Anda di halaman 1dari 4

NAMA : ALYSYIA EKATAMA

KELAS : 4 BILAL BIN RABBAH


NO ABSEN : 3

KEONG MAS
Alkisah Prabu Kertamarta, Raja Kerajaan Daha, memiliki dua orang putri, Galuh Ajeng
dan adiknya,Candra Kirana Si sulung, Galuh Ajeng memiliki paras cantik, namun Candra Kirana
jauh lebih cantik.Si Bungsu Candra Kirana telah memiliki tunangan, yaitu seorang pangeran
tampan, putra mahkota Kerajaan Kahuripan bernama Raden Inu Kertapati. Diam-diam Si
Sulung, Galuh Ajeng juga mencintai Raden Inu Kertapati. Oleh karenanya ia sangat iri melihat
keberuntungan Candra Kirana.Galuh Ajeng kemudian mempunyai niat jahat menyingkirkan
adiknya dari istana Kerajaan Daha. Ia meminta bantuan seorang nenek sihir jahat. Nenek sihir
jahat tersebut terkenal memiliki mantra kutukan sangat mengerikan. Galuh Ajeng meminta nenek
sihir agar mengutuk Candra Kirana menjadi sesuatu hal mengerikan. Nenek sihir menyanggupi
permintaan Galuh Ajeng. Tapi Ia memberikan syarat Candra Kirana harus dikeluarkan terlebih
dahulu dari istana sehingga ia bisa leluasa menyihirnya.Setelah bertemu nenek sihir jahat, Galuh
Ajeng kemudian kembali bersiasat dengan memfitnah Candra Kirana. Akibat fitnah keji itu
Prabu Kertamerta menjadi murka. Sang Prabu kemudian mengusir Candra Kirana keluar dari
istana Kerajaan Daha.

Candra Kirana Dikutuk Menjadi Keong Emas


Dengan hati hancur dan sedih, Candra Kirana kemudian pergi dari istana. Ia tidak tahu
kenapa kakaknya sendiri melakukan fitnah keji padanya. Ia berjalan tak tentu arah hingga
akhirnya tiba di sebuah pantai. Pada saat itulah muncul nenek sihir jahat di hadapan Candra
Kirana. Ia mengeluarkan kutukan pada Candra Kirana. “Berubahlah engkau menjadi seekor
keong emas. Kutukan hanya akan hilang jika engkau bertemu cinta sejatimu.” kata nenek sihir
jahat. Tiba-tiba saja tubuh Candra Kirana berubah menjadi seekor keong berwarna emas lalu
jatuh ke dalam laut. Semenjak saat itu tidak ada seorangpun di Kerajaan Daha mengetahui
dimana keberadaan Candra Kirana.
Keong Mas Ditolong Nenek Baik Hati
Suatu hari, seorang nenek dari desa Dadapan tengah mencari ikan di laut menggunakan
jala. Saat menarik jalanya, Ia melihat ada seekor keong berwarna emas sangat cantik. Si Nenek
membawa ikan tangkapannya beserta keong emas ke gubugnya. Saat hendak memasak, Si Nenek
memperhatikan bahwa keong emas tersebut begitu cantik sangat indah. Akhirnya Ia tidak jadi
memasak keong emas tersebut. Alih-alih, Si Nenek baik hati menyimpannya di sebuah tempayan
untuk Ia pelihara. Diberinya makan si keong emas kemudian ditutupnya tempayan agar Ia tidak
melarikan diri. Keesokan harinya si nenek kembali mencari ikan ke laut. Tapi sayang, ia pulang
dengan tangan kosong. Si nenek kurang beruntung tidak mendapatkan ikan. Kemudian ia pulang
ke gubugnya. Setibanya di gubug sederhananya, ia merasa sangat terkejut karena di gubugnya
telah tersaji makanan, padahal ia tidak merasa memasaknya. Karena merasa lapar dan tidak
memiliki makanan lain, akhirnya si nenek menyantapnya. Hari-hari berikutnya kejadian serupa
terus terulang. Setiap ia pulang ke gubugnya, selalu telah tersaji makanan di mejanya. Akhirnya
si nenek berusaha mencari tahu siapa yang memasak makanan di gubugnya. Keesokan harinya si
nenek seperti biasa berpura-pura hendak pergi ke laut untuk menangkap ikan dengan membawa
jala. Setelah menunggu beberapa saat, si nenek berhati-hati kembali ke gubugnya untuk melihat
apa ada orang lain memasak di gubugnya. Saat mengintip kedalam gubugnya, si nenek merasa
kaget melihat keong emas keluar dari tempayan. Si Keong Emas berubah menjadi seorang
wanita cantik jelita. Wanita cantik rupawan tersebut kemudian sibuk memasak di dapur. Si nenek
langsung masuk ke dapur kemudian bertanya pada Candra Kirana. “Wahai keong mas. Rupanya
engkau seorang gadis rupawan. siapakah engkau sebenarnya?” tanya si nenek.“Aku adalah
Candra Kirana, putri Prabu Kertamarta Raja Kerajaan Daha. Aku difitnah oleh saudaraku sampai
terusir dari istana kerajaan. Seorang nenek sihir jahat mengutuk aku menjadi seekor keong emas.
Aku hanya bisa kembali menjadi manusia jika bertemu dengan tunanganku, Raden Inu
Kertapati.” kata Candra Kirana. Setelah menjelaskan perihal dirinya, Ia kemudian kembali
berubah menjadi keong emas.
Raden Inu Kertapati Mencari Candra Kirana
Sementara di Kerajaan Daha, Raden Inu Kertapati tengah sibuk mencari tunangan
sekaligus cinta sejatinya, Candra Kirana. Sang Putra mahkota Kerajaan Kahuripan merasa sedih
hati. Ia bingung karena sudah mencari kemana-mana tapi belum juga menemukan Candra
Kirana. Namun Raden Inu Kertapati tetap bertekad akan mencari Candra Kirana hingga ketemu.
Nenek sihir jahat merasa khawatir melihat kegigihan Raden Inu Kertapati mencari Candra
Kirana. Ia kemudian berusaha menggagalkan usaha Raden Inu Kertapati. Nenek sihir mengubah
dirinya sendiri menjadi seekor burung gagak.  Ia sengaja menyamar menjadi seekor burung
gagak kemudian mendatangi Raden Inu Kertapati. Ia kemudian sengaja memberikan informasi
palsu dengan tujuan menyesatkan Raden Inu. Suatu hari, Raden Inu Kertapati tengah berkeliling
mencari Candra Kirana. Di tengah jalan ia bertemu dengan seorang kakek yang nampak sangat
kelelahan. Raden Inu Kertapati kemudian mendekati kakek tersebut dan memberikan bekal
makanannya. Si kakek makan dengan sangat lahapnya. Seusai makan, si kakek menanyakan
perihal Raden Inu Kertapati.  “Terima kasih Raden telah membantu kakek. Sebenarnya siapa
Raden ini? Dan ada keperluan apa?” kata si kakek. Raden Inu Kertapati kemudian menjelaskan
perihal dirinya serta tunangannya Candra Kirana yang pergi meninggalkan istana dan hilang
entah kemana.  Raden Inu juga menjelaskan perihal burung gagak yang membantunya
memberikan informasi. Si kakek sebenarnya adalah orang sakti. Ia mengetahui bahwa Raden Inu
Kertapati ditipu oleh burung gagak.  Burung gagak tersebut sebenarnya adalah jelmaan nenek
sihir. "Burung gagak itu adalah jelmaan nenek sihir. Ia ingin menyesatkanmu. Untuk
membuktikannya marilah kita tunggu si burung gagak datang.” kata si kakek.
Tidak lama kemudian si burung gagak datang ke hadapan Raden Inu Kertapati. 
Tidak menunggu lama, si kakek kemudian memukul kepala burung gagak dengan tongkatnya. 
Si burung gagak kemudian berubah menjadi asap lalu menghilang.
“Jika Raden ingin menemui tunangan Raden, pergilah ke Desa Dadapan. Tunangan Raden ada
disana.” kata kakek. Setelah mengucapkan terima kasih, Raden Inu Kertapati segera memacu
kudanya menuju desa Dadapan. Berhari-hari lamanya Raden Inu Kertapati menuju desa
Dadapan.  Ia mulai kelelahan sementara perbekalannya sudah mulai menipis.  Tidak lama
kemudian ia tiba di desa Dadapan.  Perbekalannya telah habis, Ia juga merasa sangat kehausan.

Raden Inu Kertapati Berhasil Menemukan Candra Kirana


Ketika Raden Inu Kertapati melihat sebuah gubug, ia lantas mendatangi gubug tersebut. 
Ia mengetuk pintu gubug untuk meminta air minum karena merasa sangat kehausan. 
Ketika pintu gubug dibuka, Raden Inu Kertapati sontak merasa terkejut. 
Di dalam gubug ia melihat seorang nenek tua bersama tunangannya yang selama ini ia cari,
Candra Kirana.  Seketika itu juga kutukan nenek sihir jahat musnah. Tubuh keong kembali
menjadi manusia seperti semula. Raden Inu Kertapati bersama Candra Kirana merasa sangat
bahagia bisa berjumpa kembali.  Raden Inu kemudian mengajak Candra Kirana serta nenek tua
baik hati ke istana Kerajaan Daha. Setibanya di istana, Candra Kirana segera menceritakan
semua kejadian yang menimpanya.  Ia juga mengatakan bahwa Galuh Ajeng, kakaknya sendiri,
telah menfitnahnya. Prabu Kertamerta menjadi sangat marah mengetahui Galuh Ajeng
melakukan kejahatan pada adiknya sendiri. Meskipun Prabu Kertamerta menyayangi Galuh
Ajeng, namun ia tetap menghukum berat Galuh Ajeng karena perbuatan jahatnya.
Meskipun telah memohon ampun, namun Prabu Kertamerta tetap menghukum putri sulungnya. 
Galuh Ajeng merasa ketakutan terhadap ancaman hukuman berat dari ayahandanya. 
Ia kemudian lari meninggalkan istana Kerajaan Daha menuju hutan. Di dalam hutan, tanpa
sengaja ia terperosok kedalam jurang.  Galuh Ajeng akhirnya tewas di dasar jurang. 
Keluarga Kerajaan Daha berduka dengan kematian Galuh Ajeng walaupun ia telah berbuat jahat.
Beberapa minggu kemudian, dilangsungkan pernikahan antara Raden Inu Kertapati dan Candra
Kirana. Pernikahan mereka berlangsung selama tujuh hari tujuh malam.  Rakyat Kerajaan
Kahuripan beserta rakyat kerajaan Daha bersuka ria merayakan pernikahan mereka
berdua. Terlebih Raden Inu Kertapati kelak akan mewarisi Kerajaan Kahuripan.  Nenek baik hati
yang telah menolong keong emas kini tinggal di istana. Candra Kirana telah mennganggapnya
sebagai ibunya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai