Anda di halaman 1dari 6

10 CONTOH CERITA RAKYAT

1. Jaka Tarub

Jaka Tarub merupakan cerita rakyat dari Jawa Tengah. Dilansir dari buku Cerita Rakyat Nusantara oleh
Sumbi Sambangsari, cerita rakyat ini berkisah tentang seorang pemuda bernama Jaka Tarub.

Jaka Tarub gemar sekali berburu. Suatu hari ia berburu burung di tengah hutan.

Selama di hutan, ia tidak kunjung mendapatkan burung buruan. Ia terus mencari hingga tiba-tiba ia
mendengar suara beberapa wanita berbincang.

Jaka Tarub penasaran dan terus mencari dimana asal suaranya karena beriringan dengan suara
gemericik air. Setelah menemukannya, ia terkejut karena terdapat sekelompok bidadari sedang mandi
di sebuah mata air. Bidadari tersebut memiliki paras yang sangat cantik dan muncullah ide untuk
mengambil salah satu selendang dan pakaian dari para bidadari tersebut.

Sore hari setelah selesai mandi, para bidadari hendak kembali ke kayangan. Namun, salah satu bidadari
tidak bisa kembali ke kayangan karena kehilangan selendang dan pakaiannya. Bidadari tersebut
bernama Nawang Wulan. Lalu, Jaka Tarub yang mencurinya tiba-tiba muncul dan meminjamkan kain
Jaka Tarub sendiri dan mengajak Nawang Wulan pulang ke rumahnya.

Tak kunjung kembali ke kayangan, Nawang Wulan pun menikah dengan Jaka Tarub dan beraktivitas
layaknya manusia yang melakukan pekerjaan rumah tangga, seperti memasak dan mencuci. Ternyata,
Nawang Wulan memiliki kesaktian yaitu ia bisa memasak nasi untuk sekeluarga hanya dengan sehelai
padi ke dalam periuk. Namun kesaktian ini akan hilang jika seseorang membuka periuknya. Maka ia
berpesan ke Jaka Tarub untuk tidak membuka periuk itu.

Hingga suatu hari, saat Nawang Wulan hendak mencuci pakaian dan meminta Jaka Tarub menjaga
anaknya, Nawangsih. Muncul rasa penasaran Jaka Tarub dan ia membuka masakan dalam periuk.

Jaka Tarub terkejut karena selama ini Nawang Wulan memasak untuk keluarganya dengan sehelai padi.
Karena inilah kesaktian Nawang Wulan pun lenyap dan ia harus memasak beras yang banyak sehingga
perlahan persediaan berasnya berkurang.

Saat persediaan beras semakin menipis betapa terkejutnya Nawang Wulan karena menemukan
selendang dan pakaiannya yang hilang dulu di lumbung tersebut. Nawang Wulan pun sadar bahwa
selama ini selendang dan pakaiannya dicuri oleh Jaka Tarub.

Nawang pun berpesan kepada Jaka Tarub untuk merawat Nawangsih, anak mereka, karena Nawang
Wulan hendak kembali pulang ke kayangan.

2. Sangkuriang

Sangkuriang merupakan cerita rakyat dari Jawa Barat. Dilansir dari buku Sangkuriang oleh Kak Seno,
dahulu kala hiduplah seorang pangeran dari kayangan yang ingin menikahi seorang gadis cantik dan
pintar bernama Dayang Sumbi.

Sang pangeran pun menikahi Dayang Sumbi. Meskipun sang pangeran akan berubah menjadi anjing
ketika memiliki anak dengan manusia karena orang dari kayangan tidak bisa hidup berdampingan.

Benar saja, sang pangeran menjadi seekor anjing bernama Tumang setelah menikah dengan Dayang
Sumbi dan melahirkan seorang anak laki-laki bernama Sangkuriang. Sangkuriang tumbuh menjadi
cerdas dan tambah, selain itu ia juga suka berburu.

Saat berburu, Sangkuriang tidak sengaja membunuh Tumang dan dia memberitahu ibunya tentang
Tumang. Dayang Sumbi sangat marah dan memukul kepala Sangkuriang hingga membekaskan luka.
Sangkuriang yang sakit hati melihat Ibunya lebih sayang dengan anjing daripada dirinya pun
memutuskan kabur dari rumahnya.

Setelah bertahun-tahun kabur, Sangkuriang bertemu seorang wanita cantik dan jatuh cinta kepada
wanita itu yang Sangkuriang tidak tahu bahwa wanita itu adalah Ibunya. Sangkuriang terus ingin
menikahi Dayang Sumbi, namun bekas luka di kepalanya membuat Dayang Sumbi tahu bahwa ini
merupakan anak laki-lakinya.

Akhirnya, untuk mencegah Sangkuriang menikahinya, Dayang sumbi meminta Sangkuriang untuk
dibuatkan sebuah perahu besar dalam semalam untuk syarat menikahinya. Sangkuriang menerimanya
dan ia melakukannya dengan bantuan para jin.

Hingga saat menjelang subuh, perahu yang dibuatnya hampir selesai. Dayang Sumbi pun memikirkan
cara untuk menghentikannya, ia segera membangunkan semua wanita untuk melambaikan selendang
merah seolah matahari telah muncul. Melihat selendang itu para ayam jantang berkokok dan petani
beranjak ke ladang seolah hari telah pagi.

Sangkuriang yang melihat jin-jinnya pergi menghilang karena dikira fajar telah muncul pun marah. Ia
menendang perahu yang belum selesai itu lalu perahu mendarat dengan terbalik dan kini disebut
dengan nama Tangkuban Perahu.

3. Joko Kendil

Joko Kendil merupakan salah satu cerita rakyat populer juga dari Nusantara, tepatnya di Jawa Tengah.
Dilansir dari buku Cerita Rakyat dari Jawa Tengah Volume 1 oleh James Danandjaja, cerita rakyat ini
mengisahkan seorang Raja Asmawikana yang memiliki satu permaisuri dan satu selir. Permaisuri ini
tidak memiliki keturunan karena setiap hamil, selir yang pendengki yang ingin anaknya nanti
menguasai kerajaan ini mencampurkan racun ke makanan nya sehingga permaisuri keguguran.

Hingga suatu saat permaisuri hamil kembali dan raja menjaganya dengan sangat ketat. Selir pun
mencari akal hingga akhirnya selir ini meminta penyihir supaya bayi dalam kandungan permaisuri ini
disihir.

Setelah melahirkan betapa terkejutnya permaisuri karena bayinya berparas jelek dan badannya seperti
kendil. Namun ia tetap merawat anaknya dengan penuh kasih sayang. Di sisi lain, Raja yang sedih ini
menemui seorang peramal dan mengungkapkan bahwa bayinya terkena sihir jahat.

Sihir itu suatu saat akan lenyap dan putranya akan menjadi pria yang tampan. Namun, untuk
menghilangkan sihirnya, bayi ini harus dirawat oleh seorang janda yang tinggal di tepi sungai
perbatasan kerajaan. Akhirnya, saran dari peramal ini pun dilakukan oleh Raja dan permaisuri.

Janda yang dimaksud itu adalah Mbok Rondo. Mbok Rondo yang saat itu bermimpi kejatuhan bulan di
siang hari pun pergi ke pasar menemui peramal dan peramal mengatakan bahwa ia akan memiliki
seorang anak. Dengan tidak percaya, Mbok Rondo pulang dan terkejut karena ada banyak orang di
rumahnya.

Mereka adalah utusan raja untuk menitipkan anaknya ke Mbok Rondo. Mbok Rondo pun menerimanya
dengan senang hati meskipun bayi itu berwajah aneh. Hingga Joko Kendil beranjak dewasa, Mbok
Rondo pun merawat Joko Kendil dengan kasih sayang yang penuh. Selain itu, Joko Kendil pun tumbuh
menjadi anak yang baik.

Suatu hari, Joko Kendil jatuh cinta kepada salah satu putri dari kerajaan seberang saat desanya
mendapat kunjungan dari kerajaan tersebut. Joko Kendil berbicara ke Mbok Rondo bila ia ingin
meminang wanita tersebut dan memberitahunya ke Raja Asmawikana. Raja pun setuju dan Joko Kendil
dan Mbok Rondo pergi ke negeri seberang.

Di sisi lain, raja negeri seberang bermimpi mendapatkan sebuah kendi yang diberikan ke anak
bungsunya dan kendi tersebut menjadi pangeran tampan. Tak lama, rombongan Mbok Rondo pun tiba
di istananya dan menjelaskan maksud kedatangannya. Raja tidak memutuskan sendiri melainkan
menawarkan langsung kepada ketiga putrinya. Namun hanya putri bungsunya yang bersedia menikahi
Joko Kendil.

Akhirnya, Joko Kendil pun menikah dengan putri ketiga dari kerajaan seberang. Saat pesta pernikahan
dilaksanakan, Putri yang cantik bersanding dengan Joko Kendil yang tampangnya buruk rupa tiba-tiba
berubah menjadi pria yang sangat tampan.

4. Malin Kundang

Cerita rakyat selanjutnya berasal dari Sumatera Barat, yakni Malin Kundang. Dilansir dari buku
Dongeng Nusantara oleh Bambang Joko Susilo, zaman dahulu kala hidup seorang Ibu yang telah lama
ditinggalkan suaminya dan hanya tinggal dengan anak semata wayangnya yaitu Malin Kundang dan
mereka hidup berkekurangan.

Malin Kundang tumbuh menjadi cerdas dan pemberani meski sedikit nakal. Saat dewasa, Malin ingin
mencari pekerjaan di negeri seberang dan kembali ke kampung halamannya jika sudah menjadi orang
kaya.

Malin pun ikut kerja di kapal dan karena ia rajin dan selalu menolong, ia menjadi nahkoda dari banyak
kapal dagang. Tak hanya itu, Malin juga berhasil meminang seorang putri raja. Kabar tentang Malin ini
pun terdengar ke telinga ibunya dan ia pergi ke dermaga berharap bertemu anaknya.

Suatu saat, kapal Malin tiba di kampung halamannya dan ibunya memeluk untuk menyambutnya.
Namun Malin melepaskan pelukan itu dan mendorong ibunya hingga terjatuh. Malin merasa malu
melihat ibunya yang sudah tua dan memakai baju lusuh ini berpura-pura tidak mengenal ibunya.

Bahkan saat istrinya bertanya apakah ia benar ibunya Malin, Malin menyebut ibunya adalah seorang
pengemis yang mengaku sebagai ibunya untuk mendapatkan hartanya. Ibu Malin yang melihat anaknya
yang congkak ini sangat sakit hati.

Dengan rasa sakit hati itu, ibu Malin mengutuk anaknya agar Tuhan menghukumnya menjadi batu.
Tiba-tiba badai besar menyambar kapal Malin Kundang dan hancur berkeping-keping. Serpihan kapal
ini berubah menjadi batu karang, begitu juga dengan Malin Kundang yang menjadi batu dengan posisi
berlutut.

5. Danau Toba

Cerita rakyat Danau Toba ini berasal dari Sumatera Utara. Dilansir dari buku Kumpulan Cerita Rakyat
Nusantara Terpopuler oleh Lia Nuralia dan Iim Imadudin, cerita rakyat ini berkisah tentang seorang
pemuda bernama Toba yang menangkap seekor ikan mas cukup besar. Yang mengejutkan adalah ikan
mas ini berubah menjadi seorang perempuan berparas cantik dan perempuan itu menjelaskan bahwa ia
adalah seorang putri yang dikutuk.

Sebagai ucapan terima kasih, putri ini bersedia menjadi istri Toba dengan syarat tidak menyebarkan
asal-usulnya sebagai ikan. Mereka pun menikah dan memiliki seorang anak bernama Samosir. Samosir
ini sedikit nakal dan memiliki nafsu makan yang besar. Hingga suatu hari Samosir mengantarkan
makanan untuk ayahnya di ladang. Namun di tengah perjalanan Samosir lapar dan langsung memakan
makanan ayahnya.

Toba yang kelaparan dan terkejut karena melihat makanannya tinggal sedikit. Toba sangat marah dan
kelepasan mengucap bahwa Samosir adalah anak ikan. Samosir menangis dan bersedih ini pulang
mengadu ke ibunya.

Tiba-tiba sang putri dan Samosir menghilang dan muncul semburan air mengalir deras. Semburan itu
terus keluar hingga menggenangi lemah tempat tinggal Toba dan menjadi sebuah danau yang luas kini
dikenal dengan nama Danau Toba.
6. Pesut Mahakam

Cerita rakyat selanjutnya berasal dari Kalimantan Timur yaitu Pesut Mahakam. Pada zaman dahulu
lsebuah keluarga yang terdiri atas sepasang suami istri dan seorang anak laki-laki dan perempuan. Pak
Pung sebagai kepala keluarga mencari nafkah dengan bertani dan menangkap ikan. Namun suatu hari,
keluarga yang bahagia ini mengalami musibah yaitu istri Pak Pung jatuh sakit lalu meninggal dunia.

Kini hanya tinggal Pak Pung dan kedua anaknya. Pak Pung kini merasa keberatan karena harus bekerja
sekaligus mengurus kedua anaknya. Hingga suatu saat Pak Pung jatuh cinta dan menikah dengan
seorang perempuan yang ia jumpai saat pesta panen.

Pak Pung tak lagi kesepian dan hidup bahagia sebagai sepasang suami istri. Namun kebahagiaan itu tak
lama karena sifat asli istrinya terlihat bagaimana ia memperlakukan anak-anak dengan kasar. Ia kerap
menghukum anak-anak, bahkan tidak memberinya makan.

Suatu hari anak-anak ini diminta untuk mencari kayu bakar. Namun, mereka tidak mendapatkan
banyak kayu bakar sehingga mereka harus bermalam di hutan karena tidak boleh pulang. Mereka pun
kelaparan di dalam hutan yang gelap.

Tiba-tiba mereka bertemu seorang kakek-kakek yang memberi tahu keberadaan pohon yang berbuah
banyak. Mereka diperbolehkan mengambil sebanyak mungkin dalam sekali saja. Namun anak-anak ini
lupa dan mengambil buah terus menerus.

Keesokan harinya, mereka pulang ke rumah. Namun, rumah kosong dan ternyata orang tuanya telah
pundang. Mereka pun mencari alamat baru orang tuanya hingga di mana mereka menemukan sebuah
pondok di tengah ladang. Tanpa mereka ketahui, rumah itu adalah rumah Pak Pung.

Di dalam rumah itu, mereka menemukan nasi ketan yang masih panas. Karena kelaparan, mereka pun
memakannya hingga kenyang. Setelah kenyang, mereka merasa gerah dan memutuskan ke sungai.

Saat Pak Pung dan istrinya pulang, mereka terkejut karena nasi ketannya yang habis. Mereka Pung
mencari tahu siapa yang memakannya. Mereka mengikuti bekas-bekas makanan yang terjatuh sampai
di tepi sungai dan melihat dua ekor ikan pesut. Melihat tingkah ikan pesut tersebut Pak Pung sadar itu
adakan kedua anaknya. Ia pun sedih dan istrinya pun menyesali perbuatannya.

7. Joko Bodo

Joko bodo merupakan salah satu cerita rakyat yang berasal dari Jawa Tengah. Dilansir dari buku Cerita
Rakyat dari Jawa Tengah Volume 1 oleh James Danandjaja, pada zaman dahulu tinggallah seorang
janda dengan anak laki-laki semata wayangnya. Anak itu dikenal dengan nama Joko Bodo karena
teramat bodoh. Namun sang ibu sangat menyayangi anaknya.

Suatu hari, Joko Bodo hendak mencari kayu ke hutan. Di dalam hutan Joko Bodo menemukan seorang
wanita cantik yang sedang tertidur nyenyak. Karena kagum dengan kecantikannya, Joko Bodo
menggendong wanita ini dan membawanya pulang.

Setelah sampai rumah, ia membaringkan wanita cantik itu di atas tempat tidur ibunya dan ia segera
memberitahu ibunya. Saat malam tiba, sang wanita belum juga bangun. Sang ibu meminta Joko melihat
keadaan wanita itu namun menurut Joko ia akan membangunkan wanita itu besok paginya karena
masih tertidur lelap.

Keesokan paginya saat sarapan telah siap, si gadis tak keluar dari kamarnya. Sang ibu yang curiga
karena wanita ini tertidur satu setengah hari pun mengecek kamar si gadis. Betapa terkejutnya si ibu
bahwa ternyata gadis itu sebenarnya meninggal, bukan tertidur.

Sang ibu memberi tahu si Joko Bodo bahwa wanita ini telah meninggal karena tubuh wanita ini mulai
membusuk yang artinya wanita ini sudah mati. Joko Bodo pun mengerti bahwa setiap mayat akan
berbau busuk. Lalu wanita itu pun diangkat dan dibuang ke sungai.
Suatu hari, saat sang ibu memasak, ia tidak sengaja kentut. Kentut yang bau itu tercium ke hidung Joko
Bodo. Tiba-tiba, Joko Bodo menggendong sang ibu sembari menangis karena mengira ibunya telah
meninggal karena mengeluarkan bau. Sang ibu terus meronta-ronta namun Joko menganggap ibunya
sudah mati dan melemparnya ke sungai.

Sang ibu yang terbawa arus pun meninggal. Lalu, sore harinya Joko Bodo merenung karena sedih.
Tiba-tiba dia sendiri kentut dan muncul bau busuk karena kentutnya. Karena mencium bau busuk dari
dirinya, Joko Bodo menceburkan dirinya ke sungai karena menganggap dirinya sudah mati dan ia pun
meninggal karena kebodohannya sendiri.

8. La Dana

Cerita rakyat ini berasal dari Sulawesi Selatan, tepatnya dari Tana Toraja. Dilansir dari buku Kearifan
Lokal Cerita Rakyat Kalimantan Timur oleh Kemendikbud, cerita rakyat ini menceritakan kisah La
Dana, seorang anak petani yang terkenal akan kecerdikannya. Namun, kecerdikannya kadang
digunakan untuk memperdaya orang dan menjadi sebuah kelicikan.

Kala itu, La Dana diundang menghadiri pesta kematian bersama temannya. Dalam tradisi Tana Toraja,
setiap tamu yang hadir akan diberi daging kerbau. Saat itu kawan-lawan La Dana mendapatkan hampir
seluruh bagian kerbau kecuali kaki belakangnya. Namun La Dana hanya mendapatkan kaki belakang
kerbau.

Dengan akalnya, La Dana mengajak temannya untuk menggabungkan daging-daging itu dan
menukarkannya dengan seekor kerbau hidup. Ia mengajak dengan alasan supaya mereka dapat
memelihara kerbau itu hingga gemuk sebelum disembelih nantinya.

Kerbau hidup ini pun dipelihara oleh teman La Dana. La Dana ingin sekali mendapatkan kerbau itu.
Untuk mendapatkannya, ia menggunakan kelicikannya. Ia akan mengganggu temannya dan selalu
bertanya kapan kerbau ini akan disembelih. Temannya yang kesal karena diganggu terus menerus pun
menyuruh La Dana mengambil kerbau itu. Akhirnya, La Dana pun mendapatkan kerbau gemuk itu
hidup-hidup dari temannya.

9. Timun Mas

Cerita rakyat selanjutnya adalah Timun Mas yang berasal dari Jawa Tengah. Dilansir dari buku
Dongeng Nusantara oleh Bambang Joko Susilo, kala itu hiduplah seorang wanita hidup sebatang kara
yang menginginkan seorang anak untuk menemaninya bernama Mbok Randa. Suatu saat di hutan,
Mbok Randa ini bertemu raksasa dan ia memberinya biji mentimun.

Raksasa tersebut menyampaikan bila biji itu ditanam dan tumbuh ia akan mendapatkan seorang bayi.
Namun, raksasa itu memberi syarat jika bayi ini sudah berumur enam belas tahun harus diserahkan ke
raksasa untuk di santap.

Singkat cerita, Mbok Randa menanam biji ketimun tersebut dan menemukan seorang bayi di dalam
buah ketimun yang besar dan bayi itu diberi nama timun mas. Setelah enam belas tahun, raksasa datang
untuk menagih janji Mbok Randa.

Mbok Randa yang telah menyiapkan bingkisan berisi biji mentimun, jarum, dan garam terasi dari
seorang pertapa untuk menangkal kejahatan raksasa tersebut. Saat raksasa itu datang, Mbok Randa
menyuruh timun mas lari membawa bingkisan itu.

Raksasa itu mengejar timun mas. Saat raksasa mendekat, timun mas melemparkan biji timun. Ajaibnya,
biji itu tiba-tiba tumbuh menjadi pohon mentimun raksasa dan menghalangi tubuh raksasa. Namun,
pohon itu bisa dihancurkan oleh raksasa.

Timun mas kembali lari. Saat mendekat, timun mas melempar jarum dan tumbuhlah tanaman bambu
dengan lebat. Tanaman bambu ini membuat kaki raksasa berdarah karena tertusuk. Namun raksasa itu
masih terus mengejar timun mas. Selanjutnya timun mas melempar garam. Tiba-tiba belakangnya
menjadi lautan. Namun raksasa masih bisa melewati itu dan terus mengejar timun mas.

Timun mas terus lari dengan sisa satu barang di tangannya yaitu terasi. Timun mas pun melemparkan
terasi itu dan tanah di belakangnya menjadi lautan lumpur. Raksasa tidak bisa melewatinya karena saat
ia bergerak, ia semakin tenggelam dalam lumpur.

Akhirnya, timun mas pun bisa kembali pulang dan bertemu dengan Mbok Randa.

10. Putri Tujuh

Cerita rakyat selanjutnya berasal dari Kepulauan Riau. Dilansir dari buku Kumpulan Cerita Rakyat
Nusantara Terpopuler oleh Lia Nuralia dan Iim Imadudin, alkisah ada sebuah kerajaan Seri Bunga
Tanjung memiliki tujuh orang putri yang diperintah oleh Ratu Cik Sima. Dan putri tercantiknya adalah
putri bungsu bernama Mayang Sari.

Suatu saat ketika ketujuh putri mandi di Lubuk Umai, ternyata seorang pangeran sedang mengintipnya
di balik semak-semak. Ia adalah pangeran Empang Kuala yang terpesona dengan kecantikkan salah
satu putri itu. Tak lama, sang pangeran hendak meminang salah satu putrinya dan mendapat sambutan
baik dari Ratu Cik Sima.

Namun, yang diinginkan pangeran adalah putri bungsu, Mayang Sari. Namun jika mengikuti adat, yang
berhak menerima timangan adalah putri pertama terlebih dahulu. Sehingga pinangan dari pangeran ini
ditolak. Hal ini menimbulkan peperangan karena sang pangeran tak terima.

Pertempuran dahsyat berlangsung membuat Ratu Cik Sima segera menyembunyikan ketujuh putri di
dalam sebuah gua di hutan. Tiga bulan berlalu pertempuran tak kunjung usai. Hingga akhirnya
pertempuran usai di bulan keempat.

Ratu Cik Sima bersyukur dengan usainya pertempuran ini. Keesokan harinya dia pun pergi ke hutan
untuk menjemput ketujuh putrinya. Namun ratu terkejut karena mereka sudah tak bernyawa, akibat
kelaparan.

Ratu teringat ternyata persediaan makanan hanya cukup untuk tiga bulan sedangkan pertempuran
berlangsung selama empat bulan. Tak lama setelah itu, Ratu Cik Sima juga meninggal dunia.

Anda mungkin juga menyukai