Anda di halaman 1dari 5

Naskah Drama Cerita rakyat "Keong Emas"

10-13 minutes

Narator:
Alkisah, di daerah Jawa Timur tersebutlah seorang raja bernama Kertamarta yang bertahta di Kerajaan
Daha. Ia mempunyai dua orang putri yang cantik jelita. Yang sulung bernama Dewi Galuh Ajeng,
sedangkan yang bungsu bernama Candra Kirana.
Berita tentang kecantikan kedua kakak-beradik tersebut tersebar hingga ke berbagai negeri.
Suatu hari, datanglah seorang putra mahkota yang gagah dan tampan bernama Raden Inu Kertapati dari
Kerajaan Kahuripan untuk meminang salah seorang dari mereka. Kedatangan pangeran tampan itu
disambut baik oleh Raja Kertamarta bersama permaisuri dan kedua putrinya.
Saat melihat ketampanan Raden Inu Kertapati, Putri Galuh Ajeng langsung jatuh hati. Ia berharap lamaran
putra mahkota Kerajaan Kahuripan itu ditujukan kepadanya. Namun, ternyata Raden Inu Kertapati lebih
memilih Putri Candra Kirana. Raja dan permaisuri pun menyetujuinya dan segera menunangkan mereka.

Adegan 1
Putri Galuh:
Haaahhh!! Aku kesal! Kesaaal! Kesaaal! Kenapa Raden Inu Kertapati lebih memilih Candra Kirana?
Padahal, aku kan yang lebih cantik daripada Candra Kirana. Kenapa juga ayahanda menyetujui Raden Inu
Kertapati memilih Candra Kirana. Padahal.... aku yang lebih tua daripada Candra Kirana.
Yang lebih menyakitkan lagi, mereka akan segera ditunangkan. Mestinya aku yang lebih pantas bertunangan
dengan Raden Inu Kertapati. Pokoknya aku tidak rela Candra Kirana bertunangan dengan Raden Inu
Kertapati. Aku harus menyingkirkan Candra Kirana dari istana ini. Bagaimanapun caranya Raden Inu
Kertapati harus menikah denganku!

Narator:
Suatu hari, secara diam-diam Putri Galuh pergi ke rumah seorang nenek sihir untuk mencelakai adiknya

Adegan 2
Putri Galuh:
Permisi Nek.
Nenek Sihir:
Ada apa tuan putri berkenan datang ke gubug hamba?
Putri Galuh:
Maukah nenek membantuku?
Nenek Sihir:
Apa yang bisa saya bantu untuk tuan putri?
Putri Galuh:
Kamu sihir Putri Candra Kirana menjadi seekor keong! Setelah itu buanglah dia ke laut!
Nenek Sihir:
Ampun, Tuan Putri! Ada apa gerangan dengan Tuan Putri Candra Kirana? Bukankah dia adik kandung Tuan
Putri sendiri?
Putri Galuh:
Dia itu adik yang tidak tahu diri. Ia telah merebut Raden Inu Kertapati dariku. Sudahlah Nek. tidak usah
banyak tanya! Laksanakan saja perintahku!
Nenek Sihir:
Tapi, bagaimana caranya, Tuan Putri? Bukankah Putri Candra Kirana jarang keluar istana? Jika aku
menyihirnya di istana, pasti akan ketahuan Baginda Raja
Putri Galuh:
Benar juga katamu, Nek! Ayahanda pasti curiga jika mengetahui hal ini. Ya sudah, kalau begitu aku cari
akal supaya Candra Kirana bisa keluar dari istana.
Narator:
Akhirnya, Putri Galuh pun memfitnah adiknya sehingga diusir dari istana.
Ketika Putri Candra Kirana berjalan menyusuri pantai, tiba-tiba ia dikejutkan dengan suara tawa nenek-
nenek yang sangat menyeramkan.

Adegan 3
Nenek Sihir:
Iiii...hi... hi... hi...!!!
Candra Kirana:
Iiiihhh suara apa itu? Seperti suara nenek-nenek. Tapi di sekelilingku seperti tidak ada seorangpun.
Aneh! Kenapa ada suara tawa, tapi tidak ada orangnya? Iiih menyeramkan! Aku harus segera pindah dari
tempat ini

Narator:
Ketika Putri Candra Kirana hendak meninggalkan tempat itu, tiba-tiba seorang nenek muncul dan berdiri
di depannya.
Nenek Sihir:
Hai Putri cantik, mau kemana?
Candra Kirana:
Hai, Nek! Kamu siapa dan kenapa menghalangi jalanku?
Nenek Sihir:
Aku si Nenek penyihir! Aku diperintahkan oleh Putri Galuh untuk menyihirmu menjadi keong emas, karena
kamu telah menyakiti hatinya. Kamu telah merebut Raden Inu Kertapati darinya
Candra Kirana:
Ampun, Nek! Jangan sihir aku!

Narator:
Tanpa ampun lagi, Nenek Sihir itu menyihir Putri Candra Kirana menjadi seekor keong emas.
Nenek Sihir:
Hi...... hiiii.....hiiiiii sekarang kau sudah berubah jadi keong emas, putri.
Putri, sihir ini akan hilang jika kamu bertemu dengan tunanganmu.
Nah, sekarang putri akan aku buang ke tengah laut supaya kau bisa bermain dengan keong-keong di laut
Hi.... hii.... hiiiii

Narator:
Sejak itu, Putri Candra Kirana hidup di laut sebagai seekor keong bersama keong lainnya.
Suatu hari, ketika sedang mencari makan di antara batu karang di tepi laut, ia tersangkut pada jaring
seorang nenek nelayan tua yang sedang menjaring ikan.

Adegan 4
Nenek Nelayan:
Waaah, indah sekali warna keong ini! Baru kali ini aku melihat keong berwarna kuning keemasan.
Hai keong cantik, kamu ku bawa pulang ya. Akan kupelihara kau. Dan akan kusimpan di tempayan.

Narator:
Keesokan harinya, nenek nelayan kembali ke laut mencari ikan.
Nenek Nelayan:
Keong cantik, nenek ke laut dulu ya mencari ikan.

Narator:
Pergilah nenek nelayan ke laut. Setelah hari menjelang siang, ia belum juga mendapatkan seekor ikan pun.
Akhirnya, ia memutuskan pulang ke pondoknya karena perutnya terasa sangat lapar. Betapa terkejutnya ia
ketika tiba di pondoknya. Ia mendapati berbagai jenis makanan lezat lengkap dengan buah-buahannya telah
tersedia di atas meja dapurnya.
Adegan 5
Nenek Nelayan:
Hai, siapa yang menghindangkan makanan lezat ini?
Tak apalah aku dah lapar sekali. Aku ingin segera menyantapnya.
Wuaah sampai bersih makanannya tak ada sisa sedikitpun

Narator:
Keesokan harinya, kejadian aneh itu terjadi lagi. Begitu pula pada hari-hari berikutnya, ia mengalami
peristiwa yang sama. Kejadian aneh itu membuat nenek nelayan penasaran ingin mengetahui siapa
pelakunya.
Suatu hari, Nenek nelayan sengaja kembali dari laut lebih cepat dari pada biasanya. Dengan sangat hati-
hati, ia mengintip ke dalam pondoknya melalui sebuah lubang kecil. Alangkah terkejutnya ia ketika melihat
kebulan asap keluar dari tempayannya.

Adegan 6
Nenek Nelayan:
Haaahh? Kenapa bisa dari dalam tempayan itu keluar asap? Dan....
(sambil berkedip)
Haaahhh? Ada putri yang cantik dari kebulan asap itu dan langsung memasak.
Sungguh ajaib! Aku jadi penasaran. Aku harus tanya putri itu,
Hai, Putri Cantik! Siapa gerangan kamu dan dari mana asalmu?
Candra Kirana:
Maaf Nek, jika kehadiranku mengusik ketenangan Nenek! Namaku Putri Candra Kirana, putri dari Kerajaan
Daha yang disihir menjadi keong emas oleh seorang nenek, suruhan saudaraku.
Nenek Nelayan:
Ampun, Tuan Putri! Jika nenek boleh tahu, kenapa saudaramu menyuruh nenek itu menyihirmu?
Candra Kirana:
Saudaraku Putri Galuh iri padaku, Nek. Dia ingin merebut tunanganku, Nek. Terus dia menyuruh tukang
sihir untuk menyihirku menjadi keong emas seperti ini dan akhirnya aku bertemu dengan nenek sampai ke
gubug nenek ini.
Dan kata si tukang sihir itu, sihir ini akan hilang jika aku bertemu dengan tunanganku.

Narator:
Seketika itu Candra Kirana masuk lagi ke dalam Tempayan. Nenek tertegun mendengar cerita Candra
Kirana
Sementara itu, Pangeran Inu Kertapati menyamar menjadi rakyat biasa. Ia pergi ke desa-desa untuk
mencari kekasihnya, Candra Kirana. Nenek sihir mengetahuinya, maka ia merubah dirinya menjadi burung
gagak hitam yang bisa bicara.

Adegan 7
Nenek Sihir/Burung Gagak:
Hai, pangeran. Hendak kemana sampai memasuki desa ini?
Pangeran Inu Kertapati:
Hai, burung gagak. Kau pasti gagak sakti bisa bicara seperti manusia.
Aku ingin mencari Candra Kirana. Apakah kau bisa memberi petunjuk dimana dia berada?
Nenek Sihir/Burung Gagak:
Tentu aku tahu keberadaan Putri Candra Kirana. Pangeran ikuti jalan ini nanti akan ketemu dengan Putri
Candra Kirana
Pangeran Inu Kertapati:
Oh iya, ya. Aku ikuti petunjukmu. Terimakasih, gagak yang baik.

Narator:
Pangeran mengira ia gagak sakti. Padahal dia adalah jelmaan nenek sihir yang sengaja menunjukkan
tempat yang salah supaya Pangeran Inu Kertapati tidak bertemu dengan Candra Kirana.
Di tengah jalan, Pangeran bertemu kakek tua yang kelaparan.
Pangeran Inu Kertapati:
Kakek tua itu, kasihan sekali. Seperti lemas sekali badannya.
Kek, kakek sudah makan belum?
Kakek sakti:
Belum, nak. Hari ini kakek belum mendapatkan makanan.
Pangeran Inu Kertapati:
Kasihan sekali kakek ini. Kek, ini bekal saya buat makan kakek.
Kakek sakti:
Terimakasih anak muda. Lalu, anak sendiri mau kemana?
Pangeran Inu Kertapati:
Aku mencari putri Candra Kirana, Kek. Sampai sekarang belum kutemukan juga. Untung ada burung gagak
ini yang akan menunjukkan tempat dimana Candra Kirana berada sekarang.
Kakek sakti:
Anak muda, lihatlah....

Narator:
Kakek tua tiba-tiba memukul gagak hitam dengan tongkatnya. Gagak itupun berubah menjadi asap,
Pangeran Inu Kertapati terkejut melihatnya
Kakek sakti:
Ketahuilah, Nak. Burung gagak itu bukan mau menunjukkan tempat dimana Candra Kirana berada. Tapi dia
justru akan menyesatkanmu. Dia sebenarnya adalah jelmaan nenek sihir. Putri Candra Kirana yang pangeran
cari sebenarnya ada di desa Dadapan.
Pangeran Inu Kertapati:
Desa Dadapan?
Kakek Sakti:
Betul, pangeran. Segera carilah desa itu. Kau akan menemukan yang kau cari
Pangeran Inu Kertapati:
Iya, kek. Terimakasih, kek.

Narator:
Setelah menunjukkan pada Pangeran Inu Kertapati dimana Candra Kirana berada, kakek itu segera berlalu
dari hadapan pangeran. Pangeranpun segera menuju ke desa dadapan. Di perjalanan, dia kehausan

Adegan 8
Pangeran Inu Kertapati:
Haaahhh, aku capek dan haus sekali. Bekalku pun juga sudah habis.
Eh! Itu ada gubug. Aku mampir ke gubug itu dulu barangkali penghuni gubug itu bersedia memberiku
minum.
Permisi? Ada orangkah di dalam?

Narator:
Sesaat kemudian, pintu gubug terbuka dan....
Candra Kirana:
Pangeran Inu Kertapati?
Pangeran Inu Kertapati:
Diajeng Candra Kirana? Ternyata kau berada di sini. Dinda, aku sudah lama mencari-carimu.
Syukurlah!, kita bertemu kembali disini. Tapi kenapa dinda Candra Kirana bisa berada disini?

Narator:
Dengan pertemuan itu, maka hilanglah sihir Candra Kirana. Dan Candra Kirana menceritakan semua yang
terjadi pada putri Candra Kirana, dan tak lama kemudian nenek nelayan pulang dari mencari ikan,
Nenek Nelayan:
Haaahh? Di gubugku ada seorang pangeran dan seorang putri yang cantik. Siapa mereka?
Narator:
Sementara, nenek nelayan sedang melamun Candra Kirana langsung menarik tangan nenek nelayan
Candra Kirana:
Nenek, ini Pangeran Inu Kertapati tunanganku nek.
Nenek nelayan:
Oooh benarkah? Syukurlah kalian telah dipertemukan kembali di gubugku.
Pangeran Inu Kertapati:
Iya, nek. Saya pangeran Inu Kertapati tunangan putri Candra Kirana. Kedatangan saya kesini ingin
mengajak Putri Candra Kirana kembali istana. Dan nenek harus ikut kami ke istana

Narator:
Akhirnya Pangeran Inu Kertapati dan Candra Kirana kembali ke istana dan memboyong nenek nelayan
yang tinggal di desa dadapan itu.
Pangeran melaporkan perbuatan Galuh Ajeng ke raja Kertamarta. Maka Galuh Ajeng diberi hukuman yang
setimpal. Karena merasa takut, Galuh Ajeng lari ke hutan dan terperosok ke dalam jurang dan akhirnya
meninggal.
Candra Kirana dan Raden Inu Kertapati kemudian dinikahkan dan mereka hidup bahagia.

Anda mungkin juga menyukai