Anda di halaman 1dari 21

Drama Musikal

PUTRI YANG DISIHIR


(Diangkat dari Cerita Rakyat Jawa Barat)

Karya
ROSYID E. ABBY
Para Pelaku
NYAI PUTRI
KANGJENG PRABU, ayahanda Nyai Putri
KANGJENG RATU, ibunda Nyai Putri
PANGERAN SABRANG
KI PATIH, patihnya Pangeran Sabrang
JURU SIHIR
PARA PONGGAWA KERAJAAN
PARA REMAJA PECINTA ALAM, usia sekolahan (SMA/SMP)
POHON-POHON YANG BERNYANYI
DAYANG-DAYANG

SINOPSIS
Zaman dahulu, di suatu tempat di Tanah Sunda (Jawa Barat) ada sebuah negeri kecil
yang terkenal karena kemakmurannya. Negeri tersebut dipimpin seorang Prabu (Raja)
yang sangat arif dan bijaksana. Kangjeng Prabu memiliki seorang anak perempuan
yang bernama Nyai Putri. Karena kecantikannya yang sangat menawan, banyak sekali
pangeran dan raja yang jatuh hati padanya. Namun tak seorang pun yang dapat
menaklukkan hatinya.
Setiap ada pangeran dan raja yang mendekati dan meminangnya, Nyai Putri selalu
menolak dengan halus. Nyai Putri meminta kepada para pangeran dan raja yang
meminangnya, bahwa mereka akan dianggapnya sebagai kakaknya saja.
Tapi tak semua pangeran dan raja dapat menerima penolakan itu. Ada seorang
pangeran, yaitu Pangeran Sabrang, yang tersinggung dan bermaksud membalas sakit
hatinya pada Nyai Putri. Dengan membawa serta Juru Sihir dan segenap
rombongannya, Pangeran Sabrang kembali mengunjungi negerinya Nyai Putri. Kepada
Kangjeng Prabu dan Kangjeng Ratu, ayahanda dan ibunda Nyai Putri, Pangeran
Sabrang mengatakan bahwa dia dan rombongannya membawa ahli tolakbala untuk
melindungi Nyai Putri beserta seisi negeri dari segala maksud jahat, karena Nyai Putri
telah banyak menolak pinangan para pangeran dan para raja.
Tentu saja Kangjeng Prabu setuju atas “maksud baik” tersebut. Dengan bahasa yang
tak dimengerti, mulailah ahli tolakbala --yang sejatinya adalah Juru Sihir-- memantera-
manterai Nyai Putri, Kangjeng Prabu, Kangjeng Ratu dan segenap keluarga kerajaan.
Tiba-tiba mengepullah kabut tebal menyelubungi siapa pun yang berada di sana,
kecuali Pangeran Sabrang, Juru Sihir, Ki Patih, dan para ponggawanya.
Saat Pangeran Sabrang dan rombongan berniat hendak kembali ke negerinya, tiba-tiba
ratusan pohon besar mengurung mereka. Mereka tak bisa keluar dari hutan belantara
yang mereka ciptakan sendiri, dan tak bisa kembali ke negerinya.

2
Drama Musikal
PUTRI YANG DISIHIR
Karya
ROSYID E. ABBY
______________________________________________________________________________

1
(Cast: Para Remaja Pecinta Alam/PA, Pangeran Sabrang, Ki Patih, Juru Sihir, Para
Ponggawa, Nyai Putri, Pohon-pohon)

SEBUAH HUTAN LINDUNG DI DATARAN TINGGI GUNUNG PUTRI.


DARI ARAH PERKAMPUNGAN DI KEJAUHAN SANA, SAYUP-SAYUP TERDENGAR SUARA
ADZAN MAGRIB. SUARANYA TERDENGAR TIMBUL-TENGGELAM, BERGANTIAN DENGAN
SUARA GESEKAN DAUN-DAUN YANG DITERPA ANGIN, JUGA SUARA BINATANG HUTAN.
YA, SENJA BARU SAJA BERANJAK. DAN MALAM SEBENTAR LAGI PASTI MENJELANG.
MUNCUL BEBERAPA REMAJA USIA SEKOLAHAN (USIA REMAJA SMA, TAPI BISA JUGA
SMP), MASING-MASING MEMBAWA RANSEL ATAU PERALATAN PECINTA ALAM.
RUPANYA MEREKA DARI KELOMPOK (EKSKUL) PECINTA ALAM DI SEKOLAHNYA.

PARA REMAJA PECINTA ALAM (PA)


Kami Pecinta Alam sejati
mencinta alam dengan hati
merawat alam dengan kasih
karena alam hadiah Illahi

Kami Pecinta Alam yang taat


bukan perusak alam sekitar
tapi penghayat ciptaan Tuhan
pengagum keindahan semesta

Mari kita cintai alam ini


karena alam memberikan segalanya
mari kita cintai alam ini
sebagai wujud kewajiban beribadah

Marilah kawan, marilah semua


kita hirup udara alam bebas
kita hayati alam semesta
dekatkan diri pada Yang Esa

PA
Hey, teman-teman... Kita sudah jauh berjalan, mungkin sebentar lagi kita akan tiba di
perkampungan. Tadi sayup-sayur terdengar suara adzan, kan? Baiknya kita ngaso dulu di sini.

PA
Ya, betul... Kita ngaso di sini, biar bagi yang Muslim bisa melaksanakan salat Magrib dulu.

PA

3
Iya, tapi di mana kita cari wudu? Mungkin di sini jauh ke sumber air.

PA
Kalau tidak ada air, kan tayamum juga bisa.

TIBA-TIBA SESEORANG CELINGUKAN KE SANA-KE MARI, SEOLAH SEDANG MENCARI-


CARI, LALU BERSERU PADA TEMAN-TEMANNYA.

PA
Lho, kenapa kita cuma seginian? Mana yang lainnya?

PA
(CELINGUKAN JUGA) Eh, iya, ya. Ke mana yang lainnya, ya? Candra, Rama, Zahra, Bima, Fany,
pada di mana mereka?

PA
Apa mungkin mereka nyasar? Aldo sama Wawan juga tidak ada. Terus... Nadya, Wulan, juga
Cinta... pada di mana mereka? (BERTERIAK MEMANGGIL-MANGGIL) Aldo... Wawan...
Nadya... Wulan... Cinta...!

PARA REMAJA LAINNYA PUN IKUT MEMANGGIL-MANGGIL NAMA TEMAN-TEMANNYA


YANG HILANG.
LALU PADA AKHIRNYA NAMA-NAMA MEREKA YANG HILANG ITU TERSUSUN MENJADI
SEBUAH LAGU.

PARA REMAJA PA
Aldo, Wawan, Nadya, Wulan, Cinta...
Di manakah kalian berada?
Candra, Rama, Zahra, Bima, Fany...
Wahai, di mana kalian ini?

Jangan sampai kalian tersesat


di hutan rimbun penuh pohonan
Janganlah sampai kita berpisah
tetap bersama suka dan duka

MEREKA SIBUK MENCARI-CARI DAN MEMANGGIL-MANGGIL LAGI TEMANNYA, SAMPAI


KEMUDIAN MENGHILANG KE LUAR PENTAS.
TIBA-TIBA DI TEMPAT ITU MUNCULLAH KABUT PUTIH MENYELIMUTI SEKITAR. DAN DARI
BALIK KABUT PUTIH ITU, BERMUNCULANLAH BEBERAPA ORANG BERPAKAIAN
KERAJAAN, DAN SEORANG DI ANTARANYA BERPAKAIAN ALA PANGERAN DARI
KERAJAAN SEBERANG SANA. YA, DIALAH PANGERAN SABRANG, BERSAMA PATIH DAN
PARA PONGGAWA KEPERCAYAANNYA, JUGA JURU SIHIR.
.
PANGERAN SABRANG
Beratus-ratus tahun lamanya
mungkin beribu tahun sudah
kita terkurung di hutan belantara
belantara yang kita ciptakan sendiri
atas kerajaan yang kita sihir
hingga kita tak bisa kembali

4
O, tak temukan jalan pulang

KI PATIH & PARA PONGGAWA


Kita semakin terlunta-lunta
tak temukan jalan pulang
Kita sungguh semakin tersesat
di gunung yang kita ciptakan sendiri
atas Nyai Putri yang kita sihir
hingga kita pun ikut tersihir
O, o, terperangkap di sini

PANGERAN SABRANG
Ah, bagaimana lagi usaha kita? Selamanya kita terperangkap di sini. Terkurung di antara pohon-
pohon besar. Ini memang gara-garaku. Coba kalau dulu aku tak menuruti hawa napsu, mungkin
tak begini jadinya.

KI PATIH
Maafkan, Pangeran. Hamba mohon, jangan ulangi lagi perkataan-perkataan semacam itu. Lagi
pula, tak baik kita menyesali diri

PONGGAWA
Benar, Pangeran. Kita jalani saja takdir kita ini dengan hati yang lapang. Menyesali diri pun
percuma, karena bubur tak akan lagi menjadi nasi. Ah, maafkan perkataan hamba ini, Pangeran.

PONGGAWA
Hamba juga, maafkan, Pangeran. Benar, nasi telah menjadi bubur. Tak usah lah kita berlama-
lama menyesali diri. Baiknya kita tetap berusaha untuk mencari jalan keluar dari hutan ini.

PANGERAN SABRANG
Meskipun telah beratus-ratus tahun lalu?

KI PATIH & PONGGAWA


(SEREMPAK) Benar, Pangeran. Meskipun telah beratus-ratus tahun lalu.

PANGERAN SABRANG
Atau bahkan mungkin telah beribu tahun lalu?

PONGGAWA
(SEREMPAK) Atau bahkan mungkin telah beribu tahun lalu. Itu benar, Pangeran.

PANGERAN SABRANG
(PADA JURU SIHIR)
Hmm, bahkan kau pun tak bisa membuka tabir sihir ini, Juru Sihir.
Mana kesaktianmu itu?
Kau hanya bisa menyihir
namun tak bisa mengembalikan sihirmu.
Kau terjebak oleh sihirmu sendiri.

JURU SIHIR

5
Maafkan, Pangeran. Ini hukuman Dewata atas apa yang telah kita lakukan pada Nyai Putri,
orangtuanya, juga pada seisi kerajaan dan rakyatnya. Meskipun hamba ahli sihir, kita tak bisa
melawan takdir kita sendiri. Ini sudah suratan takdir, Pangeran.

TIBA-TIBA MEREKA DIKAGETKAN OLEH SUARA-SUARA DARI KEJAUHAN YANG


MEMANGGIL-MANGGIL BEBERAPA NAMA. TENTU SAJA, NAMA-NAMA YANG ASING BAGI
PENDENGARAN MEREKA. MEREKA SALING PANDANG, SAMBIL MEMASANG
PENDENGARAN MASING-MASING.
SUARA-SUARA YANG MEMANGGIL-MANGGIL ITU SEMAKIN MENDEKAT.

PANGERAN SABRANG
Ssst, ada suara-suara mendekat kemari. Kita harus segera menyingkir.

KI PATIH
Maafkan, Pangeran. Hamba pikir, baiknya kita temui mereka. Kita tanya, mungkin saja mereka
tahu arah jalan keluar dari hutan ini.

PANGERAN SABRANG
Tidak. Mereka berbeda alam. Tak mungkin kita tanya pada mereka. Betul kata Juru Sihir tadi, ini
takdir kita, harus kita usahakan sendiri apa yang sudah menjadi suratan takdir. Mari, Patih dan
para ponggawaku, kita menyingkir dari sini.

PANGERAN SABRANG BESERTA DAN PARA PONGGAWANYA SEGERA MENYINGKIR


DARI SANA. BERSAMAAN DENGAN ITU, MUNCULLAH PARA REMAJA TADI SAMBIL TETAP
BERTERIAK-TERIAK MEMANGGIL-MANGGIL NAMA TEMAN-TEMANNYA.

TIBA-TIBA, DI TEMPAT YANG AGAK TINGGI MUNCULLAH SEORANG WANITA CANTIK,


BERPAKAIAN ALA PUTRI KERAJAAN, MEMANDANG KE ARAH MEREKA. TENTU SAJA,
PARA REMAJA TERSEBUT KAGET DIBUATNYA. MEREKA TERPAKU DI TEMPATNYA,
SEOLAH TAK DAPAT BERGERAK UNTUK BERANJAK.

PA
Sss... si... siapakah... it... ituu...?

PA
Apa mungkin... dia... dia... dia Putri Jin?

PA
Iya... Mungkin... mungkin dia Putri Jin... penunggu hutan di Gunung Putri ini.

PA
Hus, jangan sompral kamu! Nanti kalau beneran, bagaimana?

NYAI PUTRI TERTAWA DENGAN HALUSNYA. SEBETULNYA, TERTAWANYA ITU SANGAT


MERDU DAN RENYAH DIDENGAR. TAPI BAGI PARA REMAJA ITU, TETAP SAJA TERASA
MENAKUTKAN, KARENA DI TENGAH HUTAN YANG CUKUP JAUH DARI PERKAMPUNGAN,
DAN JUGA MALAM TELAH MENJELANG, MUNCUL SEORANG WANITA BERPAKAIAN PUTRI
RAJA. COBA, SIAPA YANG TIDAK TAKUT?
DENGAN PENUH KETAKUTAN, PARA REMAJA ITU SEGERA SALING MENDEKAT DI
ANTARA MEREKA. MEREKA TAK MAU BERJAUHAN. APA LAGI YANG PEREMPUAN,

6
MEREKA SALING BERPELUKAN, TAK MAU MENATAP WANITA CANTIK BERPAKAIAN
PUTRI RAJA ITU.

NYAI PUTRI
Janganlah, o, jangan takut
Aku bukanlah Putri Jin
Aku ini Nyai Putri
Putri Raja di masa silam

PARA REMAJA ITU SALING BERPANDANGAN. SEORANG DI ANTARANYA MENCOBA


MEMBERANIKAN DIRI UNTUK BERSUARA.

PA
Putri Raja di masa silam?

NYAI PUTRI
Benar.
Hutan ini masuk dalam kawasan Gunung Putri.
Kalian tahu, kenapa dataran tinggi ini dinamakan Gunung Putri?

PARA REMAJA ITU SALING BERPANDANGAN KEMBALI. LALU DENGAN SEREMPAK


MEREKA BERSUARA.

PARA REMAJA PA
(SEREMPAK) Tidak!

NYAI PUTRI
Karena dataran tinggi ini mengandung kisah tentang aku.

PARA REMAJA PA ITU SALING PANDANG TAK MENGERTI. SEORANG DI ANTARANYA


MENCOBA MEMBERANIKAN DIRI BERSUARA.

PA
Tolong jelaskan pada kami, Nyai Putri. Kami tak mengerti apa maksudmu...

NYAI PUTRI
Baiklah, duduklah kalian. Jangan takut. Siapa aku sebenarnya, dan apa kaitannya dengan
dataran tinggi ini yang kemudian disebut gunung, demikian juga dengan pohon-pohon besar yang
ada di hutan ini, akan kuceritakan pada kalian.

PA
Tapi bagaimana dengan teman-teman kami, Nyai Putri?

PA
Iya, Nyai Putri. Kami kehilangan mereka. Mereka tersesat. Entah di mana sekarang.

PA
Iya, Nyai Putri. Kami kehilangan mereka. Mereka tersesat. Entah di mana sekarang.

7
NYAI PUTRI
Apakah yang kalian maksud itu, mereka? (MENUNJUK KE SUATU TEMPAT, DAN TEMAN-
TEMAN MEREKA YANG MENGHILANG PUN BERHAMBURAN KE ARAH MEREKA SAMBIL
BERPELUKAN)
Nah, sekarang duduklah kalian. Jangan merasa takut. Kalian akan aman di sini.

PARA REMAJA ITU PUN SEGERA MEMBENAHI DIRI MASING-MASING UNTUK DUDUK DAN
SIAP MENDENGARKAN CERITA NYAI PUTRI.
SEMENTARA PARA REMAJA YANG BARU MUNCUL BERBISIK-BISIK TAK MENGERTI, DAN
MERASA ASING DENGAN WANITA CANTIK YANG BERADA DI HADAPANNYA.

NYAI PUTRI
Aku terlahir di sini
dari kerajaan masa silam
Banyak raja dan pangeran
ingin meminangku jadi istri

Lantaran masih ingin sendiri


dengan halus mereka kutolak
Meski mereka tak jadi suami
akan kujadikan saja sebagai kakak

Dan kalian tahu, apa yang terjadi selanjutnya?

Ada pangeran dari Seberang


tak terima akan penolakanku
Dengan bantuan Sang Juru Sihir
disihirnyalah aku jadi gunung

Begitu pula seisi kerajaan


Kerajaanku menjadi musnah
berubah wujud jadi hutan
seperti sekarang ini

POHON-POHON BESAR YANG SEDARI TADI BERDIRI TEGAK, TIBA-TIBA BERGERAK-


GERAK, LALU BERGOYANG-GOYANG SAMBIL BERNYANYI.

POHON-POHON
Ya betul, ya sungguh betul
kami korban sihir Pangeran Sabrang
karena cintanya pada Nyai Putri
O, bertepuk sebelah tangan

Ya betul, ya sungguh betul


cinta ditolak, Juru Sihir bertindak
Tapi yang korban bukan kami saja
mereka pun menanggung akibatnya

Aduh kasihan, oy oy, sungguh kasihan


Pangeran Sabrang nyatanya terperangkap di sini
Aduh kasihan, oy oy, sungguh kasihan

8
Kami kurung mereka agar tak bisa kembali

BERSAMAAN DENGAN USAINYA LAGU, MEREKA MENGHILANG DARI PANDANGAN.


DEMIKIAN JUGA PARA REMAJA ITU.
TINGGALLAH NYAI PUTRI SEORANG DIRI. TEMPAT MENJADI LENGANG, TANPA
POHONAN BESAR DI SEKELILINGNYA.

FADE-OUT.

2
(Cast: Nyai Putri, Kangjeng Prabu, Kangjeng Ratu, Ponggawa)

FADE-IN.

NYAI PUTRI TAMPAK BERDIRI ANGGUN DI TEMPAT YANG SAMA, DI TEMPAT YANG
LENGANG TANPA POHONAN BESAR --KECUALI TANAMAN-TANAMAN KECIL DAN BUNGA
WARNA-WARNI. PANDANGANNYA BERKELILING KE ALAM SEKITARNYA, DAN SOROT
MATANYA MENYIRATKAN KEKAGUMAN PADA KEINDAHAN SUASANA PAGI YANG CERAH
ITU DI TAMAN KAPUTREN.
BEBERAPA KALI NYAI PUTRI MENGHIRUP NAFAS DALAM-DALAM, MENIKMATI
KESEGARAN ALAM, DAN UNTUK BEBERAPA KALI MENGEMBUSKANNYA PULA.
TANPA DISADARI NYAI PUTRI, AYAHANDA DAN IBUNDANYA –YAKNI KANGJENG PRABU
BERSAMA KANGJENG RATU-- TELAH BERADA TAK JAUH DARINYA.
KANGJENG PRABU BERDEHEM. NYAI PUTRI KAGET DIBUATNYA. LALU BERGEGAS
MENDEKAT KE ARAH AYAH-IBUNYA, UNTUK KEMUDIAN MENGHATURKAN SEMBAH.

NYAI PUTRI
Haturan, Kangjeng Rama, Kangjeng Ibu.

KANGJENG PRABU
Nyai Putri
sedang apa pagi-pagi begini
melamun seorang diri
di Taman Kaputren ini?

KANGJENG RATU
Wahai, anakku
apa yang kau pikirkan
sampai kau terkaget-kaget begitu?

NYAI PUTRI
Ah, Kangjeng Rama, Kangjeng Ratu...
siapa yang melamun?
Aku sedang menghirup udara pagi yang cerah.
Menikmati suasana yang sangat menenangkan
dan menenteramkan hati.
Rasanya tak ada lagi
negeri seindah dan setenteram negeri kita ini.

KANGJENG PRABU

9
Betul, Nyai Putri, anakku.
Beruntunglah kita memiliki negeri yang indah ini.
Beruntunglah aku menjadi pemimpin di negeri ini
negeri dengan alamnya yang subur makmur,
negeri dengan penduduknya yang aman tenteram kertaraharja.

NYAI PUTRI
Betul, Kangjeng Rama.
Semua itu berkat Kangjeng Rama semata.
Kangjeng Rama memimpin negeri ini dengan bijaksana,
penuh kasih
sehingga rakyat merasa aman dan nyaman hidup di sini.

KANGJENG RATU
Betul apa yang dikatakan putri kita, Kakang.
Semua kan karena pemerintahan Kakang yang adil palamaartha.
Di bawah kendali pemerintahan Kakang
rakyat bisa hidup dengan aman sentausa
murah sandang murah pangan.

KANGJENG PRABU
Itu kan sudah tugasku, Rayi Ratu, Nyai Putri.
Sudah tugasku untuk memimpin negeri ini dengan baik.
Sudah tugasku pulalah mengayomi rakyat tanpa pilih kasih.

SEORANG PONGGAWA TIBA-TIBA MUNCUL.

PONGGAWA
Perkenankan hamba menghadap, Gusti Prabu.

KANGJENG PRABU
Ya, ada apa?

PONGGAWA
Ada Ki Patih, utusan Pangeran Sabrang, hendak menghadap Gusti Prabu. Apakah
diperkenankan untuk menghadap, Gusti?

KANGJENG PRABU SALING PANDANG DENGAN KANGJENG RATU DAN NYAI PUTRI.
KANGJENG RATU DAN NYAI PUTRI TAMPAK CEMAS.

KANGJENG PRABU
(PADA PONGGAWA) Maksudmu, Ki Patih utusan Pangeran Sabrang yang sudah berkali-kali
datang kemari, bukan?

PONGGAWA
Benar, Gusti Prabu.

KANGJENG RATU
(CEMAS) Ya, Dewata! Mau apa lagi dia datang kemari?!
Padahal sudah berkali-kali Pangeran Sabrang datang
dan meminang putri kita

10
dan putri kita berkali-kali pula menolaknya.
Mengapa dia keukeuh saja datang kemari?

KANGJENG PRABU
Tenang, tenang dulu, Rayi Ratu.
(PADA PONGGAWA) Apakah Ki Patih datang bersama Pangeran Sabrang, atau hanya manggul
piutus saja?

PONGGAWA
Lain dengan kunjungan-kunjungannya terdahulu, kali ini dia datang hanya manggul piutus saja
dari Pangeran Sabrang. Pangeran Sabrang katanya tidak bisa ikut serta datang kemari, Gusti
Prabu.

KANGJENG PRABU
(MERASA LEGA) Oh, syukurlah. Baiklah, katakan padanya untuk menungguku di Pendopo.
Sebentar lagi akan kutemui dia di sana.

PONGGAWA
Nyakseni, Gusti Prabu. (MENGHATURKAN SEMBAH UNTUK KEMUDIAN BERLALU DARI
SANA)

KANGJENG PRABU
(PADA NYAI PUTRI) Bagaimana kalau Ki Patih itu membawa amanat Pangeran Sabrang, untuk
meminangmu lagi? Apakah kau akan menolaknya lagi, anakku?

KANGJENG RATU
Iya, anakku. Mengapa kau menolak pinangannya? Dan bukan hanya pinangan Pangeran
Sabrang saja yang kau tolak. Banyak pangeran dan raja-raja yang datang meminangmu, selalu
kautolak. Meski kau tolak dengan halus, dan kau tawari untuk jadi kakandamu saja, tetap saja itu
sangat menyakitkan bagi mereka.

KANGJENG PRABU
Benar, Nyai Putri. Mengapa kau selalu menolak pinangan-pinangan mereka? Padahal di antara
mereka, banyak pangeran dan raja-raja yang luas dan besar kekuasaannya, banyak harta,
terpandang, gagah-gagah dan tampan. Apakah itu tidak cukup, putriku?

NYAI PUTRI
Pangapunten, Kangjeng Rama
Pangapunten, Kangjeng Ibu
Aku masih ingin bebas
Aku masih ingin sendiri
Masih ingin berbakti
pada orangtua
dan juga pada negeri terkasih

KANGJENG RATU
Kalau alasannya ingin berbakti
pada orangtua dan negeri
kan setelah berumahtangga pun
itu bisa kau lakukan
Suamimu kelak bisa menggantikan Kangjeng Rama

11
jadi raja di negeri ini
Apalagi kau anak kami satu-satunya
tak ada lagi pewaris negeri ini
selain kau dan anak-cucumu kelak

NYAI PUTRI TERDIAM SEJENAK. TAK BISA BERKATA-KATA.

KANGJENG PRABU
(TERSENYUM BIJAKSANA)
Ya sudah, masalah itu kita bahas lagi nanti. Ada baiknya kutemui dulu utusan Pangeran Sabrang
itu. Kasihan, jauh-jauh sudah disuruh menunggu.

KANGJENG RATU
Tapi, Kakang Prabu, apa maksud Ki Patih datang lagi kemari?
Jangan-jangan dia ingin memaksakan kehendaknya
dan lalu berbuat jahat pada kita, atau pada negeri kita?!

NYAI PUTRI
Iya, Kangjeng Rama. (CEMAS) Bagaimana kalau... Ah, aku jadi khawatir, Kangjeng Rama...

KANGJENG PRABU
Khawatir bagaimana, Nyai Putri?

NYAI PUTRI
Karena pinangannya sering kutolak
takut-takut Pangeran Sabrang itu akhirnya berbuat nekad.

KANGJENG PRABU
Berbuat nekad?

NYAI PUTRI
Aku takut, Kanjeng Rama
Meski kutolak dengan halus
meski kutawari Pangeran Sabrang jadi kakak
namun kutakut dia merasa sakit hati
lalu balas dendam dan membawa pasukannya
untuk menyerang kemari

KANGJENG RATU TAMPAK MAKIN CEMAS. TAPI KANGJENG PRABU MENANGGAPINYA


DENGAN TERTAWA HALUS, PENUH WIBAWA DAN BIJAKSANA.

KANGJENG RATU
Benar, Kakang. Bisa saja Pangeran Sabrang mengerahkan pasukannya untuk menyerang
kemari, dan kemudian menaklukkan negeri kita.

NYAI PUTRI
Benar, Kangjeng Rama. Sebelum menyerang, dia mengutus dulu Patihnya untuk sekali lagi
menawariku menjadi istrinya. Bila aku menolak pinangannya lagi, itulah mungkin saatnya untuk
menyerang kemari.

KANGJENG PRABU KEMBALI TERTAWA HALUS.

12
NYAI PUTRI
Maafkan bila aku berpikiran demikian, Kangjeng Rama.
Tapi mudah-mudahan saja ini hanya pikiran buruk semata.

KANGJENG PRABU
Tenanglah, putriku, dan kau Rayi Ratu, jangan takut.
Semuanya aman dan terkendali.
Lagi pula tak baik memikirkan yang belum terjadi
Aku yakin, mereka tak sejahat itu
Tapi kalau pun keadaan memaksa
kita ditantang perang
ya apa boleh buat
kita hadapi saja
demi harga diri dan kedaulatan negeri kita.

KANGJENG RATU
Meskipun demikian, Kakang Prabu
sebisa mungkin kita hindari peperangan.
Bagaimana pun
perang itu sangat menyengsarakan,
terutama bagi rakyat.
Kasihan rakyat kita.
Selama ini mereka sudah aman tenteram
hidup bahagia di negeri ini.

KANGJENG PRABU
Tentu, tentu... Mudah-mudahan saja tak terjadi apa-apa, supaya kita hidup damai selamanya.
Ah, sudahlah, jangan memikirkan yang belum terjadi. Supaya lebih cepat tahu apa yang hendak
disampaikan Ki Patih, baiknya segera kutemui dia. (PADA KANGJENG RATU) Mari, Rayi, kita
temui Ki Patih di Pendopo.

KANGJENG PRABU DAN KANGJENG RATU SEGERA BERLALU DARI TEMPAT ITU.
TINGGALLAH NYAI PUTRI SEORANG DIRI.

FADE OUT.

3
(Cast: Nyai Putri, Para Remaja PA, Pohon-pohon)

KETIKA FADE-IN, TAMPAK NYAI PUTRI BERDIRI DI TEMPAT YANG SAMA DENGAN DI
ADEGAN SEBELUMNYA, NAMUN KINI SUDAH DIKELILINGI LAGI OLEH PARA REMAJA
PENCINTA ALAM.
SETTING KEMBALI KE JAMAN SEKARANG: MALAM SELEPAS MAGHRIB, DAN TAMAN
KAPUTREN SUDAH BERUBAH KEMBALI MENJADI HUTAN LINDUNG, PENUH POHONAN.

PA
Lalu, apa betul Pangeran Sabrang itu hendak menyerang kerajaan Nyai Putri?

13
PA
Bukan begitu pertanyaannya. Tapi begini: Apa benar Ki Patih itu membawa titah Pangeran untuk
menggempur kerajaan Nyai Putri?

PA
Ah, sama saja kamu mah. Sudah saja kalau mau simpel mah, pertanyaannya begini: Apakah
kekhawatiran Nyai Putri itu pada akhirnya terbukti atau tidak?

PA
Kekhawatiran yang mana?

PA
Ah, payah, kamu mah enggak nyimak.

PA
Iya ih, telmi pisan kamu mah.

NYAI PUTRI
(TERSENYUM) Sudah, sudah. Intinya, pertanyaan kalian itu mengarah pada jawaban yang
sama. Tidak, mereka tidak menyerang. Pangeran Sabrang tak mengerahkan pasukannya untuk
menyerang kemari.

PARA REMAJA PA
(SEREMPAK) Oh syukurlah kalau begitu.

NYAI PUTRI
Namun Pangeran membawa rombongan untuk maksud yang lain.

PARA REMAJA PA
(SEREMPAK) Maksud yang lain?

NYAI PUTRI
Ya. Mereka menyihir kami di sini.

PARA REMAJA PA
(SEREMPAK) Menyihir?

POHON-POHON BESAR YANG SEDARI TADI BERDIRI TEGAK, TIBA-TIBA BERGERAK-


GERAK, LALU BERGOYANG-GOYANG KEMBALI SAMBIL BERNYANYI.

POHON-POHON
Ya betul, ya sungguh betul
kami korban sihir Pangeran Sabrang
Karena cintanya pada Nyai Putri
O, bertepuk sebelah tangan

Ya betul, ya sungguh betul


cinta ditolak, Juru Sihir bertindak
Tapi yang korban bukan kami saja
mereka pun menanggung akibatnya

14
Aduh kasihan, oy oy, sungguh kasihan
Pangeran Sabrang nyatanya terperangkap di sini
Aduh kasihan, oy oy, sungguh kasihan
kami kurung mereka agar tak bisa kembali

FADE OUT.

4
(Cast: Kangjeng Prabu, Kangjeng Ratu, Nyai Putri, Pangeran Sabrang, Ki Patih, Juru Sihir,
Para Ponggawa, Dayang-Dayang)

FADE IN.

DI PENDOPO (ATAU BISA JUGA DI PELATARAN) ISTANA KANGJENG PRABU.


TAMPAK KANGJENG PRABU DIDAMPINGI KANGJENG RATU SEDANG BERBINCANG
DENGAN NYAI PUTRI. DI KIRI KANANNYA TAMPAK PARA PONGGAWA BERDIRI DENGAN
TEGAP. BISA DITAMBAHKAN PULA PARA DAYANG (TERGANTUNG KEBUTUHAN, BILA
DIPERLUKAN), DUDUK MENGHADAP MEREKA.

KANGJENG PRABU
Rayi Ratu dan Nyai Putri
juga seluruh keluarga kerajaan
Sebagaimana kukatakan sebelumnya
hari ini kita akan menerima kedatangan Pangeran Sabrang
beserta rombongannya
bersiap-siaplah semuanya.

NYAI PUTRI
Maafkan, Kangjeng Rama
Apakah benar Pangeran Sabrang tak hendak menyerang kemari?
Apakah benar dia hendak melindungi kita
dari perbuatan jahat para raja dan pangeran
yang merasa sakit hati
karena pinangannya kutolak?

KANGJENG PRABU
Benar, putriku, benar!
Itulah yang dikatakan Ki Patih
utusan Pangeran Sabrang
dan juga tersirat dalam surat
yang ditulis Pangeran Sabrang.
Dia akan membawa Juru Tolakbala
yang termashyur di seantero buana
untuk menolak bala negeri ini
agar aman sentausa selamanya.

TIBA-TIBA SEORANG PONGGAWA DATANG MENGHADAP.

PONGGAWA

15
Pangapunten, Gusti Prabu.
Pangeran Sabrang bersama rombongan sudah datang, Gusti.

KANGJENG PRABU
Persilakan mereka!

PONGGAWA
Nyakseni, Gusti Prabu.

PONGGAWA BERLALU, DAN KETIKA DATANG LAGI SUDAH MEMBAWA SERTA


PANGERAN SABRANG BESERTA ROMBONGAN. KANGJENG RAJA DAN SEGENAP
KELUARGA ISTANA MENYAMBUTNYA DENGAN RAUT WAJAH BERSERI-SERI.

KANGJENG PRABU
Ah, selamat datang Pangeran Sabrang.
Tiga hari lalu
Ki Patih datang menghadap kepadaku
membawa surat darimu
dan mengatakan, hari ini
Pangeran akan datang kemari
membawa serta Juru Tolakbala
untuk melindungi kerajaanku
Sebelumnya, kuucapkan terimakasih, Pangeran.
Maafkan telah merepotkan.

PANGERAN SABRANG
Ah, tidak apa-apa, Kangjeng Prabu.
Perkenalkan, inilah dia Juru Tolakbala itu
(MENUNJUK JURU TOLAKBALA YANG SEJATINYA ADALAH JURU SIHIR )
Dia ahli tolakbala yang tiada tandingannya.
Maksudku membawa dia kemari
sudah kutulis dalam surat
juga sudah dikatakan langsung oleh Ki Patih
(PADA KI PATIH)
Benar demikian, Ki Patih?

KI PATIH
Nyakseni, Pangeran.
Betul sekali.
Sudah saya katakan semuanya pada Gusti Prabu.

PANGERAN SABRANG
Baiklah, Kangjeng Prabu, Kangjeng Ratu, dan juga Nyai Putri
Supaya tak banyak waktu terbuang
supaya tak memberi waktu pada yang jahat
izinkan sekarang juga
aku memerintahkan Juru Tolakbala
untuk mulai bekerja
memberi jampi-jampi penolak bala

16
KANGJENG PRABU MENGANGGUK SEKALIGUS MEMPERSILAKAN. JUGA KANGJENG
RATU DAN NYAI PUTRI, MENGANGGUK SAMBIL TERSENYUM.

PANGERAN SABRANG
(MEMANDANG TAJAM PADA NYAI PUTRI)
Nyai Putri...
Aku berbuat ini demi cintaku padamu.
Bahkan karena aku kau anggap sebagai kakak
sudah sewajarnya kakak melindungi sang adik
dari ancaman orang-orang jahat.
Izinkan aku, Nyai Putri.

NYAI PUTRI KEMBALI MENGANGGUK SAMBIL TERSENYUM.

PANGERAN SABRANG
(PADA JURU SIHIR)
Juru Tolakbala, ayo, mulailah bekerja.
Mulailah beri jampi-jampi.
Ucapkan mantera-mantera mujarabmu
biar negeri ini bebas lepas
dari maksud jahat si angkara murka
biar negeri ini aman damai selamanya.
biar kerajaan ini dan seisinya
selalu dalam lindungan Dewata.
Ayo, Juru Tolakbala, kerjakan perintahku!

SETELAH MENGHATURKAN SEMBAH DAN MEMOHON IZIN PADA PANGERAN SABRANG


DAN SEGENAP KELUARGA KERAJAAN, JURU SIHIR SEGERA DUDUK BERSILA SAMBIL
MENGHENINGKAN CIPTA. KEMUDIAN DIA MENGUCAPKAN JAMPI-JAMPI/MANTERA-
MANTERA, NAMUN TAK JELAS DARI BAHASA MANA (POKOKNYA TAK DIMENGERTI OLEH
SEMUA ORANG!).
TAK BERAPA LAMA, JURU SIHIR BANGKIT DARI DUDUKNYA. KEMUDIAN DIA
MENABURKAN KEMBANG RAMPE KE ARAH KELUARGA KERAJAAN. MULA-MULA DIA
MENABURKANNYA PADA NYAI PUTRI, LALU PADA KANGJENG RAJA, KANGJENG RATU,
UNTUK SETERUSNYA PADA PONGGAWA DAN DAYANG-DAYANG KANGJENG PRABU.
MULUTNYA TETAP KOMAT-KAMIT MENGUCAPKAN MANTERA YANG TAK DIMENGERTI
SEMUA ORANG.
TIBA-TIBA, MEREKA --YANG DIBERI JAMPI-JAMPI ITU-- DIKEJUTKAN DENGAN
MUNCULNYA KABUT PUTIH YANG MENYELIMUTI SEKELILINGNYA. SEBELUM SEMUANYA
TERSADAR DARI KETERKEJUTANNYA, TIBA-TIBA SAJA DALAM SEKEJAP MATA MEREKA
MENGHILANG DALAM PANDANGAN.

FADE OUT.

5.
(Cast: Pangeran Sabrang, Ki Patih, Juru Sihir, Para Ponggawa, Pohon-pohon)

FADE IN.

17
TEMPAT PERTEMUAN ANTARA KELUARGA KERAJAAN KANGJENG PRABU DENGAN
ROMBONGAN PANGERAN SABRANG TELAH MENGHILANG, BERGANTI DENGAN HUTAN
BELANTARA, PENUH POHONAN BESAR.
NYAI PUTRI BERSAMA KEDUA ORANGTUANYA, DEMIKIAN PULA PONGGAWA DENGAN
DAYANG-DAYANGNYA, SUDAH TAK TAMPAK. YANG TINGGAL HANYALAH PANGERAN
SABRANG BERSAMA ROMBONGANNYA,
PANGERAN SABRANG DAN YANG LAINNYA –KECUALI JURU SIHIR-- MENGITARI
PANDANG SEKELILINGNYA DENGAN RASA TAKJUB. RAUT WAJAH PANGERAN SABRANG
TAMPAK MENYIRATKAN KEGEMBIRAAN DAN RASA PUAS.

JURU SIHIR
Nah, Pangeran...
titahmu sudah kukerjakan.
Nyai Putri sudah kusihir.
Dia sudah kujadikan gunung
atau tepatnya dataran tinggi

PANGERAN SABRANG
Hah, gunung? Dataran tinggi?
Di mana letaknya gunung atau dataran tinggi itu, Juru Sihir?

JURU SIHIR
Pangeran tidak mengenalinya, kan? (TERSENYUM)
Ini, Pangeran! (MENUNJUK KE TANAH YANG MEREKA INJAK)
Tanah yang kita injak ini
berbentuk gunung kecil atau dataran tinggi.
Inilah Nyai Putri yang kusihir itu, Pangeran.

PANGERAN SABRANG TERTAWA SENANG, DIIKUTI OLEH PARA PENGIKUTNYA.

KI PATIH
(PADA JURU SIHIR) Lalu, Si Raja tua dan Ratunya,
juga seluruh keluarga kerajaan,
kau sihir jadi apa?

PANGERAN SABRANG
O iya ya, sampai lupa...
Kau sihir jadi apa mereka, heh?

JURU SIHIR
(MENUNJUK POHON-POHON BESAR DI SEKITAR MEREKA.)
Itulah mereka, Pangeran.
Semuanya telah kusihir menjadi pohonan.

PANGERAN SABRANG KEMBALI TERTAWA SENANG.

PANGERAN SABRANG
Lalu rakyat negeri ini, bagaimana?

JURU SIHIR
Semuanya telah kulenyapkan, Pangeran.

18
Kerajaan Sang Prabu yang termasyhur karena memiliki putri yang cantik jelita ini
kini hanya tinggal kenangan, Pangeran.
Hanya tinggal nama untuk dikenang.

PANGERAN SABRANG LAGI-LAGI TERTAWA SENANG. TAMPAK SEKALI AIR MUKANYA


MENYIRATKAN RASA PUAS YANG TERAMAT SANGAT. YANG LAIN PUN --LAGI-LAGI-- IKUT
TERTAWA.

PANGERAN SABRANG
Nyai Putri, Nyai Putri...
Inilah akibatnya bila kau menolak pinanganku!
Tahu rasa kau, Putri yang sombong!
berkat kesombonganmu itu
orangtuamu dan seluruh isi kerajaan
jadi terbawa-bawa oleh bencana
yang kutimpakan atas kalian.
Apa kekuranganku, coba, Putri sombong?!
Sementara banyak putri raja
yang ingin kupinang menjadi istri,
kau dengan sombongnya selalu menolak pinanganku.
Berkali-kali kau menolak cintaku,
berkali-kali pula rasa sakit ini
mengiris hatiku yang paling dalam.
Tapi sekarang
rasa sakit ini sudah terbalaskan, Putri!
Kau dengan keluargamu,
dengan rakyat yang mencintaimu,
kini sudah hancur, hancur!
(TERTAWA SEMAKIN KERAS, MENGANDUNG KEMARAHAN YANG AMAT SANGAT)
Kini kau sudah jadi tanah, wahai Putri!
Apalagi yang kau sombongkan?!
Kau hanya bisa diinjak! (MENGINJAK-INJAK TANAH DENGAN PENUH KEMARAHAN) Diinjak!
Diinjak! Diinjak!

KI PATIH, JURU SIHIR, DAN PARA PONGGAWA SERENTAK TERTAWA, SEBELUM


AKHIRNYA MEREKA MENYADARI BAHWA POHON-POHON BESAR YANG ADA DI
SEKITARNYA ITU MULAI BERGERAK MENDEKATI (MERANGSEK) DAN MENGEPUNG
MEREKA.

POHON-POHON
Siapa yang sombong
Hey, siapa yang sombong?!
Nyai Putriku tidak sombong
Justru kaulah yang sombong

Ya benar, ya sungguh benar


Engkaulah Pangeran sombong
Sudah sombong, songong pula
Sudah songong, jahat pula

Hey, Pangeran Jahat!

19
Dan kalian para begundalnya!
Karena kalian telah berbuat jahat
maka tanggung sendiri akibatnya

Ya memang, iya, iya, memang


kalian takkan kami lepaskan
kan kami kurung selamanya
agar tak bisa kembali ke negeri kalian

Ya memang, iya, iya, memang


kalian takkan kami lepaskan
Di sini kalian kan terperangkap
selamanya, ya, ya, selamanya

POHON-POHON ITU SEMAKIN MENGEPUNG DAN MENGURUNG MEREKA. KE MANA PUN


MEREKA BERGERAK, KE SANA PULA POHON-POHON ITU MENGIKUTI DAN MENGURUNG
MEREKA. TAMPAK SEKALI MEREKA SUDAH PUTUS ASA, KARENA TAK BISA KELUAR DARI
KEPUNGAN POHON-POHON ITU.

FADE OUT.

6.
(Cast: Para Remaja Pecinta Alam/PA, Nyai Putri, Pohon-pohon)

FADE IN.

SETTING SEPERTI PADA ADEGAN PERTAMA, DI MANA –DI TEMPAT YANG AGAK TINGGI-
- NYAI PUTRI SEDANG BERKISAH DIKELILINGI PARA REMAJA PECINTA ALAM.

NYAI PUTRI
Aku terlahir di sini
dari kerajaan masa silam
Aku korban pinangan Pangeran
Yang kutolak cintanya

Namanya Pangeran Sabrang


Ya, dia marah atas penolakanku
Dengan bantuan Sang Juru Sihir
disihirnyalah aku jadi gunung

Nah, sejak saat itu


tempat ini dinamakan Gunung Putri
karena tersirat kisah tentang aku
karena wujudnya adalah wujudku

Sementara Pangeran Sabrang


dan rombongannya yang sama-sama jahat
tersesat dan terperangkap di sini
Ya, di sini, di sini… selamanya.

20
POHON-POHON BESAR YANG SEDARI TADI BERDIRI TEGAK, TIBA-TIBA BERGERAK-
GERAK, LALU BERGOYANG-GOYANG LAGI SAMBIL BERNYANYI.

POHON-POHON
Ya betul, ya sungguh betul
kami korban sihir Pangeran Sabrang
karena cintanya pada Nyai Putri
O, bertepuk sebelah tangan

Ya betul, ya sungguh betul


cinta ditolak, Juru Sihir bertindak
Tapi yang korban bukan kami saja
mereka pun menanggung akibatnya

Aduh kasihan, oy oy, sungguh kasihan


Pangeran Sabrang nyatanya terperangkap di sini
Aduh kasihan, oy oy, sungguh kasihan
Kami kurung mereka agar tak bisa kembali

SELESAI

Bandung (Banceuy -Sukamukti), Maret 2016

21

Anda mungkin juga menyukai