Anda di halaman 1dari 3

Sejak dulu, cerita rakyat dikenal dengan kisah-kisah kehidupan yang dipercaya

melambangkan suatu kejadian yang tidak biasa dan beberapa diantaranya di luar akal
manusia biasa. Namun semua contoh naskah drama cerita rakyat (eg. Cerita legenda)
mempunyai pesan yang memiliki arti dan sangat bermanfaat untuk kehidupan masing-
masing. Misalnya cara berperilaku, tata karma dan berbagai aspek kehidupan lainnya seperti
legenda dari Aceh di bawah ini.

Sinopsis Drama
Mengisahkan sebuah keluarga petani yang hidup serba kekurangan di Tanah Gayo, Aceh.
Kesedihan dan penderitaan yang dialami kepala keluarga beserta sang istri bertambah karena
anak pertama mereka sangat tidak mengerti akan kondisi dan situasi yang dialami keluarga.
Bahkan anak itu tak sudi untuk mengurus adiknya. Hingga suatu saat, hal yang tidak masuk
akal terjadi pada keluarga tersebut.

Judul

Legenda Batu Belah Batu Betangkup

Tema

Penyesalan anak durhaka pada kedua orang tua

Tokoh dan Perwatakan

Sulung : Nakal dan tidak patuh kepada orang tua


Ayah : Pekerja keras
Ibu : Pasrah
Bungsu
Tetangga

Naskah Drama

Suatu hari ketika musim kemarau, ladang kecil yang dimiliki petani tersebut sangat kering
dan tidak membuahkan hasil.

Ayah :Bu, kita sudah tak ada uang. Ladang kering kerontang. Apa yang harus kita lakukan
untuk menyambung hidup?
Ibu :Bagaimana kalau kambing yang kita ternak dijual saja Yah?
Ayah :Tapi kan kambing-kambing itu sangat kurus, tidak akan laku mahal di pasar, Bu.
Ibu :Nanti coba minta tolong Sulung untuk menggembala kambing ke padang rumput supaya
cepat gemuk ya Yah.
Ayah :Iya Bu.

Ayah segera memanggil Sulung.

Ayah :Sulung, tolong kamu beri makan kambing-kambing kita di padang rumput ya.
Persediaan uang sudah menipis, sedangkan ladang kita sedang sangat kering.
Sulung :Tidak mau!
Ibu :Kenapa, Sulung? Tolonglah bantu Ayah dan Ibu.
Ayah :Iya, nak. Rencananya kambing akan Ayah jual di pasar untuk pemasukan kebutuhan
kita.

Tak lama kemudian Sulung mau menggembala dua ekor kambing yang dimikili Ayahnya.
Namun tak sampai di padang rumput yang dituju, Sulung memutuskan untuk tidur di bawah
sebuah pohon hingga sore. Dan ketika bangun, kambing yang dititipkan Ayahnya sudah raib
entah ke mana. Tanpa rasa bersalah, Sulung tak menjelaskan kejadian sebenarnya.

Ayah :Kambing-kambing kita di mana, Sulung? Kok tidak ada?


Sulung :Tadi hanyut di sungai!
Ayah :Apa? Hanyut? Yaampun bagaimana ini? Kenapa bisa hanyut?

Ayah sangat kecewa pada Sulung yang tidak bisa diandalkan, padahal semua hal yang
dimintanya adalah demi kepentingan hidup bersama-sama, yaitu demi kebutuhan pangan.
Kesedihanpun dirasakan Ibu yang selalu bersedia untuk mencari tambahan penghasilan untuk
keluarga. Tanpa pikir panjang, Ayah segera berangkat ke hutan untuk melihat perangkap
yang sengaja dipasang untuk menjerat hewan yang ada di sekitar hutan.

Ayah :Wow ternyata aku dapat! Seekor anak babi hutan, pasti akan laku dijual di pasar.
Lumayan untuk membeli kebutuhan makanan selama seminggu!

Dengan rasa gembira, Ayah melepas jeratan yang ada pada kaki hewan tersebut dan
membawanya pulang. Namun hal tak terduga terjadi sebelum ia keluar dari hutan. Ia diserang
dua ekor induk babi yang penuh amarah melihat anak mereka ditangkap. Serangan babi hutan
tersebut tak kuasa tertahan sehingga Ayah sulung terkapar tak berdaya namun tetap mencoba
melakukan serangan balik pada hewan liar tersebut. Tetapi usahanya tak membuahkan hasil,
justru ia dikejar kawanan babi hutan hingga ke sungai. Sungguh naas nasibnya, ia tewas
ketika melompati bebatuan karena terjatuh dan kepalanya membentur sebuah batu.

Sementara itu, Ibu sedang memarahi Sulung yang tega membuang beras terakhir yang
tersedia di rumah dengan rasa sedih yang tidak terbendung.

Ibu :Sulung! Kamu ini apa-apaan? Selalu bikin susah orang tua! Seenaknya saja kamu buang
beras untuk makan ke dalam sumur?!

Lelah memarahi Sulung, Ibupun meminta tolong agar Sulung mengambil periuk tanah liat di
belakang untuk dijual ke pasar.

Ibu :Yasudah Sulung, tolong Ibu ambil periuk tanah di belakang. Akan Ibu jual ke pasar,
tolong jaga adik karena Ayah belum pulang ke rumah.
Sulung :Untuk apa aku ambil periuk dan menjaga si Bungsu?!!! Aku jadi tidak bisa main!
Mending aku pecahkan saja periuk ini!!!!

Tak disangka periuk hasil buatan Ibu dipecahkan begitu saja oleh anak nakal yang satu ini.
Sungguh keterlaluan dan membuat hati Ibu hancur berkeping-keping layaknya periuk yang
sudah pecah itu.

Ibu :Suluuuung.. Apa kamu tidak tahu, kita butuh makan. Kenapa kamu pecahkan periuk
itu? Padahal itu adalah satu-satunya sisa harta yang kita punya. (sambil meneteskan air mata)
Sungguh terlalu, Sulung justru membentak Ibunya dengan nada tinggi yang tak terkira. sikap
Sulung itu sangat keterlaluan pada Ibunya. Ia tak sadar bahwa suatu saat nanti penyesalan dan
penderitaan pasti akan ia alami jika sang Ibu sudah tiada. Sementara itu, Bungsu yang baru
satu tahun hanya bisa menyaksikan kesedihan mendalam pada Ibunya. Jika sudah sebesar
Sulung, mungkin adiknya itu akan berinisiatif untuk menolong Ibunya. Tak lama kemudian,
salah satu tetangga datang di tengah kekacauan dalam rumah itu.

Tetangga:Bu, saya ingin menyampaikan informasi bahwa suami Ibu ditemukan sudah tak
bernyawa di tepi sungai. Saya beserta warga yang lain turut berduka cita sedalam-dalamnya
atas kepergian Almarhum.
Ibu :Innalillahi wainailaihi rajiun (semakin tersedu mendengar kabar buruk tersebut)

Namun tak nampak raut wajah kesedihan dari wajah Sulung. Ia justru berpikir bahwa tanpa
Ayahnya, ia berarti bebas karena tidak ada yang menyuruh-nyuruhnya lagi.

Ibu :Sulung Ibu tak sanggup lagi hidup di dunia ini. Ibu sangat sedih melihat perilaku
kamu. Tolong jaga Bungsu, Ibu mau menyusul Ayahmu

Ibu Sulung pergi menuju sebuah batu yang disebut Batu Belah tempat suaminya terjatuh dan
meninggal. Kemudian iapun bersenandung sambil berjalan menuju batu tersebut

Batu belah batu bertangkup. Hatiku alangkah merana. Batu belah batu bertangkup. Bawalah
aku serta.

Angin sesaat bertiup kencang dan membuat Ibu Sulung terperangkap di Batu Belah yang
tidak bisa terbuka kembali untuk selamanya. Menyadari Ibunya telah tiada, Sulungpun sangat
menyesal.

Sulung :Ibuuuuu!!!! Maafkan aku!!! Ibu kembalilah, Buuu!!!! Aku menyesaaal!!! Ibuuuu!!!!

Sambil merintih dan terus menerus memohon Ibunya kembali, usaha Sulung tetap sia-sia.
Batu Belah kini tertutup dan ia tak akan bisa bertemu Ibunya.

Read more: http://contohskripdrama.blogspot.com/2014/07/contoh-naskah-drama-cerita-


rakyat.html#ixzz3vuDVP0v2

Anda mungkin juga menyukai