Anda di halaman 1dari 5

NASKAH DRAMA PERANG BANJAR

. Silam : Jangan koba kau memancing-mancingku. Kau toh tidak akan berhasil
menunda kematianmu (MENGELUARKAN TALI PENGIKAT) Sekarang kau
serahkan kepadaku, kedua tanganmu itu.

Layang : Tidak. Kau tidak bias berbuat sewenang-wenang. Aku punya hak, untuk
menuntut kebenaran diriku Aku menuntut kematianku, dialas kebenaran,
bila hokum menyatakan aku bersalah. Namun diriku yang tak pernah
ternodai oleh siapapun, tak mau menghadapi kematian dengan caramu itu.

T. Silam : Sudah berulang kali kukatakan, aku tidak memerlukan hukum kerajaan
itu. Aku bukan warganya yang mau tunduk terhadap peraturan-
peraturan. Peraturan Kerajaan Banjar bagiku tidak lebih dari peraturan
pemerintah yang masih mencoba dan meraba-raba. Hukum dan
peraturanyang disusun selama ini, omong kosong.

Layang : Tidak

T. Silam : Kau tidak bisa mengelak. (INGIN MENYERGAPNYA). Jangan coba-coba


memaksaku untuk membunuhmu dengan keji.

Adegan 2

PADA SAAT ITU MUNCUL ZULEKHA, KEMUDIAN DISUSUL OLEH


PANGLIMA BATUR

P. Batur : Tumenggung

T. Silam : Bagus sekali, Pucuk dicinta ulam tiba

NARRATOR : PADA AKHIRNYA, NIAT BURUK TUMENGGUNG SILAM YANG INGIN


MENGHABISI NYAWA ISTRINYA YANG MUDA, KEPERGOK JUGA
OLEH PANGLIMA BATUR DAN SRIKANDI ZULEKHA

Zulekha : Tumenggung Silam. Mau kau apakan istrimu Layang ?

T. Silam : Mau mengadilinya. Dengan maksud apa dating kemari ?

Zulekha : Dari jauh kudengar ada jeritan seorang wanita. Kemudian kami
cari. Ternyata jeritan itu adalah jeritan istrinya. Dia akan kau adili secara
keji ?

T. Silam : Itu terserahku

Zulekha : Akan kau gantung dia ?


Layang : Suamiku main hakim sendiri. Dia akan membunuhku

P. Batur : Akan membunuhmu? Ah, tidak segampang itu. Tumenggung, Silam


tidak akan membunuhmu Layang, sehingga aku masih ada di muka
bumi ini.

T. Silam : Tidak salah dugaannku Layang ! Kau tidak akan pantas untuk diampuni !
Kubunuh kau !

DENGAN SECEPAT KILAT MANDAUNYA TERHUNUS, TAPI


SECEPAT KILAT PULA ZULEKHA MENGHALANGINYA,
SELANJUTNYA PANGLIMA BATUR MENGAMBIL KESEMPATAN
PULA HENDAK MENEBASKAN PEDANGNYA YANG PANJANG
KEPADA TUMENGGUNG, SILAM TAPI BERHASIL PULA
DIRINTANGI ZULEKHA

Zulekha : Atas permintaan seorang wanita, kiranya kalian sudi bersedia


menyarungkan kembali senjata kalian. Kelaki-lakian kalian ternyata
takluk kepada nafsu yang berlebihan. Ini akan berarti kalian kehilangan
makna kesatriaan yang hakiki. Tumenggung Silam. Apakah arti dai jasa-
jasa pertimbanganmu selama Tumenggung mendampingi ayahku
Panambahan Gusti Muhmammad Seman dan kakekku Panambahan
Antasari selagi beliau masih ada. Hanya karena persoalan kecil. Hanya
untuk kepentingan pribadi. Hanya karena persoalan kecil. Hanya untuk
kepentingan pribadi. Memuaskan nafsu sendiri ini kepentingan pribadi
namanya.

T. Silam : Tapi ini urusan saya. Urusan keluarga. Kenapa mesti Ratu campuri?

Zulekha : Siapa bilang. Urusan perempuan, Cuma urusan Tumenggung sendiri.


Sarungkan senjata Tumenggung.

T. Silam : (MENYARUNGKAN SENJATANYA) Mhhh…perempuan selalu


membawa keonaran.

Zulekha : Saya seorang perempuan. Begitu enteng kau pandang kaum hawa.
Inilah sebabnya, mengapa persoalan pribadi kalian berdua ingin saya
tengahi. Ini disebabkan oleh karena terpanggilnya saya untuk
menempatkan posisi kaum hawa di tempat selayaknya. Selama ini,
mereka dianggap sebagai babu rumah tangga, mengurusi anak, tempat
tidur cuci piring mangkok, menanak nasi dan memijati suami. Cuma itu.
P. Batur : Tapi tidak semua lelaki seperti yang Ratuku sebutkan. Oleh karena itu
saya berani mengatakan bahwa si Putri Layang tidak akan mati terbunuh
oleh suaminya selagi saya masih ada.

Zulekha : Kerajaan ini kita punya Badan Pengadilan Agama. Dan persoalan kalian
berdua akan lebih bijaksana bila disidangkan dalam kerapata Qadi
Kerajaan disini. Ini berarti dihargainya kaum hawa oleh Tumenggung.
Tidak menghakimi sendiri ini bukan zamannya.

T. Silam : Tapi tahu apa kalian bedua tentang perasaan yang mendendam di hati
saya. Dan tahu apa kalian tentang perasaan seorang suami yang
dipermainkan oleh keserongan istrinya?

Zulekha : Tumenggung tahu bukan, bahwa satu-satunya wanita yang terjun ke


medan perang sampai menderita korban tertipunya suamiku lalu ditawan.
Bagaimanakah pula perasaan suami saya di dalam kamp tahanan
Batavia. Membiarkan istrinya meneruskan cita perjuangannya? Setiap
orang di dalam pasukan kita. Punya perasaan dan punya pengorbanan.
Tapi semuanya dicurahkan untuk berperang secara ksatria di dalam
pertempuran melawan musuh.

Layang : Ratu. Suamiku menuduhku serong dibelakangnya. Sedeng saya belum


pernah merasakan adanya keserongan itu.

Zalekha : Lebih-lebih lagi, adanya kekaburan dalam persoalan ini.

T. Silam : Tidak heran, kalau Pelanduk melupakan jerat. Tapi jerat tak akan
melupakan Pelanduk. Sudah umum kalau yang bersalah itu, tidak
merasa bersalah. Kadang-kadang ia merasa benar, sebab ia terhanyut
oleh kenikmatan itu, lalu melupakan dosa-dosanya. Dan dalam hal ini,
engkau berdosa Layang !

Layang : Aku tidak terima. Dan aku tidak rela. Kuminta agar kau menceraikan
aku.

P. Batur : Betul. Tindakanmu bagus sekali, Layang.

T. Silam : Lalu setelah putri yang manis itu kucerai, kau langsung saja memasuki
bulan madu. Begitukah hai pahlawan sampai kaputing ? Engkau Batur,
benar-benar seorang laki-laki yang menggunting kain dalam lipatan.

P. Batur : Masih juga kau bawa persoalan diriku

Zulekha : Janganlah Tumenggung libatkan pribadi Batur. Lebih-lebih kanda Batur


adalah Panglima kita.
T. Silam : Kepanglimaan Batur selama ini, tidak berarti apa-apa bagiku. Dulu dia
memang pahlawan tapi kepahlawanannya sekarang sudah luntur oleh
noda dan dosa-dosanya.

P. Batur : Apa yang dimaksudkan suamimu ?

Layang : Suamiku menuduhku, bahwa aku berbuat serong dibelakangnya.


Prasangkanya, gara-gara malam itu, aku berkunjung ke tempat panglima.

P. Batur : Ini soal nama. Hei Tumenggung sudah sejauh mana kau sebarkan
kebohongan ini?

T. Silam : Bukan kebohongan, tapi jelas adalah kenyataan. Dan panglima tidak
usah kuatir kalau nama panglima kusebarkan. Tidak. Perbuatan jahat itu
cukup kalau kucatat sendiri. Namun sebagai tindakan yang sudah
masuk kupertimbangkan, ialah membunuh istriku Layang.

P. Batur : Kau jadi nekat, hendak membunuhnya ?

T. Silam : Tentu engkau jadi keberatan. Ini dapat dibenarkan, sebab kasih saying
kalian berdua sudah membabi-buta. Batur, kenanglah olehmu, bahwa
dengan perbuatanmu yang gila-gilaan dengan istriku Layang, bagiku
namamu itu bukanlah seorang pahlawan. Tapi engkau seorang
pengecut.

P. Batur : Kalau begitu, hunus mandaumu. Buktikan kepahlawananmu itu. Tempat


boleh kau pilih. Di sini atau di pinggir pantai. Ayo?

Zulekha : Tidak perlu

P. Batur : Saya mau buktikan, siapa sebenarnya yang pengecut

Zulekha : Tidak perlu

P. Batur : Saya mau buktikan, siapa sebenarnya yang pengecut

Zulekha : Bukanlah saatnya. Dan bukan pula medannya

T. Silam : Musuh tidak kucari-cari dalam kerajaan ini. Tapi daripada Tumenggung
malu maka musuh yang menantangku, akan siap kulayani (SIAP)

Zulekha : Tidak perlu, katakana ! Sikap kalian berdua bukan untuk


mempertahankan nama kepahlawanan, tapi justru ingin memperebutkan
nama kepengecutan!. Tapi kalau kalau kalian masih bersikeras hendak
mencari kematian dengan cara yang tidak kusetujui ini, maka kalian
kutentang. Nah, sekarang aku tidak pilih bulu, siapa saja boleh maju
menghadapiku.

DIKEJAUHAN TERDENGAR ABA-ABA TANDA TERLIHATNYA


MUSUH. KEADAAAN JADI TEGANG.

NARRATOR : PADA AKHIRNYA PERSOALAN


TUMENGGUNG SILAM
DENGAN ISTRINYA PUTRI
LAYANG TIDAK
TERSELESAIKAN. DEMIKIAN
DENGAN PEREBUTAN NAMA
KEPAHLAWANAN DAN NAMA
KEPENGECUTAN MENJADI
USAI SEBAB DENGAN TIBA-
TIBA TERDENGAR ABA-ABA,
BAHWA PENYERBUAN
BELANDA SEGERA TIBA.
INILAH SAAT PENYERANGAN
YANG SUDAH DIRENCANAKAN
LETTENANT CHRISTOFFEL
BERSAMA TUMENGGUNG
SILAM. PERANG YANG AKAN
MENENTUKAN TERUS ATAU
BERHENTINYA PERANG
BANJAR.
Nama Kelompok
1. Ruth septy debora
2. Muhammad rifat
3. Silvia
4. Ibnu
5. Daffa nugraha

Anda mungkin juga menyukai