ABSTRAK
Fraktur collum femur merupakan fraktur intrakapsular pada sendi panggul.
Hemiarthroplasty merupakan salah satu pilihan tatalaksana fraktur collum femur dimana
tindakan ini melibatkan penggantian bagian femur dari sendi panggul dengan prostesis dengan
membiarkan acetabulum tetap utuh. Penatalaksanaan fraktur collum femur bertujuan
mengembalikan kapasitas fungsional penderita seperti sebelum cedera. Harris Hip Score
(HHS) merupakan suatu penilaian outcome pasca operasi panggul yang meliputi: kualitas
nyeri, kapasitas fungsional, deformitas, dan Rentang Gerak Sendi (RGS). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) terhadap Skor HHS
penderita fraktur collum femur pasca hemiarthroplasty. Penelitian ini merupakan penelitian
analitik observasional dengan pendekatan cross sectional yang dilaksanakan pada bulan Juni-
Agustus 2014 di Poliklinik Ortopedi Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh. Responden penelitian ini berjumlah 26 orang. Analisa data komparatif dilakukan
dengan uji Kriskal-Wallis dengan analisa Post-hoc menggunakan uji Mann-Whitney serta
analisa data korealtif dilakukan dengan uji Spearman. Hasil analisis komparatif menunjukkan
terdapat hubungan yang signifikan antara usia IMT (p = 0,006; r= 0,458) terhadap skor HHS
penderita fraktur collum femur pasca hemiarthroplasty.
Kata Kunci: fraktur collum femur, hemiarthroplasty, Harris Hip Score.
ABSTRACT
Femoral neck fracture is an intracapsular hip fracture. Hemiarthroplasty is one of the
treatment options that replaces femoral aspect of hip joint with a prosthesis, while leaving the
acetabulum intact. The treatment’s goal is to return the patient to premorbid capacity. Harris
Hip Score (HHS) is an assessment for the outcome of hip surgery which contains: pain,
functional capacity, deformity and range of motion (ROM). The purpose of study is to
determine relation of BMI and Harris Hip Score (HHS) in patients with femoral neck fracture
after hemiarthroplasty. This study is analytic-observational study with cross-sectional design
conducted in June-September 2014 in Orthopedic’s Polyclinic of General Hospital dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh. Respondents in this study is 26. Comparative assessment of outcome
was analysed by Kruskal-Wallis test with Mann-Whitney test as Post-hoc analysis and
correlative assessment was analysed by Spearman test. Comparative assessment present
significant relation of BMI (p = 0,006; r=0.458) with Harris Hip Score (HHS) in patients with
femoral neck fracture after hemiarthroplasty.
Keywords: femoral neck fracture, hemiarthroplasty, Harris Hip Score
12
Journal Orthopaedi and Traumatology Surabaya JOINTS
Artikel Penelitian
Vol 7 No. 1, April 2018 ISSN 2460-8742
http://journal.unair.ac.id/ORTHO@journal-orthopaedi-and-traumatology-surabaya-media-104.html
PENDAHULUAN
Fraktur collum femur merupakan terjadinya komplikasi berupa nekrosis
jenis fraktur panggul (hip fracture) yang avaskular dan gagal penyambungan
sering ditemukan pada usia tua di atas 60 (nonunion) tulang dapat dihindari.4,7-9
tahun.1,2 Prevalensi fraktur panggul Indeks Massa Tubuh (IMT)
diperkirakan terus meningkat setiap merupakan salah satu prediktor dalam
tahunnya, hal ini berhubungan dengan menilai risiko dan outcome pada fraktur
meningkatnya usia harapan hidup dan collum femur. Nilai IMT berkaitan erat
jumlah populasi penduduk usia lanjut. dengan densitas tulang. Dimana, nilai IMT
Estimasi angka kejadian fraktur panggul di yang rendah berkorelasi dengan risiko
dunia mencapai 1,6 juta kasus pada tahun fraktur osteoporotik dan komplikasinya. 10
1990. Angka ini diperkirakan terus Harris Hip Score (HHS) merupakan suatu
meningkat hingga 4 juta kasus pada tahun penilaian terhadap outcome pasca operasi
2023 dan menjadi 6,3 juta pada tahun fraktur panggul. Penilaian HHS merupakan
2050. Dimana lebih dari separuhnya penilaian observasional yang telah banyak
merupakan fraktur pada collum femur.3 digunakan dan telah terbukti memiliki
Penatalaksanaan fraktur collum validitas dan reliabilitas yang tinggi dalam
femur meliputi: terapi konservatif dan menilai outcome pada populasi pasien
operatif. Terapi operatif menjadi pilihan dengan fraktur collum femur.11-13
pada hampir semua kasus fraktur collum Pengetahuan hubungan antara IMT dengan
femur. Pilihan terapi operatif meliputi HHS baik secara langsung maupun tidak
fiksasi internal dan arthroplasty. Tindakan langsung dapat berfungsi sebagai salah
hemiarthroplasty menjadi pilihan terapi satu variabel dalam memprediksi outcome
pada sekitar 80% penderita fraktur collum penderita fraktur collum femur yang
femur.4-6 Hemiarthroplasty merupakan menjalani tindakan operatif khususnya
tindakan arthroplasty yang melibatkan hemiarthroplasty.
pengangkatan caput femur dan sebagian
besar collum femur termasuk segmen METODE PENELITIAN
fraktur dan menggantinya dengan prostesis Penelitian ini merupakan penelitian
yang ukurannya sesuai dengan analitik observasional dengan pendekatan
membiarkan acetabulum tetap utuh. cross sectional. Penelitian ini dilakukan di
Tindakan hemiarthroplasty secara teoritis Poliklinik Ortopedi Rumah Sakit Umum
sangat menguntungkan dimana risiko Daerah dr. Zainoel Abidin (RSUDZA)
13
Journal Orthopaedi and Traumatology Surabaya JOINTS
Artikel Penelitian
Vol 7 No. 1, April 2018 ISSN 2460-8742
http://journal.unair.ac.id/ORTHO@journal-orthopaedi-and-traumatology-surabaya-media-104.html
Gambar 1. Skema perbandingan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dan rerata Skor HHS.
N % Rerata±s.b. P
Skor HHS Unipolar 7 26,9 71,52 ± 14,32
0,506
Bipolar 19 73,1 70,52 ± 21,89
Tabel 3. Hasil uji Kruskal-Wallis skor HHS berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT)
Median
N Rerata±s.b. P
(Min-Maks)
Skor HHS Underweight 11 66,70 (5,00-82,70) 58,42±24,05
Normal 12 82,40 (65,70-93,00) 81,67±8,15 0,006
Overweight 3 72,10 (61,95-83,85) 72,63±10,96
Uji post-hoc Mann-Whitney: underweight vs normal p = 0,002; underweight vs overweight p
= 0,311; normal vs overweight p = 0,194.
Tabel 4. Hasil uji korelasi Spearman di atas 60 tahun, 26,9% berusia diantara
antara IMT dan skor HHS
50-60 tahun, dan 30,8% berusia dibawah
Skor HHS
IMT R 0,458 50 tahun. Fraktur ini lebih sering
P 0,019 dijumpai pada perempuan dengan
N 26
proporsi sekitar 80% dengan rerata usia
Tabel 1 menunjukkan bahwa dari penderita 70 tahun pada perempuan dan
26 responden penelitian, 42,3% berusia 72 tahun laki-laki. Proses degeneratif
15
Journal Orthopaedi and Traumatology Surabaya JOINTS
Artikel Penelitian
Vol 7 No. 1, April 2018 ISSN 2460-8742
http://journal.unair.ac.id/ORTHO@journal-orthopaedi-and-traumatology-surabaya-media-104.html
19
Journal Orthopaedi and Traumatology Surabaya JOINTS