Anda di halaman 1dari 2

Bakar batu sebagai media masyarakat Papua untuk bersilahturahmi.

Sekarang dalam pesta


bakar batu, mereka tak melulu bakar babi, tapi juga bakar ayam. Hal ini sebagai bukti toleransi
mereka terhadap masyarakat lain.
Dulu dalam sejarahnya bakar batu bagi masyarakat pegunungan tengah Papua, adalah pesta
daging babi. Namun sekarang di sejumlah tempat, pesta bakar batu sudah tidak lagi hanya
daging babi, juga menyediakan daging ayam yang akan disuguhkan untuk mereka yang tidak
bisa makan babi.

Boleh jadi, ini menjadi bukti lain dari tingginya toleransi masyarakat Papua. Seperti yang
dilakukan masyarakat di sebuah distrik yang tak jauh dari Kota Karubaga, Ibu Kota Kabupaten
Tolikara. Dikutip dari Indonesia.go.id, sebagian masyarakat sibuk menyiapkan bakar batu sejak
pagi hari, sebelum undangan datang. Ada yang datang membawa kayu, sayuran, rumput, dan
batu. Ada yang menyiapkan lubang, ada yang mulai membakar batu-batu dan ada pula yang
memotong babi dan ayam. Semua berlangsung sangat cepat.
Ketika batu-batu sudah membara di atas kayu yang dibakar, batu dimasukkan ke dalam lubang
sedalam kurang lebih 50 cm yang sudah disiapkan dengan alas rumput. Di atas batu kembali
dimasukkan rumput atau sayuran, menyusul daging, betatas, hipere (ubi), pisang juga
dimasukkan ke dalamnya. Baca Berikutnya Melaju Tanpa Sopir, Mikrobus Berisi Puluhan
Wisatawan Masuk Jurang di Bandung Barat

Jika semua sudah masuk, bebagai makanan tersebut ditutup kembali dengan sayuran dan
rumput. Untuk mengikatnya, mereka menaruh batu-batu di atas tumpukan tesebut.
Sambil menunggu daging matang, di situlah bupati dan para pejabat memberikan pidato dan
imbauan.

Ratusan masyarakat yang datang duduk di tanah secara berkelompok sesuai kampung masing-
masing. Mereka mendengar dengan baik pidato bupati dan tokoh masyarakat setempat

Menginjak jam makan siang, dan pidato usai, sebagian yang bertugas masak segera
membongkar lubang bakar batu.

Mereka mengiris daging yang besar-besar itu menjadi lebih kecil. Para perwakilan kelompok
mendatangi lubang bakar batu. Mereka dapat jatah untuk masing-masing kelompok.

Pejabat yang datang mendapat antaran pertama bakaran. Juga para pejabat yang tidak makan
babi disuguhi daging ayam hasil bakar batu itu. Setelah itu baru giliran masyarakat yang hadir.
Masyarakat antre rapi dan tidak rebutan. Masing-masing kelompok mewakilkan salah satu
anggotanya untuk mendekat ke lubang bakaran. Setelah mereka mendapat bagian, wakil ini lari
menuju tempat kelompoknya berkumpul.
Kalau masih kurang, mereka kembali lagi ke tempat bakar batu. Hebatnya, ratusan orang yang
datang akan dapat bagian semua.

Anda mungkin juga menyukai