Anda di halaman 1dari 26

Naskah Drama Cerita Rakyat Putri Kemarau

Narasi:

Pada zaman dahulu kala, tepatnya di wilayah Sumatera Selatan, terdapat Putri
Kemarau. Nama asli putri tersebut adalah Putri Jelitani. Dia disebut Putri
Kemarau karena lahir pada musim kemarau. Sayangnya, ibundanya sudah
meninggal dunia, sehingga dia menjadi putri semata wayang sang Raja.

Raja tersebut adalah raja yang bijaksana. Negeri yang dipimpinnya begitu
tentram dan makmur. Namun, pada suatu ketika, negeri tersebut dilanda
musim kemarau yang begitu panjang.

Rakyat 1 : Bagaimana ini, apakah kau sudah mengamati kondisi negara


beberapa bulan ini?

Rakyat 2 : Ya, negara ini tampak begitu menyedihkan. Ada banyak rakyat
yang mengeluhkan tentang musim kemarau ini. Mereka kekurangan air.

Rakyat 1 : Tidakkah kau berpikir, sebaiknya kita menghadap raja saja, agar
beliau menangani masalah ini?

Rakyat 2 : Aku setuju. Ayo kita ke istana.

(Dalam perjalanan, mereka bertemu dengan rakyat yang lainnya. Rakyat


tersebut ikut bergabung menuju istana untuk bertemu dengan raja).

Rakyat 3 : Kalian hendak ke mana?

Rakyat 1 : Kami ingin menghadap raja, agar mengatasi masalah kekeringan


ini. Apakah kau ingin ikut?

Rakyat 3 : Ya, aku ikut. Sawahku juga kering akibat musim kemarau ini.

(Mereka berjalan ke istana. Setibanya di istana, mereka bertemu dengan


pengawal dan pengawal tersebut mengantar mereka ke hadapan raja).

Raja : Ada perihal apa sehingga kalian datang kemari?


Rakyat 1 : Mohon maaf atas kedatangan kami Baginda. Maksud kami kemari
ialah untuk memohon kepada Baginda menanggulangi masalah yang tengah
melanda negeri ini.

Raja : Baiklah, sebenarnya saya juga memikirkan masalah kemarau ini. Siang
ini, saya sudah mengundang para peramal untuk berkumpul di istana, dengan
tujuan untuk menemukan jalan keluar atas masalah ini.

Rakyat 3 : Baiklah Baginda, kami akan menunggu kabar baik dari Paduka.
Kalau begitu, kami mohon diri (memberi hormat dan keluar dari istana)

(Pada siang harinya, para peramal yang telah diundang oleh raja datang ke
istana).

Peramal 1 : Mohon maaf Baginda, apa gerangan Paduka memanggil kami


kemari?

Raja : Saya mengundang kalian dengan tujuan untuk mencari jalan keluar atas
masalah kekeringan yang terjadi sekarang ini.

Peramal 2 : Beribu maaf Baginda, kami tidak dapat menemukan solusi atas
masalah ini.

Raja : Lalu siapakah yang bisa mengatasi masalah ini? (Raja tampak bersedih)
Alangkah kasihannya rakyat di negeriku. Mereka begitu menderita.

Peramal 3 : Maaf atas keterbatasan pengetahuan kami Baginda.

Raja : Baiklah, kalian boleh kembali.

Peramal 1 : Kalau begitu, kami pamit undur diri.

(Para peramal meninggalkan kerajaan. Sementara itu, raja dan para pengawal
berkumpul di ruang pertemuan)

Raja : Aku merasa begitu bersalah kepada rakyatku. Aku tidak mampu
mengatasi penderitaan mereka.
Pengawal : Ampun Baginda, saya telah mendengar kabar tentang seorang
peramal yang amat sakti. Peramal itu berada di desa yang jauh dari kerajaan
ini dan sangat terpencil.

Raja : Benarkah? Aku harap dia dapat memberikanku solusi. Segera siapkan
kereta. Aku akan menuju ke desa itu.

Pengawal : Baik Baginda (undur diri dari hadapan raja).

(Raja segera bersiap-siap untuk menemui peramal yang dimaksud. Setelah itu,
seluruh keluarga kerajaan berkumpul)

Raja : Duhai anakku, ayah akan menemui seorang peramal yang ada di desa
yang jauh dari kerajaan ini. Selama kepergian ayah, ayah percayakan kerajaan
ini kepadamu.

Putri : Baiklah, ayah. Aku akan mematuhi perintah ayah.

(Raja segera berangkat dan meninggalkan kerajaan. Setelah beberapa lama,


raja pun tiba di kediaman peramal yang dituju. Setelah mengetuk pintu
beberapa kali, peramal itu membuka pintunya).

Peramal : Suatu kehormatan bagi hamba, Baginda telah jauh-jauh datang ke


gubuk hamba. Mari silakan masuk. Mohon maaf, hanya sebuah hunian yang
sederhana.

Raja : Ah, maaf telah mengganggu waktu Anda (kemudian masuk ke dalam
rumah sang peramal).

Peramal : Kiranya, apa yang membuat Paduka datang kemari?

Raja : Wahai Tuan Peramal, negeriku tengah dilanda musim kemarau.


Rakyatku kesulitan dalam menghadapinya dan aku tidak mempunyai jalan
keluar. Tolong, apakah kau ada cara untuk mengatasinya.

Peramal : (Mulai meramal dan terdiam sejenak) Baginda, ada petunjuk yang
akan membawa masalah tersebut keluar dari negeri paduka. Petunjuk tersebut
akan segera muncul melalui mimpi sang putri.
Raja : Baiklah Tuan Peramal. Aku akan menanyakannya kepada putriku.
Terima kasih telah membantuku.

Peramal : Terima kasih kembali, Baginda.

(Sang raja pun meninggalkan rumah peramal. Setelah sampai di kerajaannya,


raja kemudian menemui putrinya).

Raja : Wahai anakku, ayah sudah bertemu dengan peramal yang ayah
ceritakan tempo hari. Dia mengatakan bahwa petunjuk tentang jalan keluar
atas masalah negeri ini akan datang dalam mimpimu. Tidakkah kau bermimpi
mengenai hal tersebut?

Putri : Mohon maaf ayah, aku belum mengalami mimpi tersebut. Akan tetapi,
alangkah baiknya jika masalah kekeringan ini kita serahkan saja kepada
Tuhan?

Raja : Benarlah perkataanmu wahai Putriku. Maafkan ayah. Ayah sudah sadar
dengan apa yang seharusnya ayah lakukan.

(Malam pun tiba. Sang putri tertidur di kamar pribadinya. Saat tidurnya itu,
putri bermimpi bertemu dengan ibunya).

Ibu : Wahai putriku, apa yang tengah dialami oleh negeri ini akan segera
berakhir, apabila ada seorang gadis yang bersedia berkorban dan mau
menceburkan dirinya ke laut.

(Putri segera terbangun dari tidurnya. Raja juga masuk ke dalam kamar Putri
Kemarau untuk menenangkannya).

Raja : Ada apakah, wahai Putriku?

Putri : Ayah, aku mendapatkan mimpi. Dalam mimpi tersebut aku bertemu
dengan ibunda. Ibunda mengatakan bahwa kesulitan yang tengah dialami oleh
negeri ini akan segera berakhir apabila ada seorang hadis yang bersedia
berkorban dan mau menceburkan dirinya ke laut.
Raja : Bila memang begitu, mari kita berikan pengumuman kepada rakyat
tentang hal ini. Ayah juga akan mengadakan sayembara untuk menemukan
gadis yang rela berkorban untuk kerajaan ini.

(Pada keesokan harinya, raja menepati ucapannya. Raja mengumpulkan


rakyatnya dan bertanya siapa yang mau berkorban sesuai dengan mimpi yang
dialami oleh putrinya).

Raja : Wahai rakyatku, adakah dari kalian yang bersedia mengajukan diri
untuk melaksanakan amanah ini?
(Suasana pun hening).

Putri : Mohon maaf ayah, saya rela mengorbankan diri demi kemakmuran
seluruh rakyat yang ada di negeri ini (sembari berdiri).

Raja : (Terkejut) Jangan anakku. Engkau adalah satu-satunya keluarga yang


aku miliki. Engkau pula yang akan meneruskan memimpin kerajaan ini.

Putri : Tidak, ayah. Sebaiknya saya menjadi korban demi rakyat. Mungkin saja
ini adalah takdir saya.

Raja : (Sedih) Baiklah, Putriku. Kalau begitu tekadmu, maka nanti malam kita
akan menuju ke tepi laut.
(Malam pun datang dan raja, putri serta rakyat sudah berada di tepi laut yang
curam).

Raja : Anakku, apakah kau yakin dengan semua ini?

Putri : Iya ayah, tolong ikhlaskan kepergianku dan maafkan juga kesalahanku.
(Berjalan menuju tebing dan menerjunkan diri ke laut).

Raja : Baiklah rakyatku, marilah kita kembali ke rumah masing-masing


(dengan wajah bersedih).
(Setibanya di istana, raja pun tidur di dalam kamarnya. Kala itu, raja
mendengar sebuah suara gaib).

Suara gaib : Pergilah ke tepi laut dan temui putrimu.


(Raja terbangun dan bergegas menemui rakyatnya kembali)
Raja : Wahai rakyatku, marilah kita ke tepi laut kembali. Ada suara yang
mengatakan bahwa aku harus ke sana.
(Raja dan rakyat menuju ke tepi laut dan menemukan putri di sana).

Raja : Terima kasih Tuhan, Engkau menyelamatkan putriku.

Raja : Pengawal, segera bawa putriku kemari.

Raja sangat bersuka cita, dan rombongan itu pun kembali ke istana. Masalah
sudah terselesaikan dan beberapa tahun kemudian, Putri Kemarau menjadi
ratu menggantikan ayahnya. Ia memerintah dengan bijaksana, sehingga
rakyatnya bisa hidup dengan tentram dan makmur.
Naskah Cerita Roro Jonggrang

Adegan 1

Terjadi percakapan Bandung Bondowoso dan Roro Jonggrang di Pasewakan.


Pada percakapan ini Bandung Bondowoso berniat menjadikan Roro Jonggrang
istrinya.

Bandung Bondowoso

Jonggrang, kerajaanmu telah ku taklukkan. Sekarang kamu telah menjadi putri


boyongan. Maka dari itu kau harus menjadi pendamping hidupku.

Roro Jonggrang

Maaf, Pangeran Bandung Bondowoso. Walaupun kamu telah mengalahkan


kerajaanmu dan menawan ayahku. Namun, aku tidak sudi menjadi istri dari
seorang laki-laki yang telah merusak kebahagiaanku.

Bandung Bondowoso

Merusak kebahagiaanmu? Bagaimana maksudmu?

Roro Jonggrang

Kau telah memisahkanku dengan ayah yang paling aku sayangi. Kau juga telah
membawa banyak kematian dan kerusakan pada negeriku.

Bandung Bondowoso

Soal ayahmu. Aku bisa saja melepaskannya kapan saja. Asalkan kamu mau
menjadi istriku. Aku akan melepaskan ayahmu.

Roro Jonggrang

Lantas bagaimana dengan kerusakan dan kehancuran yang kamu telah


perbuat? Satu lagi apakah kamu mampu menghidupkan orang-orang kami
yang telah gugur dalam mempertahankan negeri ini? Pernahkah kamu pikirkan
bahwa mereka juga punya keluarga?
Bandung Bondowoso

Untuk kerusakan yang terjadi karena peperangan antara Pengging dengan


Prambanan aku akan membangun kembali.

Sementara untuk keluarga dari para prajurit yang gugur. Aku akan
memberikan santunan. Bagaimana? Sudah puas? Tetapi aku akan melakukan
semuanya asalkan kau menjadi pendamping hidupku.

Roro Jonggrang

Aku bukan tipe orang yang mudah menerima janji-janji palsu, Pangeran. Bagi
orang-orang dengan kuasa seperti kalian. Tidak menepati janji merupakan
sesuatu yang sangat mudah dan bahkan sudah menjadi kebiasaan.

Buktikan dahulu janji-janjimu. Setelah itu baru kita membahas rencanamu


yang ingin menikah denganku.

Bandung Bondowoso

Baiklah jika itu kemauanmu. Asalkan kamu tahu, Jonggrang. Tidak semua
lelaki penguasa itu pendusta. Aku akan membuktikan kepadamu bahwa aku
adalah orang yang ucapannya dapat dipercaya.

Roro Jonggrang

Buktikan dahulu, Pangeran. Aku baru percaya setelah melihat dengan mataku
sendiri. Sebab, kalau hanya asal bicara semua orang mampu melakukannya.

Bandung Bondowoso

Baiklah. Sekarang aku undur diri dahulu. Setelah aku membuktikan semua
janji-janjiku. Aku akan datang lagi untuk melamarmu.

(Setelah itu Bandung Bondowoso pergi untuk membuktikan janji-janjinya)


Adegan 2

Selang beberapa bulan kemudian. Setelah menunaikan janjinya kepada Roro


Jonggrang. Bandung Bondowoso kembali menemui Roro Jonggrang.

Bandung Bondowoso

Jonggrang, aku sudah memenuhi janjiku padamu. Sekarang aku minta kau
mau untuk menjadi istriku.

Roro Jonggrang

Masih ada satu yang kamu lewatkan Pangeran. Justru yang kamu lewatkan
adalah sesuatu yang sangat vital bagi negeri kami.

Bandung Bondowoso

Jangan berdusta, Jonggrang. Semua kerusakan yang ada di negerimu sudah


aku perbaiki. Kamu jangan mengada-ada.

Roro Jonggrang

Mana mungkin aku mengada-ada. Apakah kamu lupa? Dalam penyerangan


yang kamu lakukan tempo hari.

Kamu dan pasukanmu telah merusak tanggul-tanggul air di negeri kami. Tidak
tahukah kamu betapa penting keberadaan tanggul-tanggul itu bagi negeri
kami?

Bandung Bondowoso

Oh, soal itu ternyata. Maafkan aku Jonggrang. Aku berjanji akan segera
memperbaikinya.

Roro Jonggrang

Tidak perlu, Pangeran. Kamu tidak perlu memperbaikinya.


Bandung Bondowoso

Kenapa begitu? Bukan kamu tadi yang memintaku untuk memperbaikinya?

Roro Jonggrang

Aku tidak memintamu memperbaikinya. Aku hanya mengingatkan bahwa ada


satu yang kamu lewatkan.

Bandung Bondowoso

Bukankah itu manusiawi kalau ada satu hal yang terlewatkan?

Roro Jonggrang

Memang. Tetapi bagaimana mungkin pangeran besar sepertimu justru


melewatkan sesuatu yang lebih utama.

Kamu memang telah memperbaiki jalanan dan bangunan yang rusak. Namun,
keberadaan tanggul-tanggul itu jauh lebih utama dari jalanan dan bangunan.

Bandung Bondowoso

Bagaimana bisa kamu berkata demikian, Jonggrang. Bukankah semua orang


butuh jalan yang bagus dan rumah yang bagus.

Roro Jonggrang

Benar, tetapi kamu harus kamu ingat. Bahwa tanggul-tanggul itulah yang sejak
lama menjaga keselamatan dan kesejahteraan warga di negeri kami.

Berkat keberadaan tanggul-tanggul itulah negeri kami terbebas dari banjir di


musim kemarau dan mencukupi kebutuhan air untuk irigasi sawah-sawah kami
di musim kemarau,

Bandung Bondowoso

Oh, kalau begitu maafkan atas kekuranganku.


Roro Jonggrang

Tetapi kamu tidak perlu khawatir, Pangeran. Sebab, berkat gotong royong yang
dilandasi perasaan yang sama yakni rasa sama-sama memiliki. Warga kami
telah bekerja sama untuk memperbaikinya.

Bandung Bondowoso

Bukankah kalau begitu sudah tidak ada masalah?

Roro Jonggrang

Memang tidak, tetapi ada bayaran yang harus kau berikan kepadaku apabila
kau memang serius menjadikan istri.

Bandung Bondowoso

Cepat katakan padaku apa gantinya? Niscaya aku akan mengabulkannya.


Asalkan kau tidak memintaku untuk menurunkan bintang dan bulan untuk
bersujud di hadapanmu. Aku pasti akan mengabulkan yang kau pinta.

Roro Jonggrang

Jangan sombong dulu, Pangeran. Aku ada syarat yang harus kau wujudkan
apabila kamu benar-benar hendak menikahiku.

Bandung Bondowoso

Katakan saja apa syaratnya. Aku pasti mampu mewujudkannya.

Roro Jonggrang

Apabila kamu hendak menjadikan istri. Kamu harus mampu membuat seribu
candi dalam waktu semalam tanpa bantuan siapapun.

Bandung Bondowoso

Baiklah aku akan membuatkanmu seribu candi dalam waktu satu malam.
Tetapi, aku baru bisa melaksanakannya saat bulan purnama tiba.
Roro Jonggrang

Baik, aku akan menunggunya.

Adegan 3

Bandung Bondowoso sejak matahari tenggelam sudah berada di sebuah tanah


yang luas. Ia mengerahkan segala daya ciptaya untuk membangun seribu candi
dalam waktu semalam dan supaya dapat menyelesaikan pembangunan seribu
candi ini salah satunya adalah dengan cara meminta bantuan kepada lelembut

Roro Jonggrang

Bagaimana mungkin manusia normal bisa melakukan pekerjaan seberat ini.


Tidak. Tidak mungkin ini bisa terjadi.

Roro Jonggrang kemudian menggunakan ilmu gumbolo geninya. Setelah


menggunakan ilmunya ini Roro Jonggrang menjadi tahu bahwa Bandung
Bondowoso telah dibantu bangsa lelembut.

Bandung Bondowoso

Dia pasti tidak tahu bahwa bagi orang yang berilmu bala sewu sepertiku
sungguh sangat mudah membangun seribu candi dalam waktu semalam.

Roro Jonggrang

Bandung Bondowoso sudah berdusta ia tidak mengerjakannya sendiri, tetapi ia


mampu melakukannya karena telah dibantu jin. Aku harus menggagalkannya..

(Roro Jonggrang melakukan siasat dengan membakar jerami dan menumbuk


padi dengan lesung. Berkat cara ini jin yang membantu Bondowoso kabur
semua.

Adegan 4

Pada adegan ini Roro Jonggrang menemui Bandung Bondowoso. Pada


kesempatan itu Roro Jonggrang mengatakan bahwa Bandung Bondowoso telah
gagal memenuhi syarat yang dimintanya.
Roro Jonggrang

Pangeran Bandung Bondowoso, maafkan aku. Terpaksa aku katakan bahwa


kamu telah gagal memenuhi syarat yang kupinta?

Bandung Bondowoso

Apa? Bagaimana bisa? Bukankah waktu pagi masih sangat lama. Sementara
candi yang kubangun hanya kurang satu

Roro Jonggrang

Apakah kamu tidak ingat, bahwa dalam syarat yang aku ajukan. Aku
menginginkanmu membangunnya sendiri tanpa bantuan siapapun.

Bandung Bondowoso

Bukankah kamu lihat sendiri di sini tidak ada siapa-siapa selain aku? Jangan
mengada-ada Jonggrang.

Roro Jonggrang

Kamu pikir aku bodoh? Bukankah kamu tadi meminta pertolongan kepada
bangsa lelembut. Tidak tahukah kamu bahwa meminta bantuan kepada
lelmbut merupakan sesuatu yang dialang dalam agama apapun?

Bandung Bondowoso

Lantas maumu bagaimana?

Roro Jonggrang

Ya, karena kamu gagal memenuhi syarat uang kupinta. Maka kau tidak bisa
kujadikan suami.
Bandung Bondowoso

Dasar wanita licik. Jonggrang, hatimu benar-benar keras seperti batu. Jika
candi yang kubuatkan untukmu masih kau anggap kurang. Maka engkau
sendiri yang akan menjadi pelengkapnya.

Usai berkata demikian, tiba-tiba tubuh Roro Jonggrang mengeras menjadi batu.
Dan dari sekelilingnya muncullah candi yang amat indah.
Naskah Cerita Rakyat Lutung Kasarung

Narator: “Alkisah, ada sebuah kerajaan di Pulau Jawa. Kerajaan itu dipimpin
oleh seorang raja yang bernama Prabu Tapa Agung yang mempunyai dua
orang putri yang bernama Purbararang dan Purbasari. Pada suatu hari, karena
Prabu Tapa Agung sudah tua, ia menunjuk Purbasari putri bungsunya sebagai
penggantinya.”

Prabu Tapa Agung: “Aku sudah tua saatnya aku turun tahta. Aku akan
menunjukmu, Purbasari sebagai penggantiku.”

Purbararang: “(marah) Aku adalah putri sulung, seharusnya ayahanda


memilihku.”

Indrajaya: “Ya, ayahanda seharusnya Purbararang yang menjadi penerusmu!”

Prabu Tapa Agung: “Tidak bisa, keputusanku sudah bulat.”

Narator: “Kemarahan yang sudah memuncak membuat Purbararang


mempunyai niat mencelakai adiknya. Ia meminta seorang penyihir untuk
menyihir Purbasari.”

Purbararang: “Hai penyihir!, bisakah kamu menyihir Purbasari menjadi jelek.”

Penyihir: “Tentu bisa tuan putri, tapi…… Apa imbalan untukku?”

Purbararang: “Aku akan memberimu emas yang banyak yang penting


Purbasari menjadi jelek.”

Penyihir: “Tentu tuan putri!”

Purbararang: “(Tertawa).”

Narator: “Lalu nenek sihir pun langsung membacakan mantra. Keesokan


paginya Purbasari menjadi jelek dengan kulitnya bertotol-totol hitam.”
Purbararang: “Lihat ayahanda, masa ayahanda menunjuk orang yang
terkutuk seperti itu sebagai pemegang tahtamu.”

Purbasari: “Apa yang telah terjadi pada diriku!”

Purbararang: “Orang yang terkutuk seperti dia tidak pantas menjadi seorang
ratu!.”

Prabu Tapa Agung: “Betul putriku, pengawal cepat usir Purbasari dari istana!.”

Purbasari: “Ayah, jangan usir aku, aku juga tidak tahu apa yang terjadi
padaku. (menangis).”

Prabu Tapa Agung: “Berhenti menangis putriku, pengawal cepat seret dia!.”

Pengawal: “Baik tuanku, akan saya laksanakan!.”

Purbararang dan Indrajaya: “(Tertawa senang).”

Narator: “Kemudian, diusirlah Purbasari dari istana lalu sang pengawal


membawa Purbasari kedalam hutan.”

Pengawal: “Maafkan saya tuan putri!.”

Purbasari: “Tidak apa-apa pengawal.”

Pengawal: “Baiklah, sebagai permohonan maafku, saya akan membuatkan


gubuk untuk tempat tinggal tuan putri.”

Narator: “Kemudian, pengawal itu segera membuat sebuah gubuk. Setelah


itu…”

Pengawal: “Tuan putri, saya mohon pamit untuk segera ke istana.”

Purbasari: “Terimakasih pengawal.”

Narator: “Purbasari pun tinggal sendirian di hutan. Suatu hari, ketika Purbasari
duduk di depan gubuknya, dia melihat seekor lutung yang muncul dari semak-
semak.”
Purbasari: “(Ketakutan). Siapa kamu?.”

Lutung Kasarung: “(Muncul dari semak-semak). Tuan putri……. Jangan takut,


nama saya……… Lutung Kasarung. Saya hhanya ingin berteman …….. dengan
tuan putri…….”

Purbasari: “Baiklah, aku akan berteman denganmu.”

Narator: “Akhirnya Purbasari dan Lutung Kasarung berteman. Lutung


Kasarung sangat perhatian dengan Purbasari dengan membawakan bunga-
bunga yang indah. Pada suatu malam bulan purnama, Lutung Kasarung ke
tempat yang sepi lalu bersemedi.”

Purbasari: “Lutung….. Apa yang kamu lakukan?.”

Narator: “Tiba-tiba tempat bersemedi Lutung Kasarung menjadi telaga kecil.”

Lutung Kasarung: “Tuan putri, mandilah di telaga ini.”

Purbasari: “Apa manfaatnya bagiku?.”

Lutung Kasarung: “(Menarik tangan Purbasari). Ceburkan dirimu!.”

Narator: “Akhirnya Purbasari menceburkan dirinya ke telaga itu. Lalu sesuatu


terjadi pada kulit Purbasari. Kulitnya menjadi bersih dan cantik kembali.”

Purbasari: “Wahh……. Apa yang terjadi padaku….. aku kembali seperti semula.
Lutung terima kasih.”

Lutung Kasarung: “Ya putri sama-sama.”

Narator: “Keesokan harinya Purbasari dan Lutung Kasarung kembali ke


istana.”

Pengawal: “(Kaget). Pu…. Putri Purbasari telah kembali!.”

Purbararang: “(Kaget). Bagaimana kamu bisa kembali menjadi cantik.”


Purbasari: “Ini semua berkat Lutung Kasarung.”

Purbararang: “Baiklah aku kalah, tapi sekarang ayo kita adu ketampanan
tunangan kita, ini tunanganku!. (Menarik tangan tunangannya).”

Indrajaya: “(Angkuh). Aku adalah tunangan Purbararang. Aku adalah pria


tertampan di kerajaan ini.”

Purbasari: “(Gelisah). Hmmm…. (menarik tangan Lutung Kasarung) Dia adalah


tunanganku.”

Narator: “Lutung Kasarung pun melonjak-lonjak seakan-akan menenangkan


Purbasari.”

Purbararang: “(Tertawa). Jadi monyet itu tunanganmu!.”

Indrajaya: “(Tertawa).”

Purbasari: “Iya……. Memangnya kenapa?.”

Narator: “Lutung Kasarung lalu bersemedi. Tiba-tiba terjadi sesuatu keajaiban,


Lutung Kasarung berubah menjadi pemuda yang tampan.”

Purbasari: “(Kaget). Lutung... Kau ternyata adalah seorang pangeran…”

Lutung Kasarung: “Ya putri, aku sebenarnya seorang pangeran, tetapi aku
telah disihir oleh nenek sihir menjadi Lutung. Hanya cinta sejatilah yang dapat
menghilangkan kutukannya.”

Purbararang: “Baiklah aku mengakui kekalahanku, aku juga meminta maaf


karena telah jahat kepadamu, Purbasari.”

Purbasari: “Tidak apa-apa, aku sudah memaafkanmu, Purbararang.”

Narator: “Akhirnya Purbasari menjadi seorang ratu dengan di damping oleh


seorang pemuda tampan yang bernama Lutung Kasarung.”
Naskah Cerita Rakyat Sangkuriang

Babak I: Pertemuan Sangkuriang

Suatu hari Sangkuriang bertemu dengan seorang perempuan yang sangat


cantik. Sangkuriang yang jatuh cinta pada pandangan pertama berniat
memperistri wanita tersebut.

Sangkuriang

Nona, cantik. Bolehkah saya berkenalan dengan nona?

Dayang Sumbi

Tentu saja boleh, Tuan. Namaku adalah Sumbi. Kalau tuan sendiri, siapa?

Sangkuriang

Sebuah nama yang indah. Sangat cocok dengan paras nona yang jelita.
Namaku adalah Sangkuriang.

Dayang Sumbi

Ah, tuan ini bisa saja. Saya hanya perempuan kampung biasa, Tuan. Di luar
sana tentu banyak perempuan yang jauh lebih cantik dari hamba.

Sangkuriang

Jangan merendah begitu, Nona. Kecantikan nona sungguh luar biasa. Sejauh
pengembaraan yang telah kulalui. Nonalah yang tercantik. Kalau boleh tahu
nona tinggal di mana?

Dayang Sumbi

Saya tinggal di selatan pasar ini, tuan.


Sangkuriang

Aku lihat belanjaan nona sungguh banyak. Bolehkah saya membantu


belanjaan nona sampai rumah?

Dayang Sumbi

Jika tuan tidak keberatan boleh saja.

Sangkuriang

Baiklah, akan aku akan membantu nona.

Dayang Sumbi

Terima kasih, tuan.

Babak II: Patahnya Cinta yang Bersemi

Setelah hari pertama Sangkuriang membantu Dayang Sumbi. Besoknya,


Sangkuriang datang lagi dan lagi. Cinta yang bersambut baik ini membuat
Sangkuriang berniat melamar Dayang Sumbi.

Sangkuriang

Sumbi, aku betul-betul jatuh cinta kepadamu. Bolehkah aku memintamu untuk
menjadi istriku?

Dayang Sumbi

Jangan terburu-buru, tuan. Kita baru saja kenal. Bukankah lebih baik kita
mengenal dulu pribadi masing-masing. Supaya dikemudian hari pernikahan
yang kita bangun hancur di tengah jalan.

Sangkuriang

Bukankah perkenalan itu akan semakin indah apabila kita telah terikat dengan
sebuah ikatan pernikahan yang sah?
Dayang Sumbi

Tolong, beri aku waktu paling tidak seminggu dahulu.

Sangkuriang

Baiklah, jika itu yang kamu inginkan. Aku dengan senang hati akan menunggu
jawabanmu.

Dayang Sumbi

(Dayang Sumbi yang saat itu mengelus kepala Sangkuriang kaget saat tahu
ada suatu bekas luka di kepala kekasihnya) Tuan, di kepalamu ada sebuah
bekas luka. Bolehkah aku tahu ini bekas luka apa?

Sangkuriang

Ini bekas luka akibat centong nasi yang dipukulkan ibuku.

Dayang Sumbi

(Dayang Sumbi segera teringat dengan anaknya yang telah diusirnya dahulu)
Tuan, bolehkah aku memberikan jawaban yang kau pinta sekarang?

Sangkuriang

Tentu saja boleh. Justru aku akan semakin senang karena aku tidak perlu
menunggu seminggu untuk mendengar jawabanmu.

Dayang Sumbi

Tuan, maaf aku tidak bisa menerimamu sebagai suamiku.

Sangkuriang

(Kaget, terkejut, dan agak marah) kenapa? Kenapa Sumbi? Apakah kamu tidak
mencintaiku.

Dayang Sumbi
Aku mencintaimu. Tetapi aku tidak bisa menjadi istrimu.

Sangkuriang

Kenapa? Bukankah cinta adalah syarat utama dalam pernikahan. Jika kamu
mencintaiku. Kenapa kamu tidak menikah denganku?

Dayang Sumbi

Di dunia ini tidak semua cinta harus berakhir dengan pernikahan.

Sangkuriang

Apa buktinya kalau tidak semua cinta berakhir dengan pernikahan. Coba kamu
katakan padaku?

Dayang Sumbi

Salah satu contohnya adalah cinta ibu kepada anaknya.

Sangkuriang

Itu aku mengerti. Tapi, kamu bukan ibuku?

Dayang Sumbi

Sadarlah, anakku. Aku ini ibumu. Nama lengkapku adalah Dayang Sumbi.

Sangkuriang

Tidak, kamu jangan mengada-ada. Aku telah meninggalkan ibuku selama


puluhan tahun lamanya. Kalau pun ibuku masih hidup. Sudah pasti dia sudah
sepuh. Tidak mungkin ibuku masih muda dan secantik dirimu.

Dayang Sumbi

Ada rahasia dariku yang tidak kamu ketahui. Aku pernah meminum air
kehidupan yang mana efeknya adalah membuatku awet muda.
Sangkuriang

Jangan berdusta, memangnya aku anak kecil yang percaya dengan khayalan
seperti itu.

Dayang Sumbi

Aku berkata sesungguhnya, anakku. Sadarlah, anakku. Aku ini ibumu. Aku
adalah wanita yang telah melahirkanmu.

Sangkuriang

Jangan berbohong lagi. Aku sudah jatuh cinta padamu. Jadi mau tidak mau
kamu harus menjadi istriku.

Dayang Sumbi

(Dayang Sumbi sudah kehabisan cara untuk menyakinkan anaknya. Lantas ia


membuat syarat) Baiklah jika kamu benar-benar cinta dan menginginkanku
untuk menjadi istrimu. Aku punya suatu persyaratan yang harus kamu penuhi.

Sangkuriang

Jika dengan memenuhi persyaratan itu aku dapat memiliki cintamu. Maka
dengan senang hati aku akan melakukannya.

Dayang Sumbi

Tetapi ingatlah, apabila kamu tidak sanggup untuk memenuhi persyaratan


yang aku pinta, kamu tidak boleh menemuiku lagi.

Sangkuriang

Baiklah. Aku janji. Jika aku tidak mampu mewujudkan keinginanmu. Aku tidak
akan menampakkan batang hidungku di hadapanmu. Katakan padaku, apa
yang kamu inginkan?
Dayang Sumbi

Aku ingin kamu membuatkanku sebuah telaga yang indah dalam waktu
semalam. Selain itu kamu juga harus membuatku sebuah perahu besar yang
nantinya kita pakai untuk berlayar bersama.

Sangkuriang

Kenapa begitu berat syarat yang kamu ajukan?

Dayang Sumbi

Bukankah kamu sendiri yang mengatakan apapun syarat yang aku pinta.
Kamu akan mengabulkannya. Jadi, bagaimana jika kamu tak sanggup. Berarti
hubungan kita berakhir sampai di sini.

Sangkuriang

Tunggu. Biarkan aku mencobanya. Tetapi, kamu harus berjanji. Apabila syarat
yang kamu ajukan tadi berhasil aku penuhi. Maka kamu harus menjadi istriku.

Dayang Sumbi

Aku berjanji. Aku akan bersedia menikah denganmu apabila syarat yang aku
ajukan dapat kamu penuhi seorang diri.

Babak III: Tekat Membuat Telaga

Sangkuriang menggunakan ajian saktinya yang dapat mendatangkan jutaan


makhluk halus. Kepada para makhlus inilah Sangkurian meminta tolong untuk
dibantu memenuhi persyaratan yang diminta Dayang Sumbi.

Dayang Sumbi

Aku yakin Sangkuriang tidak akan mampu memenuhi syarat yang aku ajukan.
Rasanya mustahil ada manusia yang sanggup membuat telaga dan perahu
dalam waktu semalam.
Sangkuriang

(Sementara itu di tempat lain) Hahahhaa….dengan begini keinginanku untuk


memiliki Dayang Sumbi akan menjadi kenyataan.

Dayang Sumbi

Tetapi perasaanku kok tidak enak. Aku harus melihat sejauh mana usaha yang
dilakukan Sangkuriang.

Babak IV: Takdir yang Kejam

Dayang Sumbi

Kenapa bisa secepat ini? Manusia macam apa sebenarnya Sangkuriang ini? Ia
betul-betul sakti.

Tapi, ah di sana ya, di sana. Aku melihat banyak makhluk halus yang ikut
campur dalam pembangunan ini.

Dia sudah tidak jujur dan ini dapat dijadikan senjata untuk menggagalkan
usaha Sangkuriang untuk mendapatkanku.

(Beberapa saat kemudian Dayang Sumbi menemui Sangkuriang)

Sangkuriang

(Kedatangan Dayang Sumbi yang tiba-tiba membuat Sangkuriang kaget)


Bagaimana kekasihku? Apa yang kamu minta akan jadi esok hari. Kau harus
siap menjadi istriku.

Dayang Sumbi

Tapi, maaf Sangkuriang. Aku tidak akan menjadi istrimu.

Sangkuriang

Kenapa? Esok telaga dan kapal ini akan jadi. Kenapa kamu membatalkan
perjanjian kita?
Dayang Sumbi

Aku membatalkan perjanjian karena kamu tidak jujur. Bukankah aku


memintamu untuk membuat permintaanku sendirian.

Sangkuriang

Aku membuatnya sendirian. Apakah kamu tidak melihat di sini tidak ada orang
lain selain kamu dan aku?

Dayang Sumbi

Jangan berdusta. Aku sudah tahu semuanya. Kamu membuat semua ini dengan
bantuan makhluk halus. Itu artinya kamu telah berbuat curang dan telah
mengingkari perjanjian yang kita buat.

Sangkuriang

Tapi…taapi…..

Dayang Sumbi

Tidak ada alasan lagi. Sebab, kamu berbuat suatu kecurangan. Maka perjanjian
yang kita buat telah batal. Dan semenjak saat ini kamu tidak boleh lagi
menampakkan diri di hadapanku.

Sangkuriang

(Hanya terdiam membisu)

Anda mungkin juga menyukai