Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Cerita rakyat adalah cerita yang berasal dari masyarakat dan berkembang dalam
masyarakat pada masa lampau yang menjadi ciri khas setiap bangsa yang
memiliki kultur budaya yang beraneka ragam mencakup kekayaan budaya dan
sejarah yang dimiliki masing-masing bangsa. Pada umumnya, cerita rakyat
mengisahkan tentang suatu kejadian di suatu tempat atau asal muasal
suatu tempat. Tokoh-tokoh yang dimunculkan dalam cerita rakyat umumnya
diwujudkan dalam bentuk binatang, manusia maupun dewa.

Ciri-ciri Cerita rakyat

1. Disampaikan turun-temurun.
2. Tidak diketahui siapa yang pertama kali membuatnya
3. Kaya nilai-nilai luhur
4. Bersifat tradisional
5. Memiliki banyak versi dan variasi
6. Mempunyai bentuk – bentuk klise dalam susunan atau cara
pengungkapkannya.
7. Bersifat anonim, artinya nama pengarang tidak ada.
8. Berkembang dari mulut ke mulut.
9. Cerita rakyat disampaikan secara lisan.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam makalah ini adalah
1. Bagaimana cerita dan unsur interistik dari asal usul Danau Toba ?
2. Bagaimana cerita dan unsur interistik Jaka Tarub ?

1
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini
1. Untuk mengetahui cerita dan unsur interistik dari asal Danau Toba
2. Untuk mengetahui cerita dan unsur interistik dari Jaka Tarub

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Cerita Rakyat

ASAL USUL DANAU TOBA

Pada suatu pagi, Kokar mengangkat bubunya dari sebuah parit. Alangkah
senang hatinya ketika didapatnya seekor dekke (ikan) yang besar. Ikan itu
ditaruhnya dalam kolam disamping rumah, lalu ia pergi ke sawah.
Setelah mengerjakan sawah ladangnya, kokar terkejut karena melihat
seorang gadis yang sangat cantik berdiri didekat kolam ikannya. “Jangan takut
dan heran, wahai Kokar! Saya adalah seorang putri raja jin penghuni pegunungan
disekitar sini. Kau pemuda yang rajin dan baik budi, maka saya disuruh
menemuimu dan mendampingimu sebagai seorang istri,” kata putri yang jelita itu.
Belum sempat kokar berkata, putri jin itu melanjutkan kata-katanya. “Tetapi ada
satu syarat yang harus kau penuhi, Kokar. Syarat itu adalah janji yang tidak boleh
dilanggar. Bila kita nanti dikaruniai anak, jika itu nakal jangan sekali-kali
memarahi dan mengatakan anak dekke! Apabila engkau melanggar, kita akan
berpisah untuk selamanya. Engkau dan anak kita akan binasa,” kata putri cantik
itu.
Beberapa hari kemudian dilaksanakanlah pernikahan Kokar dengan putri
tersebut secara meriah sesuai adapt daerah itu. Setahun kemudian istri Kokar
melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Samosir. Anaknya baik dan
lincah. Akan tetapi, semakin besar sikapnya bertambah nakal.
Suatu hari, Kokar pulang dari sawah. Sehabis membasuh kaki, tangan,
dan muka Kokar menuju keruang makan. Ia terkejut karena hidangan di meja
telah habis, tentu dimakan oleh Samosir, putranya sendiri. Timbullah amarah
Kokar kepada anaknya. Dicarinya Samosir. Ketika hendak tertangkap, Samosir
tertawa terbahak-bahak. Kokar semakin marah, maka ia lupa janjinya kepada
istrinya dengan berkata, “Pantaslah kamu semakin nakal kepada orang tua karena

3
kamu memang anak dekke (ikan)!”.
Mendengar kata-kata ayahnya, Samosir lari mencari ibunya dan
mengatakan seperti ayahnya. Mendengar kata anaknya, ibu Samosir gemetar
sambil berkata. “O……., anakku! Tiba juga saat yang mengetikan. Ayahmu telah
lupa pada janjinya. Sekarang pergilah ke puncak gunung. Karena kenakalanmu,
kita semua harus berpisah. Tempat ini akan dilanda banjir besar, anakku!”
Sebentar kemudian keadaan berubah, gelap. Halilintar menggelegar dan
kilat bersautan. Hujan turun tiada hentinya, Banjir segera terjadi. Lembah yang
subur digenangi air. Semua penduduk binasa termasuk Kokar. Samosir yang di
puncak gunung dicekam ketakutan hingga meninggal di puncak gunung tersebut.
Putri jin kembali ke asalnya. Lembah subur menjadi telaga yang disebut
Danau Toba. Gunung tempat Samosir meninggal disebut Pulau Samosir yang ada
di tengah Danau Toba.

Jaka Tarub

Jaka Tarub adalah seorang pemuda gagah yang memiliki kesaktian. Ia sering
keluar masuk hutan untuk berburu di kawasan gunung keramat. Di gunung itu
terdapat sebuah telaga. Tanpa sengaja, ia melihat dan kemudian mengamati tujuh
bidadari sedang mandi di telaga tersebut. Karena terpikat, Jaka Tarub mengambil
selendang yang tengah disampirkan milik salah seorang bidadari. Ketika para
bidadari selesai mandi, mereka berdandan dan siap kembali ke kahyangan. Salah
seorang bidadari, karena tidak menemukan selendangnya, tidak mampu kembali
dan akhirnya ditinggal pergi oleh kawan-kawannya karena hari sudah beranjak
senja. Jaka Tarub lalu muncul dan berpura-pura menolong. Bidadari yang
bernama Nawangwulan itu bersedia ikut pulang ke rumah Jaka Tarub karena hari
sudah senja.
Singkat cerita, keduanya lalu menikah. Dari pernikahan ini lahirlah seorang putri
yang dinamai Nawangsih. Sebelum menikah, Nawangwulan mengingatkan pada
Jaka Tarub agar tidak sekali-kali menanyakan rahasia kebiasaan dirinya kelak
setelah menjadi isteri. Rahasia tersebut adalah bahwa Nawangwulan selalu

4
menanak nasi menggunakan hanya sebutir beras dalam penanak nasi namun
menghasilkan nasi yang banyak. Jaka Tarub yang penasaran tidak menanyakan
tetapi langsung membuka tutup penanak nasi. Akibat tindakan ini, kesaktian
Nawangwulan hilang. Sejak itu ia menanak nasi seperti umumnya wanita biasa.
Nawangwulan bergabung kembali bersama bidadari lain.
Akibat hal ini, persediaan gabah di lumbung menjadi cepat habis. Ketika
persediaan gabah tinggal sedikit, Nawangwulan menemukan selendangnya, yang
ternyata disembunyikan suaminya di dalam lumbung.
Nawangwulan tidak menyangka bahwa selama ini suaminya sendiri yang
menyembunyikan selendangnya. Ia sangat marah dan kecewa terhadap
suaminya. Ketika Jaka Tarub sampai di rumah setelah berburu di hutan,
Nawangwulan bertanya kepada Jaka Tarub kenapa ia menyembunyikan
selendangnya. Jaka Tarub terkejut ketika Nawangwulan bertanya tentang hal itu.
Jaka Tarub meminta maaf kepada istrinya dan menjelaskan kenapa ia
menyembunyikan selendangnya. Ia melakukan hal itu agar Nawangwulan tidak
pernah kembali lagi ke khayangan.
Namun, Nawangwulan yang terlanjur marah dan kecewa tidak mau
mendengarkan perkataan dan permintaan maaf Jaka Tarub. Ia bertekad akan
kembali ke khayangan. Jaka Tarub memohon agar istrinya tidak kembali ke
khayangan. Tetapi, Nawangwulan tetap dengan pendiriannya.
Setelah kepergian Nawangwulan, Jaka Tarub sendiri yang merawat putri kecilnya.
Mulai dari memberi makan, memandikan semua dilakukannya sendiri. Hingga
suatu hari Nawangsih sakit, Jaka Tarub bingung harus melakukan apa. Ia ke telaga
tempat di mana ia dan Nawangwulan bertemu. Ia memanggil-manggil nama
Nawangwulan agar segera kembali ke bumi.
Di khayangan, Nawangwulan sedang bingung apakah ia akan kembali ke bumi
atau tidak. Jika ia kembali ke bumi maka ia akan menjadi manusia seutuhnya dan
tidak akan pernah kembali lagi ke khayangan. Tetapi jika ia tidak kembali lagi ke
bumi, bagaimana dengan Nawangsih yang sedang sakit. Nawangwulan bercerita
kepada para bidadari dan meminta nasihat apa yang harus dilakukannya saat ini.

5
Akhirnya Nawangwulan kembali lagi ke bumi dan menjadi manusia seutuhnya. Ia
tidak akan pernah bisa kembali ke khayangan lagi. Jaka Tarub yang melihat
Nawangwulan kembali merasa sangat senang. Nawangwulan berkata bahwa ia
akan tinggal di bumi selamanya dan menjadi manusia seutuhnya. Ia berkata akan
memulai kehidupan barunya di bumi bersama Nawangsih dan Jaka Tarub. Mereka
kemudian hidup bersama dan menjadi keluarga yang bahagia.

2.2 Unsur Unsur dalam cerita rakyat

Unsur intrinsik cerita “Asal Usul Danau Toba”.

1. Tema: Kokar lupa akan janjinya kepada istrinya.


Buki : “……..Kokar semakin marah, maka ia lupa janjinya kepada istrinya dengan
berkata, “Pantaslah kamu semakin nakal kepada orang tua karena kamu memang
anak dekke (ikan)!”.
2. Penokohan dan perwatakan
a) Tokoh utama → Kokar : Rajin dan pemarah, pelupa.
Bukti : “……Kau adalah pemuda yang rajin dan baik budi, maka saya disuruh
menemuimu dan mendampingimu sebagai seorang istri,” (paragraph 2)
→ “……..Timbullah amarah Kokar kepada anaknya. Dicarinya Samosir. Ketika
hendak tertangkap, Samosir tertawa terbahak-bahak. Kokar semakin marah, maka
ia lupa janjinya kepada istrinya”. (Paragraf 6)
→ Ayahmu telah lupa pada janjinya. Sekarang pergilah ke puncak gunung.”
(Paragraf 7)
b) Tokoh sampingan → Samosir : baik dan lincah menjadi nakal.
Bukti : “Setahun kemudian istri kokar melahirkan seorang anak laki-laki yang
diberi nama Samosir. Anaknya baik dan lincah. Akan tetapi, semakin besar
sikapnya bertambah nakal.” (Paragraf 5).
→ Ayahmu telah lupa pada janjinya. Sekarang pergilah ke puncak gunung.”
(Paragraf 7)

6
→ Karena kenakalanmu, kita semua harus berpisah. Tempat ini akan dilanda
banjir besar, anakku!” (Paragraf 7)

3. Alur/Plot : maju
a) Pengenalan
Bukti : Pada suatu pagi, kokar mengangkat bubunya dari sebuah parit. Alangkah
senang hatinya ketika didapatnya seekor dekke (ikan) yang besar. Ikan itu
ditaruhnya dalam kolam disamping rumah, lalu ia pergi ke sawah.
→ Setelah mengerjakan sawah ladangnya, kokar terkejut karena melihat seorang
gadis yang sangat cantik berdiri didekat kolam ikannya.
→ “Jangan takut dan heran, wahai kokar! Saya adalah seorang putrid raja jin
penghuni pegunungan disekitar sini. Kau pemuda yang rajin dan baik budi, maka
saya disuruh menemuimu dan mendampingimu sebagai seorang istri,” kata putri
yang jelita itu.
→ Belum sempat kokar berkata, putri jin itu melanjutkan kata-katanya.
“Tetapi ada satu syarat yang harus kau penuhi, kokar. Syarat itu adalah janji yang
tidak boleh dilanggar. Bila kita nanti dikaruniai anak, jika itu nakal jangan sekali-
kali memarahi dan mengatakan anak dekke! Apabila engkau melanggar, kita akan
berpisah untuk selamanya. Engkau dan anak kita akan binasa,” kata putri cantik
itu.

b) Muncul masalah
Bukti : Suatu hari, Kokar pulang dari sawah. Sehabis membasuh kaki, tangan, dan
muka Kokar menuju keruang makan. Ia terkejut karena hidangan di meja telah
habis, tentu dimakan oleh Samosir, putranya sendiri. Timbullah amarah Kokar
kepada anaknya. Dicarinya Samosir. Ketika hendak tertangkap, Samosir tertawa
terbahak-bahak. Kokar semakin marah, maka ia lupa janjinya kepada istrinya
dengan berkata, “Pantaslah kamu semakin nakal kepada orang tua karena kamu
memang anak dekke (ikan)!”.

7
→ Mendengar kata-kata ayahnya, Samosir lahi mencari ibunya dan mengatakan
seperti ayahnya. Mendengar kata anaknya, ibu Samosir gemetar sambil berkata.
“O……., anakku! Tiba juga saat yang mengetikan. Ayahmu telah lupa pada
janjinya. Sekarang pergilah ke puncak gunung. Karena kenakalanmu, kita semua
harus berpisah. Tempat ini akan dilanda banjir besar, anakku!”
→ Sebentar kemudian keadaan berubah, gelap. Halilintar menggelegar dan kilat
bersautan. Hujan turun tiada hentinya, Banjir segera terjadi. Lembah yang subur
digenangi air. Semua penduduk binasa termasuk Kokar. Samosir yang di puncak
gunung dicekam ketakutan hingga meninggal di puncak gunung tersebut.

c) Keadaan mulai memuncak


Bukti : Sebentar kemudian keadaan berubah, gelap. Halilintar menggelegar dan
kilat bersautan. Hujan turun tiada hentinya, Banjir segera terjadi. Lembah yang
subur digenangi air. Semua penduduk binasa termasuk Kokar. Samosir yang di
puncak gunung dicekam ketakutan hingga meninggal di puncak gunung tersebut.

d) Akhir
Bukti : Putri jin kembali ke asalnya. Lembah subur menjadi telaga yang disebut
Danau Toba. Gunung tempat Samosir meninggal disebut Pulau Samosir yang ada
di tengah Danau Toba.
4. Latar
a) Latar waktu : siang hari
b) Latar tempat : Rumah/sawah
c) Latar suasana : Mengerikan

5. Amanat
“ Jangan sembarang janji kepada orang lain kalau kita tidak mampu
menjaganya”.

8
Unsur Ekstrinsik
1. Nilai moral → Orang yang rutin dan baik pasti akan membuahkan hasil yang
bagus.
2. Nilai kebudayaan → Sebuah pernikahan dilaksanakan sesuai adat daerah itu.

Unsur intrinsik cerita “Jaka Tarub”

1. Unsur Instrinsik
• Tema : Kecerobohan membawa malapetaka
• Alur : Maju
• Latar :
ü Tempat : desa, rumah Jaka Tarub, telaga, dangau, hutan, lumbung padi, dapur
ü Waktu : pagi hari, sore menjelang petang, malam, siang
ü Suasana : bahagia, sedih
• Sudut pandang : Orang ketiga
• Ragam bahasa : Baku
• Tokoh :
ü Jaka Tarub
ü Dewi Nawang Wulan
ü Nawang Asih
ü Nyi Randa Taru
ü Bidadari
• Penokohan :
ü Jaka Tarub : Berwatak pembohong, tidak menjaga amanah,
setia, penolong. (Secara Dramatik/tidak langsung)
dengan Fikiran tokoh.
ü Nawang Wulan : Berwatak penyayang, perhatian, pekerja
keras, pemaaf. (Secara Dramatik/tidak langsung) dengan Dialog antartokoh.
ü Nyi Randa Taru : penyayang,tulus, baik
ü Nawang Asih : setia

9
ü Bidadari : egois
• Amanat : Segala sesuatu yang disembunyikan, pasti akan terbongkar, juga.
Oleh karena itu, kita harus jujur dan tidak melanggar amanah. Selain itu, sebagai
manusia, kita harus saling memaafkan.

2. Unsur Ekstrinsik

1. Nilai Moral : - Jaka Tarub mengambil selendang Nawang Wulan


- Jaka Tarub melanggar amanah dari Nawang Wulan
2. Nilai Sosial : - Nyi Randa mengasuh Jaka Tarub yang bukan
anak kandungnya
- Jaka Tarub menolong Nawang Wulan
3. Nilai Budaya : - Nawang Wulan menumbuk padi
- Pemberian nama pada Nyi Randa Taru seperti kebiasaan
masyarakat Jawa.
4. Nilai Ekonomi : - Persediaan beras di lumbunf padi mereka menipis

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

“ Jangan sembarang janji kepada orang lain kalau kita tidak mampu
menjaganya”.

“Segala sesuatu yang disembunyikan, pasti akan terbongkar, juga. Oleh karena
itu, kita harus jujur dan tidak melanggar amanah. Selain itu, sebagai manusia,
kita harus saling memaafkan.”

3.2 Saran

Dari cerita rakyat kita bisa mengambill hikmah dari kejadiannya dan dijadikan
pembelajaran dalam hidup kita agar menjadi pribadi lebih baik.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/document/337367959/Cerita-Rakyat-Dan-Unsur-Intrinsik

12

Anda mungkin juga menyukai