Image: Riverspace.org
Dahulu kala, hidup seorang raja di kerajaan Daha yang bernama Kertamerta. Ia
mempunyai dua orang putri, Candra Kirana dan Dewi Galuh. Pada suatu ketika,
Pangeran Inu Kertapati datang ke istana untuk melamar Candra Kirana. Dewi
Galuh yang diam-diam juga menaruh hati pada pangeran itu berusaha
menyingkirkan Candra Kirana dari kerajaan dengan bantuan seorang penyihir.
Candra Kirana difitnah dan dikeluarkan dari kerajaan, dan oleh si penyihir jahat
ia diubah menjadi seekor keong. Kata si penyihir, kutukannya akan hilang jika ia
bertemu dengan Raden Inu Kertapati. Si pangeran terus mencari keberadaan
kekasihnya, ia yakin Candra Kirana belum meninggal.
Image: Duniapendidikan.co.id
Oleh karena keserakahannya, Manik memotong ekor naga. Tapi naga membalas
dengan membakarnya dan ia pun mati.
Image: Dongengceritarakyat.com
Ada sebuah telaga yang dihuni seorang pemuda tampan bernama Awang
Sukma. Ia pandai meniup suling dan gemar mencari burung. Tapi tidak seperti
biasanya, burung-burung di hari itu sepi sekali. Dan ketika ia memutuskan untuk
tidur, ia mendengar suara orang berbincang-bincang di mana itu adalah 7
bidadari yang sedang mandi di telaga.
Sampai di telaga, ia bersembunyi dan mencuri salah satu pakaian mereka. Tentu
saja bidadari yang pakaiannya hilang merasa gelisah saat akan pulang, dan tak
dapat kembali ke kayangan. Hingga kemudian ia menerima tawaran Awang
Sukma untuk tinggal di rumahnya. Tak lama keduanya menikah dan dianugerahi
anak bernama Kumalasari.
pemakan manusia bernama Prabu Boko dan seorang patih bernama Patih
Gupolo. Meskipun ia adalah raksasa jahat, Prabu Boko memiliki seorang putri
cantik jelita bergama Roro Jonggrang.
Namun, Roro Jonggrang yang sedih atas kematian ayahnya tak ingin dinikahi. Ia
membuat svarat kepada Bandung Bondowoso untuk membuat sebuah sumur
yang disebut Jalatunda.