Anda di halaman 1dari 26

Cerita Rakyat Legenda Rawa Pening

Share

Alkisah ada seorang wanita yang tinggal di desa ngasem bernama Endang
Sawitri. Saat ini Endang sedang hamil dan tak lama lagi melahirkan anak.
Namun, bayi yang dikeluarkan dari perutnya bukan berwujud manusia
melainkan seekor naga. Dia dapat berbicara layaknya manusia.

Naga tersebut bernama Baru Klinting. Saat menginjak dewasa ia ingin


mengetahui tentang ayahnya. Ibunya pun menjelaskan bahwa ayahnya
adalah seorang raja yang sedang bertapa di gua yang berada di lereng
Gunung Telomoyo. Sebelum mencari ayahnya, Endang sang ibu
memberikan tanda pengenal berupa klinting yang dulu diberikan oleh
ayahnya.

Saat bertemu dengan ayahnya maka ia menjelaskan dan menunjukkan


sebuah klinting. Setelah itu, ayahnya memberikan satu lagi tantangan,
Baru Klinting diminta untuk melingkari gunung. Baru Klinthing pun
menyetujuinya.

Namun saat ia bertapa di tengah hutan ia ditangkap oleh penduduk yang


kemudian aakndijadikan santapan pesta karena mereka tak berhasil
menemukan hewan. Arwahnya berubah menjelma menjadi anak kecil. Ia
lalu meminta makanan namun penduduk tidak menerimanya.

Ia bertemu dengan seorang nenek yang mau merawatnya dan memberinya


makan. Setelah itu ia kembali ke pesta dan hal yang sama pun terulang.
Warga pun tetap mengusirnya. Lalu beberapa saat setelah itu ia
menancapkan sebuah lidi ke tanah. Ia menantang warga untuk
mencabutnya, namun tak satapun berhasil mencabut.

Ia pun mencabutnya lalu saat itu juga muncullah air yang sekarang menjadi
rawa pening. Tak ada warga yang selamat kecuali nenek yang
memberinya makanan. Nenek tersebut telah diberi pesan untuk masuk ke
dalam lesung oleh Baru Klinting.
Cerita Rakyat Cindelaras

Masih semangat untuk membaca cerita kumpulan cerita rakyat pendek ini
kan, Bun? Jika tadi ada kisah dari Jawa Barat dan Kalimantan Barat kini
beralih ke Cindelaras yang berasal dari daerah Jawa Timur. Kisahnya pun
tak kalah menarik dari yang lain lho, Bun.

Dahulu Kerajaan Jenggala dipimpin oleh seorang raja yang disebut Raden
Putra. Raja tersebut mempunyai dua orang istri, sang ratu yang cantik dan
seorang selir. Sayang, hati sang selir dipenuhi dengan rasa iri dan dengki,
sehingga ia berencana untuk menyingkirkan sang ratu.

Dengan dibantu oleh tabib kerajaan, sang selir berpura-pura sakit. Tabib
mengatakan kepada raja bahwa sang ratulah yang sengaja meracuninya.
Sang raja sangat marah ketika mendengarnya, lalu ia pergi menemui ratu.

Sang ratu tentu saja tidak mengakui perbuatannya ketika ditanya karena ia
memang tidak melakukan apa-apa. Namun, hati raja sudah tertutup. Raja
yang tidak bijak tersebut bahkan menyuruh pengawalnya untuk
membunuhnya, padahal sang ratu sedang mengandung.

Sampai di hutan, pengawal tersebut tidak melaksanakan perintah, malah


membangunkan sebuah rumah sederhana untuk sang ratu tinggal.
Sekembalinya dari hutan, pengawal tersebut membunuh seekor kelinci lalu
mengoleskan darah itu pada pedangnya sebagai bukti ia telah membunuh
ratu.
Ratu yang tinggal di hutan tersebut sudah melahirkan seorang bayi laki-laki
dan diberinya nama Cindelaras. Cindelaras tumbuh menjadi seorang anak
yang baik dan tampan.

Saat sedang membantu ibunya mencari kayu bakar, Cindelaras menemukan


sebuah telur. Dirawatnya telur tersebut hingga menetas. Ternyata, ayam
tersebut adalah ayam ajaib yang sangat kuat dan bisa berbicara.

“Tuanku adalah Cindelaras. Rumahnya di hutan. Dia adalah anak dari


Raden Putra.”

Begitu ucapnya berulang-ulang. Mendengar itu, mau tidak mau sang ibu lalu
menceritakan semuanya kepada Cindelaras. Ia lalu meminta ijin untuk
menemui ayahnya dan menceritakan semuanya.

Dalam perjalanan menuju Jenggala, ia diajak oleh orang beberapa orang


untuk mengadu kehebatan ayam miliknya. Tak hanya satu, ternyata ayam
tersebut mampu mengalahkan puluhan ayam lain hanya dalam beberapa
menit. Berita tersebut sampai ke telinga Raden Putra dan ingin mengadu
ayamnya dengan ayam Cindelaras.

Setelah diadu ternyata ayam Cindelaraslah yang menang. Saat ayam


tersebut berbicara, barulah raja menyadari bahwa ia mempunyai soerang
anak yang ia buang. Raja menyesal lalu meminta maaf dan menemui ratu
untuk membawanya pulang.

Menurut Bunda, nilai moral apa yang terkandung dalam cerita rakyat yang
singkat dan menarik di atas? Iya, Bunda benar. Lewat kisah ini si kecil nanti
dapat belajar untuk tidak mudah percaya dengan omongan orang lain
begitu saja.

Seperti Raden Putra yang begitu saja mempercayai omongan tabib padahal
si tabib ternyata berbohong. Akhirnya ia menyesal karena telah
menelantarkan istri dan anaknya padahal seharusnya ia harus menjaga dan
menyanyangi istri dan anaknya
Cerita Rakyat Keong Mas

Masih berasal dari Jawa Timur, Keong Mas adalah satu dari kumpulan cerita
rakyat pendek yang juga cukup populer. Kisah ini bagus lho Bun untuk
diceritakan kepada si kecil, apalagi sebagai dongeng sebelum tidur.

Seorang raja mempunyai dua orang putri cantik. Nama kedua putri tersebut
adalah Candra Kirana dan Dewi Galuh. Namun, perangai kedua putri
tersebut sungguh berbeda, Candra Kirana yang begitu baik sedangkan
saudaranya begitu angkuh.

Suatu hari raja memberitahu bahwa seorang pangeran tampan bernama Inu
Kertapati melamar Candra Kirana. Mendengar hal tersebut timbulah rasa
iri Dewi Galuh. Gadis itu kemudian pergi menemui seorang penyihir untuk
mengubahnya menjadi seekor keong.

Penyihir tersebut berhasil mengubah Candra Kirana menjadi seekor keong


lalu membuangnya ke sungai. Ia bisa berubah menjadi manusia lagi jika
bisa menemukan cinta sejatinya. Kemudian, keong emas ditemukan oleh
seorang nenek yang sedang menjaring dan membawanya pulang.

Keesokan harinya ketika nenek kembali dari mencari ikan, ia melihat


berbagai hidangan lezat tersaji di meja. Tak hanya itu, rumahnya pun
menjadi lebih bersih. Kejadian tersebut terjadi berulang kali hingga
membuat nenek penasaran.

Beberapa waktu kemudian, nenek berpura-pura untuk pergi bekerja namun


kembali lagi tak lama kemudian. Ternyata, yang membantunya selama ini
adalah keong emas jelmaan seorang putri cantik yang dulu ia temukannya
di sungai. Dari situ, Candra Kirana menceritakan semua yang terjadi pada
dirinya sehingga menjadi seekor keong.

Sementara itu, sang Pangeran pun tidak tinggal diam dan ikut mencari
Candra Kirana yang tiba-tiba menghilang. Dia mencari tanpa lelah hingga
ke pelosok desa. Hingga pada suatu hari ia kelelahan dan pergi ke salah satu
rumah warga untuk meminta minum.

Alangkah terkejutnya ia ketika melihat Candra Kirana di sana. Seketika itu


juga kutukan Candra Kirana menghilang. Kemudian, sang pangeran
membawa Candra Kirana beserta sang nenek ke kerajaan.

Sang Penyihir dan Dewi Galuh pun mendapatkan hukumannya. Candra


Kirana dan Inu Kertapati kemudian menikah dan bahagia selamanya.

Jangan iri dengan apa yang dimiliki oleh lain adalah pesan yang
terkandung dalam kumpulan cerita rakyat pendek yang berjudul Keong
Mas ini. Karena rasa iri bisa membuat orang melakukan apa saja. Hal
tersebut tentu tak hanya akan merugikan orang lain, tetapi juga diri sendiri
pada akhirnya.
Dongeng Jaka Tarub dan Tujuh
Bidadari

Pada zaman dahulu kala, di sebuah desa tinggallah seorang Janda bernama
Mbok Randa. Ia tinggal seorang diri karena suaminya sudah lama meninggal
dunia. Suatu hari, ia mengangkat seorang anak Laki-laki menjadi anaknya. Anak
angkatnya diberi nama Jaka Tarub. Jaka Tarub pun tumbuh beranjak dewasa.

Jaka Tarub menjadi pemuda yang sangat tampan, gagah, dan baik hati. Ia juga
memiliki kesaktian. Setiap hari, ia selalu membantu ibunya di sawah. Karena
memiliki wajah yang sangat tampan banyak gadis-gadis cantik yang ingin
menjadi istrinya. Namun, ia belum ingin menikah.

Setiap hari ibunya menyuruh Jaka Tarub untuk segera menikah. Namun, lagi-lagi
ia menolak permintaan ibunya. Suatu hari Mbok Randa jatuh sakit dan
menghembuskan nafas terakhirnya. Jaka Tarub sangat sedih.

Sejak kematian Mbok Randha, Jaka Tarub sering melamun. Kini sawah ladang-
nya terbengkalai.

“Sia-sia aku bekerja. Untuk siapa hasilnya?” demikian gumam Jaka Tarub.

Suatu malam, Jaka Tarub bermimpi memakan Daging Rusa. Pada saat ia
terbangun dari tidurnya, ia pun langsung pergi ke hutan. Dari pagi sampai siang
hari ia berjalan. Namun, ia sama sekali tidak menjumpai Rusa. Jangankan Rusa,
Kancil pun tidak ada.

Suatu ketika, ia melewati telaga itu dan secara tidak sengaja ia melihat para
bidadari sedang mandi disana. Di telaga tampak tujuh perempuan cantik tengah
bermain-main air, bercanda, bersuka ria. Jaka Tarub sangat terkejut melihat ke-
cantikan mereka.

Karena jaka Tarub merasa terpikat oleh tujuh bidadari itu, akhirnya ia mengambil
salah satu selendangnya. Setelahnya para bidadari beres mandi, merekapun
berdandan dan siap-siap untuk kembali ke kahyangan.

Mereka kembali mengenakan selendangnya masing-masing. Namun salah satu


bidadari itu tidak menemukan selendangnya. Keenam kakaknya turut membantu
mencari, namun hingga senja tak ditemukan juga. Karena hari sudah mulai
senja, Nawangwulan di tinggalkan seorang diri. Kakak-kakanya kembali ke
Khayangan. Ia merasa sangat sedih.

Tidak lama kemudian Jaka Tarub datang menghampiri dan berpura-pura


menolong sang Bidadari itu. Di ajaknya bidadari yang ternyata bernama Nawang
Wulan itu pulang ke rumahnya. Kehadiran Nawang Wulan membuat Jaka Tarub
kembali bersemangat.

Singkat cerita, merekapun akhirnya menikah. Keduanya hidup dengan Bahagia.


mereka pun memiliki seorang putri cantik bernama Nawangsih. Sebelum mereka
menikah, Nawang wulan mengingatkan kepada Jaka Tarub untuk tidak
menanyakan kebiasan yang akan dilakukannya nanti setelahnya ia menjadi istri.

Rahasianya Nawang Wulan yaitu, Ia memasak nasi selalu menggunakan satu


butir beras, dengan sebutir beras itu ia dapat menghasilkan nasi yang banyak.
Setelah mereka menikah Jaka Tarubsangat penasaran. Namun, dia tidak
bertanya langsung kepada Nawang wulan melainkan ia langsung membuka dan
melihat panci yang suka dijadikan istrinya itu memasak nasi. Ia melihat Setangkai
padi masih tergolek di dalamnya, ia pun segera menutupnya kembali. Akibat rasa
penasaran Jaka Tarub. Nawang Wulan kehilangan kekuatannya. Sejak saat itu,
Nawang Wulan harus menumbuk dan menampi beras untuk dimasak, seperti wa-
nita umumnya.

Karena tumpukan padinya terus berkurang, suatu waktu, Nawangwulan tanpa


sengaja menemukan selendang bidadarinya terselip di antara tumpukan padi.
ternyata selendang tersebut ada di lumbung gabah yang di sembunyikan oleh
suaminya.

Nawang wulan pun merasa sangat marah ketika suaminyalah yang mencuri
selendangnya. Akhirnya, ia memutuskan untuk pergi ke kahyangan. Jaka
Tarub pun meminta maaf dan memohon kepada istrinya agar tidak pergi lagi ke
kahyanngan, Namun Nawangwulan sudah bulat tekadnya, hingga akhirnya ia
pergi ke kahyangan. Namun ia tetap sesekali turun ke bumi untuk menyusui
bayinya. Namun, dengan satu syarat, jaka tarub tidak boleh bersama Nawangsih
ketika Nawang wulan menemuinya. Biarkan ia seorang diri di dekat telaga.

Jaka Tarub menahan kesedihannya dengan sangat. Ia ingin terlihat tegar.


Setelah Jaka Tarub menyatakan kesanggupannya untuk tidak bertemu lagi
dengan Nawangwulan, sang bidadaripun terbang meninggalkan dirinya dan
Nawangsih. Jaka Tarub hanya sanggup menatap kepergian Nawangwulan
sambil mendekap Nawangsih. Sungguh kesalahannya tidak termaafkan. Tiada
hal lain yang dapat dilakukannya saat ini selain merawat Nawangsih dengan baik

Pesan moral dari Dongeng Jaka Tarub – Cerita Rakyat Jaka Tarub adalah
tepati janji yang telah kamu ucapkan, tidak menepati janji hanya akan
membawa keburukan dimasa yang akan datang. Selain itu jangan mudah
dalam mengucapkan janji atau sumpah.
Cerita Rakyat Kelingking Sakti
Alkisah, ada sepasang suami istri di Jambi yang miskin dan belum memiliki
momongan. Meskipun mereka sudah puluhan tahun membina rumah
tangga, namun mereka tak kunjung memiliki seorang anak. Segala daya
upaya sudah dilakukan, tetapi hasilnya selalu nihil.

Hingga akhirnya, sang suami memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
untuk mengabulkan permintaanya untuk memiliki seorang anak laki-laki.
Walaupun sebesar kelingking, mereka rela asalkan memiliki anak.

Beberapa bulan kemudian, sang istri pun dikabarkan mengandung seorang


anak. Sesuai doa yang diminta oleh sang suami, anaknya pun lahir hanya
sebesar jari kelingking saja. Meskipun ukuran badannya kecil, suami dan istri
tersebut tetap bersyukur dan menyayangi anaknya.

Pada suatu hari, desa Jambi didatangi oleh hantu pemakan manusia, nenek
Gergasi. Seluruh warga pun ketakutan, sehingga tidak ada satupun yang
berani keluar rumah. Demi menyelamatkan warga, raja dari desa Jambi pun
mengajak rakyatnya untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman.

Akan tetapi Kelingking menolak untuk mengungsi, ia lebih memilih tinggal


di desa untuk mengusir nenek Gergasi. Sayangnya, niat tersebut diragukan
oleh para warga karena badannya yang teramat kecil.

Namun Kelingking tidak mempedulikannya. Berkat keberanian dan


kecerdasan Kelingking, ia mampu membunuh setan tersebut dengan cara
memasukkannya ke jurang. Oleh karenanya, Raja Desa Jambi
menghadiahkan Kelingking berupa pangkat Panglima Perang.

Salah satu kisah dari kumpulan cerita rakyat nusantara terpopuler di atas
berasal dari Jambi, Riau. Cerita rakyat yang singkat dan menarik tersebut
memiliki pesan moral untuk buah hati Bunda. Salah satu pesan moralnya
adalah selalu meminta pertolongan kepada Allah.

Setiap manusia pastinya akan dihadapi sebuah masalah. Untuk itu, melalui
kisah di atas, ajarkanlah si kecil untuk selalu berdoa dan meminta petunjuk
kepada Tuhan Yang Maha Esa atas permasalahan yang dihadapi.
Cerita Rakyat Lutung Kasarung
Pada jaman dahulu, ada dua orang putri dari Kerajaan Pasundan. Mereka
adalah Praburarang dan Purbasari yang memiliki wajah sangat cantik serta
berkulit putih.

Sepeninggalnya sang Raja, Purbasari diperintahkan untuk menggantikan


tahtanya. Mendengar hal tersebut, Praburarang merasa sangat iri dan ingin
mencelakakan Purbasari.

Ia memutuskan untuk menemui nenek sihir agar mengutuk adiknya,


Purbasari. Oleh karenanya, wajah dan tubuh Purbasari berubah menjadi
bertotol-totol hitam. Hal tersebut kemudian dijadikan sebuah alasan untuk
mengusirnya ke sebuah hutan, sehingga tahta pun berhasil pindah ke
tangan Praburarang.

Selama tinggal di hutan, Purbasari berteman dengan seekor kera berbulu


hitam. Kera tersebut bernama Lutung Kasarung. Ia sangat perhatian dan
menyayangi Purbasari.

Untuk membantu Purbasari, Lutung bersemedi di tempat yang sepi pada


saat bulan purnama. Tidak lama kemudian, terciptalah sebuah telaga kecil
yang berair sangat jernih. Lutung pun meminta Purbasari mandi di telaga
tersebut.

Hebatnya, air dari telaga tersebut mampu mengembalikan kecantikannya.


Purbasari pun bisa kembali ke wajahnya yang semula, yaitu putih dan
cantik.

Mendengar hal tersebut, Praburarang merasa cemas. Ia khawatir jika


adiknya merebut kembali tahtanya. Kemudian, ia pun menghampiri adiknya
dan mengajaknya beradu untuk memperebutkan kursi raja.

Praburarang mengajak adiknya adu ketampanan dari tunangan masing-


masing. Purbasari menunjukkan Lutung Kasarung sebagai tunanganya.
Kakaknya pun menertawakannya dan merasa tunanganya lebih tampan dari
seekor kera.
Pada saat itu juga, lutung kasarung berubah ke wujud aslinya. Ternyata ia
adalah seorang pangeran dengan wajah yang tampan. Prubararang
akhirnya mengakui kekalahannya dan menyerahkan tahta kerajaan kepada
adiknya.

Kisah kedua di atas termasuk dalam kumpulan cerita rakyat nusantara


terpopuler. Pesan moral yang dapat dipetik dari kisah ini adalah berbuatlah
kebaikan kepada siapapun.

Nilai moral tersebut dapat dipelajari dari Purbasari yang memiliki sifat baik
hati kepada siapapun termasuk hewan. Berkat kebaikannya, ia pun
dikelilingi juga oleh lingkungan yang baik. Salah satunya adalah lutung
kasarung yang kemudian menjadi penolongnya.
Cerita Rakyat Si Penakluk Rajawali
Dahulu, ada seorang raja di Sulawesi Selatan yang memiliki tujuh orang
putri. Konon, jika memiliki 7 orang anak, salah satunya harus
dipersembahkan kepada seekor Rajawali Raksasa agar keluarga istana
terhindar dari mala petaka.

Hal tersebut membuat sang raja sedih dan memutuskan untuk membuka
sayembara. Siapa saja yang berhasil menaklukan Rajawali, jika ia laki-laki
maka akan dinikahkan dengan salah satu putrinya. Apabila ia perempuan,
maka akan diangkat menjadi anggota keluarga.

Oleh karena itu, banyak warga yang berbondong-bondong untuk


menyelamatkan putri kerajaan. Namun, tidak ada satupun yang mampu
mengalahkan Rajawali.

Saat Rajawali Raksasa mendekat dan hendak memakan sang putri,


datanglah seorang pemuda yang menyelamatkannya dengan seutas tali dan
badik. Ia pun sukses menikam dan membunuh Rajawali. Sang putri pun
akhirnya selamat dan bisa kembali ke kerajaan dengan perasaan lega dan
tenang.

Sayangnya, pemuda itu lantas pergi dan tidak datang untuk meminta
upahnya. Oleh karenanya, raja pun membuka kembali sayembara untuk
menemukan penakluk rajawali tersebut.

Oleh sebab itu, banyak sekali warga yang mengaku-ngaku telah


menyelamatkan sang putri. Untungnya, sang putri masih mengenali wajah
laki-laki yang telah menyelamatkannya. Ia pun berhasil menemukan
penyelamatnya tersebut.

Raja pun bertanya, “kenapa kamu tidak datang ke kerajaan, untuk menagih
janji atas keberhasilanmu menyelematkan anakku?” Anak laki-laki itu pun
menjawab, “aku menyelematkan sang putri bukan karena hadiahnya, tapi
hamba tulus. Kalaupun baginda raja ingin menikahkan kami, hamba ingin
semua itu berdasarkan permintaan sang putri.”
Sang putri pun mengatakan jika ia telah menyukai laki-laki tersebut sejak
awal bertemu. Pada akhirnya, mereka hidup bersama dan bahagia
selamanya.

Pelajaran yang dapat dipetik dari kisah kelima yang termasuk dalam
kumpulan cerita rakyat nusantara ini adalah pentingnya menolong tanpa
pamrih. Hal tersebut dapat dilihat dari perjuangan seorang anak laki-laki
yang dengan tulus menyelamatkan putri.

Melalui cerita tersebut, Bunda bisa mengajarkan pada si kecil apa itu ikhlas.
Apapun pertolongan yang diberikan jangan mengharapkan imbalan.
Cerita Rakyat Timun Mas

Di Jawa Tengah, hiduplah sepasang suami istri yang hidup sederhana tapi
bahagia. Hanya saja, mereka belum dikaruniai seorang anak. Setiap malam
mereka berdoa memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar diberikan
momongan.

Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk datang ke gua menemui


raksasa. Konon, raksasa tersebut bisa memberikan keturunan untuk
pasangan suami tersebut.

Benar saja, selang beberapa saat setelah memohon, mereka diberikan


sebuah biji-bijian mentimun, yang nantinya akan tumbuh seorang anak
didalamnya. Tetapi raksasa memberikan satu syarat, jika nanti anak tersebut
sudah berumur 17 tahun, raksasa akan mengambilnya untuk dijadikan
makanan.

Pasangan suami istri tersebut merawat pohon mentimun dengan kasih


sayang. Beberapa saat kemudian tumbuhlah buah timun berwarna
keemasan. Setelah dibuka, terdapat bayi cantik didalamnya dan mereka
menamainya Timun Mas.

Tahun demi tahun berlalu, Timun Mas tumbuh menjadi gadis yang sangat
cantik dan menawan. Ibu dari Timun Mas pun mulai khawatir, karena
sebentar lagi anak kesayangannya akan berusia 17 tahun dan pastinya
raksasa jahat akan mengambilnya.

Untuk itu, ia berpesan pada Timun Mas untuk lari dari raksasa tersebut dan
memberinya sebuah benda ajaib dalam kantong. Benda tersebut adalah
garam, cabai, dan biji-bijian mentimun.

Pada saat raksasa mengejarnya, Timun Mas melemparkan benda ajaib


tersebut secara bergantian kepadanya . Hingga akhirnya, ia berhasil
membunuh raksasa tersebut. Ia pun kembali ke pelukan ibu dan ayahnya.

Pastinya Bunda sudah sering mendengar kisah Timun Mas yang termasuk
dalam kumpulan cerita rakyat nusantara di atas, ya? Kisah ini sangat
menarik untuk diceritakan pada si kecil, bukan?
Hal tersebut dikarenakan Timun Mas memiliki beberapa pesan moral. Salah
satu pesan moralnya adalah selalu meminta pertolongan kepada Tuhan.
Janganlah meminta pertolongan kepada selain Tuhan, jikalau tidak ingin
hidup dalam bahaya.
Cerita Rakyat Bawang Merah Bawang Putih

Di sebuah desa, tinggallah seorang anak bernama Bawang Putih bersama


dengan ayahnya. Ibu Bawang Putih sudah meninggal sehingga sang ayah
memutuskan untuk menikah kembali. Sayangnya, ibu tiri dan saudara
tirinya yang bernama Bawang Merah selalu bersikap buruk kepada Bawang
Putih.

Kejahatanya semakin menjadi-jadi ketika sang ayah meninggal dunia.


Bawang putih diperlakukan layaknya seorang asisten rumah tangga.

Pada suatu pagi, Bawang Putih sedang mencuci baju di sungai. Dikarenakan
aliran airnya terlalu deras, salah satu baju ibu tirinya pun hanyut.

Mengetahui hal tersebut, ibu tiri langsung memarahinya dan meminta


Bawang Putih untuk menemukannya. Dengan berat hati, ia pun menulusuri
sungai untuk menemukan baju ibunya. Ternyata baju tersebut ditemukan
oleh seorang nenek.

Nenek tersebut akan memberikannya, tapi dengan syarat Bawang Putih


harus menemaninya selama satu minggu. Dengan senang hati, Bawang
Putih menemani nenek tersebut. Setiap hari ia membantunya merapikan dan
merawat rumah.

Setelah satu minggu berlalu, nenek itu mengembalikan baju ibunya dan
menawarkan hadiah kepada Bawang Putih atas bantuannya merawat
rumah. Hadiah tersebut berupa labu siam besar dan kecil. Bawang putih
memilih yang kecil karena tidak ingin menyusahkan si nenek.

Setelah kembali ke rumah dan mebuka labu tersebut, ternyata isinya adalah
emas-emasan. Mengetahui hal itu, Bawang Merah memutuskan untuk
kerumah nenek tersebut dan meminta labu siam yang besar secara paksa.

Ia berharap jika labunya lebih besar, maka isi perhiasannya pun semakin
banyak. Namun, setelah labu tersebut dibuka yang muncul justru binatang
buas.

Kisah Bawang Putih dan Bawang Merah yang merupakan salah satu dari
kumpulan cerita rakyat nusantara ini sangat cocok diceritakan pada anak
Anda. Pasalnya, kisah ini memiliki pesan moral yang mengajarkan pada
anak untuk selalu bersikap baik.

Perbuatan yang jahat akan mendapatkan balasan yang setimpal. Seperti


halnya kelakuan Bawang Merah dan Ibu Tiri yang jahat kepada Bawang
Putih. Pada akhirnya, mereka mendapat hukuman yang setimpal atas
perbuatannya.
Legenda Telaga Bidadari

Alkisah, ada seorang pemuda tampan bernama Awang Sukma yang tinggal
di hutan. Ia adalah penguasa daerah hutan tersebut.

Pada suatu hari, Awang mendengar suara wanita dari telaga. Ternyata di
telaga tersebut ada 7 orang bidadari cantik yang sedang mandi. Awang
mengintip bidadari tersebut dari balik semak-semak dan mengambil salah
satu dari selendangnya.

Ketika selesai mandi, para bidadari tersebut mengambil selendangnya dan


kembali ke khayangan. Namun, si bungsu tidak bisa kembali karena
selendangnya diambil oleh Awang Sukma. Ia pun ditinggalkan oleh keenam
kakaknya.

Saat itu, Awang keluar dari persembunyiannya dan membujuk si bungsu


untuk tinggal bersamanya. Karena takut sendirian, ia pun memutuskan
tinggal bersama Awang.

Sesampainya di rumah, Awang menyembunyikan selendang milik putri


bungsu di balik lumbung padi. Hal tersebut ia lakukan lantaran tidak ingin
bidadarinya memutuskan untuk kembali ke khayangan.

Setelah lama tinggal bersama, mereka akhirnya memutuskan untuk menikah


dan dikaruniai satu orang anak. Kehidupan mereka sangatlah bahagia dan
berkecukupan. Namun, kebahagiaan itu mulai surut ketika si putri bungsu
menemukan selendangnya saat akan mengambil padi di lumbung.

Ia merasa sangat sedih dan kecewa atas kebohongan Awang selama ini.
Dengan berat hati, ia memutuskan untuk kembali ke khayangan dan
meninggalkan Awang serta anaknya. Namun, ia berjanji akan sering kembali
ke bumi untuk menengok putri kesayanganya.

Awang pun menyesal atas perbuatannya selama ini. Ia kini tinggal berdua
dengan anaknya dalam rasa penyeselan yang mendalam.

Oleh karena itu, hingga kini telaga yang ada di Kalimantan Selatan tersebut
dinamai dengan Telaga Bidadari. Cerita rakyat di atas merupakan salah satu
contoh dari kumpulan cerita rakyat nusantara dan legenda yang sarat akan
pesan moral.
Salah satu pesan moral yang dapat dipetik adalah jangan mencuri demi
mendapatkan sesuatu yang di inginkan. Hendaklah mengusahakannya
denga cara halal. Seperti halnya Awang yang mencuri selendang putri
bungsu, pada akhirnya pun ia mengalami penyesalan karena telah
melakukannya.
Legenda Candi Prambanan

Dahulu kala, di desa Prambanan ada sebuah kerajaan yang dipimpin Prabu
Baka. Ia memiliki seorang putri cantik bernama Roro Jongrang.

Suatu ketika, kerajaan Prambanan berperang dengan Kerajaan Pengging


yang dipimpin oleh Bandung Bondowoso. Pada peperangan itu Prabu Baka
kalah dan tewas oleh serangan Bandung Bondowoso. Ia kemudian
menguasai kerajaan Prambanan menggantikan Prabu Baka.

Melihat kecantikan Roro Jongrang, Bandung Bondowoso memutuskan untuk


menikahinya. Namun, ia menolak dengan cara memberikan syarat yang
tidak mungkin Bandung Bondowoso bisa lakukan. Syarat tersebut adalah
membuat seribu candi dalam waktu satu malam.

Berkat bantuan balatentara roh-roh halus, Bandung Bondowoso hampir


menyelesaikan 1000 candi hanya dalam waktu 1 malam. Merasa khawatir
akan keberhasilannya membangun 1000 candi, Roro Jonggrang
memutuskan untuk membangunkan gadis-gadis di Desa Prambanan untuk
memukul alu pada lesung.

Suasana saat itu sangat riuh, ayam jantan pun berkokok bersautan.
Mendengar suara itu, para roh halus segera meninggalkan pekerjaan karena
khawatir jika matahari segera terbit. Padahal, pada saat itu hanya kurang 1
candi untuk melengkapi seribu candinya.

Bandung Bondowoso sangat terkejut dan marah menyadari usahanya yang


telah gagal. Ia kemudian mengutuk Roro Jongrang menjadi sebuah arca.

Legenda terbentuknya Candi Prambananan merupakan salah satu dari


kumpulan cerita rakyat nusantara dan legenda yang cocok untuk dikisahkan
pada si kecil. Selain untuk mengenalkan sejarah kepadanya juga untuk
mengajarkan beberapa pesan moral.

Salah satu pesan moralnya adalah jadilah seseorang yang tegas dan teguh
dalam pendirian. Jangan seperti Roro Jongrang yang coba mengingkari
janjinya. Ia telah berjanji mau dinikahi oleh Bandung Bondowoso setelah
1000 candi terbangun.
Namun, Roro Jonggrang justru berusaha menggagalkannya. Jika memang
tidak ingin dinikahi, seharusnya ia mengatakannya sejak awal. Oleh
karenanya, ia dikutuk menjadi sebuah batu arca yang hingga saat ini
tersimpan di candi terbesar yang dibuat Bandung Bondowoso.
Legenda Gunung Bromo

Alkisah, pada jaman dahulu hiduplah seorang pemuda bernama Joko Seger
yang jatuh hati kepada Roro Anteng. Mereka pun menjalin kasih dan
memutuskan untuk segera menikah. Sayangnya, niat tersebut terrhambat
oleh orang jahat nan sakti yang ingin merebut Roro Anteng.

Tetapi Roro tidak berani melakukan penolakan karena merasa khawatir jika
terjadi hal buruk yang mungkin akan dilakukan orang jahat tersebut. Gadis
cantik itu pun kemudian membuat sebuah persyaratan. Ia menyuruh orang
sakti itu untuk membuat lautan di Bromo dalam waktu semalam.

Sayangnya, pria jahat itu menyanggupinya dan berusaha membuat sumur di


Gunung Bromo menggunakan tempurung kelapa atau dalam bahasa Jawa
disebut dengan batok. Demi menggagalkan usahanya, Roro Anteng
memukulkan alu padi untuk membangunkan para ayam agar mereka segera
berkokok.

Untungnya, usaha tersebut berhasil dan pria jahat itu pun kalah karena ia
belum berhasil membuat lautan. Itulah alasan kenapa Gunung Bromo
berbentuk tumpul.

Merasa marah dan mengamuk, ia melemparkan batok kelapa yang


digunakan dan sekarang menjadi Gunung Batok. Setelah itu, Roro Anteng
kembali ke pelukan Joko Seger. Mereka pun hidup bahagia selamanya.

Legenda Gunung Bromo merupakan salah satu dari kumpulan cerita rakyat
nusantara yang bisa dikisahkan untuk anak Anda. Pasalnya, selain untuk
memperkenalkan sejarah pada buah hati Anda, juga untuk mengajarkan
nilai moral yang ada pada cerita itu.

Salah satu pesan moral yang bisa dipetik adalah janganlah memaksakan
kehendak. Seperti halnya yang dilakukan oleh pria jahat dalam kisah di atas.
Ia berusaha merebut Roro Anteng yang jelas-jelas sudah memiliki calon
suami, Joko Seger.

Tetapi ia tetap ingin mempersunting Roro Anteng meskipun hal tersebut


tidaklah mudah. Hal tersebut bisa Anda ajarkan untuk si kecil untuk tidak
memaksakan kehendak atau keinginannya.
Legenda Kawah Sikidang Dieng

Pada zaman dahulu, berdiri sebuah kerajaan nan mewah dan indah. Salah
satu putri di kerajaan tersebut bernama Shinta Dewi. Ia terkenal akan
kecantikannya yang luar biasa bak bidadari, sehingga banyak pangeran
yang ingin mempersuntingnya.

Salah satu pangeran yang ingin melamarnya adalah Kidang Garungan.


Pangeran tersebut terkenal akan kekayaannya yang luar biasa, hampir
semua kemewahan dimilikinya. Selain itu, ia juga terkenal memiliki
kesaktian.

Mengetahui akan hal tersebut, Putri Shinta Dewi pun setuju menikah dengan
Kidang Garungan. Meskipun sebelumnya Shinta belum pernah bertemu
Kidang, ia tetap yakin atas keputusannya untuk menikah dengan pangeran
kaya raya tersebut.

Pada saat prosesi pernikahan tersebut akan dilangsungkan, Shinta Dewi


terkejut melihat wajah Pangeran Kidang. Walaupun berbadan sangat kuat
dan tegar, ternyata wajahnya menyerupai kepala kijang jantan.

Dalam hati, Shinta Dewi ingin menggagalkan pernikahan tersebut tetapi


merasa keputusannya itu akan mempengaruhi kejayaan kerajaanya. Oleh
karena itu, Shinta membuat persyaratan yang kiranya sulit untuk dilakukan
oleh pangeran Kidang. Permintaan itu adalah membuat sumur yang sangat
dalam dan besar.

Namun, pangeran Kidang menyetujui hal tersebut. Dengan semangat yang


menggebu, ia berusaha membuat sumur yang besar tersebut. Ditengah
usahanya, Shinta Dewi memerintah para prajuritnya untuk menutup kembali
lubang sumur itu dengan tanah.

Pangeran Kidang pun terkubur dalam tanah tersebut. Dengan kekuatannya


yang luar biasa, ia berusaha keluar dari timbunan tanah tersebut hingga
menimbulkan getaran dan permukaan tanah menjadi panas.

Tetapi, usahanya tersebut sia-sia, ia tidak sanggup lagi keluar dari timbunan
tanah tersebut. Tanah yang bergetar dan menyebabkan permukaanya
menjadi panas tersebut kemudian dinamakan dengan Kawah Sikidang.
Atas perbuatan jahat dari Shinta Dewi ke Pangeran Kidang, ia mendapatkan
kutukan berambut gimbal dan berwajah buruk rupa. Kutukan berambut
gimbal tersebut tidak hanya dialami oleh Shinta Dewi saja tetapi juga
seluruh keturunannya.

Kisah legendaris dari Kawah Sikidang ini merupakan salah satu dari
kumpulan cerita rakyat nusantara dan legenda yang cocok untuk anak
Anda. Selain untuk memperkenalkan sejarah terjadinya suatu tempat pada
buah hati, juga untuk mengajarkan nilai moral.

Pesan moral dari cerita di atas adalah janji harus ditepati. Sebab,
mengingkari janji akan merugikan dan menyakiti perasaan orang lain.
Untuk itu, kisah ini sangatlah cocok untuk dijadikan salah satu
pembelajaran pada si kecil agar mereka selalu berusaha menepati janjinya.
Legenda Danau Maninjau

Alkisah, di sebuah perkampungan di Kaki Gunung Tinjau, Sumatra Barat,


hiduplah dua orang yang saling mencintai. Kedua orang tersebut bernama
Siti Rasani dan Giran. Mereka ingin segera menikah, namun salah satu kakak
dari Siti yang bernama Kukuban tidak menyetujuinya.

Ia tidak menyetujuinya dikarenakan dendam dengan Giran yang pernah


mengalahkannya pada saat pertandingan silat dan menyebabkan kakinya
terluka. Siti sudah berulang kali membujuk kakaknya untuk memberikan
restu padanya, namun kakaknya tetap bersikukuh menentang cinta mereka.

Pada suatu hari, Giran dan Siti sedang pergi ke hutan untuk mencari obat
untuk kakaknya. Dalam perjalanan pulang, rok yang dikenakan Siti
tersangkut kayu yang berduri hingga sobek. Salah satu warga yang melihat
kejadian tersebut menuduh mereka berbuat hal memalukan dan melanggar
etika adat.

Oleh karena itu, Giran dan Siti digiring warga untuk diadili. Sidang adat
memutuskan bahwa mereka bersalah dan sebagai hukumannya keduanya
harus dibuang ke Kawah Gunung Tinjau agar tidak membawa malapetaka
bagi penduduk.

Giran berusaha menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, namun tidak ada
satu pun warga yang memercayainya. Di puncak Gunung Tinjau, sebelum
mereka dibuang ke kawah, Giri berdoa kepada Allah. Dalam doa tersebut ia
meminta Tuhan meletuskan gunung sebagai tanda bahwa mereka tidak
bersalah.

Tidak lama setelah kedua pasangan tersebut dibuang, terjadilah letusan


dahsyat di Gunung Tinjau. Hal itu menyebabkan gempa hebat dan
menghancurkan seluruh pemukiman penduduk.

Bahkan, letusan tersebut menyebabkan kawahnya semakin membesar


hingga menyerupai danau. Danau tersebut hingga kini disebut dengan nama
Danau Maninjau.

Legenda Danau Maninjau yang termasuk dalam salah satu dari kumpulan
cerita rakyat nusantara ini sarat akan nilai moral. Pesan moral yang dapat
dipetik adalah tidak boleh menyimpan dendam dan berprasangka buruk
terhadap seseorang.

Seperti yang Anda baca pada kisah di atas, Giran dan Siti dituduh
melanggar etika adat. Padahal mereka sama sekali tidak melakukannya.
Untuk itu, Tuhan memperingatkan perbuatan keji tersebut melalui letusan
gunung.

Anda mungkin juga menyukai