Share
Alkisah ada seorang wanita yang tinggal di desa ngasem bernama Endang
Sawitri. Saat ini Endang sedang hamil dan tak lama lagi melahirkan anak.
Namun, bayi yang dikeluarkan dari perutnya bukan berwujud manusia
melainkan seekor naga. Dia dapat berbicara layaknya manusia.
Ia pun mencabutnya lalu saat itu juga muncullah air yang sekarang menjadi
rawa pening. Tak ada warga yang selamat kecuali nenek yang
memberinya makanan. Nenek tersebut telah diberi pesan untuk masuk ke
dalam lesung oleh Baru Klinting.
Cerita Rakyat Cindelaras
Masih semangat untuk membaca cerita kumpulan cerita rakyat pendek ini
kan, Bun? Jika tadi ada kisah dari Jawa Barat dan Kalimantan Barat kini
beralih ke Cindelaras yang berasal dari daerah Jawa Timur. Kisahnya pun
tak kalah menarik dari yang lain lho, Bun.
Dahulu Kerajaan Jenggala dipimpin oleh seorang raja yang disebut Raden
Putra. Raja tersebut mempunyai dua orang istri, sang ratu yang cantik dan
seorang selir. Sayang, hati sang selir dipenuhi dengan rasa iri dan dengki,
sehingga ia berencana untuk menyingkirkan sang ratu.
Dengan dibantu oleh tabib kerajaan, sang selir berpura-pura sakit. Tabib
mengatakan kepada raja bahwa sang ratulah yang sengaja meracuninya.
Sang raja sangat marah ketika mendengarnya, lalu ia pergi menemui ratu.
Sang ratu tentu saja tidak mengakui perbuatannya ketika ditanya karena ia
memang tidak melakukan apa-apa. Namun, hati raja sudah tertutup. Raja
yang tidak bijak tersebut bahkan menyuruh pengawalnya untuk
membunuhnya, padahal sang ratu sedang mengandung.
Begitu ucapnya berulang-ulang. Mendengar itu, mau tidak mau sang ibu lalu
menceritakan semuanya kepada Cindelaras. Ia lalu meminta ijin untuk
menemui ayahnya dan menceritakan semuanya.
Menurut Bunda, nilai moral apa yang terkandung dalam cerita rakyat yang
singkat dan menarik di atas? Iya, Bunda benar. Lewat kisah ini si kecil nanti
dapat belajar untuk tidak mudah percaya dengan omongan orang lain
begitu saja.
Seperti Raden Putra yang begitu saja mempercayai omongan tabib padahal
si tabib ternyata berbohong. Akhirnya ia menyesal karena telah
menelantarkan istri dan anaknya padahal seharusnya ia harus menjaga dan
menyanyangi istri dan anaknya
Cerita Rakyat Keong Mas
Masih berasal dari Jawa Timur, Keong Mas adalah satu dari kumpulan cerita
rakyat pendek yang juga cukup populer. Kisah ini bagus lho Bun untuk
diceritakan kepada si kecil, apalagi sebagai dongeng sebelum tidur.
Seorang raja mempunyai dua orang putri cantik. Nama kedua putri tersebut
adalah Candra Kirana dan Dewi Galuh. Namun, perangai kedua putri
tersebut sungguh berbeda, Candra Kirana yang begitu baik sedangkan
saudaranya begitu angkuh.
Suatu hari raja memberitahu bahwa seorang pangeran tampan bernama Inu
Kertapati melamar Candra Kirana. Mendengar hal tersebut timbulah rasa
iri Dewi Galuh. Gadis itu kemudian pergi menemui seorang penyihir untuk
mengubahnya menjadi seekor keong.
Sementara itu, sang Pangeran pun tidak tinggal diam dan ikut mencari
Candra Kirana yang tiba-tiba menghilang. Dia mencari tanpa lelah hingga
ke pelosok desa. Hingga pada suatu hari ia kelelahan dan pergi ke salah satu
rumah warga untuk meminta minum.
Jangan iri dengan apa yang dimiliki oleh lain adalah pesan yang
terkandung dalam kumpulan cerita rakyat pendek yang berjudul Keong
Mas ini. Karena rasa iri bisa membuat orang melakukan apa saja. Hal
tersebut tentu tak hanya akan merugikan orang lain, tetapi juga diri sendiri
pada akhirnya.
Dongeng Jaka Tarub dan Tujuh
Bidadari
Pada zaman dahulu kala, di sebuah desa tinggallah seorang Janda bernama
Mbok Randa. Ia tinggal seorang diri karena suaminya sudah lama meninggal
dunia. Suatu hari, ia mengangkat seorang anak Laki-laki menjadi anaknya. Anak
angkatnya diberi nama Jaka Tarub. Jaka Tarub pun tumbuh beranjak dewasa.
Jaka Tarub menjadi pemuda yang sangat tampan, gagah, dan baik hati. Ia juga
memiliki kesaktian. Setiap hari, ia selalu membantu ibunya di sawah. Karena
memiliki wajah yang sangat tampan banyak gadis-gadis cantik yang ingin
menjadi istrinya. Namun, ia belum ingin menikah.
Setiap hari ibunya menyuruh Jaka Tarub untuk segera menikah. Namun, lagi-lagi
ia menolak permintaan ibunya. Suatu hari Mbok Randa jatuh sakit dan
menghembuskan nafas terakhirnya. Jaka Tarub sangat sedih.
Sejak kematian Mbok Randha, Jaka Tarub sering melamun. Kini sawah ladang-
nya terbengkalai.
“Sia-sia aku bekerja. Untuk siapa hasilnya?” demikian gumam Jaka Tarub.
Suatu malam, Jaka Tarub bermimpi memakan Daging Rusa. Pada saat ia
terbangun dari tidurnya, ia pun langsung pergi ke hutan. Dari pagi sampai siang
hari ia berjalan. Namun, ia sama sekali tidak menjumpai Rusa. Jangankan Rusa,
Kancil pun tidak ada.
Suatu ketika, ia melewati telaga itu dan secara tidak sengaja ia melihat para
bidadari sedang mandi disana. Di telaga tampak tujuh perempuan cantik tengah
bermain-main air, bercanda, bersuka ria. Jaka Tarub sangat terkejut melihat ke-
cantikan mereka.
Karena jaka Tarub merasa terpikat oleh tujuh bidadari itu, akhirnya ia mengambil
salah satu selendangnya. Setelahnya para bidadari beres mandi, merekapun
berdandan dan siap-siap untuk kembali ke kahyangan.
Nawang wulan pun merasa sangat marah ketika suaminyalah yang mencuri
selendangnya. Akhirnya, ia memutuskan untuk pergi ke kahyangan. Jaka
Tarub pun meminta maaf dan memohon kepada istrinya agar tidak pergi lagi ke
kahyanngan, Namun Nawangwulan sudah bulat tekadnya, hingga akhirnya ia
pergi ke kahyangan. Namun ia tetap sesekali turun ke bumi untuk menyusui
bayinya. Namun, dengan satu syarat, jaka tarub tidak boleh bersama Nawangsih
ketika Nawang wulan menemuinya. Biarkan ia seorang diri di dekat telaga.
Pesan moral dari Dongeng Jaka Tarub – Cerita Rakyat Jaka Tarub adalah
tepati janji yang telah kamu ucapkan, tidak menepati janji hanya akan
membawa keburukan dimasa yang akan datang. Selain itu jangan mudah
dalam mengucapkan janji atau sumpah.
Cerita Rakyat Kelingking Sakti
Alkisah, ada sepasang suami istri di Jambi yang miskin dan belum memiliki
momongan. Meskipun mereka sudah puluhan tahun membina rumah
tangga, namun mereka tak kunjung memiliki seorang anak. Segala daya
upaya sudah dilakukan, tetapi hasilnya selalu nihil.
Hingga akhirnya, sang suami memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
untuk mengabulkan permintaanya untuk memiliki seorang anak laki-laki.
Walaupun sebesar kelingking, mereka rela asalkan memiliki anak.
Pada suatu hari, desa Jambi didatangi oleh hantu pemakan manusia, nenek
Gergasi. Seluruh warga pun ketakutan, sehingga tidak ada satupun yang
berani keluar rumah. Demi menyelamatkan warga, raja dari desa Jambi pun
mengajak rakyatnya untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Salah satu kisah dari kumpulan cerita rakyat nusantara terpopuler di atas
berasal dari Jambi, Riau. Cerita rakyat yang singkat dan menarik tersebut
memiliki pesan moral untuk buah hati Bunda. Salah satu pesan moralnya
adalah selalu meminta pertolongan kepada Allah.
Setiap manusia pastinya akan dihadapi sebuah masalah. Untuk itu, melalui
kisah di atas, ajarkanlah si kecil untuk selalu berdoa dan meminta petunjuk
kepada Tuhan Yang Maha Esa atas permasalahan yang dihadapi.
Cerita Rakyat Lutung Kasarung
Pada jaman dahulu, ada dua orang putri dari Kerajaan Pasundan. Mereka
adalah Praburarang dan Purbasari yang memiliki wajah sangat cantik serta
berkulit putih.
Nilai moral tersebut dapat dipelajari dari Purbasari yang memiliki sifat baik
hati kepada siapapun termasuk hewan. Berkat kebaikannya, ia pun
dikelilingi juga oleh lingkungan yang baik. Salah satunya adalah lutung
kasarung yang kemudian menjadi penolongnya.
Cerita Rakyat Si Penakluk Rajawali
Dahulu, ada seorang raja di Sulawesi Selatan yang memiliki tujuh orang
putri. Konon, jika memiliki 7 orang anak, salah satunya harus
dipersembahkan kepada seekor Rajawali Raksasa agar keluarga istana
terhindar dari mala petaka.
Hal tersebut membuat sang raja sedih dan memutuskan untuk membuka
sayembara. Siapa saja yang berhasil menaklukan Rajawali, jika ia laki-laki
maka akan dinikahkan dengan salah satu putrinya. Apabila ia perempuan,
maka akan diangkat menjadi anggota keluarga.
Sayangnya, pemuda itu lantas pergi dan tidak datang untuk meminta
upahnya. Oleh karenanya, raja pun membuka kembali sayembara untuk
menemukan penakluk rajawali tersebut.
Raja pun bertanya, “kenapa kamu tidak datang ke kerajaan, untuk menagih
janji atas keberhasilanmu menyelematkan anakku?” Anak laki-laki itu pun
menjawab, “aku menyelematkan sang putri bukan karena hadiahnya, tapi
hamba tulus. Kalaupun baginda raja ingin menikahkan kami, hamba ingin
semua itu berdasarkan permintaan sang putri.”
Sang putri pun mengatakan jika ia telah menyukai laki-laki tersebut sejak
awal bertemu. Pada akhirnya, mereka hidup bersama dan bahagia
selamanya.
Pelajaran yang dapat dipetik dari kisah kelima yang termasuk dalam
kumpulan cerita rakyat nusantara ini adalah pentingnya menolong tanpa
pamrih. Hal tersebut dapat dilihat dari perjuangan seorang anak laki-laki
yang dengan tulus menyelamatkan putri.
Melalui cerita tersebut, Bunda bisa mengajarkan pada si kecil apa itu ikhlas.
Apapun pertolongan yang diberikan jangan mengharapkan imbalan.
Cerita Rakyat Timun Mas
Di Jawa Tengah, hiduplah sepasang suami istri yang hidup sederhana tapi
bahagia. Hanya saja, mereka belum dikaruniai seorang anak. Setiap malam
mereka berdoa memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar diberikan
momongan.
Tahun demi tahun berlalu, Timun Mas tumbuh menjadi gadis yang sangat
cantik dan menawan. Ibu dari Timun Mas pun mulai khawatir, karena
sebentar lagi anak kesayangannya akan berusia 17 tahun dan pastinya
raksasa jahat akan mengambilnya.
Untuk itu, ia berpesan pada Timun Mas untuk lari dari raksasa tersebut dan
memberinya sebuah benda ajaib dalam kantong. Benda tersebut adalah
garam, cabai, dan biji-bijian mentimun.
Pastinya Bunda sudah sering mendengar kisah Timun Mas yang termasuk
dalam kumpulan cerita rakyat nusantara di atas, ya? Kisah ini sangat
menarik untuk diceritakan pada si kecil, bukan?
Hal tersebut dikarenakan Timun Mas memiliki beberapa pesan moral. Salah
satu pesan moralnya adalah selalu meminta pertolongan kepada Tuhan.
Janganlah meminta pertolongan kepada selain Tuhan, jikalau tidak ingin
hidup dalam bahaya.
Cerita Rakyat Bawang Merah Bawang Putih
Pada suatu pagi, Bawang Putih sedang mencuci baju di sungai. Dikarenakan
aliran airnya terlalu deras, salah satu baju ibu tirinya pun hanyut.
Setelah satu minggu berlalu, nenek itu mengembalikan baju ibunya dan
menawarkan hadiah kepada Bawang Putih atas bantuannya merawat
rumah. Hadiah tersebut berupa labu siam besar dan kecil. Bawang putih
memilih yang kecil karena tidak ingin menyusahkan si nenek.
Setelah kembali ke rumah dan mebuka labu tersebut, ternyata isinya adalah
emas-emasan. Mengetahui hal itu, Bawang Merah memutuskan untuk
kerumah nenek tersebut dan meminta labu siam yang besar secara paksa.
Ia berharap jika labunya lebih besar, maka isi perhiasannya pun semakin
banyak. Namun, setelah labu tersebut dibuka yang muncul justru binatang
buas.
Kisah Bawang Putih dan Bawang Merah yang merupakan salah satu dari
kumpulan cerita rakyat nusantara ini sangat cocok diceritakan pada anak
Anda. Pasalnya, kisah ini memiliki pesan moral yang mengajarkan pada
anak untuk selalu bersikap baik.
Alkisah, ada seorang pemuda tampan bernama Awang Sukma yang tinggal
di hutan. Ia adalah penguasa daerah hutan tersebut.
Pada suatu hari, Awang mendengar suara wanita dari telaga. Ternyata di
telaga tersebut ada 7 orang bidadari cantik yang sedang mandi. Awang
mengintip bidadari tersebut dari balik semak-semak dan mengambil salah
satu dari selendangnya.
Ia merasa sangat sedih dan kecewa atas kebohongan Awang selama ini.
Dengan berat hati, ia memutuskan untuk kembali ke khayangan dan
meninggalkan Awang serta anaknya. Namun, ia berjanji akan sering kembali
ke bumi untuk menengok putri kesayanganya.
Awang pun menyesal atas perbuatannya selama ini. Ia kini tinggal berdua
dengan anaknya dalam rasa penyeselan yang mendalam.
Oleh karena itu, hingga kini telaga yang ada di Kalimantan Selatan tersebut
dinamai dengan Telaga Bidadari. Cerita rakyat di atas merupakan salah satu
contoh dari kumpulan cerita rakyat nusantara dan legenda yang sarat akan
pesan moral.
Salah satu pesan moral yang dapat dipetik adalah jangan mencuri demi
mendapatkan sesuatu yang di inginkan. Hendaklah mengusahakannya
denga cara halal. Seperti halnya Awang yang mencuri selendang putri
bungsu, pada akhirnya pun ia mengalami penyesalan karena telah
melakukannya.
Legenda Candi Prambanan
Dahulu kala, di desa Prambanan ada sebuah kerajaan yang dipimpin Prabu
Baka. Ia memiliki seorang putri cantik bernama Roro Jongrang.
Suasana saat itu sangat riuh, ayam jantan pun berkokok bersautan.
Mendengar suara itu, para roh halus segera meninggalkan pekerjaan karena
khawatir jika matahari segera terbit. Padahal, pada saat itu hanya kurang 1
candi untuk melengkapi seribu candinya.
Salah satu pesan moralnya adalah jadilah seseorang yang tegas dan teguh
dalam pendirian. Jangan seperti Roro Jongrang yang coba mengingkari
janjinya. Ia telah berjanji mau dinikahi oleh Bandung Bondowoso setelah
1000 candi terbangun.
Namun, Roro Jonggrang justru berusaha menggagalkannya. Jika memang
tidak ingin dinikahi, seharusnya ia mengatakannya sejak awal. Oleh
karenanya, ia dikutuk menjadi sebuah batu arca yang hingga saat ini
tersimpan di candi terbesar yang dibuat Bandung Bondowoso.
Legenda Gunung Bromo
Alkisah, pada jaman dahulu hiduplah seorang pemuda bernama Joko Seger
yang jatuh hati kepada Roro Anteng. Mereka pun menjalin kasih dan
memutuskan untuk segera menikah. Sayangnya, niat tersebut terrhambat
oleh orang jahat nan sakti yang ingin merebut Roro Anteng.
Tetapi Roro tidak berani melakukan penolakan karena merasa khawatir jika
terjadi hal buruk yang mungkin akan dilakukan orang jahat tersebut. Gadis
cantik itu pun kemudian membuat sebuah persyaratan. Ia menyuruh orang
sakti itu untuk membuat lautan di Bromo dalam waktu semalam.
Untungnya, usaha tersebut berhasil dan pria jahat itu pun kalah karena ia
belum berhasil membuat lautan. Itulah alasan kenapa Gunung Bromo
berbentuk tumpul.
Legenda Gunung Bromo merupakan salah satu dari kumpulan cerita rakyat
nusantara yang bisa dikisahkan untuk anak Anda. Pasalnya, selain untuk
memperkenalkan sejarah pada buah hati Anda, juga untuk mengajarkan
nilai moral yang ada pada cerita itu.
Salah satu pesan moral yang bisa dipetik adalah janganlah memaksakan
kehendak. Seperti halnya yang dilakukan oleh pria jahat dalam kisah di atas.
Ia berusaha merebut Roro Anteng yang jelas-jelas sudah memiliki calon
suami, Joko Seger.
Pada zaman dahulu, berdiri sebuah kerajaan nan mewah dan indah. Salah
satu putri di kerajaan tersebut bernama Shinta Dewi. Ia terkenal akan
kecantikannya yang luar biasa bak bidadari, sehingga banyak pangeran
yang ingin mempersuntingnya.
Mengetahui akan hal tersebut, Putri Shinta Dewi pun setuju menikah dengan
Kidang Garungan. Meskipun sebelumnya Shinta belum pernah bertemu
Kidang, ia tetap yakin atas keputusannya untuk menikah dengan pangeran
kaya raya tersebut.
Tetapi, usahanya tersebut sia-sia, ia tidak sanggup lagi keluar dari timbunan
tanah tersebut. Tanah yang bergetar dan menyebabkan permukaanya
menjadi panas tersebut kemudian dinamakan dengan Kawah Sikidang.
Atas perbuatan jahat dari Shinta Dewi ke Pangeran Kidang, ia mendapatkan
kutukan berambut gimbal dan berwajah buruk rupa. Kutukan berambut
gimbal tersebut tidak hanya dialami oleh Shinta Dewi saja tetapi juga
seluruh keturunannya.
Kisah legendaris dari Kawah Sikidang ini merupakan salah satu dari
kumpulan cerita rakyat nusantara dan legenda yang cocok untuk anak
Anda. Selain untuk memperkenalkan sejarah terjadinya suatu tempat pada
buah hati, juga untuk mengajarkan nilai moral.
Pesan moral dari cerita di atas adalah janji harus ditepati. Sebab,
mengingkari janji akan merugikan dan menyakiti perasaan orang lain.
Untuk itu, kisah ini sangatlah cocok untuk dijadikan salah satu
pembelajaran pada si kecil agar mereka selalu berusaha menepati janjinya.
Legenda Danau Maninjau
Pada suatu hari, Giran dan Siti sedang pergi ke hutan untuk mencari obat
untuk kakaknya. Dalam perjalanan pulang, rok yang dikenakan Siti
tersangkut kayu yang berduri hingga sobek. Salah satu warga yang melihat
kejadian tersebut menuduh mereka berbuat hal memalukan dan melanggar
etika adat.
Oleh karena itu, Giran dan Siti digiring warga untuk diadili. Sidang adat
memutuskan bahwa mereka bersalah dan sebagai hukumannya keduanya
harus dibuang ke Kawah Gunung Tinjau agar tidak membawa malapetaka
bagi penduduk.
Giran berusaha menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, namun tidak ada
satu pun warga yang memercayainya. Di puncak Gunung Tinjau, sebelum
mereka dibuang ke kawah, Giri berdoa kepada Allah. Dalam doa tersebut ia
meminta Tuhan meletuskan gunung sebagai tanda bahwa mereka tidak
bersalah.
Legenda Danau Maninjau yang termasuk dalam salah satu dari kumpulan
cerita rakyat nusantara ini sarat akan nilai moral. Pesan moral yang dapat
dipetik adalah tidak boleh menyimpan dendam dan berprasangka buruk
terhadap seseorang.
Seperti yang Anda baca pada kisah di atas, Giran dan Siti dituduh
melanggar etika adat. Padahal mereka sama sekali tidak melakukannya.
Untuk itu, Tuhan memperingatkan perbuatan keji tersebut melalui letusan
gunung.