Disusun Oleh :
Kelompok
1. Regol Khoiri Abdullah
2. Rido
3. Restu
4. Reno
5. Ihwanol
6. Purwa
7. Farhan
8. Riski
“MALIN KUNDANG”
A. SINOPSIS CERITA
1. Teks Sejarah
Cerita ini bermula dari Seorang ibu hidup dengan anaknya yang bernama
Malin dengan keadaan yang sangat miskin. Hal ini membuat Malin ingin
merantau dan merubah nasibnya.
Awalnya sang ibu menolak namun Malin selalu meyakinkan, sehingga
akhirnya Malin pergi ke kota dan meninggalkan ibunya sendiri di desa.
Beberapa tahun kemudian Malin telah menjadi kaya raya karena menikahi
seorang wanita keluarga kaya. Ibunya yang merasa merindukan Malin yang
sudah lama tidak ditemui akhirnya memutuskan untuk mengunjungi Malin.
Ibunya ke sana kemari mencari Malin tanpa bekal alamat sedikitpun.
2. Cerita Sejarah
Waktu Berlalu, Namun tidak terlalu lama sang ibu dapat menemukan
anaknya, semua itu karena Malin menikahi seorang wanita yang terpandang.
Saat sang ibu mendatangi Malin dan sangat terharu dengan kesuksesan Malin
justru Malin tidak mau mengakuinya. Bahkan istri Malin berbicara kalau Malin
sudah tidak punya ibu lagi.
Malin membantah jika yang datang adalah ibunya. Malin malu mengakui
ibunya yang kumal seperti pengemis ini. Bahkan Malin berbicara bahwa ibu ini
adalah pengemis yang mengaku-ngaku.
Tentu hal itu membuat ibu Malin sakit hati sehingga tidak dapat menahan
amarahnya lagi. Ibunya berucap bahwa hati Malin sekeras batu dan Malin
adalah anak yang durhaka karena tidak mengakui ibu kandungnya sendiri.
Seketika hujan deras muncul di sertai petir. Namun kaki Malin tidak dapat
digerakkan, kakinya seperti membatu.
Akhirnya Malin menyadari kesalahannya dan bersujud meminta ampun.
Namun semua sudah terlambat dan kini seluruh tubuh Malin telah menjadi batu.
A. SINOPSIS CERITA
1. Teks Sejarah
Kisah ini bercerita tentang pangeran tampan bernama Sanghyang
Guruminda yang dihukum dengan dibuang ke bumi karena melakukan
kesalahan di kayangan dalam wujud seekor lutung. Sebagai seekor
lutung, Sanghyang Guruminda tersesat di sebuah hutan sehingga ia diberi
nama Lutung Kasarung.
2. Cerita Sejarah
Penobatan tersebut membuat Purbarang murka. Sebab, Purbarang
merupakan anak sulung. Dari kemarahan itu, Purbarang berniat
mencelakai adiknya. Akhirnya, ia pun bertemu penyihir untuk memantrai
Purbasari. Mantra sang penyihir membuat wajah dan sekujur tubuh
Purbasari dipenuhi bintik-bintik hitam.
Melihat mantranya berhasil, Purbarang pun buka mulut pada ayahnya.
"Orang yang dikutuk seperti dia tidak pantas jadi ratu!" ucapnya. Alhasil,
Prabu Tapa Agung mengusir Purbasari ke hutan belantara.
Selama hidup di hutan, Purbasari berteman dengan berbagai kewan, salah
satunya adalah kera berbulu hitam yang misterius. Purbasari menamai
kera itu Lutung Kasarung.
Setiap harinya, Lutung Kasarung menghibur Purbasari dengan
memberikan bunga-bunga yang indah dan buah-buahan yang lezat. Suatu
malam saat bulan purnama, Lutung Kasarung menyuruh Purbasari untuk
mandi di sebuah telaga. Purbasari pun menuruti perintah tersebut.
Saat Purbasari mandi, kulitnya menjadi bersih seperti semula. Saat
melihat tubuhnya, ia yang berkaca di telaga itu menjadi sangat terkejut
dan gembira.
Suatu hari, Purbarang memutuskan untuk melihat kondisi adiknya di
hutan. Purbarang sontak kebingungan dan tidak percaya ketika melihat
kulit adiknya kembali bersih. Dengan sombongnya, ia menyebut seorang
ratu harus memiliki suami yang tampan. Kala itu, Purbarang sudah
memiliki seorang calon suami.
Purbasari yang bingung secara spontan menarik tangan Lutung
Kasarung. "Jadi monyet itu tunanganmu? Mana ada ratu punya suami
seekor monyet?" kata Purbarang sembari tertawa lepas.
Pada saat itu juga, Lutung Kasarung bersemedi dan berubah menjadi
seorang pangeran yang sangat tampan. Purbarang pun kemudian
mengakui kesalahannya dan memohon maaf pada adiknya serta
memohon agar tidak dihukum.
Untungnya, Purbasari yang berhati baik memaafkan kakaknya. Setelah
itu, mereka semua kembali ke istana dan Purbasari pun kembali menjadi
ratu. Kali ini, ia ditemani oleh seorang pangeran tampan.
B. STRUKTUR CERITA
1. Orientasi
Pada zaman dahulu kala di latar pasundan ada sebuah kerajaan yang
dipimpin oleh seorang raja yang bijaksana, beliau dikenal sebagai Prabu
Tapak Agung. Prabu Tapa Agung mempunyai dua orang putrid cantik
yaitu purbararang dan adiknya Purbasari. Pada saat mendekati akhir
hayatnya Prabu Tapak Agung menunjuk Purbasari, putrid bungsunya
sebagai pengganti. “Aku sudah terlalu tua, saatnya aku turun tahta.” Kata
Prabu Tapa.
2. Timbulnya Konflik/titik puncak cerita
Konflik dalam cerita itu dimulai ketika kakak-adik, Purbalarang dan
Purbasari, berseteru. Purbalarang marah ketika ayahnya mewariskan
takhta kerajaannya kepada adiknya, Purbasari. Berbagai cara licik pun
ditempuh Purbalarang agar adiknya batal menjadi raja
3. Puncak konflik/titik puncak cerita
Dari kemarahan itu, Purbarang berniat mencelakai adiknya. Akhirnya,
ia pun bertemu penyihir untuk memantrai Purbasari. Mantra sang
penyihir membuat wajah dan sekujur tubuh Purbasari dipenuhi bintik-
bintik hitam.
Melihat mantranya berhasil, Purbarang pun buka mulut pada ayahnya.
"Orang yang dikutuk seperti dia tidak pantas jadi ratu!" ucapnya. Alhasil,
Prabu Tapa Agung mengusir Purbasari ke hutan belantara.
4. Antiklimaks
Antiklimaks dalam cerita ini adalah Pada saat itu juga, Lutung
Kasarung bersemedi dan berubah menjadi seorang pangeran yang sangat
tampan. Purbarang pun kemudian mengakui kesalahannya dan memohon
maaf pada adiknya serta memohon agar tidak dihukum.
Untungnya, Purbasari yang berhati baik memaafkan kakaknya. Setelah
itu, mereka semua kembali ke istana dan Purbasari pun kembali menjadi
ratu. Kali ini, ia ditemani oleh seorang pangeran tampan.
5. Resolusi/penyelesaian masalah
Untungnya, Purbasari yang berhati baik memaafkan kakaknya. Setelah
itu, mereka semua kembali ke istana dan Purbasari pun kembali menjadi
ratu. Kali ini, ia ditemani oleh seorang pangeran tampan.