(Latar rumah pedesaan. Ada kakek dan nenek lagi duduk, cucu nya 2 main boneka, lalu cekcok)
Nina : Ahhh ka Tasya jahattt (Sambil berusaha ngerebut boneka) balikin boneka dedekk!!!(lalu
mulai sesengukan nangis)
Tasya : Ihh apa sih adek pelit. Kan kakak mau pinjem sebentar! (Muka kesal, sambil tetap memeluk
boneka Nina)
Nenek : (jalan mendekati Nina dan Tasya, memeluk Tasya) Nina, kenapa kamu nak? Tasya, kenapa
ini adiknya nangis?
Nina : (sambil sesengukan, cuddling sama nenek) Kak tasya ambil mainan Nina, nek... Trus ga mau
dibalikin
Nenek : Husshhh sudah sudah, kalian ini adik kakak sama sama perempuan kok ga pernah akur
coba....
Kakek : (Kakek berjalan dari kursi ke tempat Nina, Tasya dan nenek) Hmmm... daripada kaliam
berebutan mainan mending kakek cerita aja...
Kakek : Cerita ini judulnya Legende Lutung Kasarung dan Purbasari (belum selesai cerita)...
Nina : Ohh ohhh.... (gagap gagap anak kecil) ohh ohh, Nina pernah denger ceritanya di sekolah,
Lutung Kacemplung dan Putrasari...
Nenek : Udah udah... berantem lagi, ayo kek, ceritakan cepat!! (dengan lembut menyuruh kakek
segera certita)
Pemain On Stage : Batari Guruminda Khayangan, Batari Sunan Ambu, Dewa Agung, extras
(Diceritakan di lagu)
B G K : memangnya kenapa? Aku dan kau itu juga dewa, mengapa kau begitu takut padanya
B S A : Jaga ucapanmu Guruminda! Kau seharusnya sadar akan kesalahan bodohmu itu.
B G K : Hei bajingan aku tidak bodoh! Tapi hanya orang bodohlah yanjg mengikuti peraturan sampah
seperti itu.
B S A : Sungguh kau tak tahu terimakasih guru minda, berani beraninya kau memanggilku bajingan
B G K : memangnya kenapa, jangan merasa hebat di hadapanku. Kau dan yang lainnya sama saja
terus saja menyalahkanku, menyuruhku patuh kepada dewa agung keparat itu.
B G K : kalau kau hanya ingin berkata itu saja, lebih baik kau pergi.
B S A : Baik tuan.
D A : diam, jangan bicara. ( sambil mendekati B G K) tak sadarkah dirimu, atas betapa lemahnya
dirimu. Lancang sekali kau memasuki taman pribadiku tanpa izin dariku.
Sebenarnya aku ingin mengirimu ke tempat penghukuman. Tapi sesungguhnya aku tak tega, kalau
sahabat setiaku ini bersedih kalau sekiranya murid kesayngannya dibuang ke alam kehinaan.
Atas rasa kasihanku padamu maka ku kurimkan kau kebumi, dan kau akan menjadi lutung disana,
kau akan berada di hutan dan akan selalu tersesat di dalamnya, sampai kau menyadari kesalahanmu
dan berbuat baik. ( lutung di hempas ke bumi)
SCENE 3
Purbasari : Aku sedang membaca buku ini. Sungguh menarik. Cerita tentang seseorang yang
bercita-cita mengelilingi tanah jawa dan mencari cinta sejatinya
Ratu : Kamu ini ya.. dari kecil membaca terus!! (menggoda Purbasari)
Purbasari : biar saja bu membacakan hobi masa aku tidak boleh melakukannya
Ratu : bukan tidak boleh, tapi kau kan senang sekali membaca, sekali kali ceritakanlah kepada kami
Purbasari : tidak ah bu, aku memang senang membaca buku, tapi aku tidak pandai dalam
menceritakan kembali
Purbararang : (Awalnya sedang, duduk mengagumi diri di depan cermin) Ahh membosankan!
Raja : Purbararang, wajahmu memang cantik. Tapi, kecantikkan mu itu tidak sempurna kalau kau
tidak memberi kebahagiaan pada orang lain.
Purbasari : Ayah ibu, aku izin keluar dulu ya. Aku hendak pergi ke pasar.
Purbasari : eh ehh, tidak perlu yah, untuk apa aku ditemani penjaga. Toh pasar ini kan yang
berdagang, yang membeli, yang menjaga itu rakyat kita juga. Mengapa aku harus
takut kepada rakyat kita sendiri.
Ratu : Purbararang, sekali kali pergilah keluar istana , seperti adikmu itu. Jangan berdiam diri di
dalam istana terus menerus.
Purbararang : untuk apa aku berkumpul dengan orang orang yang kotor dan jelek seperti mereka,
nanti pakaian indahku ini akan rusak, bahkan mungkin aku akan di jarah oleh orang
orang miskin itu.
Ratu : Kau itu kan kakak seharusnya kau yang memberi contoh, bukan adikmu itu.
Indrajaya : Aku tidak terlambat rarang, kau sendiri yang memintaku untuk membawa buah ini
semalam
Indrajaya : Tenju saja adinda. Jangankan buah inim kalau kau meminta batu yang ada dibulan
sekalipun niscaya akan ku ambilkann
Indrajaya : Aku hendak mengajak purbararang ke taman yang sudah aku buatkan khusus untuknya,
kalau ayah dan ibu berkenan aku akan membawanya untuk beberapa saat
Raja : (Raja batuk-batuk) Aku ini sudah semakin tua dan mulai sakit-sakitan, aku berniat
untuk turun tahta, adinda, tapi aku bingung"
Raja : Aku bingung adinda, menurutku yang pantas untuk menggantikan ku adalah
Purbasari, namun menurut hukum adat, yang pantas adalah putri sulung kita, yaitu
Purbararang, namun menurut kakanda, purbararang belum pantas untuk menjadi
ratu karena ia adalah seorang yang angkuh, sombong, dan licik, serta belum dewasa
adinda. "
Ratu : Aku mengetahui hal itu kakanda, lantas apa yang akan kakanda perbuat?
Patih : Salam hormatku yang mulia. Hamba memnuhi panggilanmu yang mulia
Patih : Baik yang mulia, mulai hari ini aku bersumpah untuk selalu berada di negri ini kecuali dengan
perizinanmu yang mulia.
Raja : sesungguhnya nafasku sudah semakin berat, ototku mulai tidak berdaya, dan seendi sedniku
sudah melonggar. Sesungguhynya tak sekalipun daun coklat yang kering jatuh dari pohon kecuali
untuk kebaikan untuk pohon itu sendiri, dan daun daun hijau cerah yang masih muda akan
menggantikannya. Namun, aku gundah apakah jatuhanya daun keringf ini akan digantikan oleh daun
muda yang akan membawa kebaikan pada pohon itu.
Patih : Yang mulia, sungguh tak sepantasnya orang tua untuk meragukan darah dagingnya sendiri.
Dan sesungguhnya diantara darah daging tuan ada yang melambangkan kebaikan ada yang
melambangkan keburukan.
Raja : aku tahu, namun aku takut kalau keputusanku akan membawa kebencian dan bencana.
Patih : yang mulia, hamba tahu bahwa yang mulia ingin hamba memberi saran siapakah yang lebih
pantas menduduki singgasana itu.
Patih : yang mulia, sungguh tak pantas hamba memberi pengaruh atas keputusan absolut yang
mulia. Yang mulia harus memutuskan atas kebijaksanaan tuan sendiri. Kalu sekiranya hamba yang
memberi saran. Hamba takut nanti akan ada gosip gosip di dalam istana ini yang menyebabkan
perpecahan yang besar.
SCENE 3.5
Indrajaya : taman ini akan abadi adinda, ini menjadi tanda cintaku padamu wahai adinda.
(Nini Ronde ada di stage, ngaduk-ngaduk ramuan. Tiba-tiba purbararang dan Raden Indrajaya masuk
ke rumahnya dan kaget melihat betapa seramnya aksesori rumah ni ronde)
Nini Ronde : (lagi ngaduk-ngaduk ramuan) Ada keperluan apa engkau datang ke sini wahai
pemuda-pemudi, ohh tampaknya putri dan pangeran?
Purbararang : (mendekat ke Nini Ronde, duduk dekat meja ramuannya) Um,hm begini Ni,
kehadiran kami disini ingin meminta nini untuk menyingkirkan adiku, Purbasari dari
kerajaan. Sebab jika ia tidak disingkirkan, dia akan menggantikan posisi sebagai
pewaris tahta kerajaan
Indrajaya : iya ni, sedangkan menurut hukum adat, purbararang lah seharusnya yang menjadi
tatu namun sang ayahanda kami begitu pilih kasih
Nini Ronde : baiklah, tenang tenang, akan aku buatkan ramuan, tunggu sebentar (nini ronde
mulai nyanyi)
Nini Ronde : Nah ini, ambilah, tuangkan ramuan ini ke minuman adikmu itu!
DISINI KURANG PANJANG TAMBAHIN LAGI JANGAN TIBA TIBA MINTA RAMUAN TAPI NGOBROLNYA
TAMBAHIN LAGI. BUAT SI INDRAJAYA BAWA SESEMBAHAN BUAT SI NI RONDE
SCENE 5
Raja : Putri-putriku, ada hal yang harus ayahanda sampaikan, kalian tahu bahwa
ayahanda sudah semakin renta, ayahanda tidak mampu lagi memimpin kerajaan ini
dengan baik, ayahanda berniat untuk turun tahta
Purbararang : (wajah bangga, sombong, yakin menang) Wahai ayahanda, betapa mengertinya
ananda bahwa engkau sudah semakin renta, aku siap menggantikan ayahanda
menjadi ratu atas kerajaan ini (melihat ke Raden Indra Jaya)
Raja dan Ratu : (Saling liat-liatan dengan wajah berat, lalu Ratu mengangguk)
Raja : Putriku, Purbararang, maafkan ayahanda, dengan segala pertimbangan yang ada,
ayahanda memiih purbasari sebagai ratu pengganti ayahanda di kerajaan ini
Purbarang : (nada tidak terima) Ayahanda, mengapa engkau memilih Purbasari? Bukankah
menurut hukum adat, seharusnya Aku yang menggantikan ayahanda?
Purbarang : Ayahanda begitu pilih kasih (lanjut makan dengan wajah marah, namun tersenyum
sinis ke Raden Indra Jaya)
Ratu : Sudahlah purbasari, biarkan saja dulu kakakmu, keputusan Ibunda dan Ayahanda
sudah bulat, lanjutlah makan dengan tenang
ayahanda : putriku, purbasari, ada banyak sekali hal hal yang sudah ibunda dan ayahanda
pertimbangkan dalam keputusan ini, dan purbasarilah yang memang pantas
menggantikan ayahanda
purbararang : Tolong jelaskan ayah, tolong, hal apa yang Purbasari punya tapi aku tidak punya?
Tolong berikan aku penjelasan. Aku menuntut!
Purbararang : (nyanyi)
SEMPURNA
Raja dan ratu : (menggeleng-gelengkan kepala, lalu berjalan keluar dari ruang makan)
Pelayan : (Membawa keluar properti dan lainnya, panggung kosong, hanya ada Purbasari dan
Purbararang
Purbararang : (Dengan wajah sedih tertekan palsu, menatap Purbasari yang masih ada di stage)
Purbasari : (Wajah canggung) Begini kak, biar kujelaskan
Aku kakakmu
Tetap sempurna!
SCENE 6
(Purbararang keluar stage, saat lampu nyala, sudah latarnya kamar Purbasari
Purbasari : (menyanyi sendiri tentang ketidakinginannya cari masalh sama big sis, bawa gitar,
muter-muter kamar sampe ketiduran pokoknya)
(Lampu mati, ketika menyala, sudah pagi. Muka Purbasari sudah bontol-bontol, tapi Purbasari masih
belum sadar)
Purbasari : Selamat pagi semuanya. Semoga hari ini menjadi hari yang indah!
Matahari bersinar
Burung-burung berkicau
Bunga-bunga bersemi
Purbasari : (shock dan kaget) Tidak tidak tidak, ada apa dengan kulitku ini, mengapa jadi
seperti ini, mengapa (sambil megang megang badan dan mukanya sendiri)
Purbasari : Aku tidak boleh mengecewakan ayah, jikalau ayah melihat mukaku seperti ini ia
akan sangat sedih. (kemudian purbasari lari, keluar dari panggung)
SCENE 7
DISINI PURBASARI ANGAN LANGSUNG MUNCUL SOALNYA DIA MALU BUAT NUNJUKKIN DIRINYA.
TAPI DI PANGGIL DULU. TERUS PURBARARANG NGEHINA SI PRUBASARI TAMBAHIN
LAGI, TERUS DIMARAHIN RAJA SOALNYA ITU ADEKNYA.
(Di stage sudah ada Purbararang, Raden Indra, Raja dan Ratu sedang bercakap-cakap)
(Purbasari dateng telat sambil nangis terisak dan menutup nutup mukanya)
(Kecuali Purbararang dan Raden Indra Jaya yang tos karena rencama mereka berhasil)
Purbasari : Aku tidak tahu, begitu aku bangun, kulitku sudah seperti ini ibunda, ayahanda
(meringis, menangis kaget dan sedih)
Purbararang : Ayahanda, mungkin itulah akibatnya apabila ia melanggar hukum adat yang
berlaku, bagaimana kalau negeri ini juga ikut dikutuk? tentu ayahanda dan ibunda
tidak akan terima bukan?
Purbararang : Tentulah ibunda dan ayahanda tidak mau rakyat mengetahui aib keluarga kita ini
bukan? bagaimana kalau rakyat sampai tau bahwa putri kerajaan kita dikutuk seperti
ini?
Purbararang : Dan bagaimana nasib kerajaan kita ini kalau memiliki ratu seperti ini? (muka sinis)
sudahlah ayahanda, Aku rasa purbasari sebaiknya diasingkan saja ke hutan untuk
sementara waktu selama penyakitnya belum sembuh, kita tentu tidak ingin bukan
menyimpan aib keluarga ini!
Raden Indra : Benar Ayahanda. Tak pantas seorang yang terkutuk seperti Adinda Purbasari tetap
dipertahanakan di Istana
Raja : Sebentar Indra, Rarang... (nadanya naik, sang raja tampak berpikir sejenak dan
mengambil keputusan)
Raja : Baiklah Purbasari, Ayahanda tidak mungkin memilihmu dalam keadaanmu yang
seperti ini! Sebagai seorang Raja aku harus tetap berpegang teguh pada kerajaan!
Purbasari : (menunduk, suaranya pelan, wajahnya sedih)Tidak apa ayahanda, sungguh aku
tidak masalah
Raja : Ayahanda sungguh minta maaf kepadamu, Sari. Namun benar kata kakakmu, tidak
mungkin engkau tetap tinggal disini, dalam keadaan seperti ini
Raja : Memang benar kata kakakmu, dengan berat hati, untuk sementara waktu,
alangkah baiknya ananda diasingkan ke hutan selama keadaan kulit ananada masih
seperti ini
(Purbasari)
Jangan bersedih
Purbararang : (Stink face melihat kejadian ini dan tetap saja bersama dengan Indrajaya bicara
sendiri)
Purbasari : (pergi dengan berat hati, wajahnya sedih, dia melamnbaikan tangannya seraya
Patih mengawal dia pergi)
[Purbasari dan Patih keluar turun dari stage, lalu nanti masuk lagi dari sisi yang berbeda)
SCENE 8
Purbasari : Ya, aku paham Patih. Terima kasih, kala begitu aku pamit. Titipkan salam dan
sayangku pada Raja, Ratu dan Kak Rarang!
Purbasari : kemana aku akan pergi, ya?? Hutan inin begitu luas, apalagi ini sudah mulai
malam...
Menghembuskan embun
Bunga : Selamat pagi Lutung, selamat pagi pohon, selamat pagi semua
Lutung : Pagi bunga.. wahh sedang mekar ya hari ini... (melihat ke pohon) hey pohon,
kenapa kamu tampak sangat senang hari ini?
Pohon : (senyum senyum, menunjuk ke purbasari yang sedang tidur) lihat siapa yang tidur
dibawahku?
Pohon : Aku tidak tahu siapa namun setidaknya, dia bisa mengobati kesendirian mu,
menjadi temanmu!
Lutung : (berjalan mengelilingi Purbasari yang sedar tertidur) Hmm.... pakaiannya seperti
Putri, tapi kenapa kulitnya begitu?
Purbasari : (mengusap2 matanya, lalu kaget tapi tetap santai saat melihat Lutung) Ahh...seekor
lutung. Maaf, maaf, tolong jangan ganggu aku ya. Tenang, aku akan pergi dari
tempat mu.. (siap-siap mau jalan)
Lutung : Tidak usah, tetaplah disini. Aku tidak marah. Lagi pula ini juga bukan wilayahklu.
Kami hidup bersama di hutan, tidak seperti di kerajaan atau di kota atau di manapun
itu.
Purbasari : Wahh.. kamu bisa bicara.. aku belum pernah bertemu seekor Lutung yang bisa
bicara.. siapa namamu? Omong-omong, namaku Purbasari...
Lutung : (Gaya-gaya tegak) Namaku Lutung Kasarung! Nama yang cantik, untuk seorang
yang sangat cantik!
Purbasari : Ya ampun... sungguh?? Pohon pun bisa bicara! Wahh aku bakal betah tinggal disini
Lutung : Malang sekali kamu, sudahlah jangan bersedih!! Kalau begitu, aku akan
mengajakmu jalan-jalan berkeliling hutan, bertemu dengan semua teman-temanku
Purbasari : Lutung, terima kasih banyak telah membuatku tidak bersedih lagi!! Sebagai tanda
terimakasihku, makan ini (menyodorkan pisang)
SCENE 9
Latar : Hutan
Pohon : Mau cerita apa, Lutung? Hmm mari kutebak, pasti kamu mau bercerita tentang
Purbasari ya?
Lutung : Iya..
Lutung : Aku rasa aku menyukainya Pohon!! Dia begitu manis dan tenang dan
menyenangkan. Hari hari yang kulewati bersamanya selalu menjadi kenangan baru.
Kenapa ya aku ini, Pohon?
Bunga : (Bareng –bareng) Kami rasa kamu jatuh cinta padanya Lutung!
Lutung : (Kaget) Hah? Mana ada? Jangan ngaco kamu ah, masa iya..
Lutung : Hmm... belum sih. Paling juga dia sedang bermain di telaga atau sedang memetik
buah bersama kelinci-kelinci
Lutung : (mikir sebentar, masih jaim) Iya sih... merasa seperti daun-daunmu. Tidak ada
buahnya (lalu tertawa)
Bunga : Iya jelas sudah! Kamu benar-benar jatuh cinta padanya Lutung!!
Pohon : Seseorang yang mencintai seseorang, akan selalu berusaha untuk membuatnya
bahagia, dalam kondisi apapun tak peduli apa yang terjadi.
Lutung : Lalu apa yang bisa aku lakukan? Apa yang bisa kulakukan?
(musik lagi)
(lutung bersemedi)
Lutung : Tuhan Yang Maha Kuasa, aku mohon, bantulah aku untuk menyembuhkan
penyakit dari tuan putri, sungguh malang sekali nasibnya dibuang dari keluarga
kerajaan, Tuhan Yang Masa Kuasa aku mohon kepadamu berilah aku petunjuk!
(tak lama setelah itu, tanah tanah disekitar lutung berubah menjadi telaga)
(ada telaga)
Lutung : Pokoknya cepat! (sampai di telaga) Nah… sekarang kamu cuci wajahmu, 3 kali di
telaga ini!!
Lutung : Iya putri, ayo…! Telaga ini bisa menyembuhkan putri dan aku tidak bercanda!
SCENE 10
Raja : Putriku, Purbararang, keadaan ayah sudah semakin parah, ayah sudah tidak
mampu lagi memimpin kerajaan ini, karena kondisi purbasari yang tidak
memungkinkan, maka ayah putuskan tahta kerajaan ini jatuh di tanganmu, Ananda
Purbararang, sesuai dengan peraturan adat yang berlaku.
Purbararang : Baiklah Ayah. Terimakasih, memang sudah seharusnya akulah yang menjadi
pengganti ayahanda.
Raden Indra : Terima kasih, Ayahanda. Indra yakin, Purbararang akan menjadi ratu yang hebat
untuk negeri ini!
Ratu : (Tampak kaget dengan keputusan Raja) Kenapa buru-buru sekali, Kakanda? Tidak
akankah kita berusaha mencari obat bagi putri kita, Purbasari?
Purbararang : Untuk apa memikirkan Purbasari, Ayah, Ibu? Sungguh dia adalah aib keluarga yang
tidak sepantasnya dipikirkan, lagipula aku akan sgera menggantikan posisi ayah, jadi
untuk apa lagi masih mencari purbasari?
Ratu : (Menghardik marah) Jaga mulut mu Purbararang. Bagaimana pun buruknya dia, dia
tetap adikmu! Kamu sudah diberikan kepercayaan menjadi seorang ratu oleh
Ayahmu. Menjaga mulutmu sendiri, kamu tidak bisa, bagaimana bisa kamu menjaga
negeri ini! Sungguh(Mau ngumpat tapi tidak jadi)!
Raden Indra : Tenang Ibunda! Indra yakin, Purbararang tidak bermaksud demikian... (melirik ke
Purbararang, pertanda “wey hati hati kalo ngomong”)
Raden Indra : Mohon ijin, Ayahanda, Ibunda! (segera menyusul Purbararang keluar panggung)
Raja : Sebenarnya aku tidak rela melepas tahtaku ke Purbararang. Dia belum dewasa,
walapun dia jauh lebih tua dari Purbasari.
Ratu : Itulah maksudku, Kakanda! Tidakkah akan kita pertimbangkan keputusan itu?
Raja : Tidak. Ini bukan untuk kepentinganku. Bila aku yang sudah sakit-sakitan ini terus
memaksakan diri memimpin kerajaan, rakyat bisa-bisa terlantar. Setidaknya,
Purbararang punya Indra yang bisa mendampinginya.
Ratu : Mari kita berdoa saja agar itu semua berhasil sesuai rencana!
Raja : Iya... (jeda sebentar) Aku sangat merindukan purbasari. Sedang apa dia sekarang?
Ratu : Iya kakanda, aku juga sungguh merindukannya! Apa yang sedang dia pikirkan
sekarang? Bagaimana kondisinya? Ohh Sari, ibu sangat merindukan engkau!
Raja : ya sudah, Patih... Saya harap kamu menyiapkan upacara penobatan Purbararang
esok hari! Dan juga, kamu cari Purbasari di hutan, dan sampaikan padanya akan
berita ini!
SCENE 11
Purbasari : Lutungg... Aku sembuh, aku sembuh…. Aku benar-benar sembuh. Terimakasih
Lutung. Kamu telah menyembuhkanku.”
Lutung : Hehehe... berterimakasihlah kepada sang maha kuasa putri. Aku hanya sebagai
perantara saja. Aku ikut senang putri bisa sembuh kembali, aku harapkan, kamu bisa
menemukan kebahagiaanmu lagi!
Purbasari : Apa maksudmu, Lutung? Aku sudah bahagia di sini. Bila aku kembali ke kerajaan,
paling saja kakakku Purbararang sudah dinobatkan menjadi ratu. Dan, aku merasa, kalianlah
keluarga yang selalu ada bersamaku saat aku sedih dan susah!
Purbasari : (tersenyum) Baiklah, Patih! Terima kasih atas kesediaanmu mendatangi aku disini.
Sampaikan pada Raja dan Ratu aku juga merindukan mereka. Dan katakan, aku akan
berkunjung sesering mungkin ke istana. Aku akan tinggal disini!
Patih : Baiklah, Tuan Putri, bila memang itu permintaan Putri. Saya ijin pamit!
Lutung : Aku akan mengantar mu sampai istana, dan berjanji akan berkunjung sesering
mungin ke Istana, menemani kamu kalau kamu kesepian!
Purbasari : Baiklah. Aku akan pulang. Tapi, janji ya, kamu akan sering berkunjung, atau bahkan
tinggallah di istana!
Lutung : Tidak... aku tidak pantas ada di istana. Lihatlah, aku seekor lutung. Berteman
dengan seorang putri saja sudah luar biasa. Apalagi tinggal di kerajaan? Terima
kasih, tapi tidak!
Purbasari : (Buang napas) Terserah lah kamu mau bagaimana! Tapi kita tetap berteman!
Teman selamanya! (janji pake jari telunjuk)
Lutung : Iya, kawan sehati selamanya! Ayo... aku akan pimpin jalannya kembali ke kerajaan!
Lutung : Ohhh... jangan meremehkan, aku ini Lutung terpintar di hutan ini!
Purbasari : Terserah!! Lucu sekali kamu!! (bercanda nadanya) Lutung dengan selera humor!
Ayo cepat!! Aku mengikut saja!
SCENE 12
Purbararang : Hahahaha senangnya, aku bisa menjadi pewaris kerajaan, hahaha.... Tapi aku
penasaran dengan Purbasari, bagaimana dengan dia? Aku yakin dia pasti merana
dengan penyakitnya atau bahkan dia sudah mati termakan harimau di hutan
hahahahahha. Aku penasaran seperi apa penderitaan dia sekarang?
Hahahahahhaahha”
Indrajaya : Adinda, aku yakin sekarang adikmu itu sudah mati temakan harimau di hutan...
Purbararang : Baiklah, baiklah. Kakanda, aku bersiap diri terlebih dahulu untuk acara yang sudah
kita tunggu tunggu ini! (menjulurkan tangan pada Raden Indra untuk dibantu
berdiri)
*musikal*
SCENE 13
Lutung : Iya.. aku sangat yakin. Sudah cukup bagiku bisa melihat mu tersenyum bahagia lagi.
Itulah yang dilakukan apabila kita mencin.. menyayangi teman-teman kita!
Purbasari : Baiklah... hati-hati Lutung! Jangan lupa berkunjung sesering yang kamu mau!
SCENE 14
Patih : Baiklah, pada hari ini, putri sulung dari kerajaan akan menggantikan tahta sang
Raja, mari kita sambut, PUTRI PURBA.....”
Purbararang : Halooo... ini hari penobatanku. Mari selesaikan dulu, lepas rindunya nanti saja!
Rakyat sudah menunggu hari penobatan ini sejak lama!
Purbasari : Kakak, iya kakak lihatlah aku sudah seperti sedia kala, kakak aku rindu kakak.”
(purbasari ingin memeluk purbararang namun purbararang menolaknya)
Purbararang : Benci, hahahaha aku muak dengan kamu purbasari. Aku merasa ayah ibu hanya
sayang sama kamu. Dari kecil aku merasa iri dengan kamu. Sampai ayahpun memilih
kamu sebagai penerusnya. Wajar aku benci kamu.”
Purbasari : Kakak, Aku benar-benar tidak menginginkan menjadi penerus kerajaan kak... aku
tidak berniat merebutnya dari kakak!
Raja : Baiklah, sesuai dengan keputusan yang aku ambil sejak awal, dan karena purbasari
telah kembali, maka tahta ini aku jatuhkan kepada Purbaa...
Purbararang : Tunggu, tunggu sebentar ayahanda, aku tidak terima jikalau purbasarilah yang
menggantikan tahta ayahanda
Purbararang : Aku mengajukan tiga persaingan. Satu,siapa diantara kita berdua yang lebih cantik.
Dua, siapa yang bisa memasak makanan yang paling lezat. Tiga, siapa yang bisa
bernyanyi lebih indah. Salah satu dari kita akan menjadi juaranya. Juaranya lah yang
berhak menjadi ratu bagi negeri kita ini
Raja : baiklah, baiklah kalau memang itu yang kamu inginkan, Rarang! Patih, bersediakan
engkau menjadi wasit dari duel kedua putriku
Patih : Pemenang babak ini adalah, purbasari. Kedua, siapa diantara kedua putri ini yang
bisa mengidangkan makanan yang lebih lezat? (disediakan 2 meja, nasi sama lalapan
mereka berdua menghiasnya) Masakan yang ada disebelah kiri adalah masakan
purbararang, yang dikanan adalah masakan purbasari
Rakyat : (makanan disebar ke masyarakat, pada nyobain makanannya, rakyatnya nganguk-
ngangguk)
Patih : Bagaimana rakyat?? Masakan siapa yang lebih lezat, lebih enak, lebih menarik?
Rakyat : Purbasari, purbasari... (ada juga yang teriak Purbararang, tapi sedikit)
Patih : Baiklah. Ini adalah babak final. Purbasari silahkan menyanyi (Purbasari nyanyi,
purbarang nyanyi juga)
Patih : Baiklah, rakyat semua. Jelas yang memenangkan duel ini adalah......... Purbasari.
Sehingga purbasari lah yang berhak....
Purbararang : Hentikan. Kalian yakin akan memilih purbasari menjadi ratu atas kalian? Baiklah,
dia memang lebih cantik, masakannya lebih lezat dan suaranya pun jauh lebih
merdu dari pada aku. Tapi, lupakah kalian, bila purbasari menjadi ratu, siapa yang
akan menjadi raja? Lihatlah, aku punya suami yang tampan, raden indra jaya.
Sedangkan, lihat lah purbasari. Bahkan tunangan pun dia tidak punya (tertawa jahat,
mukanya merasa menang, harus ditabok)
Purbasari : (mikir sejenak, mukanya jadi sedih) Hmm... benar aku tidak punya siapa-siapa.
Tapi, ada satu teman baikku di hutan. Dia adalah seekor lutung, (mau nyambung
cerita diketawain sama semua orang)
Purbararang : hahahaa... tinggal terlalu lama di hutan, ternyata adik ku ini jadi gila...
Purbasari : tidak kak... aku serius. Dialah bahkan yang telah menyembuhkan luka-luka
ditubuhku.
Purbararang : baiklah, mana lutungmu itu? Tunjukan pada kami, calon raja kita (tertawa bersama
rakyat)
Purbasari : Hmmm tapi dia ada dihutan sekarang. Tidak mungkin aku bisa segera mencari dia...
Purbararang : ewww... jangan dekat dekat, hewan kotor. Kakanda, kakanda, kemari.. usir dia dari
hadapanku
Raden Indra : (ketawa ketawa sinis) tenang, Adinda. Serahkan ini pada kakanda. Seperti ini ingin
menjadi raja? Tidak usah disaingkan, jelas aku yang jauh lebih baik. Aku lebih gagah,
aku lebih hebat dalam bertarung, aku lebih tampan...
Purbasari : Lutung, kamu? Bagaimana bisa? Apa yang terjadi? Bagaimana? Apa ini? (gagap
gagap bingung)
Lutung : (datang mendekati purbasari, memegang kedua tangannya menatap purbasari
dimatanya) Aku dulunya adalah seorang dewa, namun aku dikutuk menjadi seekor
lutung, dan hanya cinta sejatilah yang bisa mematahkan kutukan ini. Dan kamu,
telah mencintai aku walau wujud ku adalah seorang lutung. Terima kasih, purbasari!
(berlutut) Sekarang, bersediakah kamu menikahi, ku, Putri Purbasari?
Rarang, Raden : hiiiiiii siluman lutung dan putri gila.. ayo pergi dari sini. Aaaaa.... (lari terbirit birit
kaya orang frustasi)
Raja : baiklah... semua sudah sempurna. Kalian berdua akan aku nobatkan menjadi Raja
dan Ratu penerus kerajan kami...
Rakyat : (bersorak-sorak)
SCENE 15
Sari & Lutung : (Maju kedepan, hormat, tarian dimulai, dan semua rakyat menari juga)
SCENE 16
Kakek : pada akhirnya purbasari dan lutung kasarung hidup bahagia selamanya, bersama dengan
rakyatnya, memimpin kerjaan mencapai kejayaannya sampai akhir hayat mereka!
Tasya : Budak cinta kek... seperti si Raden Indra jaya itu! (tertawa geli sendiri)
Tasya : (nguap lebar) ayo nek.. aku sudah ngantuk banget nih.. Nin, maafkan kakak ya.. ok
deh kakak ga bikin Nina nangislagi, OK?