Anda di halaman 1dari 16

Indonesia, tanah air yang subur dengan kekayaan budaya yang melimpah, menawarkan

warisan cerita rakyat yang memikat dan sarat makna. Cerita-cerita ini tidak hanya menjadi
hiburan bagi generasi-generasi sebelumnya, tetapi juga pembawa pesan moral dan
kebijaksanaan yang terus diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Dalam eksplorasi kekayaan cerita rakyat Indonesia, Alan Dundes, seorang ahli folklor
Amerika terkemuka, memberikan kontribusi besar dalam bidang folklor dan antropologi.
Dalam bukunya yang berjudul "The Meaning of Folklore," Dundes mendefinisikan cerita
rakyat sebagai berikut:

"Cerita rakyat adalah cerita tradisional yang diwariskan secara turun-temurun melalui lisan,
mencakup mitos, legenda, dongeng, anekdot, atau cerita serupa yang berkembang di antara
masyarakat."

Pengertiannya menekankan aspek transmisi lisan, di mana cerita-cerita tersebut disampaikan


dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui narasi lisan. Ini mencakup berbagai jenis
cerita seperti mitos (kisah-kisah yang menceritakan tentang asal-usul alam semesta), legenda
(kisah yang berkaitan dengan tokoh-tokoh sejarah atau tempat-tempat tertentu), dongeng
(kisah-kisah fantasi), anekdot, dan jenis cerita rakyat lainnya.

Setiap daerah di Indonesia memiliki beragam cerita rakyat yang unik. Sebagai contoh, berikut
adalah 12 dongeng cerita rakyat Indonesia yang terkenal dan menarik, yang akan kita
eksplorasi lebih lanjut.

1. Malin Kundang
Dongeng cerita rakyat yang pertama adalah cerita Malin Kundang. Cerita bercerita tentang
seorang anak yang bernama Malin Kundang. Malin Hidup bersama ibunya di sebuah desa
pesisir pantai Sumatera Barat.

Setelah beranjak dewasa, malin merantau ke kota dengan tujuan agar mendapatkan kehidupan
yang lebih baik. Setelah beberapa tahun, Malin Kundang kini sudah sukses dan hidup
berkecukupan di kota, bahkan dia sudah menikah dengan putri dari seorang bangsawan.

Setelah menikah, istri Malin Kundang yang sedang hamil menginginkan untuk berlibur ke
pantai. Karena sangat mencintai istrinya, Malin Kundang dan istrinya pergi berlibur ke pantai
dan ternyata pantai tersebut adalah desa dimana ibu Malin Kundang tinggal.

Setibanya di pantai, ibu Malin Kundang yang sudah bertahun-tahun tidak bertemu anaknya,
dan melihat dari kejauhan bahwa Malin Kundang datang, langsung menghampiri dan
memeluknya.

Pada saat tersebut, Malin Kundang merasa malu dan tidak mau mengakui ibunya yang
berasal dari desa. Sempat terjadi perdebatan antara mereka, ibu Malin Kundang pun
kemudian merasa sedih sekaligus marah anaknya kini tidak mengakui dirinya sebagai ibunya.

Ibu Malin Kundang kemudian berdoa dan mengutuk Malin Kundang menjadi batu. Sembari
menyesali perbuatannya yang sudah terlambat, dengan posisi bersujud Malin Kundang kini
ternyata sudah berubah menjadi batu.

Melalui dongeng cerita rakyat Malin Kundang ini, anak-anak akan belajar agar tidak durhaka
kepada orang tua mereka.

2. Dongeng Cerita Rakyat Legenda Danau Toba

Dongeng cerita rakyat yang kedua masih berasal dari Sumatera Barat, yaitu legenda Danau
Toba. Kisah ini menceritakan tentang seorang pemuda yang bernama Toba yang hidup
sederhana dengan bekerja di ladang setiap harinya.

Pada suatu hari, Toba pergi memancing ikan di sebuah sungai. Dari hasil memancing
tersebut, toba mendapatkan sebuah ikan yang memiliki warna kekuningan keemasan. Saat
Toba melepaskan mata kail dari mulut ikan tersebut, ikan tersebut berubah menjadi seorang
wanita yang cantik.

Wanita tersebut kemudian memperkenalkan dirinya, wanita cantik tersebut bernama Putri.
Toba sangat jatuh cinta pada Putri, dan memintanya untuk menikah. Putri kemudian
menerima lamaran dari Toba, tapi dengan satu syarat.

Syarat tersebut adalah Toba tidak boleh menceritakan kepada siapapun bahwa dirinya adalah
ikan di sungai tersebut. Toba kemudian menyanggupi permintaan tersebut.

Setelah menikah, hidup secara sederhana dan penuh kebahagiaan, Toba dan Putri
dikaruniakan seorang anak laki-laki yang kemudian diberikan nama Samosir.
Seiring berjalannya waktu, Samosir ternyata tumbuh menjadi pribadi yang pemalas dan
cukup nakal. Samosir sehari-harinya hanya bermalas-malasan saja, selain itu Samosir juga
memiliki nafsu makan yang tinggi.

Suatu ketika, Putri meminta Samosir untuk mengantarkan makanan ke ayahnya. Karena
malas, Samosir merasa terpaksa melakukan hal tersebut. Ditengah perjalanan, Samosir
merasa sangat lapar.

Karena merasa sangat lapar, Samosir memakan makanan yang seharusnya diberikan pada
ayahnya, Toba. Samosir kemudian hanya menyisakan sedikit dari makanan yang seharusnya
diberikan kepada ayahnya.

Setibanya di ladang, Toba sangat kesal dan marah karena melihat makanannya yang hanya
tersisa sedikit. Dengan emosi marah tersebut, Toba membentak Samosir dan berkata “Anak
tidak tau diuntung, dasar kau, anak keturunan ikan!”

Samosir yang sangat ketakutan dan sedih tersebut pulang dan menceritakan apa yang terjadi
kepada ibunya. Ibunya yang mendengar cerita tersebut merasa sangat sedih, karena ternyata
Toba telah melanggar janjinya.

Putri dan Samosir kemudian berpegangan tangan, dan keduanya pun menghilang secara tiba-
tiba. Selain itu juga, dari setiap jejak langkah Samosir terus muncul air dalam jumlah yang
sangat banyak sehingga menenggelamkan wilayah di sekitarnya termasuk Toba.

3. Sangkuriang

Dongeng cerita rakyat berikutnya dari Yumin kali ini adalah kisah tentang
Sangkuriang. Kisah ini bermula dimana pada masa lalu sepasang dewa dan dewi melakukan
kesalahan yang sangat besar hingga diusir dari kahyangan. Ketika dibuang dan turun ke
bumi, dewa berubah menjadi seekor anjing bernama Tumang, sementara sang dewi berubah
menjadi babi hutan bernama Celeng Wayungyang.

Suatu ketika seorang raja pergi berburu di hutan bersama kelompoknya, namun pada
akhirnya raja ini terpisah dari kelompoknya. Sang raja kemudian buang air kecil, tanpa
sengaja, air kencing sang raja ini diminum oleh Celeng Wayungyang.

Air kencing sang raja ini ternyata mengandung sedikit sperma sehingga dalam waktu singkat,
Celeng Wayungyang langsung hamil dan melahirkan seorang putri.

Putri ini kemudian ditemukan oleh sang raja tanpa mengetahui bahwa putri ini adalah anak
kandung dari sang raja.

Bayi perempuan ini kemudian diberi nama Dayang Sumbi. Ketika sudah dewasa, Dayang
Sumbi tumbuh menjadi wanita yang sangat cantik. Ada banyak pria yang ingin menikahinya
namun Dayang Sumbi tidak menginginkan hal tersebut.
Suatu ketika Dayang Sumbi yang sedang menenun kehilangan gulungan benang miliknya.
Dayang Sumbi merasa sangat sedih dan berjanji bahwa yang menemukan gulungan benang
tersebut akan diberikan hadiah.

Jika yang menemukan gulungan benang tersebut adalah seorang perempuan, maka Dayang
Sumbi akan memperlakukannya seperti saudaranya sendiri, dan jika yang menemukan
gulungan benang tersebut adalah seorang laki-laki, maka Dayang Sumbi akan menjadikannya
suami.

Setelah beberapa saat, ternyata yang menemukan gulungan benang tersebut adalah seekor
anjing yang bernama Tumang. Meskipun seekor anjing, Dayang Sumbi merasa harus tetap
memenuhi janjinya.

Sang raja yang kesal dengan apa yang akan dilakukan oleh Dayang Sumbi, kemudian
mengusir dan membuang Dayang Sumbi ke sebuah pondok sederhana di dalam hutan.

Setelah menikah, Dayang Sumbi dibuat bingung karena setiap bulan purnama, anjing tersebut
berubah menjadi pria tampan, dari pernikahan mereka ini, lahirlah seorang anak laki-laki
yang kemudian diberi nama Sangkuriang.

Beberapa tahun berlalu, suatu ketika saat Sangkuriang pergi berburu dia mencoba membunuh
seekor babi hutan yang ternyata adalah Celeng Wayungyang, nenek dari Sangkuriang.

Tuman mencoba menghentikan perbuatan Sangkuriang tersebut. Merasa kesal dan tidak
mendapatkan apapun, Sangkurian kemudian membunuh Tumang dan mengambil hatinya
untuk dibawa pulang.

Ketika waktu makan malam tiba, Dayang Sumbi sudah menjadi hati yang dibawa
Sangkuriang sebagai bahan makanan. Ketika Dayang Sumbi mencoba memanggil Tumang
untuk dibagikan makanan, Tumang tak kunjung datang.

Merasa bersalah dan sedih, Sangkuriang lalu menjelaskan bahwa hati yang dibawa olehnya
adalah hati Tumang. Merasa sedih dan marah, Dayang Sumbi lalu memukul Sangkuriang
hingga meninggalkan bekas luka di kepalanya.

Karena berpikir bahwa ibunya membencinya, Sangkurian kabur dari rumah. Setelah beberapa
saat, Dayang Sumbi menyesal telah melakukan hal tersebut dan berdoa kepada dewa agar
menyatukan kembali dirinya dengan Sangkuriang, anaknya.

Ketika Sangkuriang keluar rumah, Sangkuriang ternyata telah lupa ingatan dan bahkan tidak
mengetahui bahwa dia memiliki seorang ibu bernama Dayang Sumbi.

Sangkuriang kini telah tumbuh dewasa, suatu ketika, Sangkuriang bertemu dengan seorang
wanita cantik di hutan dan ternyata itu adalah Dayang Sumbi, namun karena hilang ingatan,
Sangkuriang tidak mengetahui bahwa wanita tersebut adalah ibunya.

Karena tertarik dan jatuh cinta, Sangkuriang kemudian melamar wanita tersebut. Karena
sudah bertahun-tahun tidak bertemu, Dayang Sumbi pada awalnya tidak mengetahui bahwa
yang melamarnya adalah anaknya, Sangkuriang.
Namun sehari sebelum pernikahan, Dayang Sumbi mendapati bekas luka yang sama pada
kepala pria yang akan dinikahinya dengan bekas luka Sangkurian.

Mengetahui hal tersebut, Dayang Sumbi mencoba menggagalkan pernikahan tersebut dengan
menjelaskan kepada Sangkuriang, namun Sangkuriang tidak mau mendengar penjelasan dari
Dayang Sumbi.

Dayang Sumbi kemudian memberikan syarat yang tidak mungkin bisa dilakukan
Sangkuriang untuk pernikahan tersebut. Syarat tersebut adalah Sangkuriang harus
membuatkan sebuah danau dengan perahu yang akan digunakan nantinya dalam waktu satu
malam.

Sangkuriang kemudian menyanggupi hal tersebut. Dengan dibantu oleh makhluk gaib,
Sangkuriang hampir berhasil menyelesaikan permintaan Dayang Sumbi.

Sadar Sangkuriang akan berhasil, Dayang Sumbi menggunakan syal ajaibnya untuk membuat
cahaya dari timur sehingga seolah-olah fajar telah tiba. Sangkuriang merasa gagal untuk
memenuhi syarat pernikahan dari Dayang Sumbi.

Sangkuriang yang merasa kesal dan gagal memenuhi persyaratan pernikahan dari Dayang
Sumbi kemudian menendang perahu tersebut hingga terbalik dan perahu tersebut berubah
menjadi gunung yang kini dikenal Gunung Tangkuban Perahu.

Sangkuriang tetap memaksa Dayang Sumbi untuk menikah, hal ini membuat Dayang Sumbi
berusaha kabur dari Sangkuriang. Agar selamat dari kejaran Sangkuriang, Dayang Sumbi
meminta bantuan kepada tuhan untuk membantunya.

Permintaan tersebut kemudian terkabul dan Dayang Sumbi berubah menjadi bunga Jaksi dan
Sangkurian gagal menemukannya.
4. Dongeng Cerita Rakyat Roro Jonggrang

Dongeng cerita rakyat yang berikutnya dari Yumin kali ini adalah kisah Roro
Jonggrang. Kisah Roro Jonggrang dimulai ketika ayahnya, yakni raja Prambanan kalah dalam
perang dengan Bandung Bondowoso. Selain itu juga, Bandung Bondowoso juga ingin
menjadikan Roro Jonggrang anak dari raja Prambanan sebagai istrinya.

Roro Jonggrang menolak hal tersebut. Tidak terima akan hal tersebut, Roro Jonggrang
dimasukan ke dalam sel tahanan bersama Bi Sumi dan dayang-dayang lainnya.

Hampir setiap hari Bandung Bondowoso menemui dan meminta Roro Jonggrang menjadi
istrinya. Lelah karena terus diminta, Roro Jonggrang kemudian memberikan satu syarat
kepada Bandung Bondowoso.

Jika Bandung Bondowoso berhasil memenuhi syarat tersebut, maka Roro Jonggrang mau
menjadi istri Bandung Bondowoso. Syarat dari Roro Jonggrang adalah dia meminta Bandung
Bondowoso membangun 1000 candi dalam waktu satu malam.

Bandung Bondowoso menerima syarat tersebut. Dia kemudian meminta bantuan jin untuk
melakukannya.

Roro Jonggrang yang melihat bahwa Bandung Bondowoso hampir menyelesaikan


persyaratan tersebut, kemudian bersama Bi Sumi melakukan ide untuk agar Bandung
Bondowoso gagal memenuhi persyaratan dari Roro Jonggrang tersebut.

Mereka membakar banyak jerami sehingga langit menjadi cerah, sementara dayang-dayang
lainnya membantu dengan menumbuk lesung dan membuat ayam berkokok yang merupakan
tanda pagi hari telah tiba.
Mendapati hal tersebut, Bandung Bondowoso gagal memenuhi persyaratan dari Roro
Jonggrang karena setelah dihitung ulang, jumlah candi yang dibuat kurang satu buah, atau
hanya selesai 999 buah candi.

Marah akan hal tersebut, Bandung Bondowoso kemudian mengubah Roro Jonggrang menjadi
candi ke 1000 sehingga jumlah candi tersebut menjadi 1000 candi.

5. Joko Kendil

Dongeng cerita rakyat berikutnya adalah cerita tentang Joko Kendil. Dikisahkan pada zaman
dahulu kala, di sebuah desa terpencil di Jawa Tengah, hiduplah seorang anak yang bernama
Joko Kendil.

Joko Kendil memiliki penampilan yang tidak menarik karena memiliki bentuk seperti kendil
atau guci kayu yang pendek dan lebar.

Seiring berjalannya waktu, Joko Kendil memiliki keinginan untuk menikah dengan putri raja.
Mendapati hal tersebut, ibu Joko Kendil sempat terheran-heran dan mengatakan itu hal yang
mustahil. Namun karena kasih sayangnya kepada Joko Kendil, ibu tersebut mencoba
memenuhi permintaan tersebut.

Sesampainya di istana raja, ibu Joko Kendil menyampaikan maksudnya kepada raja. Raja
memiliki 3 orang putri, yaitu Dewi Kantil, Dewi Mawar dan Dewi Melati. Dari ketiga putri
raja tersebut, ternyata Dewi Melati mau menerima lamaran tersebut.

Joko Kendil dan Dewi Melati kemudian menikah, namun setiap harinya, Dewi Kantil dan
Dewi Mawar terus menghina Dewi Melati yang menikahi Joko Kendil.

Hingga pada suatu ketika, diadakanlah perlombaan ketangkasan di kerjaan. Joko Kendil tidak
hadir dalam acara tersebut karena sedang sakit.
Dalam acara tersebut, hadirlah seorang pangeran tampan dan gagah. Dewi Kantil dan Dewi
Mawar sangat menyukai pangeran yang tampan dan gagah tersebut sambil terus menghina
Dewi Melati dan Joko Kendil.

Tidak tahan dengan hinaan Dewi Kantil dan Dewi Mawar, Dewi Melati yang merasa kesal
kemudian membanting kendil atau guci tanah ketika berada di rumah.

Betapa terkejutnya Dewi Melati mendapati pria yang tampan dan gagah tersebut keluar dari
kendil tersebut. Pria tampan dan gagah tersebut kemudian menjelaskan bahwa dirinya adalah
Joko Kendil.

Penampilannya yang seperti kendil selama ini adalah karena kehendak Dewata.
Penampilannya akan kembali seperti semula jika ada seorang wanita yang mencintainya
dengan tulus.

6. Ande-Ande Lumut

Dongeng cerita rakyat yang selanjutnya adalah kisah Ande-Ande Lumut. Suatu ketika
hiduplah seorang janda miskin dengan anaknya yang sangat tampan bernama Ande-Ande
Lumut.

Banyak wanita mencoba melamar Ande-Ande Lumut, namun selalu ditolaknya. Di dekat
desa tempat Ande-Ande lumut tinggal namun terpisahkan oleh sungai yang cukup besar, juga
hiduplah seorang janda kaya bernama Nyi Menah.

Nyi Menah memiliki enam orang anak, Klenting Merah, Klenting Hijau, Klenting Biru,
Klenting Ungu, Klenting Kelabu dan Klenting Hitam. Selain mereka, dalam rumah tersebut
juga hidup seorang wanita yang bernama Klenting Kuning.

Klenting setiap harinya diperlakukan tidak menyenangkan dan juga diperlakukan seperti
seorang pembantu.
Suatu hari Nyi Menah ingin memperkenalkan anak-anaknya kepada Ande-Ande Lumut
dengan agar salah satunya dinikahi oleh Ande-Ande Lumut. Namun untuk bisa mencapai
rumah Ande-Ande Lumut, mereka semua harus melewati sungai yang dijaga oleh kepiting
raksasa bernama Yuyu Kangkang.

Agar bisa melewati Yuyu Kangkang, Yuyu Kangkang memberikan syarat kepada mereka.
Syarat tersebut adalah Yuyu Kangkang harus mencium semua anak Nyi Menah.

Karena sangat ingin bertemu dengan Ande-Ande Lumut, mereka semua menyanggupi hal
tersebut. Setibanya di rumah Ande-Ande Lumut, Ande-Ande Lumut juga menolak semua
lamaran dari anak-anak Nyi Menah karena mereka telah dicium oleh Yuyu Kangkang.

Mereka semua kemudian pulang dengan perasaan kecewa. Sementara itu, Klenting Kuning
juga pergi ke rumah Ande-Ande Lumut setelah menyelesaikan pekerjaan rumahnya.

Agar Yuyu Kangkang tidak mencium Klenting Kuning, Klenting Kuning mengelus pipinya
dengan kotoran ayam. Karena hal tersebut Klenting Kuning bisa sampai ke rumah Ande-
Ande Lumut tanpa dicium oleh Yuyu Kangkang.

Ande-Ande Lumut kemudian memilih Klenting Kuning sebagai istrinya. Selain itu juga
Ande-Ande Lumut berubah menjadi seorang pangeran yang bernama pangeran Inu Kertapati.

Baca Juga : 7 Rekomendasi Buku Cerita Anak Bergambar, Cek Disini!

7. Dongeng Cerita Rakyat Bawang Merah dan Bawang


Putih
Dongeng cerita rakyat yang satu ini sudah cukup terkenal, yaitu dongeng bawang merah dan
bawang putih. Pada zaman dahulu kali, di suatu desa, hiduplah seorang janda dengan 2 orang
anak, yaitu Bawang Merah dan Bawang Putih.

Bawang Merah dan Bawang Putih memiliki sifat yang saling bertolak belakang. Bawang
Merah memiliki sifat pemalas, sombong dan iri hati. Sementara Bawang Putih memiliki sifat
rajin, baik hati jujur dan rendah hati.

Selain itu juga, Bawang Putih ini adalah anak tiri dari ibunya dan saudara tiri dari Bawang
Merah.

Bawang Putih sering kali mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari ibunya dan
Bawang Merah, selain itu juga, Bawang Putih lebih sering mengerjakan rumah.

Suatu ketika, saat Bawang Putih sedang mencuci baju di sungai, namun sayangnya, salah satu
pakaian ibu tirinya hanyut terbawa arus. Karena takut akan dimarahi, Bawang Putih mencari
pakaian tersebut.

Setelah mencoba mencari, Bawang Putih menemukan sebuah gua dimana di dalamnya
tinggal seorang wanita tua. Bawang Putih bertanya kepada wanita tua tersebut, apakah
melihat pakaian yang sedang Bawang Putih cari.

Wanita tua tersebut berkata bahwa pakaian tersebut ada padanya, dan akan
mengembalikannya pada Bawang Putih tapi dengan satu syarat.

Syarat dari wanita tua tersebut adalah untuk membantu pekerjaannya. Bawang Putih
menyanggupi persyaratan tersebut.

Setelah membantu wanita tua tersebut, pakaian tersebut dikembalikan ke Bawang Putih.
Sebagai bentuk terima kasih, wanita itu memberikan Bawang Putih dua buah labu, buah labu
besar dan kecil. Bawang Putih diminta memilih salah satu dari kedua buah labu tersebut.

Bawang Putih akhirnya memilih buah labu yang kecil. Setibanya di rumah, Bawang Putih
dimarahi oleh ibunya dan Bawang Merah. Karena marah, ibu tirinya kemudian membanting
buah labu yang dibawa oleh Bawang Putih.

Betapa terkejutnya mereka mendapati isi labu tersebut adalah perhiasan. Bawang Putih juga
menceritakan bagaimana dia bisa mendapatkan labu tersebut.

Setelah mendengar ceritanya, mereka malah membentak Bawang Putih karena tidak
mengambil buah labu yang besar, karena dalam pikiran mereka, mereka bisa mendapatkan
lebih banyak perhiasan.

Karena keserakahannya, Bawang Merah juga mendatangi gua tempat nenek tua tersebut
tinggal. Namun tidak seperti Bawang Putih, Bawang Merah tidak membantu nenek tua
tersebut terlebih dahulu namun langsung meminta buah labu yang besar milik nenek tua
tersebut.
Nenek tua tersebut akhirnya memberikan buah labu yang besar kepada Bawang Merah.
Setibanya dirumah, Bawang Merah dan ibunya memecahkan juga buah labu besar yang
dibawa oleh Bawang Merah.

Namun berbeda dengan Bawang Putih, buah labu yang dibawa Bawang Merah ternyata berisi
ular berbisa yang menakutkan.

Mereka berdua, Bawang Merah dan ibunya kemudian menyadari bahwa apa yang selama ini
mereka lakukan kepada Bawang Putih adalah tindakan yang tidak baik dan meminta maaf
kepada Bawang Putih.

8. Legenda Situ Bagendit

Dongeng cerita rakyat dari Yumin kali ini adalah legenda Situ Bagendit. Pada zaman dahulu
kala, di utara kota Garut, hiduplah seorang tengkulak atau pedagang perantara yang biasa
membeli padi dari para petani untuk kemudian dijual kembali yang bernama Nyai Endit.

Nyai Endit adalah tengkulak janda kaya raya yang kikir dan congkak. Nyai Endit sering kali
menekan para petani untuk menjual padinya dengan harga yang murah. Bahkan ketika para
petani sedang kesulitan, Nyai Endit menjual kembali padinya kepada petani dengan harga
yang mahal.

Nyai Endit sering kali mengadakan pesta dan menghambur-hamburkan harta dan nasi dari
padi yang dimilikinya sambil memamerkan harta-harta miliknya.

Pada suatu hari di musim kemarau, ketika stok makanan milik para petani sudah menipis,
Nyai Endit tetap mengadakan pesta di rumahnya. Pada saat pesta tersebut, datanglah seorang
pengemis tua yang meminta makanan kepada Nyai Endit.

Namun dengan sombongnya, Nyai Endit meminta para penjaganya mengusir pria tua
tersebut.
Keesokkan harinya, ketika sedang berjalan-jalan di desa, Nyai Endit mendapati kerumunan
yang sedang mencoba mencabut tongkat dari tanah, namun tidak ada yang berhasil
melakukannya.

Ketika Nyai Endit mendekati tongkat tua tersebut, Nyai Endit melihat pengemis tua yang
kemarin dilihatnya. Nyai Endit pun memaki pengemis tua tersebut dan mengatakan bahwa
tongkat tersebut adalah ulahnya.

Nyai Endit juga meminta pria pengemis tua tersebut untuk mencabut tongkat tersebut.
Ajaibnya, tongkat tersebut dapat dicabut oleh pengemis tua tersebut.

Setelah tongkat dicabut, tiba-tiba air mengalir yang deras mengalir dari tempat tongkat
tersebut tertancap.

Air yang mengalir keluar tersebut terus membanjiri desa tersebut, para penduduk desa
berbondong-bondong pergi menyelamatkan diri.

Namun berbeda dengan para penduduk desa, Nyai Endit justru melarikan diri ke rumahnya
dan sibuk menyelamatkan harta-hartanya. Nyai Endit kemudian tenggelam di rumahnya
bersama dengan harta-hartanya.

9. Legenda Kebo Iwa dan Asal-Usul Gunung Batur

Dahulu kala, hiduplah sepasang suami istri yang telah lama mendambakan keturunan. Doa
mereka dikabulkan oleh Sang Hyang Widi Wasa, dan akhirnya, seorang anak laki-laki lahir
ke dunia.

Anak ini, yang diberi nama Kebo Iwa, tumbuh dengan cepat dan memiliki nafsu makan yang
tak terpuaskan. Sejak bayi, nafsu makannya setara dengan sepuluh orang dewasa. Saat ia
bertambah dewasa, Kebo Iwa menjadi semakin kuat dan besar, membuat kedua orang tuanya
kewalahan.

Kebo Iwa, yang terkenal dengan kemarahannya, sering merusak apa pun yang ada di
depannya ketika tidak puas dengan makanan. Warga desa pun ketakutan dengan sifatnya
yang ganas.

Meski begitu, Kebo Iwa bersedia membantu pekerjaan berat warga desa, seperti membuat
sumur, memindahkan rumah, dan mengangkut batu-batu besar. Ia melakukannya dengan
cekatan, namun imbalannya selalu berupa makanan dalam jumlah besar.

Suatu hari, saat musim paceklik melanda dan penduduk kesulitan memberikan makanan
untuk Kebo Iwa, mereka merasa sangat khawatir. Warga desa pun berembuk untuk mencari
cara agar Kebo Iwa tidak lagi mengancam mereka.

Akhirnya, mereka sepakat untuk membuat rencana. Warga desa mendekati Kebo Iwa dan
mengajaknya membuat sumur yang sangat besar. Mereka menjanjikan imbalan berupa
makanan dalam jumlah yang sangat banyak. Kebo Iwa setuju tanpa curiga.
Bergotong-royong, warga desa mengumpulkan makanan dan batu kapur. Mereka
menyampaikan rencana membuat rumah besar dan indah untuk Kebo Iwa sebagai
imbalannya. Sang paman kerbau pun bekerja keras menggali tanah untuk membuat sumur
yang semakin besar.

Hari demi hari berlalu, sumur yang digali oleh Kebo Iwa semakin dalam dan lebar. Kepala
desa meminta agar Kebo Iwa membuat kolam yang lebih besar lagi. Kebo Iwa, tertarik
dengan janji warga desa, setuju melanjutkan pekerjaannya.

Namun, pada suatu saat, warga desa menjalankan rencananya. Mereka melemparkan batu
kapur ke dalam lubang galian yang digali oleh Kebo Iwa, yang tanpa sadar terus bekerja. Air
semakin memancar, dan batu kapur yang masuk ke dalam lubang membuat hidung Kebo Iwa
tersumbat.

Kebo Iwa yang merasa kelelahan dan kelaparan meminta istirahat dan makanan. Warga desa
memberinya makanan dalam jumlah besar, lalu secara tiba-tiba, mereka melemparkan lebih
banyak batu kapur ke dalam lubang.

Tersedak dan tidak dapat menyelamatkan diri, Kebo Iwa akhirnya meninggal di dalam sumur
yang ia gali sendiri. Air pun meluap, menciptakan Danau Batur, sementara tanah di
sekitarnya membentuk Gunung Batur.

Inilah akhir dari legenda Kebo Iwa, yang berubah menjadi ciptaan alam yang mengagumkan
di Indonesia.

10. Cerita Rakyat Putri Ayu

dfPada zaman dahulu, empat anak raja, dua laki-laki dan dua perempuan, berkeinginan keluar
mencari petualangan di luar istana mereka. Meskipun sebagai anak raja, mereka tidak
diizinkan pergi jauh dari istana. Suatu hari, mereka mencium aroma harum yang menarik
perhatian mereka, dan meminta izin kepada orang tua mereka untuk menemukan asal bau
tersebut.

Mereka menjelajah ke arah timur, menyusuri pantai utara, bahkan menyeberangi pulau Bali.
Perjalanan penuh rintangan, termasuk pertemuan dengan binatang buas seperti harimau dan
ular, namun mereka berhasil melewatinya.

Setibanya di kaki Gunung Batur, sang putri bungsu jatuh cinta pada pemandangan tersebut
dan memutuskan untuk tinggal di Pura Batur di lereng gunung. Kakak-kakaknya tidak setuju,
tetapi sang putri tetap pada keputusannya dan ditinggal sendirian di sana.

Ketiga kakaknya melanjutkan perjalanan untuk mencari bau harum. Saat tiba di suatu tempat
datar di sebelah barat daya danau, mereka mendengar kicauan burung. Kakak tertua tidak
suka dengan kelakuan adiknya yang ingin menangkap burung tersebut.

Kakak tertua meminta adiknya untuk berhenti, tetapi sang adik tidak menghiraukan dan terus
mengejar burung. Akhirnya, sang kakak meninggalkannya karena tidak menuruti.
Di tempat lain, mereka bertemu dua wanita yang sedang mencari kutu. Adik perempuan
tertarik untuk ikut bersama mereka. Kakak tertua marah dan meminta adiknya untuk
melanjutkan perjalanan atau tinggal di sana. Adik memilih tinggal, dan sang kakak
meneruskan perjalanan sendiri.

Tiba di Desa Trunyan, sang kakak tertua merasa bau harum yang dicari selama ini. Ia
menyadari bahwa bau itu berasal dari Pohon Taru Menyan. Di sana, ia bertemu Putri Ayu
yang cantik. Mereka menikah, dan sang kakak menjadi kepala desa, hidup bahagia bersama
Putri Ayu.

11. Nagari Minangkabau

Di zaman dahulu, di Sumatera Barat, terdapat Kerajaan Pagaruyung yang dipimpin oleh
seorang raja bijaksana. Suatu hari, kabar mengejutkan datang bahwa Kerajaan Majapahit dari
Jawa akan menyerang. Meski demikian, pemimpin Pagaruyung tidak gentar.

Dalam sidang darurat, para pemimpin mencari solusi untuk menghindari pertumpahan darah.
Penasehat Raja menyarankan pendekatan damai dengan mengundang musuh untuk berunding
di perbatasan. Jika ditolak, mereka bisa mengadakan adu kerbau.

Rencana ini disetujui, dan putri Datuk Tantejo Garhano bersama dayang-dayang cantik
menyambut pasukan Majapahit dengan sopan. Mereka mengajak musuh berunding sambil
menyuguhkan hidangan lezat.

Pemimpin Majapahit terkesan dengan perlakuan ini, sehingga mereka setuju untuk adu
kerbau sebagai ganti peperangan. Kedua belah pihak sepakat untuk memilih kerbau tanpa
menentukan jenis atau ukuran.

Pertandingan adu kerbau berlangsung di lapangan luas. Kerbau Pagaruyung yang tampak
lemah sebenarnya memiliki taktik rahasia. Anak kerbau itu dipasangi besi runcing di
mulutnya.

Dalam persiapan untuk adu kerbau yang akan menentukan nasib Kerajaan Pagaruyung, sang
Raja dan penasehatnya merancang rencana rahasia. Mereka memilih seekor anak kerbau yang
tampak lemah dan masih menyusu. Namun, yang membuatnya unik, di mulut anak kerbau itu
dipasang besi runcing berbentuk kerucut, sementara sehari sebelum pertandingan, ia
dipisahkan dari induknya dan sengaja dibuat lapar.

Keesokan harinya, saat pertandingan di padang yang luas, anak kerbau yang tampak tak
berdaya itu dilepas ke arena. Di sisi lain, kerbau milik pasukan Majapahit tampil beringas dan
siap tempur. Begitu keduanya saling berhadapan, anak kerbau Pagaruyung, tanpa sadar,
mulai mendekati kerbau besar lawan, mengira bahwa itu adalah induknya.

Pandangan penonton dari kedua belah pihak terfokus pada momen tegang ini. Saat anak
kerbau Pagaruyung mendekati perut kerbau besar, besi runcing di mulutnya dengan sigap
menembus perut lawan. Tidak terduga, perut kerbau pasukan Majapahit terluka dan darah
mulai mengalir. Setelah beberapa tusukan, kerbau Majapahit roboh.
Pagaruyung memenangkan pertandingan tanpa pertumpahan darah. Kabar kemenangan ini
menyebar, dan tempat itu kemudian dinamakan Nagari Minangkabau. Untuk mengenang
peristiwa tersebut, penduduk membangun rumah rangkiang yang atapnya menyerupai tanduk
kerbau.

12. Cerita Rakyat Si Kabayan

Dahulu kala di tanah Pasunda hiduplah Si Kabayan, seorang lelaki cerdas namun pemalas.
Kepandaian yang dimilikinya lebih sering digunakan untuk mengecoh dan mendukung
kemalasannya. Ia memiliki istri bernama Nyi Iteung. Suatu hari, mertuanya memerintahkan
Si Kabayan untuk mengambil siput-siput di sawah. Dengan malasnya, Si Kabayan pergi ke
sawah dan hanya duduk di pematang tanpa mengambil satu pun siput.

Lama tak pulang, mertuanya mendatangi sawah dan kaget melihat Si Kabayan hanya duduk
santai. Saat ditanyai, Si Kabayan memberikan alasan tak masuk akal bahwa ia takut karena
sawah terlalu dalam. Untuk membuktikan, Si Kabayan menunjukkan langit yang terlihat dari
sawah. Mertuanya geram dan mendorong Si Kabayan ke dalam sawah. Baru di situ, Si
Kabayan baru sadar bahwa sawah itu sebenarnya dangkal, dengan senyum menyebalkan ia
mengambil siput-siput.

Pada hari berikutnya, mertuanya menyuruh Si Kabayan memetik buah nangka di atas sungai.
Meskipun malas, Si Kabayan akhirnya menuruti. Saat memetik, buah nangka jatuh ke sungai,
tapi Si Kabayan tidak buru-buru mengambilnya. Ia malah menyatakan bahwa buah itu pulang
lebih dulu untuk menghindari hujan. Mertuanya bingung dengan penjelasan aneh ini.

Dalam petualangan lain, saat memetik kacang koro, Si Kabayan malas dan tidur di dalam
karung. Saat adzan Dhuhur berkumandang, mertuanya pulang dan menduga Si Kabayan
sudah pulang duluan. Dengan kesal, mertuanya membawa pulang karung yang ternyata berisi
Si Kabayan. Marah dan jengkel, mertuanya ingin membalas dendam.

Ketika kembali memetik kacang koro, mertuanya diam-diam masuk ke dalam karung dan
tidur. Saat Si Kabayan berhenti bekerja, ia melihat mertuanya tidur di dalam karung. Tanpa
memikirkan pemanggulan seperti yang dilakukan mertuanya, Si Kabayan malah menyeret
karung pulang. Mertuanya meronta-ronta, tapi Si Kabayan dengan santainya berkata bahwa
karung itu digunakan untuk kacang koro.

Sejak peristiwa itu, mertuanya menjauhi Si Kabayan. Untuk memperbaiki hubungan, Si


Kabayan mencari cara dengan menanyakan nama asli mertuanya pada istrinya.

Si Kabayan memutuskan untuk mencari tahu lebih banyak tentang mertuanya dan meminta
bantuan Nyi Iteung, istrinya. Meskipun awalnya enggan, Nyi Iteung akhirnya memberitahu Si
Kabayan nama asli mertuanya, yaitu Ki Nolednad. Namun, Nyi Iteung memberikan pesan
keras agar suaminya tidak menyebarkan rahasia tersebut karena dianggap melanggar
pantangan untuk memberi tahu namanya.

Si Kabayan, dengan niat baik, mencari cara untuk mendekati hati mertuanya. Ia memutuskan
untuk menggunakan tradisi leluhur dengan menyelenggarakan ritual di sekitar air enau.
Dengan membawa air enau yang kental dan kapuk dalam jumlah banyak, Si Kabayan
menciptakan suasana yang cocok untuk ritual.

Saat mertuanya sedang mandi, Si Kabayan, yang berpakaian putih dan wajahnya dicat putih,
memanjat pohon dan bersembunyi di dahan. Dengan penuh tekad, Si Kabayan berseru
dengan menyebut nama asli mertuanya, Nolednad. Mertua Si Kabayan yang terkejut mencari
sumber suara, kini dihadapkan pada sosok putih yang menyeramkan.

Makhluk putih itu mengaku sebagai kakek penunggu lubuk, memohon agar mertua Si
Kabayan menyayangi Si Kabayan sebagai cucunya. Mertuanya juga diminta untuk mengurus
sandang, pangan, dan memberikan tempat tinggal meskipun kecil. Dalam jaminan
keselamatannya, mertuanya akhirnya menuruti perintah kakek penunggu lubuk.

Sejak kejadian itu, sikap mertua Si Kabayan berubah drastis. Ia tidak hanya tidak membenci
menantunya lagi, tetapi juga mencukupi kebutuhan hidupnya. Si Kabayan, sadar akan sifat
buruknya, mulai mengubah perilakunya. Ia bekerja keras sebagai buruh untuk menyokong
kehidupan rumah tangganya.

Hubungan antara Si Kabayan dan mertuanya semakin membaik, dan Nyi Iteung semakin
mencintai Si Kabayan atas perubahan positif yang ia tunjukkan. Keluarga Pasunda pun
kembali merasakan kedamaian dan kebahagiaan dalam rumah tangga

Anda mungkin juga menyukai