Image: Santpol.org
Tiba-tiba datang suara permintaan maaf entah dari mana. Renggali mencari asal
suara, dan menemukan itu berasal dari bukit yang ia pijak yang ternyata adalah
seekor naga. Si Naga Hijau memperkenalkan diri dan mengatakan bahwa ia
adalah sahabat dari ayahnya. Selama ini Raja Linge hilang, dan ia terakhir kali
diketahui bersama dengan Si Naga Hijau. Ketika Renggali bertanya di mana
ayahnya, naga meminta Renggali untuk memanggilkan Sultan Alam.
Renggali kembali ke istana dan menceritakan kejadian tersebut kepada Sultan
Meurah. Sultan Merah pun setuju menemui naga di bukit. Sesampainya di sana
si naga menceritakan kejadian yang sebenarnya, bahwa ia membunuh Raja
Linge dan jasad sang raja ada di bawah tubuhnya. Saat itu naga tidak bisa
menggerakkan tubuhnya karena ada pedang Raja Linge yang terhunus di
tubuhnya.
Renggali tidak mau menghukum Naga Hijau. Ia lalu menarik pedang yang
terhunus di tubuh naga dan meminta si naga kembali ke kampung halamannya.
Pada ‘bukit’ bekas tubuh naga terbentuknya sebuah sungai kecil yang dipenuhi
rawa-rawa dengan genangan air. Sultan Meurah memberi nama wilayah
tersebut Alue Naga.
Melihat fajar datang, Sangkuriang merasa dirinya gagal. Ia kesal dan menjebol
bendungan yang sebelumnya sudah rampung dibuatnya hingga datanglah
banjir yang menenggelamkan desa tersebut. Ia juga menendang sampan yang
dibuatnya hingga jatuh tertelungkup dan berubah menjadi gunung yang saat ini
disebut Gunung Tangkuban Perahu.