia
kemudian di hasut oleh Demang untuk ikut pergi berperang. Disini Demang mengejek
Jayaprana bahwa jika ia tidak ikut berperang, sama saja dengan melanggar perintah Raja.
Dengan rasa bimbang akhirya ia menerima untuk ikut pergi berperang. Walau sempat di
cegah oleh sang istri, Jayaprana tetap teguh dengan pendiriannya. Ia mengatakan bahwa
sudah kewajibannya untuk mejaga negara ini tetap aman dan jika ia tidak ikut, ia akan dicap
sebagai pengecut yang melanggar perintah.
Pada malam hari, Sekarsari bermimpi jika Jaya prana tidak akan selamat kalau ikut
berperang. Jayaprana langsung menenangkan sang istri dan berjanji akan pulang. Keesokan
paginya Ia pamit kepada istrinya untuk pergi. Setelah beberapa hari pergi, akhirnya Jayaprana
bersama dengan pasukan yang lain tiba di tempat yang dimaksud. Sebelum melanjutkan
perjalanan, mereka berdoa agar mendapat kemenangan dalam pertempuran ini. Saat sedang
beristirahat, Paman Kesatrya memberitahu Jayaprana bahwa membunuh manusia tidak
seperti membunuh hewan. Diperlukan keberanian dan juga kekuatan untuk dapat melakukan
hal tersebut. Disana mereka menemukan dan berhasil menangkap seorang perampok yang
telah membakar dan mengambil harta benda desa. Saat mereka semua berpencar mencari
perampok, Paman Kesatrya dan Jayaprana pergi menuju ke atas bukit. Sesampainya di atas
bukit, Paman Kesatrya mengungkapkan kebenaran tentang perintah dari Yang mulia untuk
Menbunuh Jayaprana. Ia juga mengatakan bahwa ternyata yang menyelamatkan Jayaprana
dari wabah adalah dirinya.
Paman Kesatrya juga sangat sedih karena dialah orang yang menolong Jayaprana dan
sekarang harus membunuhnya. Paman Kesatrya meminta untuk melakukan duel, tetapi Jaya
prana menolak dan Paman Kesatria terpaksa harus membunuhnya. Sebelum mati Jayaprana
berdoa untuk yang terakhir kalinya. Ia pun harus mati dengan berlinang air mata. Sementara
di Kalianget Sekarsari sangat kawatir tentang keadaan suaminya Jayaprana. Setelah
mendengar kabar kematian Jayaprana, Sekarsari hendak melakukan ritual mesatya ( mati
setia). Tetapi hal tersebut batal dilakukan karna Sekarsari dipanggil ke istana. Saat diistana
ternyata sang Raja tidak tahu bahwa Jayaprana ikut dalam perang. Ia lantas memanggil
Demang dan bertanya, Demang yang ketakutan beralasan Paman Kesatrya lah yang mengajak
Jayaprana ikut berperang. Saat ia bertemu dengan Raja yang bertujuan menjadikan Sekarsari
sebagai istrinya. Sekarsari yang tidak terima lantas pergi. Disaat yang sama Metri datang
menghampiri dan membujuk Sekarsari agar menerima cinta Yang Mulia. Namun karena
cintanya yang tulus kepada Jayaprana, ia pun melakukan bunuh diri. Setelah mendengar dan
melihat jasad Sekarsari, Yang Mulia menjadi sedih dan mulai menjadi gila. Ia mulai
membunuh satu persatu perajurit dan warga yang ia lihat tanpa ampun. Raja kemudian berada
disungan dengan dikeliingi oleh beberapa prajurit yang sedang melakukan bhakti. Mereka
berharap Yang Mulia dapat kembali seperti semula.
Film ditutup dengan memperlihatkan seorang kakek yang kemungkinan itu adalah
Raja dari Kalianget sedang menghanyutkan sesuatu ke sungai. Sementara itu Sekarsari
akhirnya bertemu kembali dengan Jayaprana di surga.
Pelajaran yang dapat kita ambil adalah serakah akan sesuatu akan dapat merugikan
sesuatu. Contohlah Jayaprana yang memiliki sifat nasinalisme yang kuat, rela berkorban,
setia, dan bertanggung jawab. Jadilah orang yang jujur, janganlah kita suka mencuri karna
mencuri itu dosa.

Anda mungkin juga menyukai