Anda di halaman 1dari 21

SCENE 1

(Latar rumah pedesaan. Ada kakek dan nenek lagi duduk, cucu nya 2 main boneka, lalu cekcok)

Pemain di Stage : Tasya, Nina, Kakek, Nenek

Nina : Ahhh ka Tasya jahattt (Sambil berusaha ngerebut boneka) balikin boneka dedekk!!!(lalu
mulai sesengukan nangis)

Tasya : Ihh apa sih adek pelit. Kan kakak mau pinjem sebentar! (Muka kesal, sambil tetap memeluk
boneka Nina)

Nina : (Nangis, kucek-kucek mata, tantrum kecil)

Tasya : Ih, cengeng! (sambil menunjuk-nunjuk ke wajah Nina)

Nina : (tetap nangis)

Nenek : (jalan mendekati Nina dan Tasya, memeluk Tasya) Nina, kenapa kamu nak? Tasya, kenapa
ini adiknya nangis?

Tasya : (tetap main sendiri tanpa peduli) ga tau

Nina : (sambil sesengukan, cuddling sama nenek) Kak tasya ambil mainan Nina, nek... Trus ga mau
dibalikin

Tasya : Apaan orang kamu yang pelit

Nenek : Husshhh sudah sudah, kalian ini adik kakak sama sama perempuan kok ga pernah akur
coba....

Kakek : (Kakek berjalan dari kursi ke tempat Nina, Tasya dan nenek) Hmmm... daripada kaliam
berebutan mainan mending kakek cerita aja...

Nina : (Tiba-tiba excited) Mau mauu!! Cerita kek, ceritaa!!!

Kakek : Cerita ini judulnya Legende Lutung Kasarung dan Purbasari (belum selesai cerita)...

Nina : Ohh ohhh.... (gagap gagap anak kecil) ohh ohh, Nina pernah denger ceritanya di sekolah,
Lutung Kacemplung dan Putrasari...

Tasya : (stink face) Lutung KASARUNG dan PURBAsari Nina...

Nina : ihhh, kan Nina masih kecil

Nenek : Udah udah... berantem lagi, ayo kek, ceritakan cepat!! (dengan lembut menyuruh kakek
segera certita)

Kakek : Alkisah pada suatu waktu...

Kakek : Disuatu tempat bernama surga Svargaloka hidup seorang dewa....


SCENE 2

Latar : Surga Svargaloka

Pemain On Stage : Batari Guruminda Khayangan, Batari Sunan Ambu, Dewa Agung, extras

(Diceritakan di lagu)

B S A : Guruminda celakaa kau, celakaa

B G K : Berisikkk aku tak mau mendengarnya

BSA : Celakaa, dewa agung murka padamu

B G K : memangnya kenapa? Aku dan kau itu juga dewa, mengapa kau begitu takut padanya

B S A : Jaga ucapanmu Guruminda! Kau seharusnya sadar akan kesalahan bodohmu itu.

B G K : Hei bajingan aku tidak bodoh! Tapi hanya orang bodohlah yanjg mengikuti peraturan sampah
seperti itu.

B S A : Sungguh kau tak tahu terimakasih guru minda, berani beraninya kau memanggilku bajingan

B G K : memangnya kenapa, jangan merasa hebat di hadapanku. Kau dan yang lainnya sama saja
terus saja menyalahkanku, menyuruhku patuh kepada dewa agung keparat itu.

B S A : celakaa, celakaa..., celakaaa.....

B G K : kalau kau hanya ingin berkata itu saja, lebih baik kau pergi.

Musik tegang mulai( Dewa agung muncul)

D A : sunan ambu, kemarilah

B S A : Baik tuan.

B G K : cuihh, dasar budak kahyangan, sok hebat betul dirimu

D A : berlutut. ( mengarahkan tangan ke bgk)

B G K : a aa.. a ada apa ini

D A : diam, jangan bicara. ( sambil mendekati B G K) tak sadarkah dirimu, atas betapa lemahnya
dirimu. Lancang sekali kau memasuki taman pribadiku tanpa izin dariku.

Sebenarnya aku ingin mengirimu ke tempat penghukuman. Tapi sesungguhnya aku tak tega, kalau
sahabat setiaku ini bersedih kalau sekiranya murid kesayngannya dibuang ke alam kehinaan.

Atas rasa kasihanku padamu maka ku kurimkan kau kebumi, dan kau akan menjadi lutung disana,
kau akan berada di hutan dan akan selalu tersesat di dalamnya, sampai kau menyadari kesalahanmu
dan berbuat baik. ( lutung di hempas ke bumi)

SCENE 3

Latar : Singgasana Kerajaan

Pemain On Stage : Purbasari, Purbararang, Raden Indrajaya, Raja, Ratu, Patih


(Diruang utama kerajaan terdapat Purbasari, Purbararang, Raja, dan Ratu dalam satu spot)

Raja : Purbasari, apa yang sedang kamu lakukan?

Purbasari : Aku sedang membaca buku ini. Sungguh menarik. Cerita tentang seseorang yang
bercita-cita mengelilingi tanah jawa dan mencari cinta sejatinya

Ratu : Kamu ini ya.. dari kecil membaca terus!! (menggoda Purbasari)

Purbasari : biar saja bu membacakan hobi masa aku tidak boleh melakukannya

Ratu : bukan tidak boleh, tapi kau kan senang sekali membaca, sekali kali ceritakanlah kepada kami

Purbasari : tidak ah bu, aku memang senang membaca buku, tapi aku tidak pandai dalam
menceritakan kembali

Raja : bisa saja kamu

Purbararang : (Awalnya sedang, duduk mengagumi diri di depan cermin) Ahh membosankan!

Ratu : bagaimana tidak bosan, orang kerjaanmu memndang wajah saja.

Purbararang : biar saja, aku kan cantik

Ratu : diberi tahu malah melawan

Raja : Purbararang, wajahmu memang cantik. Tapi, kecantikkan mu itu tidak sempurna kalau kau
tidak memberi kebahagiaan pada orang lain.

Purbasari : Ayah ibu, aku izin keluar dulu ya. Aku hendak pergi ke pasar.

Raja : yasudah, berhati-hatilah. Penjaga! Temani purbasari.

Purbasari : eh ehh, tidak perlu yah, untuk apa aku ditemani penjaga. Toh pasar ini kan yang
berdagang, yang membeli, yang menjaga itu rakyat kita juga. Mengapa aku harus
takut kepada rakyat kita sendiri.

Raja : pintar sekali kau purbasari, yasudah pergilah

Purbasari : dah ayah, ibu

Raja dan ratu : yaa..

Ratu : Purbararang, sekali kali pergilah keluar istana , seperti adikmu itu. Jangan berdiam diri di
dalam istana terus menerus.

Purbararang : untuk apa aku berkumpul dengan orang orang yang kotor dan jelek seperti mereka,
nanti pakaian indahku ini akan rusak, bahkan mungkin aku akan di jarah oleh orang
orang miskin itu.

Raja : Jaga ucapanmu purbararang! Tidakkah kau belajar dari adikmu.

Ratu : Kau itu kan kakak seharusnya kau yang memberi contoh, bukan adikmu itu.

Purbararang : AHHh... iya iyaa, Bosann.

Indra jaya : Selamat pagi ayah ibu


Raja & Ratu : pagi

Purbararang : AHHH suamikuuuu

Indra jaya : istriku tercinta

Purbararang : apa yang membuatmu datang begitu lama

Indrajaya : Aku tidak terlambat rarang, kau sendiri yang memintaku untuk membawa buah ini
semalam

Purbararang : terimakasihh suamiku. Kau memang sangat pengertian.

Indrajaya : Tenju saja adinda. Jangankan buah inim kalau kau meminta batu yang ada dibulan
sekalipun niscaya akan ku ambilkann

(purbararang sangat senang lalu memeluk indra jaya)

Ratu : indarjayaa, apa gerangan yang membawamu hadir dihadapan kami

Indrajaya : Aku hendak mengajak purbararang ke taman yang sudah aku buatkan khusus untuknya,
kalau ayah dan ibu berkenan aku akan membawanya untuk beberapa saat

Raja : dimana tempat itu?

Indrajaya : disebelah barat sungai bengala ayah

Raja : yasudah, jaga baik baik istrimu.

Indrajaya : Baik ayah. Mari adinda.

(Indrajaya pergi gandeng Purbararang)

Raja : (Raja batuk-batuk) Aku ini sudah semakin tua dan mulai sakit-sakitan, aku berniat
untuk turun tahta, adinda, tapi aku bingung"

Ratu : Wahai kakanda, apa yang sedang engkau bingungkan?

Raja : Aku bingung adinda, menurutku yang pantas untuk menggantikan ku adalah
Purbasari, namun menurut hukum adat, yang pantas adalah putri sulung kita, yaitu
Purbararang, namun menurut kakanda, purbararang belum pantas untuk menjadi
ratu karena ia adalah seorang yang angkuh, sombong, dan licik, serta belum dewasa
adinda. "

Ratu : Aku mengetahui hal itu kakanda, lantas apa yang akan kakanda perbuat?

Raja : PATihh kemarilah uhuk uhuk uhuk.

Ratu : janganlah berteriak teriak suamiku.

Patih : Salam hormatku yang mulia. Hamba memnuhi panggilanmu yang mulia

Raja : ya.., Pengawal tinggalkan ruangan!

Patih : apa maksud yang mulia memanggil hamba kemari?


Raja : hei patihku yang setia, mulai hari ini aku perintahkan untuk selalu berada di negri ini dan tak
sekalipun kau boleh meninggalkan negri ini kecuali atas perintah dan izinku. INGAT!! Hanya atas
perintahku, bukan istriku, bukan anak anaku, bukan suami anak anaku, Hanya aku.

Patih : Baik yang mulia, mulai hari ini aku bersumpah untuk selalu berada di negri ini kecuali dengan
perizinanmu yang mulia.

Raja : Patihh... Sesungguhnya aku ingin mendengar pendapatmu

Patih : mengenai apa tuan?

Raja : sesungguhnya nafasku sudah semakin berat, ototku mulai tidak berdaya, dan seendi sedniku
sudah melonggar. Sesungguhynya tak sekalipun daun coklat yang kering jatuh dari pohon kecuali
untuk kebaikan untuk pohon itu sendiri, dan daun daun hijau cerah yang masih muda akan
menggantikannya. Namun, aku gundah apakah jatuhanya daun keringf ini akan digantikan oleh daun
muda yang akan membawa kebaikan pada pohon itu.

Patih : Yang mulia, sungguh tak sepantasnya orang tua untuk meragukan darah dagingnya sendiri.
Dan sesungguhnya diantara darah daging tuan ada yang melambangkan kebaikan ada yang
melambangkan keburukan.

Raja : aku tahu, namun aku takut kalau keputusanku akan membawa kebencian dan bencana.

Patih : yang mulia, hamba tahu bahwa yang mulia ingin hamba memberi saran siapakah yang lebih
pantas menduduki singgasana itu.

Raja : benar wahai patih ku yang setia.

Patih : yang mulia, sungguh tak pantas hamba memberi pengaruh atas keputusan absolut yang
mulia. Yang mulia harus memutuskan atas kebijaksanaan tuan sendiri. Kalu sekiranya hamba yang
memberi saran. Hamba takut nanti akan ada gosip gosip di dalam istana ini yang menyebabkan
perpecahan yang besar.

Raja : Benar patihku, maka nampaknya aku telah menentukan pilihanku.

SCENE 3.5

Latar : Taman indrajaya

Pemeran Indrajaya dan purbararang

(masuk taman dengan bahagia pake musik dan tarian)

Indrajaya : Bagaimana menurutu indah bukan?

Purbararang : iyaa sangaat indah

Indrajaya : taman ini akan abadi adinda, ini menjadi tanda cintaku padamu wahai adinda.

(Prbararang tiba-tiba duduk masang wajah cemberut)

Indra jaya : ada apa gerangan wahai istri ku??

TOLONG LANJUTIN YA DISINI PRUBARARANG NGAMBEK CERITAIN KEGELISAHANNYA TENTANG


TAKHTA TERUS INDRAJAYA JADI MARARH MARAH KARENA NGERASA TAKHTANYA ITU PUNYA DIA
SOALNYA PURBASARI GA PUNYA SUAMI.
SCENE 4

Latar : Di rumah Dukun

Pemain on stage : Nini Ronde, Purbararang, Raden Indra Jaya

(Nini Ronde ada di stage, ngaduk-ngaduk ramuan. Tiba-tiba purbararang dan Raden Indrajaya masuk
ke rumahnya dan kaget melihat betapa seramnya aksesori rumah ni ronde)

Purbararang : Permisi, Ni ronde...

Nini Ronde : (lagi ngaduk-ngaduk ramuan) Ada keperluan apa engkau datang ke sini wahai
pemuda-pemudi, ohh tampaknya putri dan pangeran?

Purbararang : (mendekat ke Nini Ronde, duduk dekat meja ramuannya) Um,hm begini Ni,
kehadiran kami disini ingin meminta nini untuk menyingkirkan adiku, Purbasari dari
kerajaan. Sebab jika ia tidak disingkirkan, dia akan menggantikan posisi sebagai
pewaris tahta kerajaan

Indrajaya : iya ni, sedangkan menurut hukum adat, purbararang lah seharusnya yang menjadi
tatu namun sang ayahanda kami begitu pilih kasih

Nini Ronde : baiklah, tenang tenang, akan aku buatkan ramuan, tunggu sebentar (nini ronde
mulai nyanyi)

(lagu tentang ramuan gitu, kaya mother gothel)

Nini Ronde : Nah ini, ambilah, tuangkan ramuan ini ke minuman adikmu itu!

Purbararang : Baiklah ni, terimakasih banyak atas bantuannya

Raden Indra : Kalau begitu, kami permisi ni.. suwun!

DISINI KURANG PANJANG TAMBAHIN LAGI JANGAN TIBA TIBA MINTA RAMUAN TAPI NGOBROLNYA
TAMBAHIN LAGI. BUAT SI INDRAJAYA BAWA SESEMBAHAN BUAT SI NI RONDE

SCENE 5

Latar : Ruang Makan Istana

On stage : Purbasari, Purbararang, Raja, Ratu, pelayan2

Purbararang : (Jalan ke tempat minuman, naruh obatnya)

Raja : Putri-putriku, ada hal yang harus ayahanda sampaikan, kalian tahu bahwa
ayahanda sudah semakin renta, ayahanda tidak mampu lagi memimpin kerajaan ini
dengan baik, ayahanda berniat untuk turun tahta
Purbararang : (wajah bangga, sombong, yakin menang) Wahai ayahanda, betapa mengertinya
ananda bahwa engkau sudah semakin renta, aku siap menggantikan ayahanda
menjadi ratu atas kerajaan ini (melihat ke Raden Indra Jaya)

Raden Indra : (Senyum juga ke Purbararang, sambil lanjut makan)

Raja dan Ratu : (Saling liat-liatan dengan wajah berat, lalu Ratu mengangguk)

Raja : Putriku, Purbararang, maafkan ayahanda, dengan segala pertimbangan yang ada,
ayahanda memiih purbasari sebagai ratu pengganti ayahanda di kerajaan ini

Purbarang : (nada tidak terima) Ayahanda, mengapa engkau memilih Purbasari? Bukankah
menurut hukum adat, seharusnya Aku yang menggantikan ayahanda?

Ratu : Purbararang, tenanglah lebih dulu (menenangkan)

Purbarang : Ayahanda begitu pilih kasih (lanjut makan dengan wajah marah, namun tersenyum
sinis ke Raden Indra Jaya)

Raden Indra : (tersenyum sinis juga kepada Purbararang)

Purbasari : (nada canggung, mulai bicara) Hmm... Begini kak..

Ratu : Sudahlah purbasari, biarkan saja dulu kakakmu, keputusan Ibunda dan Ayahanda
sudah bulat, lanjutlah makan dengan tenang

ayahanda : putriku, purbasari, ada banyak sekali hal hal yang sudah ibunda dan ayahanda
pertimbangkan dalam keputusan ini, dan purbasarilah yang memang pantas
menggantikan ayahanda

purbararang : Tolong jelaskan ayah, tolong, hal apa yang Purbasari punya tapi aku tidak punya?
Tolong berikan aku penjelasan. Aku menuntut!

Ibunda : Purbarang, tolong hargai keputusan kami

Purbararang : (nyanyi)

SEMPURNA

Lihatlah betapa tak adil kalian

Jelaskan sedikit saja, kenapa harus dia

Aku yang lebih tua

Aku yang lebih pintar

Aku sudahlah sempurna adanya

Raja dan ratu : (menggeleng-gelengkan kepala, lalu berjalan keluar dari ruang makan)

Pelayan : (Membawa keluar properti dan lainnya, panggung kosong, hanya ada Purbasari dan
Purbararang

Purbararang : (Dengan wajah sedih tertekan palsu, menatap Purbasari yang masih ada di stage)
Purbasari : (Wajah canggung) Begini kak, biar kujelaskan

Purbararang : Penjelasan apa lagi?

(nyanyi lanjut lagi)

Kenapa selalu engkau?

Aku kakakmu

Aku yang l’bih baik

Selalu saja begitu....

Jagalah cantikmu sampai esok hari....

Tetap sempurna!

KALO SAI PANJANGIN DIKIT LAGI

SCENE 6

(Purbararang keluar stage, saat lampu nyala, sudah latarnya kamar Purbasari

Purbasari : (menyanyi sendiri tentang ketidakinginannya cari masalh sama big sis, bawa gitar,
muter-muter kamar sampe ketiduran pokoknya)

(Lampu mati, ketika menyala, sudah pagi. Muka Purbasari sudah bontol-bontol, tapi Purbasari masih
belum sadar)

Purbasari : Selamat pagi semuanya. Semoga hari ini menjadi hari yang indah!

Matahari bersinar

Burung-burung berkicau

Bunga-bunga bersemi

Hatiku terbangun kembali

Kujalani hari ini

Sampai malam hari

Menari dan menyanyi disini

(OTW jalan ke cermin, trus kaget langsung teriak)

Purbasari : (shock dan kaget) Tidak tidak tidak, ada apa dengan kulitku ini, mengapa jadi
seperti ini, mengapa (sambil megang megang badan dan mukanya sendiri)

Purbasari : Aku tidak boleh mengecewakan ayah, jikalau ayah melihat mukaku seperti ini ia
akan sangat sedih. (kemudian purbasari lari, keluar dari panggung)
SCENE 7

Latar : Ruang Duduk Istana

Pemain : Purbararang, Raden Indra, Raja, Ratu

DISINI PURBASARI ANGAN LANGSUNG MUNCUL SOALNYA DIA MALU BUAT NUNJUKKIN DIRINYA.
TAPI DI PANGGIL DULU. TERUS PURBARARANG NGEHINA SI PRUBASARI TAMBAHIN
LAGI, TERUS DIMARAHIN RAJA SOALNYA ITU ADEKNYA.

(Di stage sudah ada Purbararang, Raden Indra, Raja dan Ratu sedang bercakap-cakap)

(Purbasari dateng telat sambil nangis terisak dan menutup nutup mukanya)

(Semua orang shock lihat kondisi Purbasari)

(Kecuali Purbararang dan Raden Indra Jaya yang tos karena rencama mereka berhasil)

Ibunda : Purbasari putriku, apa yang terjadi dengan kulitmu?

Ayahanda : iya, Sari, ada apa dengan kulit cantikmu?

Purbasari : Aku tidak tahu, begitu aku bangun, kulitku sudah seperti ini ibunda, ayahanda
(meringis, menangis kaget dan sedih)

Purbararang : Ayahanda, mungkin itulah akibatnya apabila ia melanggar hukum adat yang
berlaku, bagaimana kalau negeri ini juga ikut dikutuk? tentu ayahanda dan ibunda
tidak akan terima bukan?

Raja dan Ratu : (Termenung sejenak di kursi)

Purbasari : (Menunduk sedih merasa sedihhhh)

Purbararang : Tentulah ibunda dan ayahanda tidak mau rakyat mengetahui aib keluarga kita ini
bukan? bagaimana kalau rakyat sampai tau bahwa putri kerajaan kita dikutuk seperti
ini?

Purbasari : Maafkan aku ayah!

Raja : (Berpikir sejenak)

Purbararang : Dan bagaimana nasib kerajaan kita ini kalau memiliki ratu seperti ini? (muka sinis)
sudahlah ayahanda, Aku rasa purbasari sebaiknya diasingkan saja ke hutan untuk
sementara waktu selama penyakitnya belum sembuh, kita tentu tidak ingin bukan
menyimpan aib keluarga ini!

Raden Indra : Benar Ayahanda. Tak pantas seorang yang terkutuk seperti Adinda Purbasari tetap
dipertahanakan di Istana

Raja : Sebentar Indra, Rarang... (nadanya naik, sang raja tampak berpikir sejenak dan
mengambil keputusan)

Raja : Baiklah Purbasari, Ayahanda tidak mungkin memilihmu dalam keadaanmu yang
seperti ini! Sebagai seorang Raja aku harus tetap berpegang teguh pada kerajaan!
Purbasari : (menunduk, suaranya pelan, wajahnya sedih)Tidak apa ayahanda, sungguh aku
tidak masalah

Raja : Ayahanda sungguh minta maaf kepadamu, Sari. Namun benar kata kakakmu, tidak
mungkin engkau tetap tinggal disini, dalam keadaan seperti ini

Ibunda : (adanya naik, shock) Apa maksudmu kakanda?

Raja : Memang benar kata kakakmu, dengan berat hati, untuk sementara waktu,
alangkah baiknya ananda diasingkan ke hutan selama keadaan kulit ananada masih
seperti ini

AYAH DAN RAJA

Maafkan aku putri kecil ku sayang

Ku harus ambil putusan sekarang

Sebagai Ayah, hatiku terkekang

Sebagai Raja, tak bisa ku memilih sayang

(Purbasari)

Oh, ayah ku sayang

Jangan bersedih

Aku tahu kau harus memilih

Sebagai anak aku merintih

Sebagai putri ku harus tetap tabah

Raja : Patih, tolong antarkan Purbasari ke hutan, siapkan segala keperluannya

Ratu : Ohh, Sari... Maafkan kami!! (memeluk Purbasari)

Purbararang : (Stink face melihat kejadian ini dan tetap saja bersama dengan Indrajaya bicara
sendiri)

Purbasari : (pergi dengan berat hati, wajahnya sedih, dia melamnbaikan tangannya seraya
Patih mengawal dia pergi)

[Purbasari dan Patih keluar turun dari stage, lalu nanti masuk lagi dari sisi yang berbeda)

SCENE 8

Latar : Hutan + OTW Hutan

On Stage : Purbasari, Pohon, Bunga-bunga, Patih


Patih : Tuan putri, semoga tuan putri diberi kesabaran dalam menjalani ini semua, jaga diri
tuan putri baik baik. Hamba hanya bisa mengantar sampai sejauh ini. Semoga Putri
selalu aman!

Purbasari : Ya, aku paham Patih. Terima kasih, kala begitu aku pamit. Titipkan salam dan
sayangku pada Raja, Ratu dan Kak Rarang!

Patih : Saya terus mendoakan keselamatan untukmu purbasari

Purbasari : (tersenyum ke Patih)

(patih keluar panggung, Purbasari lanjut jalan ke tengah)

Purbasari : kemana aku akan pergi, ya?? Hutan inin begitu luas, apalagi ini sudah mulai
malam...

(Musik main, Purbasari menyanyi, pelan dan mengalun lembut)

BINTANG ‘KAN PIMPIN JALAN KU

Jalan yang lebar ku lewati

Sendiri tanpa kawan sehati

Menatap mentari kian lama meredup

Langit yang gelap sendiri

Menghembuskan embun

Menanti sampai rembulan ucap

Bintang ‘kan pimpin jalan ku

Mungkin tak ‘kan kembali

Ke peluk Ayah Bunda ku

Biarkan ku sendiri, tertidur dalam sepi

(Langsung ketiduran di pohon)

(Stage jadi gelap, Purbasari tetep tidur, Lutungnya masuk stage)

Bunga : Selamat pagi Lutung, selamat pagi pohon, selamat pagi semua

Lutung : Pagi bunga.. wahh sedang mekar ya hari ini... (melihat ke pohon) hey pohon,
kenapa kamu tampak sangat senang hari ini?
Pohon : (senyum senyum, menunjuk ke purbasari yang sedang tidur) lihat siapa yang tidur
dibawahku?

Lutung : (mendekati Purbasari) siapa perempuan itu?

Pohon : Aku tidak tahu siapa namun setidaknya, dia bisa mengobati kesendirian mu,
menjadi temanmu!

Lutung : (berjalan mengelilingi Purbasari yang sedar tertidur) Hmm.... pakaiannya seperti
Putri, tapi kenapa kulitnya begitu?

Pohon : Apakah penting... heii dia bangunn!!

Purbasari : (mengusap2 matanya, lalu kaget tapi tetap santai saat melihat Lutung) Ahh...seekor
lutung. Maaf, maaf, tolong jangan ganggu aku ya. Tenang, aku akan pergi dari
tempat mu.. (siap-siap mau jalan)

Lutung : Tidak usah, tetaplah disini. Aku tidak marah. Lagi pula ini juga bukan wilayahklu.
Kami hidup bersama di hutan, tidak seperti di kerajaan atau di kota atau di manapun
itu.

Purbasari : Wahh.. kamu bisa bicara.. aku belum pernah bertemu seekor Lutung yang bisa
bicara.. siapa namamu? Omong-omong, namaku Purbasari...

Lutung : (Gaya-gaya tegak) Namaku Lutung Kasarung! Nama yang cantik, untuk seorang
yang sangat cantik!

Purbasari : Hahaha... kamu lucu sekali...

Pohon : Baiklah saudara-saudara, mereka mulai bercengkerama

Purbasari : Ya ampun... sungguh?? Pohon pun bisa bicara! Wahh aku bakal betah tinggal disini

Lutung : Omong-omong, kenapa kamu ada disini?

Purbasari : Cerita yang panjang....

(nyanyi tentang kehidupannya purbasari)

Lutung : Malang sekali kamu, sudahlah jangan bersedih!! Kalau begitu, aku akan
mengajakmu jalan-jalan berkeliling hutan, bertemu dengan semua teman-temanku

Purbasari : (tersenyum) baiklah

Lutung : (menyodorkan tangannya untuk menggandeng purbasari lalu mereka berjalan


mengelilingi hutan, drama musikal sama hewan-hewan dan pohon-pohon dimulai

Purbasari : Lutung, terima kasih banyak telah membuatku tidak bersedih lagi!! Sebagai tanda
terimakasihku, makan ini (menyodorkan pisang)

lutung : Terimakasih tuan putri, mari makan bersama

(Lutung dan Purbasari mereka makan bareng)

SCENE 9
Latar : Hutan

On Stage : Lutung kasarung, Pohon, Bunga, dan lutung-lutung lain

Lutung : Pohon, bolehkah aku bercerita padamu?

Pohon : Mau cerita apa, Lutung? Hmm mari kutebak, pasti kamu mau bercerita tentang
Purbasari ya?

Lutung : Iya..

Pohon : (Muka kepo) Silahkan... saya mendengarkan...

Lutung : Aku rasa... aku..

Pohon : Rasa apa?? Ayo katakan!

Lutung : Aku rasa aku menyukainya Pohon!! Dia begitu manis dan tenang dan
menyenangkan. Hari hari yang kulewati bersamanya selalu menjadi kenangan baru.
Kenapa ya aku ini, Pohon?

Bunga : (Bareng –bareng) Kami rasa kamu jatuh cinta padanya Lutung!

Lutung : (Kaget) Hah? Mana ada? Jangan ngaco kamu ah, masa iya..

Pohon : Coba, hari ini kamu sudah bertemu dia belum?

Lutung : Hmm... belum sih. Paling juga dia sedang bermain di telaga atau sedang memetik
buah bersama kelinci-kelinci

Pohon : Kamu merasa kosong tidak?

Bunga : Katakan Iya.. katakan saja!

Lutung : (mikir sebentar, masih jaim) Iya sih... merasa seperti daun-daunmu. Tidak ada
buahnya (lalu tertawa)

Pohon : Bercandaan yang kasar, tapi.. OK. Sudah jelas berarti

Bunga : Iya jelas sudah! Kamu benar-benar jatuh cinta padanya Lutung!!

Lutung : Lalu apa yang harus aku lakukan?

Pohon : Seseorang yang mencintai seseorang, akan selalu berusaha untuk membuatnya
bahagia, dalam kondisi apapun tak peduli apa yang terjadi.

Bunga : Benar sekali!! Kami setuju, kami setuju!

Lutung : Lalu apa yang bisa aku lakukan? Apa yang bisa kulakukan?

(musik lagi)

(kali ini lutung sama lutung2 lain)

(lutung bersemedi)
Lutung : Tuhan Yang Maha Kuasa, aku mohon, bantulah aku untuk menyembuhkan
penyakit dari tuan putri, sungguh malang sekali nasibnya dibuang dari keluarga
kerajaan, Tuhan Yang Masa Kuasa aku mohon kepadamu berilah aku petunjuk!

(tak lama setelah itu, tanah tanah disekitar lutung berubah menjadi telaga)

(ada telaga)

Lutung : Terimakasih.. terimakasih, Tuhan atas petunjuk mu!

(Lutung pun memanggil Purbasari dari luar stage)

Purbasari : Apa sih, Lutung... Buru-buru sekali!

Lutung : Purbasari ayoo.. Kemari… Ayo! (buru-buru menggandeng tangan Purbasari)

Purbasari : Ada apa lutung?

Lutung : Pokoknya cepat! (sampai di telaga) Nah… sekarang kamu cuci wajahmu, 3 kali di
telaga ini!!

Purbasari : Hah, mengapa? Jangan bercanda siang-siang begini, Lutung!!

Lutung : Iya putri, ayo…! Telaga ini bisa menyembuhkan putri dan aku tidak bercanda!

Purbasari : Apakah itu benar lutung?

Lutung : (disuruh langsung cuci muka)

SCENE 10

Latar : Singgasana Kerajaan

On Stage : Purbararang, Raja, Ratu, dan Raden Indra Jaya

Raja : Putriku, Purbararang, keadaan ayah sudah semakin parah, ayah sudah tidak
mampu lagi memimpin kerajaan ini, karena kondisi purbasari yang tidak
memungkinkan, maka ayah putuskan tahta kerajaan ini jatuh di tanganmu, Ananda
Purbararang, sesuai dengan peraturan adat yang berlaku.

Purbararang : Baiklah Ayah. Terimakasih, memang sudah seharusnya akulah yang menjadi
pengganti ayahanda.

Raden Indra : Terima kasih, Ayahanda. Indra yakin, Purbararang akan menjadi ratu yang hebat
untuk negeri ini!

Ratu : (Tampak kaget dengan keputusan Raja) Kenapa buru-buru sekali, Kakanda? Tidak
akankah kita berusaha mencari obat bagi putri kita, Purbasari?

Purbararang : Untuk apa memikirkan Purbasari, Ayah, Ibu? Sungguh dia adalah aib keluarga yang
tidak sepantasnya dipikirkan, lagipula aku akan sgera menggantikan posisi ayah, jadi
untuk apa lagi masih mencari purbasari?
Ratu : (Menghardik marah) Jaga mulut mu Purbararang. Bagaimana pun buruknya dia, dia
tetap adikmu! Kamu sudah diberikan kepercayaan menjadi seorang ratu oleh
Ayahmu. Menjaga mulutmu sendiri, kamu tidak bisa, bagaimana bisa kamu menjaga
negeri ini! Sungguh(Mau ngumpat tapi tidak jadi)!

Raden Indra : Tenang Ibunda! Indra yakin, Purbararang tidak bermaksud demikian... (melirik ke
Purbararang, pertanda “wey hati hati kalo ngomong”)

Purbararang : (Wajah kesal, keluar dari panggung

Raden Indra : Mohon ijin, Ayahanda, Ibunda! (segera menyusul Purbararang keluar panggung)

Raja : Sebenarnya aku tidak rela melepas tahtaku ke Purbararang. Dia belum dewasa,
walapun dia jauh lebih tua dari Purbasari.

Ratu : Itulah maksudku, Kakanda! Tidakkah akan kita pertimbangkan keputusan itu?

Raja : Tidak. Ini bukan untuk kepentinganku. Bila aku yang sudah sakit-sakitan ini terus
memaksakan diri memimpin kerajaan, rakyat bisa-bisa terlantar. Setidaknya,
Purbararang punya Indra yang bisa mendampinginya.

Ratu : Mari kita berdoa saja agar itu semua berhasil sesuai rencana!

Raja : Iya... (jeda sebentar) Aku sangat merindukan purbasari. Sedang apa dia sekarang?

Ratu : Iya kakanda, aku juga sungguh merindukannya! Apa yang sedang dia pikirkan
sekarang? Bagaimana kondisinya? Ohh Sari, ibu sangat merindukan engkau!

Raja : ya sudah, Patih... Saya harap kamu menyiapkan upacara penobatan Purbararang
esok hari! Dan juga, kamu cari Purbasari di hutan, dan sampaikan padanya akan
berita ini!

Patih : Siap, Yang Mulia!

SCENE 11

Latar : Hutan yang ada telaganya

On Stage : Purbasari, Lutung Kasarung

Purbasari : Lutungg... Aku sembuh, aku sembuh…. Aku benar-benar sembuh. Terimakasih
Lutung. Kamu telah menyembuhkanku.”

Lutung : Hehehe... berterimakasihlah kepada sang maha kuasa putri. Aku hanya sebagai
perantara saja. Aku ikut senang putri bisa sembuh kembali, aku harapkan, kamu bisa
menemukan kebahagiaanmu lagi!

Purbasari : Apa maksudmu, Lutung? Aku sudah bahagia di sini. Bila aku kembali ke kerajaan,
paling saja kakakku Purbararang sudah dinobatkan menjadi ratu. Dan, aku merasa, kalianlah
keluarga yang selalu ada bersamaku saat aku sedih dan susah!

(Tiba-tiba terdengar Patih memanggil-manggil)


Patih : Putri Purbasari, Putri... ini hamba-mu Patih! Putri.. (menujuk ke Purbasari) Ahh,
disana tuan putri rupanya. Wow.. tuan putri sudah sembuh! Berarti... ayo tuan Putri,
pulanglah.. Raja dan ratu sungguh merindukan Tuan Putri! Juga, satu lagi, pesan Raja
untuk Tuan. Esok hari adalah upacara penobatan Putri Purbararang menjadi Ratu,
dan Yang Mulia mengharapkan Putri mendengar kabar tersebut!

Purbasari : (tersenyum) Baiklah, Patih! Terima kasih atas kesediaanmu mendatangi aku disini.
Sampaikan pada Raja dan Ratu aku juga merindukan mereka. Dan katakan, aku akan
berkunjung sesering mungkin ke istana. Aku akan tinggal disini!

Patih : Baiklah, Tuan Putri, bila memang itu permintaan Putri. Saya ijin pamit!

Purbasari : Iya. Hati-hati

Lutung : Purbasari! Kenapa? Ayo ke kerajaan, ke keluargamu. Bagaimanapun juga, mereka


adalah keluarga darahmu yang sesungguhnya! Kami hanya menjadi temanmu disini!

Bunga : Iya Purbasari... ayo pulang ke kerajaan!

Lutung : Aku akan mengantar mu sampai istana, dan berjanji akan berkunjung sesering
mungin ke Istana, menemani kamu kalau kamu kesepian!

Purbasari : Baiklah. Aku akan pulang. Tapi, janji ya, kamu akan sering berkunjung, atau bahkan
tinggallah di istana!

Lutung : Tidak... aku tidak pantas ada di istana. Lihatlah, aku seekor lutung. Berteman
dengan seorang putri saja sudah luar biasa. Apalagi tinggal di kerajaan? Terima
kasih, tapi tidak!

Purbasari : (Buang napas) Terserah lah kamu mau bagaimana! Tapi kita tetap berteman!
Teman selamanya! (janji pake jari telunjuk)

Lutung : Iya, kawan sehati selamanya! Ayo... aku akan pimpin jalannya kembali ke kerajaan!

Purbasari : Memang kamu tahu?

Lutung : Ohhh... jangan meremehkan, aku ini Lutung terpintar di hutan ini!

Purbasari : Terserah!! Lucu sekali kamu!! (bercanda nadanya) Lutung dengan selera humor!
Ayo cepat!! Aku mengikut saja!

SCENE 12

Latar : Di Kamar Purbararang

On Stage : Purbararang, Raden Indra, Raja, Ratu, Patih, Rakyat

Purbararang : Hahahaha senangnya, aku bisa menjadi pewaris kerajaan, hahaha.... Tapi aku
penasaran dengan Purbasari, bagaimana dengan dia? Aku yakin dia pasti merana
dengan penyakitnya atau bahkan dia sudah mati termakan harimau di hutan
hahahahahha. Aku penasaran seperi apa penderitaan dia sekarang?
Hahahahahhaahha”
Indrajaya : Adinda, aku yakin sekarang adikmu itu sudah mati temakan harimau di hutan...

(Tiba-tiba pelayan masuk)

Pelayan : Tuan Putri, mari bersiap-siap untuk acara penobatan

Purbararang : Baiklah, baiklah. Kakanda, aku bersiap diri terlebih dahulu untuk acara yang sudah
kita tunggu tunggu ini! (menjulurkan tangan pada Raden Indra untuk dibantu
berdiri)

*musikal*

SCENE 13

Latar : Hampir masuk istana

On Stage : Lutung dan Purbasari

Purbasari : Terimakasih lutung, terimakasih atas segala bantuanmu, terimakasih karena


berkatmulah aku dapat kembali ke keadaan semula, kulitku sudah sembuh! Kamu
yakin tidak mau ikut?

Lutung : Iya.. aku sangat yakin. Sudah cukup bagiku bisa melihat mu tersenyum bahagia lagi.
Itulah yang dilakukan apabila kita mencin.. menyayangi teman-teman kita!

Purbasari : Baiklah... hati-hati Lutung! Jangan lupa berkunjung sesering yang kamu mau!

Lutung : Sesuai janjiku, Putri Purbasari! (keluar dari stage)

Pengawal : Purba... purbasari sudah kembalii...

Purbasari : (mengangguk dan berjalan terus keluar dari stage)

SCENE 14

Latar : Pelataran kerajaan bersama rakyat

On Stage : Purbararang, Raja, Ratu, Raden Indrajaya

Rakyat : (sudah mengelilingi, crowded)

Patih : Baiklah, pada hari ini, putri sulung dari kerajaan akan menggantikan tahta sang
Raja, mari kita sambut, PUTRI PURBA.....”

Purbasari : (muncul tiba-tiba)

Raja : Tunggu, purbasari telah kembali.....

Ratu : Purbasari, anandaku, engkau telah pulang

(Purbasari lari sambil memeluk kedua orang tuanya)

Purbasari : ayah, ibu, aku sungguh merindukanmu (sambil nangis terisak)

Ratu : Kulitmu, kulitmu sudah sembuh seutuhnya purbasari


Purbararang : (Tatap-tatapan dengan Raden Indra, mouth gesture kaya bingung kaget)

Purbararang : Halooo... ini hari penobatanku. Mari selesaikan dulu, lepas rindunya nanti saja!
Rakyat sudah menunggu hari penobatan ini sejak lama!

Purbasari : Kakak, iya kakak lihatlah aku sudah seperti sedia kala, kakak aku rindu kakak.”
(purbasari ingin memeluk purbararang namun purbararang menolaknya)

Purbarang : Pergi sana, jangan cari muka!!

Purbasari : Kakak mengapa engkau sangat membenciku?

Purbararang : Benci, hahahaha aku muak dengan kamu purbasari. Aku merasa ayah ibu hanya
sayang sama kamu. Dari kecil aku merasa iri dengan kamu. Sampai ayahpun memilih
kamu sebagai penerusnya. Wajar aku benci kamu.”

Purbasari : Kakak, Aku benar-benar tidak menginginkan menjadi penerus kerajaan kak... aku
tidak berniat merebutnya dari kakak!

Purbararang : Ah, bohong. Aku tahu kamu

Purbasari : Cukup kakak… cukup… cukup..

Raja : Baiklah, sesuai dengan keputusan yang aku ambil sejak awal, dan karena purbasari
telah kembali, maka tahta ini aku jatuhkan kepada Purbaa...

Rakyat : (pada saat yang sama, rakyat teriak-teriak PURBASARI)

Purbararang : Tunggu, tunggu sebentar ayahanda, aku tidak terima jikalau purbasarilah yang
menggantikan tahta ayahanda

Raja : lalu apa yang kamu mau Purbararang?

Purbararang : Aku mengajukan tiga persaingan. Satu,siapa diantara kita berdua yang lebih cantik.
Dua, siapa yang bisa memasak makanan yang paling lezat. Tiga, siapa yang bisa
bernyanyi lebih indah. Salah satu dari kita akan menjadi juaranya. Juaranya lah yang
berhak menjadi ratu bagi negeri kita ini

Rakyat : Ayoo.. ayoo.. ayooo... (suara di background)

Raja : baiklah, baiklah kalau memang itu yang kamu inginkan, Rarang! Patih, bersediakan
engkau menjadi wasit dari duel kedua putriku

Patih : Saya bersedia yang mulia

(duel mulai, musik tegang, rakyat mukanya degdegan)

Patih : Pertama... siapa yang lebih cantik? Purbasari atau purbararang?

Rakyat : (Suara mayoritas purbasari, tapi ada juga yang purbararang)

Patih : Pemenang babak ini adalah, purbasari. Kedua, siapa diantara kedua putri ini yang
bisa mengidangkan makanan yang lebih lezat? (disediakan 2 meja, nasi sama lalapan
mereka berdua menghiasnya) Masakan yang ada disebelah kiri adalah masakan
purbararang, yang dikanan adalah masakan purbasari
Rakyat : (makanan disebar ke masyarakat, pada nyobain makanannya, rakyatnya nganguk-
ngangguk)

Patih : Bagaimana rakyat?? Masakan siapa yang lebih lezat, lebih enak, lebih menarik?

Rakyat : Purbasari, purbasari... (ada juga yang teriak Purbararang, tapi sedikit)

Patih : Baiklah. Ini adalah babak final. Purbasari silahkan menyanyi (Purbasari nyanyi,
purbarang nyanyi juga)

Rakyat : Purbasari, purbasari....

Patih : Baiklah, rakyat semua. Jelas yang memenangkan duel ini adalah......... Purbasari.
Sehingga purbasari lah yang berhak....

Purbararang : Hentikan. Kalian yakin akan memilih purbasari menjadi ratu atas kalian? Baiklah,
dia memang lebih cantik, masakannya lebih lezat dan suaranya pun jauh lebih
merdu dari pada aku. Tapi, lupakah kalian, bila purbasari menjadi ratu, siapa yang
akan menjadi raja? Lihatlah, aku punya suami yang tampan, raden indra jaya.
Sedangkan, lihat lah purbasari. Bahkan tunangan pun dia tidak punya (tertawa jahat,
mukanya merasa menang, harus ditabok)

Purbasari : (mikir sejenak, mukanya jadi sedih) Hmm... benar aku tidak punya siapa-siapa.
Tapi, ada satu teman baikku di hutan. Dia adalah seekor lutung, (mau nyambung
cerita diketawain sama semua orang)

Purbararang : hahahaa... tinggal terlalu lama di hutan, ternyata adik ku ini jadi gila...

Purbasari : tidak kak... aku serius. Dialah bahkan yang telah menyembuhkan luka-luka
ditubuhku.

Purbararang : baiklah, mana lutungmu itu? Tunjukan pada kami, calon raja kita (tertawa bersama
rakyat)

Purbasari : Hmmm tapi dia ada dihutan sekarang. Tidak mungkin aku bisa segera mencari dia...

Rakyat : (tiba-tiba teriak-teriak) ada lutung, ada lutung hiiiii.....

Purbasari : (nengok ke belakang, kaget) Lutung, apa yang kamu lakukan?

Purbararang : ewww... jangan dekat dekat, hewan kotor. Kakanda, kakanda, kemari.. usir dia dari
hadapanku

Raden Indra : (ketawa ketawa sinis) tenang, Adinda. Serahkan ini pada kakanda. Seperti ini ingin
menjadi raja? Tidak usah disaingkan, jelas aku yang jauh lebih baik. Aku lebih gagah,
aku lebih hebat dalam bertarung, aku lebih tampan...

(tiba tiba, motong omongan Raden indrajaya)

Lutung : (berubah jadi manusia, jadi ganteng)

Rakyat : (semua nya tercengang, bisik-bisik sendiri)

Purbasari : Lutung, kamu? Bagaimana bisa? Apa yang terjadi? Bagaimana? Apa ini? (gagap
gagap bingung)
Lutung : (datang mendekati purbasari, memegang kedua tangannya menatap purbasari
dimatanya) Aku dulunya adalah seorang dewa, namun aku dikutuk menjadi seekor
lutung, dan hanya cinta sejatilah yang bisa mematahkan kutukan ini. Dan kamu,
telah mencintai aku walau wujud ku adalah seorang lutung. Terima kasih, purbasari!
(berlutut) Sekarang, bersediakah kamu menikahi, ku, Putri Purbasari?

Rakyat : (Teriak) Terima, terima!

Purbasari : (terharu gituuuuuu, speechless) Iya, aku bersedia

Rarang, Raden : hiiiiiii siluman lutung dan putri gila.. ayo pergi dari sini. Aaaaa.... (lari terbirit birit
kaya orang frustasi)

Raja : baiklah... semua sudah sempurna. Kalian berdua akan aku nobatkan menjadi Raja
dan Ratu penerus kerajan kami...

Rakyat : (bersorak-sorak)

SCENE 15

Latar : singgasana kerajaan

On stage : Raja, Ratu, Purbasari, Lutung kasarung, Rakyat

Raja : (mindahin mahkota dari kepalanya ke kepala purbasari)

Rakyat : (bersorak-sorai, kemudian tunduk ke raja dan ratu)

Sari & Lutung : (Maju kedepan, hormat, tarian dimulai, dan semua rakyat menari juga)

LUTUNG DAN PURBASARI

SCENE 16

Latar : Pedesaan rumah kakek lagi

On stage : Nina, Tasya, Kakek, Nenek

Kakek : pada akhirnya purbasari dan lutung kasarung hidup bahagia selamanya, bersama dengan
rakyatnya, memimpin kerjaan mencapai kejayaannya sampai akhir hayat mereka!

Nina : wow.... ceritanya bagus kek... (tepuk tangan)

Kakek : Jadi, pesan moral dari cerita ini adalah...

Nina : Jangan sombong

Tasya : Jangan menilai seseorang dari fisiknya

Nina : Jangan riri hrati dan dungki!


Nenek : Iri hati dan dengki, Nina!

Nina : Iyaa nekk! Jangan iri hati dan dengki

Tasya : Jangan jadi bucin!

Kakek : (muka bingung)

Tasya : Budak cinta kek... seperti si Raden Indra jaya itu! (tertawa geli sendiri)

Nenek : Sudah, sudah ceritanya... Ayo tidur dulu, sudah malam...

Tasya : (nguap lebar) ayo nek.. aku sudah ngantuk banget nih.. Nin, maafkan kakak ya.. ok
deh kakak ga bikin Nina nangislagi, OK?

Nina : Iya kak, gapapa.. (Nguap) aku ngantuk, ayo bobo!!

Layar ditutup dan drama selesai!!!

Anda mungkin juga menyukai